II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. tengah dan selatan wilayah Tulang Bawang Provinsi Lampung (BPS Kabupaten

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan Lumo (Labiobarbus ocellatus) menurut Froese R, Pauly D

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Ikan tembang (S. fimbriata)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Karakteristik Morfologis Ikan Bilih

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Terisi Menurut Richardson (1846) (2010) klasifikasi ikan terisi (Gambar 2) adalah sebagai berikut :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829) ikan tembakang (Helostoma temminckii) memiliki

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

3. METODE PENELITIAN

Beberapa contoh air, plankton, makrozoobentos, substrat, tanaman air dan ikan yang perlu dianalisis dibawa ke laboratorium untuk dianalisis Dari

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

Tabel 1. Produksi Perikanan Di Danau Tondano pada Tahun Jenis Produksi. Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Minahasa s

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari April hingga September

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

3. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

TINJAUAN PUSTAKA. sangat kuat terjadi dan terbentuk riak-riakan pasir besar (sand ripples) yang

3. METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) Sumber: (a) dokumentasi pribadi; (b)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

II. TINJAUAN PUSTAKA

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi, Tata Nama dan Ciri-ciri Morfologi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

KAJIAN BIOLOGI IKAN TEMBAKANG (Helostoma temminckii) DI RAWA BAWANG JUYEUW KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT ABSTRAK

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Ikan layur (Trichiurus lepturus) (Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Swanggi Priacanthus tayenus Klasifikasi dan tata nama

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Kuniran Klasifikasi dan tata nama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

SEKSUALITAS, NISBAH KELAMIN DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT (Rasbora argyrotaenia ) DI SUNGAI KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI

3. METODE PENELITIAN

2. TINJUAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

TINJAUAN PUSTAKA. besar maupun sedikit. Di perairan Indo-Pasifik terdapat 3 spesies ikan Kembung

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tembang Klasifikasi dan tata nama

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU SUPER RD

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN PAPUYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

I. PENDAHULUAN. Ikan gurami ( Osphronemus gouramy L.) merupakan ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

III. METODE PENELITIAN

Uji Organoleptik Ikan Mujair

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Palau Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Octinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Osteochilus Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842) Di Indonesia palau dikenal dengan nama nilem, lehat, magut, regis, milem, muntu, palung, pawas, puyau, asang, penopa, dan karper (Saanin,1984). Daerah penyebarannya meliputi : Malaysia, Thailand, Vietnam, kamboja, Indonesia (Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi) (Djajadiredja, et al.,1977) Palau hidup di perairan umum seperti sungai, rawa dan danau. Ciri ciri palau hampir serupa dengan ikan mas. Sirip punggung disokong oleh 3 jari jari keras dan 12 18 jari jari lunak. Sirip ekor berjagak dua, bentuknya simetris terdapat 16 jari-jari lunak. Jumlah tapis ingsang (gill rakers) 25 30 lembar, bentuk tubuh ikan palau lebih memanjang dengan sirip punggung relatif panjang (Rainboth, 1966). 6

Weber dan De Beaufort (1916) palau mempunyai ciri-ciri diantaranya memiliki badan yang pipih memanjang ke samping, panjang badan ikan palau 2,5 3 kali dari tinggi tubuhnya, ujung mulut runcing dengan moncong (rostral) terlipat, serta titik hitam besar pada ekornya (Gambar 2). Ikan ini termasuk kelompok omnivora, makanannya berupa fitoplankton, zooplankton, perifition dan algae (Rainboth, 1966). Ikan palau memakan fitoplankton dan zooplankton yang tergolong ke dalam kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Desmidiaceae dan Cyanophyceae (Hardjamulia, 1979). Gambar 2. Ikan palau (Osteochilus vittatus ) dari Way Tulang Bawang B. Way Tulang Bawang Masyarakat Tulang Bawang banyak yang menggantungkan hidupnya pada sumberdaya alam hayati berupa ikan. Salah satu sungai yang menyokong sumber daya alam hayati ikan air tawar adalah Way Tulang Bawang. Way Tulang Bawang memiliki panjang 136 km dan anak-anak sungai yang mengalir di bagian tengah dan selatan wilayah Kabupaten Tulang Bawang. 7

Berdasarkan hasil penelitian Noor et al.,(1994) ia menemukan 88 jenis ikan di Way Tulang Bawang, hal ini membuktikan bahwa Way Tulang Bawang memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat besar. Way Tulang Bawang memiliki rawa banjiran yaitu Rawa Bawang Latak yang masuk dari daerah Bujung Tenuk. Rawa banjiran adalah bagian dari perairan umum yang dicirikan tergenang pada saat sungai terjadi peningkatan volume air dan kering pada saat sungai mengalami penurunan volume air (surut). Peningkatan volume air terjadi pada saat musim penghujan. Meluapnya air sungai yang menggenangi rawa di sekitarnya mengakibatkan beberapa jenis ikan melakukan ruaya ke rawa. Hal ini dilakukan ikan untuk mencari makanan karena pada saat aliran air yang masuk ke rawa banjiran akan membawa tambahan bahan organik dari aliran sungai dan akhirnya akan melepaskan nutrien ke perairan yang mengakibatkan peningkatan produksi fitoplankton (de oliveira & calheiros, 2000). C. Biologi Reproduksi dan Ekologi. Reproduksi merupakan suatu tahapan penting pada siklus hidup untuk menjamin kelangsungan hidup suatu spesies. Biologi reproduksi memiliki pengaruh sangat besar terhadap faktor kondisi lingkungan alamiah ikan. Nikolsky (1963), reproduksi adalah mata rantai dalam siklus hidup yang berhubungan dengan mata rantai lainnya untuk menjamin berlangsungnya kehidupan. Beberapa aspek dalam reproduksi meliputi nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad dan fekunditas. 8

Nisbah kelamin adalah suatu cara untuk membandingkan antara jumlah ikan jantan dan betina dalam perairan. Nisbah kelamin dapat menentukan keseimbangan populasi dengan asumsi bahwa perbandingan ikan jantan dan betina dalam suatu populasi yang seimbang adalah 1:1 (Purwanto et al. 1986 in Susilawati 2000), atau setidaknya ikan betina lebih banyak untuk mempertahankan kelestarian populasi (Purwanto et al. 1986 in Sulistiono et al. 2001a). Selain itu, ikan betina lebih aktif mencari makanan untuk menutrisi tubuhnya agar perkembangan gonad dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan telur yang baik pula (Nikolsky 1963). Tingkat kematangan gonad merupakan perubahan kondisi perkembangan gonad yang dilihat secara kualitatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kematangan gonad adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa perbedaan spesies, umur, ukuran, dan sifat-sifat fisiologis. Faktor eksternal berupa makanan, kondisi lingkungan (suhu dan arus), dan adanya individu yang berlainan jenis kelamin (Lagler 1977). Kematangan gonad ikan palau umumnya dicapai pada umur lebih dari satu tahun dengan bobot 100-150 gram, ikan betina mencapai tingkat kematangan gonad lebih lambat dari ikan jantan (Hardjamulia, 1979). Indeks kematangan gonad merupakan perubahan kondisi perkembangan gonad yang dilihat secara kuantitatif. Effendie (1997) menyatakan bahwa sejalan dengan pertumbuhan gonad, maka gonad yang dihasilkan akan semakin bertambah besar hingga batas maksimum ketika terjadi pemijahan. Musim atau waktu pemijahan terjadi ketika nilai indeks kematangan gonad untuk kedua jenis kelamin mencapai tingkat tertinggi. 9

Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan. Fekunditas terbagi menjadi 3 yaitu : fekunditas individu, fekunditas total dan fekunditas relatif (Nikolsky, 1963). Royce (1972) dalam Effendie (1997) menyatakan bahwa fekunditas total adalah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidup, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan bobot atau panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas adalah umur, makanan, lingkungan dan perbandingan induk betina dan jantan yang menjadi peran penting dalam mortalitas, factor genetic serta respon terhadap makanan (Effendie, 1997). Kebiasaan makanan ikan (food habits) adalah kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan. Pakan alami merupakan faktor penentu jumlah populasi, pertumbuhan dan faktor kondisi ikan dalam suatu perairan. Beberapa faktor yang berhubungan dengan populasi yaitu jumlah dan kualitas pakan yang tersedia dan pakan mudah didapat (Effendi, 1997). Jenis-jenis pakan alami yang dimakan ikan sangat bermacam-macam, bergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Benih ikan yang baru mencari makan, pakan utamanya adalah plankton nabati (fitoplankton) namun sejalan dengan bertambah besarnya ikan berubah pula makanannya (Mudjiman, 1989). Faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kemontokan ikan secara kualitas, dimana perhitungannya nilai faktor kondisi didasarkan pada panjang dan berat tubuh ikan. Faktor kondisi sering disebut faktor K yang merupakan hal yang penting dari pertumbuhan ikan, karena faktor kondisi dapat digunakan untuk menganalisis populasi. Beragamnya faktor kondisi disebabkan oleh pengaruh makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad. (Effendie,2002). 10

Pola pertumbuhan ikan dapat diketahui dengan cara menggunakan parameter hubungan panjang dan berat. Berat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir mengkuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda oleh karena itu hubungan panjang berat tidak selamanya mengikuti hukum kubik dalam suatu rumus yaitu : W = al b, dimana W = berat ikan ; L = panjang total ikan ; dan a & b = konstanta. Apabila rumus umum ditransformasikan ke dalam logaritma maka akan didapat persamaan : log W = log a + b log L yaitu persamaan linier atau persamaan garis lurus. Dimana nilai a adalah nilai pangkat yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan sedangkan nilai b adalah titik potong garis persamaan dengan sumbu y. Ikan yang memiliki pola pertumbuhan isometrik (b=3), pertambahan panjangnya seimbang dengan pertambahan berat. Sebaliknya pada ikan dengan pola pertumbuhan allometrik (b 3), pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan berat (Effendie, 1997). 11