BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

Tatalaksana Terkini Perlemakan Hati Non Alkoholik

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

I. PENDAHULUAN. terlokalisasi pada bagian-bagian tubuh tertentu (Sudoyo, 2009).

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 15% penduduk Amerika Serikat memiliki kadar kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diakses sejak awal sebelum terjadinya diabetes untuk pencegahan penyakit. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Asam urat berhubungan dengan beberapa faktor risiko kardiometabolik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan kumpulan gangguan hati yang ditandai dengan adanya perlemakan hati makrovesikular, fibrosis, sirosis dan tanpa adanya hubungan dengan konsumsi alkohol (Pagano et al., 2005; Zhou et al., 2005). Terdapat peningkatan insidensi NAFLD pada sindroma metabolik yang meliputi obesitas, hiperinsulinemia, resistensi insulin perifer, diabetes mellitus, hipertrigliseridemia dan hipertensi (Kim et al., 2008). Penyakit perlemakan hati non alkohol merupakan masalah kesehatan pada anak maupun dewasa yang obesitas. Prevalensi penyakit perlemakan hati non alkohol meningkat bersamaan dengan meningkatnya pandemi obesitas (Mathur et al., 2007). NAFLD memiliki spektrum klinis sangat luas dari yang paling ringan yaitu perlemakan hati sederhana (simple steatosis) atau Non-alcoholic Fatty Liver (NAFL). Perlemakan hati tersebut apabila disertai inflamasi dan kerusakan hepatosit sering disebut sebagai non-alcoholic steato hepatitis (NASH), hingga yang paling berat seperti sirosis hati atau karsinoma hepatoseluler (Kim dan Younossi, 2008). Di negara barat prevalensi NAFLD berkisar antara 15-20%. Prevalensi NAFLD pada populasi dewasa di Amerika Serikat, Jepang dan Italia berkisar 15-20% dan 20-30% diantaranya berada pada fase yang lebih berat seperti NASH. Penelitian pada populasi obese di negara maju didapatkan 60% perlemakan hati

2 sederhana, 20-25% NASH dan 2-3% sirosis. Kejadian NAFLD pada populasi diabetes mellitus sebesar 70% dan pada pasien dislipidemia 60%. Berdasar penelitian yang ada prevalensi NAFLD di Indonesia adalah 30,6% (Hasan, 2006). Penyakit perlemakan hati non alkohol kini diketahui sebagai salah satu bentuk penyakit hati kronik di negara negara berkembang dengan prevalensi 10%-24% dari seluruh populasi (Sey, 2003). Prevalensi penyakit perlemakan hati non alkohol 30%-100% pada laki laki sedangkan 52,8% pada anak yang obesitas (Prodia, 2003). Penelitian Wilson dkk menunjukkan bahwa penyakit perlemakan hati non alkohol berhubungan kuat dengan obesitas (Salgado et al., 2006). Prevalensi penyakit perlemakan hati non alkohol tertinggi adalah pada umur 40 49 tahun (Sey, 2003). Penyakit perlemakan hati non alkohol akan berlanjut menjadi fibrosis atau sirosis hepatis 15%-50% dan mortalitas 10% (Sears, 2007). Dari keseluruhan pasien dengan penyakit perlemakan hati non alkohol, 5% berkembang menjadi sirosis hepatis dalam kurun waktu 7 tahun dan 1,7% meninggal karena sirosis hepatis (Daimon et al., 2006). Ultrasonografi hepar merupakan modalitas non invasif yang telah digunakan secara luas untuk mendiagnosis penyakit perlemakan hati non alkohol dan mempunyai sensitivitas 82% sampai 89% dan spesifitas 93% dalam mendeteksi infiltrasi dari perlemakan hati (Bayard et al., 2006). Ultrasonografi dupleks doppler merupakan metode diagnostik non invasif yang penting dalam mengevaluasi vaskuler hati dan penyakit parenkhimal hati (Oguzkurt et al., 2005). Penurunan kecepatan aliran darah teramati pada hewan percobaan dengan deposit lemak di hati, dan data yang sama diharapkan terjadi pada manusia. Pada

3 penelitian terkini memberikan hasil bahwa penyakit perlemakan hati non alkohol dapat merubah pola spektral dari vena hepatika dan vena porta (Erdogmus et al., 2008) Jaringan lemak (adiposa) yang sebelumnya hanya dianggap sebagai deposit energi, kini terbukti mempunyai peran penting sebagai suatu organ endokrin dengan menghasilkan berbagai protein aktif yang disebut adipositokin atau adipokin, yang masing-masing mempunyai peran dalam homeostasis dan metabolisme tubuh (Standl, 2005). Salah satu diantara adipokin tersebut adalah adiponektin. Berbeda dengan adipositokin lainnya, kadar adiponektin berkurang pada keadaan obesitas dan berbanding terbalik dengan resistensi insulin, dislipidemia, dan sindroma metabolik (MetS) (Standl, 2005). Obesitas merupakan suatu keadaan dari akumulasi lemak tubuh yang berlebihan di jaringan lemak dan dapat menimbulkan beberapa penyakit. Kejadian obesitas di seluruh dunia meningkat sebagai salah satu akibat dari modernisasi gaya hidup dengan meningkatnya masukan kalori dan terbatasnya aktivitas fisik serta urbanisasi yang juga dipengaruhi faktor lingkungan (Dietzs, 1998). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia tahun 2001 dan 2004 terjadi peningkatan prevalensi overweight (IMT 25-<30) dari 11,1% menjadi 15,5% dan obesitas (IMT>30) dari 2,4% menjadi 3,4% (SKRT, 2004). Terdapat hubungan yang kuat antara penyakit perlemakan hati non alkohol dengan obesitas, dan terlebih lagi dengan akumulasi lemak viseral. Pada penelitian NHANES III, sekitar 30% laki-laki obesitas dan 40% perempuan obesitas menderita penyakit perlemakan hati non alkohol (Bayard et al., 2006).

4 Di Indonesia belum ditemukan adanya penelitian yang dipublikasikan mengenai hubungan kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh (IMT) pada populasi overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease). Perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah penurunan kecepatan aliran vena porta pada overweight merupakan salah satu parameter yang obyektif pada pemeriksaan ultrasonografi dari NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease), yang dapat meningkatkan akurasi penegakan diagnosis NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease). Berdasar permasalahan tersebut penelitian ini akan difokuskan pada korelasi antara kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh (IMT) pada overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease) yang dilakukan pemeriksaan dengan pencitraan ultrasonografi. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat korelasi antara kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh (IMT) pada overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease)? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis korelasi antara penurunan kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh (IMT) pada overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease).

5 D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menggambarkan korelasi antara kecepatan aliran vena porta dengan IMT pada overweight dengan atau tanpa NAFLD, dimana selama ini masih sangat sedikit hasil penelitian yang menyajikan hal tersebut. 2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam penatalaksanaan obesitas dan untuk memberikan gambaran indikator antropometri yang penting dalam memprediksi adanya komplikasi NAFLD pada overweight. 3. Secara medis menunjukkan pentingnya pemeriksaan USG color doppler hepar pada individu overweight, untuk mengukur kecepatan aliran vena porta dan mengetahui adanya NAFLD, yang merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler. 4. Bermanfaat bagi pendidikan, melatih cara berpikir dan melakukan penelitian, serta menambah khasanah ilmu pengetahuan. 5. Bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, sebagai dasar teori atau sumber pustaka. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang meneliti korelasi antara kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh (IMT) pada ultrasonografi color doppler pada populasi overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease) menurut sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Beberapa penelitian mengenai pemeriksaan kecepatan aliran vena

6 porta dengan menggunakan ultrasonografi color doppler pada obesitas maupun NAFLD yang dapat digunakan sebagai acuan pustaka, diantaranya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Penelitian tentang Obesitas, NAFLD dan Kecepatan Aliran Vena porta. Peneliti, Tahun Tempat Subyek Topik Hasil Sohljoo et al. (2011) Iran 31 subyek dan 31 kontrol Meneliti hubungan nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) dengan pola gelombang doppler vena hepatika dan pemeriksaan doppler vena porta. Pasien dengan NAFLD mempunyai gelombang doppler vena hepatika yang abnormal, dan penurunan kecepatan aliran vena porta. Ulusan et al. (2011) Turki 35 subyek NAFLD dan 29 subyek sehat dewasa Meneliti hubungan antara kecepatan aliran vena porta dan lemak abdomen pada pasien NAFLD dengan USG Doppler dan magnetic resonance imaging (MRI). Kecepatan aliran vena porta pada pasien dengan NAFLD lebih rendah dari subyek sehat yang normal (p< 0.0001). Erdogmus et al. (2008) Turki 60 subyek dan 20 kontrol Meneliti efek infiltrasi lemak pada hepar dengan melihat aliran hemodinamik vena porta pada pemeriksaan Doppler. Kecepatan aliran vena porta menurun seiring dengan peningkatan derajad infiltrasi lemak. Sarma. (2006) India 30 subyek Meneliti flow pulsatility indeks pada vena porta dengan color duplex imaging Terdapat korelasi negatif antara VPI dengan BMI Asriyani & Murtala. (2006) Indonesia 36 pasien USG color doppler untuk mengetahui nilai kecepatan vena porta pada populasi normal sesuai umur, jenis kelamin, dan kondisi yang berkaitan dengan prandial. kecepatan aliran vena porta meningkat sesaat setelah makan, 1 jam setelah makan, dan 2 jam setelah makan. Tidak ada perbedaan pada laki-laki dan perempuan. Wicaksana. (2000) Indonesia 136 pasien Membuktikan adanya hubungan antara obesitas dengan diagnosa USG perlemakan hati Terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan gambaran perlemakan hati. P=0,02640 Penelitian kami berbeda dengan penelitian penelitian sebelumnya karena dilakukan pada populasi yang berbeda yaitu pada populasi overweight dengan

7 atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Disease) di lingkungan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Sejauh ini belum ada penelitian mengenai korelasi antara kecepatan aliran vena porta dengan indeks massa tubuh pada overweight dengan atau tanpa NAFLD (Non-alcoholic Fatty Liver Dissease) di Indonesia.