BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan salah satunya perubahan emosi. Menurut Goleman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

SMA NEGERI 1 SANDEN Alamat. JL. Ngentak, Murtigading, Sanden, Bantul, 55763

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB V HASIL PENELITIAN. Berdasarkan data valid kepercayaan diri remaja dan prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial,

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

BAB II. Reward dan Rasa Percaya Diri. berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa

EMOSI DAN SUASANA HATI

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

Ciri dan Watak Wirausaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang


BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Keyakinan Diri Orang Tua Dalam Mendidik Anak ( Studi Deskriptif Di PAUD Telapak Kaki Ibu, Purwokerto Selatan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN STRES KERJA PADA GURU SLB DI KOTA MALANG

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Menurut Thantaway (dalam Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling, 2005), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Lauster (1978) mengatakan bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan menjadi pribadi yang optimis. Orang yang percaya diri akan mampu menghargai orang lain karena percaya bahwa orang lain juga mempunyai kemampuan seperti dirinya. Sedangkan individu yang kurang percaya diri akan mengalami kesulitan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain, kurang bertanggung jawab, selalu membandingkan dirinya dan pesimis. Lauster menambah difinisi kepercayaan diri sebagai keyakinan akan kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak mudah terpengaruh oleh orang lain 9

(Kristanti, 2005). Hal ini dapat berarti bahwa jika kepercayaan diri yang dimiliki oleh individu tersebut merupakan kepercayaan diri yang positif dan baik maka individu tersebut akan merasa yakin dengan kemampuan dirnya sendiri, sehingga tidak memerlukan bantuan dari orang lain dan tidak terpengaruh oleh orang lain dalam setiap tindakan yang dilakukannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 2.1.2 Ciri-ciri Yang Memiliki Kepercayaan Diri Menurut Lauster (1978) ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif antara lain adalah : 1) Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif tentang dirinya bahwa mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya. 2) Optimis, yaitu sikap seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemenangan. 3) Obyektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. 4) Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. 5) Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan. Menurut Lauster (1978) seseorang yang mempunyai kepercayaan diri positif dapat digambarkan dari empat aspek, yaitu : a. Cinta diri Orang yang percaya diri, mencintai diri sendiri dan cinta ini bukanlah sesuatu yang dirahasiakan bagi orang lain. Cinta diri sendiri merupakan prilaku seseorang untuk memelihara diri sendiri. b. Pemahaman diri Orang yang percaya diri tidak hanya merenungi, memikirkan perasaan dan prilaku diri sendiri. Orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya sendiri, percaya akan kompetisi atau kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan 10

atau rasa hormat orang lain, berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain yaitu berani menjadi diri sendiri. c. Tujuan hidup yang jelas Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, disebabkan mempunyai pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan mengetahui hasil apa yang dapat diharapkannya, tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis dan diterima oleh orang lain atau kelompok, memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri sehingga ketika harapan tersebut tidak terwujud seseorang tetap mampu melihat sisi positif dari dirinya dan situasi yang terjadi. d. Berpikir positif Orang yang percaya diri biasanya menyenangkan, karena mampu melihat kehidupan dari sisi yang cerah serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus, mempunyai pengendalian diri yang baik, memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau kedaan, serta tidak menggantungkan atau mengharap bantuan dari orang lain), mempunyai cara pandang terhadap diri sendiri. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menekankan bahawa ciri-ciri seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yaitu seperti ciri-ciri kepercayaan diri dikemukakan oleh Lauster (1978) antara lain keyakinan, optimis, obyektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis. 2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Menurut Tursan Hakim (2002) Percaya diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri, dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. 11

Menurut Hakim (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri yaitu : a. Faktor internal Perasaan dari dalam diri, merupakan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri, terdiri dari : 1) Keadaan fisik Keadaan fisik individu akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri. Individu yang memiliki fisik yang kurang sempurna akan menimbulkan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, karena merasa ada yang kurang didalam dirinya dan membandingkannya dengan orang lain. Keadaan ini yang membuat individu merasa kurang percaya diri. 2) Konsep diri Konsep diri adalah gagasan tentang dirinya sendiri. Seorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep negatif, sebaliknya bila seseorang percaya diri maka akan mempunyai konsep diri yang positif. 3) Usia Kepercayaan diri terbentuk dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Seorang remaja yang mempunyai rasa kurang percaya diri dikarenakan permasalahan tentang konsep diri pada masa kanak-kanak kurang dapat terselesaikan. 4) Harga diri Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri, individu yang mempunyai harga diri yang tinggi akan menilai pribadinya secara rasional yang benar bagi dirinya dan mudah mengadakan hubungan dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya dan mudah menerima orang lain. 5) Pengalaman hidup Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Pengalaman hidup yang kurang baik pada masa kanak-kanak akan berdampak pada masa pertumbuhan selanjutnya. 6) Kegagalan dan kesuksesan Keberhasilan yang dicapai akan membawa seseorang kepada kegembiraan dan juga membuat pandangan yang positif, sehingga dapat menimbulkan kepercayaan diri disetiap permasalahan yang dihadapi dan dapat dianalisis dengan baik. 7) Peran lingkungan keluarga terhadap terbentuknya kepercayaan diri Jika fungsi keluarga berjalan lancar dan baik, maka besar kemungkinan individu dalam keluarga tersebut mempunyai kepercayaan diri 12

yang baik. Karena keluarga adalah pondasi dalam membentuk karakter individu. b. Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan persepsi dan reaksi lingkungan terhadap diri kita. Faktor eksternal yang mempengaruhi kepercayaan diri individu, yaitu : 1) Pendidikan Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan. 2) Pekerjaan Rogers (dalam Kusuma, 2005) mengemukakan bahwasanya bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri. 3) Lingkungan dan pengalaman hidup Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin mantap kepercayaan dirinya (Centi, 1995). Sedangkan pembentukan kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri (Drajat, 1995). 4) Dukungan sosial Menurut Loekmono (1983) bahwa rasa percaya diri dipengaruhi dalam hubungannya dengan orang-orang yang dianggap penting, lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Natawidjaja (dalam Kusumawati, 2008) untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja membutuhkan pihak lain yang dapat dipercaya untuk mendorong keberaniaanya dalam mengambil keputusannya. 13

2.1.3 Proses Pembentukan Kepercayaan Diri Percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, ada proses tertentu didalam pribadi seseorang sehingga terjadilah pembentukan percaya diri, secara garis besar terbentuknya percaya diri yang kuat oleh Thursan Hakim (2002) melalui proses sebagai berikut : a. Terbentuknya kepribadian yang baik yang sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu. Ketika seseorang mendapatkan dukungan sosial sejak awal dari orang-orang terdekatnya, maka akan membuat individu tahu bahwa ia mempunyai kelebihan dalam dirinya. b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimiliknya melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihannya. Dengan dukungan sosial dari orang-orang terdekat, maka akan semakin menguatkan keyakinan individu bahwa dirinya memiliki kelebihan untuk dapat melakukan segala sesuatu c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau sulit menyesuaikan diri. Meskipun seseorang tahu bahwa dirinya mempunyai kekurangan, namun apabila orang-orang didekatnya tetap memberikan dukungan maka hal ini akan menimbulkan reaksi positif dalam dirinya. Sehingga menjadi individu yang tidak rendah diri. d. Pengalaman didalam menggali berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang dimilkinya. Jika seseorang mempunyai banyak pengalaman didalam kehidupannya dan disertai dengan dukungan dari orang-orang terdekat disekelilingnya serta dapat menggunakan segala kelebihan yang ada dalam dirinya, maka akan membuat seseorang percaya diri dalam melakukan segala aspek dalam kehidupannya. 2.2. Kematangan Emosi 2.2.1 Pengertian Kematangan Emosi Menurut Caplin (1995) kematangan emosi adalah suatu keadaan tercapainya tingkat kedewasaan dalam perkembangan emosi. Orang yang telah matang emosinya mampu menahan atau mengontrol yang timbul secara baik yaitu pada situasi sosial. 14

Kematangan emosi dapat dimengerti dengan mengetahui pengertian emosi dan kematangan, kemudian diakhiri dengan penjelasan kematangan emosi sebagai satu kesatuan. Istilah kematangan menunjukkan kesiapan yang terbentuk dari pertumbuhan dan perkembangan (Hurlock, 2004). Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kematangan emosi adalah kemampuan individu untuk dapat mengendalikan atau mengekspresikan perasaannya secara tepat berdasarkan kesadaran yang mendalam dalam berbagai macam situasi. 2.2.2 Ciri-ciri Individu Yang Telah Matang Emosinya Hurlock (2004) mengungkapkan tentang ciri-ciri individu yang memiliki kematangan emosi antara lain adalah : a. Adanya kontrol sosial. Individu yang masak emosinya akan berusaha untuk mengontrol dan mengendalikan emosi sehingga tingkah lakunya dapat diterima oleh masyarakat. b. Self-knowledge yang matang emosinya akan mempelajari control yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhannya. c. Penggunaan mental-kritis. Individu yang matang emosinya akan menilai secara kritis sebelum merespon emosinya. Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang telah mencapai kematangan emosi adalah individu yang dapat mengontrol dan mengendalikan emosinya dengan bail, maupun menahan diri, mempelajari kontrol emosi dengan baik sehingga control emosi tersebut dapat disetujui secara sosial serta individu akan menilai secara kritis permasalahan yang ada sebelum merespon emosinya. 2.2.3 Aspek-aspek Terjadinya Kematangan Emosi Menurut Walgito (1984) aspek-aspek kematangan emosi terdiri dari : a. Dapat menerima baik keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa adanya sesuai dengan keadaan objektifnya. 15

b. Pada umumnya tidak bersifat implusif. Individu akan merspon stimulus dengan berpikir baik, dapat mengatur pikirannya untuk memberikan tanggapan terhadap stimulus. c. Dapat mengontrol emosi dan dapat mengontrol ekspresi dengan baik walaupun individu dalam keadaan marah tetapi kemarahan itu tidak ditampakkan keluar dan individu dapat mengatur kapan kemarahan itu dapat dimanifestasikan. d. Dapat berpikir secara objektif sehingga individu yang telah matang emosinya akan bersifat sabar, penuh pengertian, dan mempunyai toleransi yang baik. e. Mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat beridiri sendiri, tidak mudah mengalami tekanan menghadapi masalahnya dengan penuh pengertian. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek kematangan emosi meliputi : Penerimaan diri dan orang lain, tidak bersikap implusif, dapat mengontrol emosinya serta mengontrol ekspresi emosinya, berpikir objektif dan mempunyai tanggung jawab. 2.2.4 Karakteristik Kematangan Emosi Remaja lain: Hurlock (2004) mengemukakan tiga karakteristik dari kematangan emosi, antara a. Kontrol emosi Individu tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain dan mampu menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang dapat diterima. Individu dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial. b. Pemahaman diri Memiliki reaksi emosional yang lebih stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain. Individu mampu memahami emosi diri sendiri, memahami hal yang sedang dirasakan, dan mengetahui penyebab dari emosi yang dihadapi individu tersebut. c. Pengunaan fungsi kritis mental Individu mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut, dan individu juga tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau individu yang tidak matang. 16

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik remaja yang telah mencapai kematangan emosi adalah individu yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan diri saat emosi sedang memuncak dengan memperhatikan situasi, waktu, dan cara yang dapat diterima; individu dapat memahami apa yang sedang dirasakan dan mengetahui sebab dari emosi yang sedang dihadapi; dan individu mampu menggunakan pemikiran terlebih dahulu sebelum membuat keputusan dengan mempertimbangkan pendapat orang lain dan dampaknya serta mampu mempertahankan pendapat ketika berbeda dengan orang lain. 2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Emosi Menurut Hurlock (2004), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kematangan emosi pada individu antara lain adalah : a. Usia Semakin bertambah usia inidvidu, diharapkan emosinya akan lebih matang dan individu akan lebih dapat menguasai dan mengendalikan emosinya. Individu semakin baik dalam kemampuan memandang suatu masalah, menyalurkan dan mengontrol emosinya secara lebih stabil dan matang secara emosi. b. Perubahan fisik dan kelenjar Perubahan fisik dan kelenjar pada diri individu akan menyebabkan terjadinya perubahan pada kematangan emosi. Sesuai dengan anggapan bahwa remaja adalah periode badai dan tekanan, emosi remaja meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar. 2.2.6 Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Kepercayaan diri Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada diri sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negative yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiannya sendiri. Patriani (2006) menyatakan bahwa remaja memiliki permasalahan hidup yang sangat kompleks diantaranya permasalahan keluarga, 17

permasalahan seputar interaksi sosial, dan pada akhirnya terjerumus kedalam perilaku menyimpang seperti tawuran, narkoba, serta seks bebas. Hal ini disebabkan karena remaja memiliki kurangnya rasa percaya diri untuk memulai proses interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Frida (dalam Cakradhita, 2007) menyatakan bahwa perasaan tidak percaya diri dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, kematangan emosi, pengalaman masa lalu, dan penerimaan diri. Lebih jelasnya lagi, Goleman (dalam Cakradhita, 2007) menambahkan bahwa perasaan tidak percaya diri juga disebabkan oleh kurangnya penanaman nilai-nilai kecerdasan emosional seperti dalam hal pengelolaan emosi. Emosi yang memainkan peran sentral dalam kehidupan individu, seseorang diharapkan memiliki kematangan emosi yang lebih tinggi untuk menjalani hidup yang efektif. Hal tersebut membenarkan bahwa perilaku kita terus dipengaruhi oleh tingkat kematangan emosi yang kita miliki. Terutama remaja yang cenderung sangat emosional dalam menjalin hubungan sosial. Dalam pandangan ini, perlu dilakukan usaha untuk mengetahui dampak kematangan emosi remaja dan percaya diri (Pastey dan Aminbavhi, 2006). Perubahan fisik yang terjadi juga dapat mengakibatkan ketegangan emosi yang tinggi pada remaja. Perubahan yang terjadi tersebut dapat menimbulkan konflik sendiri pada diri remaja. Dimana bahaya psikologis utama dari masa transisi ini berkisar di sekitar kegagalan dalam melaksanakan penyesuaian kearah kematangan, yang merupakan tugas perkembangan terpenting dalam masa remaja (Hurlock, 1999). 18

Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak meledakkan emosinya di harapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima, individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional (Hurlock, 1999). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Utami (2008) mengenai Hubungan Kepercayaan Diri dan Kematangan Emosi Dengan Kompetensi Sosial Remaja di Pondok Pesantren dengan melibatkan 60 sampel penelitian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepercayaan diri dan kematangan emosi dengan kompetensi sosial dengan skor r = 0,732 dengan p = 0,000. Selain itu Utomo (2007) juga melakukan penelitian tentang korelasi antara Kematangan Emosi dan Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Diri pada remaja awal di SMK PGRI 3 Kediri terhadap 60 siswa kelas X Jurusan Akuntansi dan Penjualan. Hasil penelitian ini bahwa ada hubungan antara kematangan emosi dan kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada remaja awal di SMK PGRI 3 Kediri skor koefisien determinasi R = 0,464. 19

2.2.7 Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan landasan teori diatas, hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini antara lain adalah : Hi : Ada hubungan yang signifikan antara kematangan emosi dengan kepercayaan diri pada siswa SMA Kanisius Bhakti Awam Ambarawa 20