LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DI KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR : 33 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOABARU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DONGGALA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG IJIN LOKASI DENGAN RAHMAAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 04 TAHUN 2004 T E N T A N G SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 2 TAHUN 2004 TENTANG FATWA PENGARAHAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 76 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 41 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA DAN PEREDARAN OBAT HEWAN DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG USAHA PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BUPATI TAPIN PERATURAN DERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 15 TAHUN TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN DIBIDANG ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 81 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG

- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 2 TAHUN 2002 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 16 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG IZIN MENDIRIKAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG IJIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN KUTAI BARAT MEMUTUSKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 6 TAHUN 2006 SERI : E NOMOR : 2

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IJIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 10 TAHUN 2010 PEDOMAN PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 70 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERIJINAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat pembangunan perkebunan, meningkatkan pendapatan petani perkebunan, membuka kesempatan kerja, peningkatan penerimaan devisa dan Pendapatan Asli Daerah, pendayagunaan sumber daya alam dan pelestarian di Wilayah Kabupaten Berau, maka perlu dilakukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan di dalam pemberian perijinan usaha perkebunan ; b. bahwa di dalam melakukan pembinaan dan pengawasan pemberian ijin usaha perkebunan perlu adanya dasar hukum sebagai pedoman di dalam pelaksanaannya ; c. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

- 2 - Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan ( Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-undang ( Memori Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820 ); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ; 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478) ; 5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Tata Ruang ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501) ; 6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 34 Tahun 2000 ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ; 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

- 3-8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 9. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi Sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139) ; 12. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 24 Tahun 2002 tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten Berau ; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Dinas Daerah Kabupaten Berau ; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 2 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Program Pembangunan Daerah Kabupaten Berau Tahun 2001-2005. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU MEMUTUSKAN :

- 4 - Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG PERIJINAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN BERAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau ; b. Kepala Daerah adalah Bupati Berau ; c. Dinas adalah Dinas Perkebunan Kabupaten Berau ; d. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Berau ; e. Budidaya Perkebunan adalah jenis tanaman yang dikelola oleh Sub Sektor Perkebunan ; f. Usaha Budidaya Perkebunan adalah usaha budidaya tanaman perkebunan yang meliputi kegiatan pertanaman, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen ; g. Usaha Industri Perkebunan adalah usaha industri pengelolaan hasil komoditas perkebunan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah hasil usaha primer perkebunan ; h. Perusahaan Perkebunan adalah badan usaha yang berbadan hukum meliputi Koperasi, Badan Usaha Milik Negara termasuk Badan Usaha Milik Daerah dan Perusahaan Swasta yang melakukan usaha perkebunan ;

- 5 - i. Perkebunan Besar adalah usaha perkebunan yang diusahakan oleh Perusahaan Perkebunan dan dilakukan diatas lahan Hak Guna Usaha atau hak atas tanah lainnya dengan luas areal minimal 25 (dua puluh lima) hektar ; j. Ijin Usaha Budidaya Perkebunan adalah ijin tertulis yang diberikan oleh Kepala Daerah atau Pejabat Instansi yang ditunjuk untuk memberikan hak kepada pemegangnya melakukan usaha budidaya tanaman perkebunan yang meliputi kegiatan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen ; k. Ijin Usaha Industri Perkebunan adalah ijin tertulis yang diberikan Kepala Daerah atau Pejabat Instansi yang ditunjuk kepada pemegangnya untuk melakukan kegiatan pengolahan hasil komoditi perkebunan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah hasil usaha primer perkebunan ; l. Klasifikasi Kebun adalah salah satu kegiatan pembinaan dalam mendorong perusahaan perkebunan untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia sehingga dapat dicapai produktivitas yang optimal dan efisien ; m. Peredaran Benih / Bibit tanaman perkebunan adalah kegiatan pengadaan, pengangkutan dan pemanfaatan benih / bibit tanaman perkebunan dari sumber benih kepada pengguna benih ; n. Ijin Perbenihan Tanaman Perkebunan adalah ijin tertulis dari Kepala Daerah atau Pejabat Instansi yang ditunjuk untuk memberikan hak kepada pemegangnya melakukan usaha pengadaan, pengangkutan dan pemanfaatan benih / bibit tanam budidaya perkebunan ;

- 6 - o. Pembukaan Lahan Perkebunan adalah satu kegiatan membuka lahan dengan menggunakan peralatan mekanik berat ; p. Ijin Pembukaan Lahan adalah ijin tertulis dari Kepala Daerah atau Pejabat Instansi yang ditunjuk untuk memberikan hak kepada pemegangnya melakukan kegiatan membuka lahan untuk usaha budidaya perkebunan ; q. Alat Berat adalah semua alat bantu yang digerakkan oleh mesin, digunakan secara langsung untuk persiapan lahan, proses produksi sampai dengan pasca panen ; r. Ijin Penggunaan Alat Berat adalah ijin tertulis yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat Instansi yang ditunjuk untuk memberikan hak kepada pemegangnya melakukan kegiatan menggunakan alat berat untuk keperluan pembukaan lahan usaha budidaya perkebunan ; s. Usaha Perbenihan Tanaman Perkebunan adalah usaha perbenihan yang mencakup segala aspek perbenihan, memproduksi, mengedarkan dan memberikan jasa kontribusi dibidang perkebunan, yang meliputi pemuliaan tanaman, penangkaran dan peredaran benih / bibit tanaman perkebunan ; t. Usaha Sumber Benih / Bibit Tanaman Perkebunan adalah pemilik kebun induk yang telah ditunjuk dengan Keputusan Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk untuk memproduksi dan mengedarkan benih / bibit tanaman perkebunan ; u. Ijin Usaha Pembenihan adalah ijin tertulis yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas atas nama Kepala Daerah atau Pejabat instansi yang ditunjuk untuk memberikan hak kepada pemegang ijin melakukan usaha untuk memproduksi, mengedarkan dan memberikan jasa konstribusi dibidang budidaya tanaman perkebunan ;

- 7 - v. Hasil Ikutan Tanaman Perkebunan adalah sisa hasil olahan dan bahan tanaman yang belum dimanfaatkan ; w. Ijin Pemanfaatan Hasil Ikutan Tanaman Perkebunan adalah ijin tertulis yang diberikan oleh Kepala Daerah atau Pejabat instansi yang ditunjuk untuk memberikan hak kepada pemegangnya memanfaatkan hasil ikutan usaha perkebunan untuk keperluan bahan baku industri lainnya ; x. Tanda Daftar Usaha Perkebunan (TDUP) adalah pemberian pendaftaran oleh Kepala Dinas untuk memberikan pendaftaran atas usaha budidaya dan industri perkebunan yang dikelola oleh perorangan atau Badan Hukum diatas lahan milik atau hak atas tanah lainnya dalam rangka membantu meningkatkan pengembangan usaha perkebunan rakyat / perorangan ; y. Perkebunan Rakyat adalah usaha budidaya perkebunan yang dilakukan secara perorangan di atas lahan milik atau hak atas tanah lainnya atas nama perorangan atau Badan Usaha dengan luasan maksimal kurang dari 25 (dua puluh lima) hektar ; z. Industri Perkebunan Rakyat adalah usaha industri pengolahan hasil komoditi perkebunan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah hasil usaha primer perkebunan, dilaksanakan secara perorangan atau Badan Usaha diatas lahan milik atau hak atas tanah lainnya yang luasannya equivalen dengan skala perkebunan rakyat. BAB II KLASIFIKASI USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN

- 8 - Pasal 2 Usaha Budidaya Perkebunan meliputi : a. Usaha Perkebunan Rakyat adalah usaha perkebunan dengan luas areal kurang dari 25 (dua puluh lima) hektar ; b. Usaha Perkebunan Besar adalah usaha perkebunan dengan luas areal 25 (dua puluh lima) sampai dengan 20.000 (dua puluh ribu) hektar ; BAB III IJIN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN Pasal 3 (1) Tanda Daftar Usaha Perkebunan (TDUP) diberikan kepada pemilik kebun yang mengusahakan kebun kurang dari 25(dua puluh lima) hektar : (2) Ijin Usaha Budidaya Perkebunan dapat diberikan kepada : a. Warga Negara Republik Indonesia ; b. Koperasi ; c. Badan Usaha Milik Negara ; d. Badan Usaha Milik Daerah ; e. Badan Usaha Swasta Nasional ; f. Patungan Badan Usaha Swasta Nasional atau Badan Usaha Milik Daerah dengan Badan Usaha Asing ;

- 9 - (3) Ijin Usaha Budidaya Perkebunan sebagaimana disebut dalam Pasal 2, diberikan oleh Kepala Daerah dan Tanda Daftar Usaha Perkebunan (TDUP) sebagaimana disebut dalam Pasal 3 ayat (1) diberikan oleh Kepala Dinas ; (4) Ijin Usaha Budidaya Perkebunan berlaku selama 30 ( tiga puluh ) tahun dan dapat diperpanjang satu kali paling lama 25 (dua puluh lima) tahun ; (5) Untuk memperoleh Ijin Usaha Budidaya Perkebunan, pemohon diwajibkan menyampaikan permohonan kepada Kepala Daerah dengan tembusan Dinas, dan Bagian Penanaman Modal Daerah dan Perekonomian ; (6) Pemohon harus melengkapi persyaratan permohonan berupa : a. Akte pendirian perusahaan atau perubahannya ; b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh Kepala Dinas ; c. Rekomendasi teknis dari Dinas ; d. Rencana Kerja Tahunan ; e. Dokumen AMDAL / UKL-UPL sesuai ketentuan yang berlaku ; f. Surat Ijin Lokasi ; g. Nomor Pokok Wajib PAjak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajin Pajak Daerah (NPWPD) ; h. Peta Rencana Lokasi, dengan skala 1 : 100.000 ; i. Surat Persetujuan penanaman modal; j. Surat Pernyataan Kesanggupan Menjalin Kemitraan dengan Koperasi dan / atau Masyarakat disekitar lokasi.

- 10 - (7) Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah permohonan diterima Pejabat pemberi ijin harus memutuskan, permohonan ijin tersebut dapat diberikan atau ditolak ; (8) Usaha perkebunan/industri perkebunan yang kurang dari 25 (dua puluh lima) hektar, wajib mendaftarkan usahanya kepada Kepala Dinas dengan melampirkan permohonan, foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), status lahan, surat keterangan dari Kepala Kampung dan Camat. Pasal 4 (1) Setiap perusahaan perkebunan yang telah memperoleh ijin usaha perkebunan, wajib : a. Melaksanakan pembangunan kebun paling lambat 1 (satu) tahun sejak ijin diterbitkan ; b. Menjalin kemitraan dengan koperasi dan masyarakat disekitar tempat / lokasi perkebunan dalam bentuk / pola pembagian saham atau pola inti-plasma ; c. Mengelola usaha perkebunannya secara profesional, transparan, partisipatif, berdayaguna dan berhasil guna ; d. Melaksanakan AMDAL/UKL-UPL sesuai ketentuan yang berlaku ; e. Membuka lahan tanpa melalui pembakaran ; f. Mengajukan permohonan persetujuan perubahan, budidaya / tanaman kepada Kepala Dinas bagi yang akan melakukan perubahan jenis tanaman;

- 11 - (2) Pemegang ijin usaha budidaya perkebunan dan Tanda Daftar Usaha Perkebunan (TDUP) harus membayar kewajiban kepada Pemerintah Kabupaten Berau sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku ; (3) Pemegang ijin usaha perkebunan wajib menyampaikan laporan tertulis minimal 6 (enam) bulan sekali kepada Kepala Daerah ; (4) Pemegang Tanda Daftar Usaha Perkebunan (TDUP) diwajibkan melaporkan kegiatan usahanya setiap tahun kepada Kepala Dinas ; Pasal 5 (1) Ijin usaha budidaya perkebunan dapat dicabut atau berakhir karena : a. Hak Guna Usaha atau hak-hak lainnya atas tanah telah habis masa berlakunya dan perusahaan tidak mengajukan permohonan perpanjangan ; b. Dicabut karena alasan hukum yang mempunyai kekuatan tetap ; c. Tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) ; (2) Pencabutan ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a dan c dilakukan setelah diberi peringatan secara tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dengan selang waktu 3 (tiga) bulan ; (3) Pencabutan Tanda Daftar Usaha Perkebunan (TDUP) dilakukan apabila usaha perkebunan tersebut tidak diusahakan secara komersial dan kebun tidak produktif lagi ;

- 12 - Pasal 6 (1) Kepala Dinas berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha budidaya perkebunan yang dilakukan oleh pemegang ijin ; (2) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan perijinan usaha perkebunan dilakukan evaluasi melalui kegiatan klasifikasi kebun setiap tahun kepada Kepala Dinas ; BAB IV IJIN USAHA INDUSTRI PERKEBUNAN Pasal 7 (1) Untuk melaksanakan kegiatan usaha industri perkebunan, wajib memperoleh ijin tertulis dari Kepala Daerah ; (2) Ijin usaha industri perkebunan dapat diberikan kepada pihak-pihak sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 ayat (2) ; (3) Untuk memperoleh ijin sebagaiamana dimaksud dalam ayat (1) perusahaan harus menyampaikan permohonan yang dilengkapi persyaratan : a. Akte pendirian perusahaan beserta perubahannya ; b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ; c. Ijin lokasi bagi perusahaan bukan pemilik kebun sumber bahan baku industri ;

- 13 - d. Proposal mengenai usaha yang akan dilakukan dan telah mendapat persetujuan Kepala Dinas ; e. Dokumen AMDAL/UKL-UPL sesuai dengan ketentuan yang berlaku ; f. Rekomendasi dari Kepala Dinas ; g. Rekomendasi dari Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi ; (4) Bagi yang telah memiliki ijin budi daya, cukup rekomendasi dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi ; (5) Dalam waktu 1 (satu) bulan Kepala Daerah harus memutuskan permohonan ijin tersebut dapat diterima atau ditolak ; Pasal 8 (1) Perusahaan yang telah memperoleh ijin diwajibkan : a. Dalam melaksanakan kegiatan industri perkebunan bekerjasama dengan koperasi, usaha kecil dan menengah setempat ; b. Membangun unit pengolah limbah bersama - sama dengan unit pabrik pengolahan bahan baku ; c. Menyampaikan laporan tertulis mengenai kegiatan usahanya setiap 6 (enam) bulan ; (2) Perusahaan harus membayar kewajiban kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

- 14 - Pasal 9 (1) Perusahaan yang telah memperoleh ijin tertulis dapat memperluas usahanya setelah memperoleh Ijin Perluasan Usaha Industri Perkebunan dari Kepala Daerah ; (2) Untuk memperoleh ijin perluasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) perusahaan harus menyampaikan permohonan kepada Kepala Dinas yang dilengkapi dengan persyaratan : a. Proposal rencana perluasan kapasitas pabrik yang direncanakan; b. Rekomendasi dari Kepala Dinas ; c. Rekomendasi dari Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi ; Pasal 10 (1) Ijin usaha industri perkebunan berakhir atau dapat dicabut apabila : a. Telah habis masa berlakunya dan perusahaan tidak mengajukan permohonan perpanjangan ; b. Dicabut dengan alasan hukum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap ; c. Tidak melaksanakan / memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut dalam Pasal 8 ; (2) Pencabutan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan c dilakukan apabila telah diberi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali berturut - turut dengan selang waktu 2 (dua) bulan ;

- 15 - Pasal 11 Kepala Dinas dan/atau Pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha industri perkebunan ; BAB V IJIN PEREDARAN BENIH/BIBIT Pasal 12 (1) Ijin peredaran benih/bibit tanaman perkebunan diterbitkan oleh Kepala Dinas ; (2) Ijin peredaran benih / bibit tanaman perkebunan diberikan kepada pihak - pihak sebagaimana yang tersebut pada Pasal 3 ayat (2) ; Pasal 13 (1) Untuk memperoleh ijin peredaran benih / bibit seperti dimaksud Pasal 12 ayat (2) pemohon diwajibkan memenuhi persyaratan teknis yang telah ditetapkan ; (2) Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterimanya permohonan Pejabat pemberi ijin harus memutuskan permohonan ijin tersebut dapat diterima atau ditolak ; Pasal 14 (1) Pemohon harus membayar kewajiban kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;

- 16 - (2) Pemegang ijin wajib menyampaikan laporan tertulis mengenai realisasi pengadaan benih/bibit kepada pemberi ijin setiap kali melakukan pengadaan / peredaran benih / bibit ; (3) Ijin diberikan / berlaku untuk masa 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang dengan priode waktu yang sama ; Pasal 15 Pemberi ijin berwenang mencabut ijin yang telah diberikan, apabila pemegang ijin tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 14. Pasal 16 Kepala Dinas berwenang melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan peredaran benih / bibit yang dilaksanakan oleh pemegang ijin ; BAB VI IJIN PEMBUKAAN LAHAN / LAND CLEARING Pasal 17 (1) Ijin pembukaan lahan/land clearing diberikan Kepala Daerah kepada pemegang ijin usaha budidaya perkebunan ; (2) Untuk memperoleh ijin pembukaan lahan / land clearing, perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah dengan tembusan kepada Kepala Dinas dan Kepala Dinas Pertanahan dengan dilampiri Rencana Kerja yang diketahui oleh Kepala Dinas ;

- 17 - (3) Dalam waktu 1 (satu) bulan Pejabat pemberi ijin harus memutuskan permohonan ijin tersebut dapat dipenuhi atau ditolak ; Pasal 18 Didalam melaksanakan kegiatan pembukaan lahan / land clearing, pemegang ijin wajib memenuhi / mentaati ketentuan ketentuan sebagai berikut : a. Pembukaan lahan dilakukan tanpa pembakaran ; b. Perusahaan menyampaikan laporan tertulis setiap 3 (tiga) bulan kepada Dinas ; c. Pemegang ijin wajib menyampaikan permohonan baru, apabila target pembukaan lahan dalam ijin terdahulu belum tercapai atau akan menambah luas pembukaan lahan ; Pasal 19 Ijin pembukaan lahan / land clearing berakhir atau dapat dicabut, apabila tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ; Pasal 20 Kepala Dinas berwenang melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pembukaan lahan ;

- 18 - BAB VII IJIN PENGGUNAAN ALAT BERAT Pasal 21 (1) Ijin penggunaan alat berat diberikan oleh Kepala Dinas kepada pemegang ijin Usaha Budidaya Perkebunan dan Usaha Industri Perkebunan ; (2) Ijin penggunaan alat berat berlaku selama tahapan persiapan sampai dengan pasca panen ; (3) Permohonan ijin penggunaan alat berat dilengkapi dengan persyaratan : a. Jenis / tipe dan klasifikasi lainnya serta jumlah alat berat yang akan digunakan ; b. Pernyataan penggunaan alat berat dan jangka waktu penggunaan ; c. Kelengkapan administrasi alat berat yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang ; (4) Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterimanya permohonan, Pejabat pemberi ijin harus memutuskan permohonan ijin tersebut dapat dipenuhi atau ditolak ; Pasal 22 (1) Pemegang ijin harus membayar kewajiban kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku ; (2) Penggunaan alat berat hanya digunakan sesuai dengan ijin yang diberikan untuk kegiatan usaha perkebunan ;

- 19 - Pasal 23 Ijin penggunaan alat berat berakhir atau dapat dicabut apabila : a. Masa ijin berlakunya habis ; b. Tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur pada Pasal 22 ; Pasal 24 Pemberi ijin berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pemegang ijin. BAB VIII IJIN USAHA PERBENIHAN Pasal 25 (1) Ijin usaha perbenihan diberikan oleh Kepala Dinas ; (2) Ijin usaha perbenihan dapat diberikan kepada pihakpihak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 ayat (2) dan berlaku selama 3 (tiga) tahun serta dapat diperpanjang dengan priode waktu yang sama ; (3) Untuk memperoleh ijin pemohon harus mengajukan permohonan yang dilengkapi dengan persyaratan : a. Identitas pemohon ( nama dan alamat) ; b. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya ; c. Rencana kegiatan perbenihan ; d. Jenis, jumlah dan kapasitas benih/bibit tanaman perkebunan yang akan diusahakan ; e. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) ;

- 20 - (4) Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan, Pejabat pemberi ijin harus memutuskan permohonan tersebut dapat diterima atau ditolak ; Pasal 26 (1) Pemegang ijin harus membayar kewajiban kepada Pemerintah Kabupaten Berau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku ; (2) Pemegang ijin wajib melakukan sertifikasi benih / bibit yang diproduksi pada lembaga yang berwenang ; (3) Pemegang ijin wajib menyampaikan laporan tertulis kepada pemberi ijin setiap (enam) bulan mengenai usaha perbenihan yang dilakukan ; Pasal 27 (1) Ijin usaha perbenihan berakhir atau dapat dicabut apabila : a. Pemegang ijin tidak aktif menjalankan usahanya ; b. Pemegang ijin melakukan penyimpangan / penyalahgunaan teknis perbenihan ; c. Pemegang ijin tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ; (2) Pencabutan ijin sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (1), dilakukan setelah pemegang ijin diberi peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturutturut dengan selang waktu 3 (tiga) bulan ;

- 21 - Pasal 28 Pemberi ijin berwenang melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha perbenihan yang dilakukan oleh pemegang ijin. BAB IX IJIN PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN PERKEBUNAN Pasal 29 (1) Ijin pemanfaatan hasil ikutan usaha perkebunan diberikan oleh Kepala Dinas ; (2) Ijin pemanfaatan hasil ikutan tanaman perkebunan dapat diberikan kepada pihak-pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2) ; (3) Untuk memperoleh ijin dimaksud, pemohon harus menyampaikan permohonan kepada Kepala Dinas dengan melengkapi persyaratan : a. Identitas pemohon (nama dan alamat) ; b. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya ; c. Rekomendasi instansi terkait ; d. Jenis dan volume hasil ikutan yang akan diproses ; e. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) ; (4) Dalam waktu 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan, Pejabat pemberi ijin harus memutuskan permohonan tersebut dapat dipenuhi atau ditolak ;

- 22 - Pasal 30 (1) Pemegang ijin harus membayar kewajiban kepada Pemerintah Kabupaten Berau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku ; (2) Pemegang ijin wajib menyampaikan laporan tertulis tentang kegiatan pemanfaatan hasil ikutan usaha perkebunan setiap 3 (tiga) bulan kepada pemberi ijin ; (3) Pemegang ijin wajib menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah pencemaran lingkungan akibat kegiatan pemanfaatan hasil ikutan ; Pasal 31 Ijin diberikan berlaku untuk masa 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan priode waktu yang sama. Pasal 32 (1) Ijin pemanfaatan hasil ikutan usaha perkebunan berakhir atau dapat dicabut apabila : a. Pemohon tidak aktif dan berakhir masa berlakunya ; b. Pemohon tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ; (2) Pencabutan ijin dilaksanakan setelah pemegang ijin diberi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan selang waktu 3 (tiga) bulan, perusahaan tidak melakukan perbaikan atau perubahan.

- 23 - Pasal 33 Pemberi ijin berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan pemanfaatan hasil ikutan usaha perkebunan. BAB X PENERIMAAN DAERAH Pasal 34 (1) Retribusi perijinan perkebunan diatur tersendiri dalam Peraturan Daerah ; (2) Setiap pemegang Ijin Usaha Budidaya Perkebunan dan Ijin Usaha Industri Perkebunan diwajibkan memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah berupa Sumbangan Pihak Ketiga ; BAB XI KETENTUAN LAIN LAIN Pasal 35 Setiap usaha budidaya perkebunan dan usaha industri perkebunan sesuai ijin yang diberikan Kepala Daerah harus mempunyai Pimpinan yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan usahanya dan mempunyai Kantor yang berkedudukan di Tanjung Redeb.

- 24 - BAB XII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 36 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil bertugas dan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana pelanggaran atas ketentuanketentuan dalam Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah hukum ditempat penyidik ditempat; (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana dimaksud ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana pelanggaran ; b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan ; c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka ; d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat ; e. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka atau saksi ; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara ;

- 25 - h. Mengadakan penghentian penyidikan, setelah mendapat petunjuk dari Kepolisian Republik Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Kepolisian Republik Indonesia memberitahukan hal tersebut kepada Kejaksaan Negeri, tersangka dan keluarganya ; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang menjadi dasar hukumnya dan dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan Kepolisian Republik Indonesia. BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 37 Barangsiapa yang melakukan usaha dibidang perkebunan tanpa ijin sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan apabila perbuatannya mengakibatkan kerusakan lingkungan dihukum sesuai dengan Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

- 26 - BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 38 (1) Semua ijin yang telah diberikan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini tetap berlaku sampai batas waktu ijin tersebut berakhir ; (2) Pemegang ijin wajib mendaftarkan ulang usahanya kepada Kepala Dinas paling lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini, apabila tidak mendaftarkannya, maka dianggap ijin usahanya gugur. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 39 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah. (2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

- 27 - Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Berau. Diundangkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 08 Juli 2003 SEKRETARIS DAERAH, ttd Drs. H. SYARWANI SYUKUR PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 010055469 Ditetapkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 28 Juni 2003 BUPATI BERAU, ttd Drs. H. MASDJUNI. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2003 NOMOR 70