BAB II LANDASSAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. pada bidang semantik yang mengkaji tentang nama diri. Perbedaannya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Makna Referensial Pemakaian Nama Panggilan Mahasiswa Kos di

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. atau label terhadap benda atau peristiwa yang ada di sekelilingnya karena terlalu

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN TEORI. teori makna yang dimiliki seseorang pengguna bahasa telah memadai dan cukup.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat untuk tujuan komunikasi (Sudaryat, 2009: 2). Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

NAMA MAKANAN DAN MINUMAN UNIK DI JEMBER ( TINJAUAN SEMANTIK )

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

ANALISIS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KARANGAN SISWA KELAS VII MTs NEGERI SURAKARTA II

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORI. manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk saling

BAB II LANDASAN TEORI

REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI

KAJIAN SEMANTIK NAMA JAJANAN PASAR DI WILAYAH PURWOKERTO

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMANTIK DR 414

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tulus Rusyidi dalam Album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai kajiannya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB II LANDASAN TEORI. Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan

JENIS MAKNA DAN PERUBAHAN MAKNA

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

ANALISIS KELAS KATA DAN PEMAKNAANNYA DI BALIHO PARTAI POLITIK TAHUN 2014 SEBAGAI WAHANA MOTIVASI WARGA

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi dalam bertukar pendapat. Bahasa dapat diartikan

ABREVIASI BAHASA INDONESIA PADA BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SISWA SMA DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI. Oleh. Evie Tristianasari

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SILABUS DAN SAP MATA KULIAH

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Giovanni (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perubahan Makna

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL PADA ANTOLOGI CERPEN BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

Transkripsi:

6 BAB II LANDASSAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Semantik Nama-Nama Hotel di Kawasan Lokawisata Baturraden, Kabupaten Banyumas. Karya Wilantika Apriliani Tahun 2016 Persamaan penelitian relevan dengan penelitian ini adalah terletak pada teori yang akan dibahas. Dalam penelitian relevan, dan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, sama-sama menggunakan teori tentang jenis penamaan dan makna. Pada penelitian terdahulu menggunakan teori penamaan dan jenis makna. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu jenis makna dan penamaan. Penelitian yang relevan dan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, sama-sama menggunakan metode padan dalam memperoleh datanya. Perbedaan penelitian relevan dengan penelitian ini adalah terdapat pada sumber data. Penelitian yang relevan menggunakan sumber data nama-nama Hotel di Kawasan Lokawisata Baturraden, Kabupaten Banyumas sedangkan peneliti yang akan dilakukan menggunakan sumber data berupa nama-nama masjid di Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Pada penelitian yang relevan menggunakan angket dan observasi sedangkan peneliti yang akan dilakukan tidak menggunakan angket hanya observasi dan dokumentasi. 2. Penelitian dengan judul Kajian Semantik pada Nama-Nama Tempat Kos di Desa Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas. KaryaRifai Nofiyanti Tahun 2013 Persamaan penelitian relevan dengan penelitian ini adalah terletak pada teori yang akan dibahas. Dalam penelitian relevan, dan penelitian yang akan dilakukan oleh 6

7 peneliti sama-sama menggunakan teori tentang jenis penamaan dan makna. Pada penelitian terdahulu menggunakan teori penamaan dan jenis makna. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu jenis makna dan penamaan Penelitian yang relevan dan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, sama-sama menggunakan metode padan dalam memperoleh datanya. Perbedaan penelitian relevan dengan penelitian ini adalah terdapat pada sumber data. Penelitian yang relevan menggunakan sumber data nama-nama tempat kos di Desa Dukuhwaluh Kabupaten Banyumas sedangkan peneliti yang akan dilakukan menggunakan sumber data berupa nama-nama masjid di Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Pada penelitian yang relevan menggunakan angket foto dan observasi sedangkan peneliti yang akan dilakukan tidak menggunakan angket hanya observasi dan dokumentasi. B. Semantik 1. Pengertian Semantik Semantik merupakan istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, atau dengan kata lain, bidang studi linguistik makna atau arti. Pendapat Chaer (2013: 32), menurut Djajasudarma (2009: 1), semantik yaitu sebagai bagian ilmu bahasa (linguistik) yang mempelajari makna. Verhaar (2012: 11) berpendapat bahwa semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Yule (2006: 5), semantik adalah studi tentang hubungan antara bentuk linguistik dengan entitas di dunia, yaitu bagaimana hubungan kata-kata dengan sesuatu secara harfiah. Dari

8 pendapat mengenai semantik, maka peneliti menyimpulkan bahawa semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang seluk-beluk makna. 2. Jenis Semantik Chaer (2013: 8) menyatakan bahwa objek kajian dalam semantik leksikal adalah leksikon dari bahasa itu. Makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Menurut Pateda (2010: 74), semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih memuaskan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Verhaar (dalam Pateda, 2010: 74), mengatakan bahwa, perbedaan antara leksikon dan gramatikal menyebabkan adanya pembeda antara semantik leksikal dan semantik gramatikal. Semantik leksikal memperhatikan makna yang terdapat didalam kata satuan mandiri. Semantik leksikal tidak membahas ketika kata tersebut dirangkaikan sehingga menjadi kalimat. C. Makna 1. Pengertian Makna Menurut Djajasudarma (2009: 7), Makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata-kata. Sedangkan menurut Aminudin (2011: 52-53) makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti. Ada tiga unsur pokok yang tercakup di dalam batasan pengertian makna, yaitu (1) makna adalah hasil bahasa antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan makna dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling dimengerti. Menurut Parera (2004:

9 42-46) mendefinisikan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa (ujaran), pikiran, dan realitas di alam. Jadi dapat disimpulkan bahwa makna adalah hubungan antara bahasa (ujaran) dengan unsur di luar bahasa yang merupakan kesepakatan oleh pemakai bahasa. 2. Jenis Makna Menurut Chaer (2015: 267-292) ada tiga tataran makna yaitu: makna leksikal, makna gramatikal, dan makna kontekstual. Menurut Pateda (2010: 96-132) terdapat 29 jenis makna, yaitu: (1) makna afektif, (2) makna denotatif, (3) makna deskriptif, (4) makna ekstensi, (5) makna emotif, (6) makna gereflekter, (7) makna gramatikal, (8) makna ideasial, (9) makna itensi, (10) makna khsus, (11) makna kiasan, (12) makna kognitif, (13) makna kolokasi (14) makna konotatif, (15) makna konseptual, (16) makna konstruksi, (17) makna kontekstual, (18) makna leksikal, (19) makna lokusi, (20) makna luas, (21) makna piktorial, (22) makna proposional, (23) nakna pusat, (24) makna referensial, (25) makna sempit, (26) makna stilistika, (27) makna tekstual, (28) makna tematis, (29) makna umum. Chaer (2013: 60-78) membagi jenis makna menjadi 16, yaitu: (1) makna leksikal, (2) makna gramatikal, (3) makna referensial (4 ) makna non refefrensial, (5) makna denotatif, (6) makna konotatif, (7) makna kata, (8) makna istilah, (9) makna konseptual, (10) makna asosiatif, (11) makna idiomatikal, (12) makna pribahasa, (13) makna kias, (14) makna kolusi, (15) makna ilokusi (16) makna perlokusi. Djajasudarma (2013: 8-20), membagi 14 jenis makna yaitu (1) makna sempit, (2) makna luas, (3) makna kognitif, (4) makna konotatif, (5) makna emotif, (7) makna

10 kontruksi, (8) makna leksikal, (9) makna gramatikal, (10)makna idesional, (11) makna proposisi, (12) makan pusat, (13) makan piktorial, dan (14) makna idiomatik. Dari pendapat di atas, peneliti perlu membatasi jenis makna yang akan digunakan dalam penelitian ini. Batasan-batasan yang digunakan disesuaikan dengan hasil klasifikasi data-data yang ada. Peneliti menggunakan beberapa jenis makna, yaitu (1) makna luas, (2) makna sempit, (3) makna referensial, (4) makna denotatif, (5) makna konotatif, dan (6) makna asosiatif. a. Makna Luas Menurut Pateda (2010: 120), makna luas menrupakan yang terkandung dalam sebuah kata lebih luas dari yang dipertimbangkan. Semua kata yang tergolong kata berkonsep, dapat dikatakan memiliki makna luas. Selain itu, Djajasudarma (2013:10) menyebutkan bahwa makna luas adalah makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang diperkirakan. Kata-kata berkonsep memiliki makna lebih luas dapat muncul dari makna yang sempit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna luas adalah makna kata yang lebih luas dari yang diperkirakan. Contohnya saudara maknanya lebih luas dibandingkan dengan saudara kandung. Sudara adalah sebutan atau panggilan bagi siapa saja, sedangkan saudara kandung adalah sebutan bagi orang yang memiliki hubungan darah yaitu saudara yang satu ayah atau satu ibu. b. Makna Sempit Menurut Pateda (2010: 126), makna sempit adalah makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran. Djajasudarma (2013: 8) mengemukakan bahwa

11 makna sempit adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Makna yang asalnya lebih luas dapat menyempit, karena dibatasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna sempit adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Contoh pintu mobil maknanya lebih sempit dibandingkan dengan kata pintu. Pintu mobil maksudnya pintu yang digunakan khusus untuk mobil dan bukan yang digunakan untuk bidang lain. c. Makna Referensial Menurut Pateda (2010: 125), makna referensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Referen dapat berupa benda, peristiwa, proses, atau kenyataan. Djajasudarma (2013: 14) mengemukakan bahwa makna referensial yaitu makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referent (acuan). Menurut Chaer (2013 :63-64), makna referensial yaitu sebuah kata yang dapat bermakna referensial apabila kata tersebut mengacu pada sesuatu di luar bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau sesuatu yang ditunjuk oleh suatu kata. Dapat berupa benda, peristiwa, atau kenyataan. Contoh : kata putih termasuk kata bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata yaitu warna seperti warna awan. d. Makna Denotatif Menurut Pateda (2010: 98-99), makna denotatif adalah makna apa adanya, sifatnya objektif. Makna denotatif disebut juga makna sebenarnya, makna yang tidak dihubungkan faktor-faktor lain, baik yang berlaku pada pembicaraan maupun pada

12 pendengar. Chaer (2013: 65-66) mengungkapkan bahwa makna denotatif lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai menurut hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Makna denotatif menyangkut informasi-informasi faktual objektif yang kemudian disebut juga sebagai makna sebenarnya. Verhaar (2010: 390) mengemukakan bahwa denotasi adalah referensi pada sesuatu ekstralingual menurut makna kata yang bersangkutan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna denotatif adalah makna sebenarnya yang bersifat objektif dan apa adanya. Misalnya, kata wanita dan perempuankeduanya mempunyai makna denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. e. Makna Konotatif Menurut Pateda (2010: 112), makna konotatif muncul akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Menurut Chaer (2013: 65), sebuah kata yang dapat disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif. Menurut Djajsasudarma (2013: 12), makna konotatif muncul akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Makna konotatif muncul dari makna kognitif yang ditambahi komponen lain. Sedangkan menurut Varhaar (2010: 390), makna konotasi adalah arti yang dapat muncul pada penutur akibat penilaian afektif atau emosional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna konotatif adalah makna yang mengandung nilai rasa atau mengandung anggapan-anggapan pendengar maupun pembaca. Misalnya: kata laki-laki mempunyai nilai rasa rendah negatif, sedangkan kata pria mempunyai nilai rasa tinggi positif

13 f. Makna Asosiatif Menurut Chaer (2010: 72) makna asosiatif yaitu makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada pada konsep asal kata atau leksem tersebut. Contoh: kata kursi berasosiasi dengan kekuasaan ; kata amplop berasosiasi dengan uang suap. D. Penamaan 1. Pengertian Penamaan Menurut Chaer (2013: 43), penamaan adalah pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa. Menurut Djajasudarma (2009: 47-49), penamaan tidak lepas dari bahasa, dan studi bahasa pada dasarnya adalah peristiwa budaya. Jika dalam suatu wilayah mempunyai budaya yang beraneka ragam, maka bahasa yang muncul akibat peristiwa budaya juga akan beraneka ragam. Termasuk di dalamnya ada penamaan dan pemaknaan. Contoh penamaan dalam bahasa Indonesia manis, bahasa Sunda amis, bahasa Jawa legi. Jadi penamaan adalah proses pelambangan suatu benda, proses gejala, aktivitas, serta sifat. 2. Jenis Penamaan Menurut Chaer (2013: 44-51), proses penamaan dibagi menjadi 9, yaitu: penamaan berdasarkan (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8)

14 pemendekan, (9) penamaan baru. Sedangkan menurut Sudaryat (2008: 59-60) ada 10 cara dalam proses penamaan, yaitu (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan apelavita, (5) penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penemuan baru, (10) pengistilahan. Penelitian ini menggunakan jenis penamaan yang sesuai dengan klasifikasi data, yaitu penamaan berdasarkan: (1) penyebutan sifat khas, (2) penemu dan pembuat, (3) penyebutan tempat asal, (4) penyebutan pendekatan, dan penyebutan bagian. a. Penyebutan Sifat Khas Penyebutan sifat khas adalah penemuan suatu benda berdasarkan sifat khas yang ada pada benda itu. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian yaitu perubahan dari kata sifat menjadi benda. Ciri makna yang disebut dengan kata sifat mendesak kata bendanya karena sifatnya sangat menonjol, sehingga kata sifat itulah yang menjadi kata bendanya. pendapat Chaer (2013: 46). Sudaryat (2011: 59) mengemukakan bahwa penyebutan sifat khas yakni penamaan suatu benda dengan berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penamaan berdasarkan penyebutan sifat khas adalah penamaan suatu benda berdasarkan sifat khas atau ciri paling dominan yang ada pada benda itu. Contoh: orang mempunyai kulit putih di sebut si putih. Orang yang mempunyai kulit hitam di sebut si hitam. b. Penemu dan Pembuat Banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang disebut berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa

15 sejarah. Nama-nama benda yang demikian disebut dengan istilah appelativa. Pendapat Chaer (2013: 47). Sudaryat (2011: 59) menyatakan bahwa penyebutan apelativa adalah penamaan suatu benda berdasarkan nama penemu, nama pabrik pembuatannya, atau nama dalam peristiwa sejarah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penamaan berdasarkan penemu dan pembuat adalah penamaan suatu benda yang diambil dari nama penemu dan pembuat, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah. Contoh: mujahir atau mujair yaitu sejenis ikan laut tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakan oleh seorang yang bernama mujair. c. Tempat Asal Menyebutkan bahwa penamaan suatu benda dapat dipengaruhi dan ditelusuri berdasarkan tempat asal benda tersebut. Pendapat Chaer (2013: 48). Sudaryat (2011: 59) menyatakan bahwa penyebutan tempat asal adalah penamaan suatu benda berdasarkan nama asal benda tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penamaan berdasarkan penyebutan tempat asal adalah penamaan suatu benda berdasarkan tempat asal benda tersebut. Misalnya: kata magnet berasal dari nama tempat Magnesia; kata Kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama Pulau kenari di Afrika; kata sarden atau ikan sarden, berasal dari nama Pulau Sardinia di Italia. d. Pemendekan Dalam perkembangan bahasa terakhir ini banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu. Pendapat Chaer (2013:

16 51). Menurut Sudaryat (2011: 60), pemendekan adalah penamaan suatu benda dengan cara memendekan ujaran atau kata lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penamaan berdasarkan penyebutan pemendekan adalah kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau sukukata lain yang menghasilkan kata baru. Menurut Kridalaksana (2010: 162-163), bentuk-bentuk pemendekan meliputi: (1) singkatan, (2) penggalan (3) akronim dan kontraksi, (4) lambang huruf. 1) Singkatan Menurut Lingga (2011: 72), istilah singkatan adalah bentuk yang tulisannya dipendekan. Singkatan adalah suatu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf. Baik yang dieja huruf demi huruf seperti : SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), KKN (Kuliah Kerja Nyata), atau yang tidak dieja huruf demi hururf seperti: a.n (atas nama), m (meter) 1L (satu liter) dst.(dan seterusnya). 2) Penggalan Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Penggalan mempunyai beberapa sub klasifikasi, yaitu (a) penggalan suku kata pertama dari suatu kata, misalnya Dok. (dokter), Sus. (Suster), (b) penggalan suku terakhir dari suatu kata, misalnya Pak. (bapak), Bu. (Ibu), (c) penggalan tiga huruf pertama dari suatu kata, misalnya Ust. (Ustadz), Reg. (Registrasi), (d) penggalan huruf dari suku kata, misalnya Prof. (Profesor), Helm. (Helmet), (e) Penggalan kata terakhir dari suatu frasa, misalnya Harian (Surat kabar harian).

17 3) Akronim dan Kontraksi Akronim adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik indonesia. Menurut Lingga (2011: 72), istilah akronim merupakan gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata. Akronim merupakan gabungan huruf atau kata untuk menghasilkan kata baru namun masih bisa dilisankan secara keseluruhan. Contoh : FKIP ( efkip dan bukan/ef/,/ka/, /i/, /pe/), ABRI (abri dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/). Sedangkan kontraksi adalah proses pembemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Contoh: tak (tidak), sendratari (seni drama dan tari) 4) Lambang Huruf Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan suatu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur. Huruf lambang tidak diberi titik dibelakangnya. Contoh: cm (semtimeter), m (meter), g (gram). Bentuk ini disebutlambang karena dalam perkembangannya tidak dirasakan lagi asosiasi linguistik dengan kepanjangannya. Lambang-lambang tersebut sudah menjadi kesepakatan dalam konsep dasar ilmiah. 5) Penyebutan Bagian Penyebutan bagian adalah gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya. Pendapat Chaer (2013: 45). Sudaryat (2011: 59) mengemukakan bahwa penyebutan bagian adalah

18 penyebutan atau penamaan suatu benda dengan cara menyebutkan bagian dari suatu benda padahal yangdimaksud keseluruhannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebutan bagian adalah penyebutan sebagian untuk mewakili keseluruhan. Contoh: ketika seseorang pergi ke warung dan memesan teh pasti yang disodorkan oleh pemilik warung bukan teh saja, melainkan sudah dalam bentuk siap minum, sudah diseduh dengan air panas, diberi gula dan ditempatkan dalam gelas. E. Masjid 1. Pengertian masjid Masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT. Bumi yang kita tempati inilah masjid bagi kaum muslimin. Pendapat Ayub (2005: 1). Menurut Poerwadarminta (2007: 750) masjid adalah rumah tempat bersembahyang. Sedangkan menurut Asari (1994: 33) menjelaskan bahwa masjid adalah lembaga pendidikan semenjak masa paling awal Islam. Jadi dapat disimpulkan bahwa masjid merupakan tempat sujud untuk menyembah dan bersembahyang kepada Allah dan sebagai lembaga pendidikan semenjak masa paling awal Islam. 2. Fungsi Masjid Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-nya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui azan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai

19 bagian dari lafaz yang yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Masjid juga memiliki fungsi yang lain, diantaranya adalah sebagai berikut: a. merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, b. tempat kaum muslimin beri tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina ksadarandan mendapatkan pengalaman batin/ keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan klepribadian, c. tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan, d. tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat, e. membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong royongan di dalam mewujudkan bersama, f. merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin, g. tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin umat, h. mengumpulkan dana, menyimpan, dan membagikiannya, i. melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial. Pendapat (Ayub,2005 : 7).