BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor
|
|
- Yandi Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor yang saling berhubungan dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu diabetes melitus (DM) atau peningkatan glukosa darah puasa, obesitas sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011). Prevalensi sindroma metabolik terus meningkat. Prevalensi ini bervariasi tergantung kelompok ras/ etnis dan lingkungan (Alexander, 2003 dan Carlson, 2004). Di Amerika Serikat sindroma metabolik terdapat pada 25% orang dewasa usia > 20 tahun dan sampai 45% pada populasi > 50 tahun (Wang, 2012). Saat ini diperkirakan 20-25% populasi dewasa di dunia menderita sindroma metabolik dan kelompok ini berisiko untuk mengalami serangan jantung 3 kali lipat dibandingkan kelompok populasi tanpa sindroma metabolik (Alberti et al., 2006; Nestel et al., 2007; Grundy, 2008). Faktor resiko penting terjadinya sindroma metabolik adalah peningkatan berat badan dan indeks massa tubuh (IMT), sedangkan aktivitas fisik menghambat risiko sindroma metabolik (Carnethon et al., 2004). Modifikasi gaya hidup melalui penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas fisik merupakan terapi klinis lini pertama pada sindroma metabolik. Terapi farmakologis diperlukan untuk mencapai sasaran terapi yang direkomendasikan pada guideline terkini (Grundy, 2004).
2 2 Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) adalah penimbunan lemak di hati yang tidak disebabkan oleh alkohol. Spektrum penyakit ini bervariasi mulai dari steatosis hati sederhana sampai nonalcoholic (NASH), yang agresif karena dapat berkembang menjadi sirosis hepatis (Dabhi et al, 2008; Vanni et al, 2010). NAFLD dianggap merupakan manifestasi hepatal dari sindroma metabolik dengan resistensi insulin sebagai kunci patogenesisnya (Vanni et al., 2010). Resistensi insulin pada sindroma metabolik yang ditandai akumulasi lemak di hati yang berasal dari pelepasan asam lemak bebas akibat lipolisis jaringan lemak menyebabkan terjadinya NAFLD melalui perangsangan TNF-α dan hormon adipokine lain seperti leptin, resistin, adiponektin, dan melalui siklus Randle terjadi metabolisme glukosa dalam proses yang disebut glukoneogenesis di hati (Suyono, 2007). Asam lemak bebas plasma yang berasal dari lipolisis jaringan adiposa viseral merupakan sumber utama akumulasi trigliserida dalam hati (Vanni et al., 2010). Gangguan proses oksidasi dan sekresi timbunan asam lemak di hati yang berlebihan dapat menyebabkan steatosis hati. Deposisi lemak yang berlebihan merangsang peroksidasi lemak yang menghasilkan 4-hidroksinoneal dan malondialdehide (Umar & Rinella, 2008). Obesitas sentral, diabetes, deposisi besi, fibrosis berat dan usia secara bermakna meningkatkan risiko perburukan NASH diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan berlanjutnya epidemi obesitas dan diabetes. Prevalensi NAFLD pada populasi umum berkisar antara 10% sampai 39%, 50% pada pasien
3 3 DM, dan 57% sampai 74% pada pasien obesitas. Prevalensinya pada obesitas dewasa berkisar antara 22,5% sampai 52,8% (Machado & Pinto, 2005). Resistensi insulin merupakan kejadian reprodusibel sebagai faktor predisposisi NAFLD ditemukan pada lebih dari 90% kasus disertai manifestasi lain dari sindroma metabolik. Hubungan yang kuat antara resistensi insulin, peningkatan kadar asam lemak bebas plasma dan terjadinya NAFLD menyebabkan pemakaian obat-obatan yang meningkatkan sensitivitas insulin diduga akan mempengaruhi kadar asam lemak bebas dan berguna untuk pencegahan dan perbaikan NAFLD (Rector et al., 2008). Sampai saat ini belum ada terapi standar untuk NAFLD hal ini karena masih sedikitnya penelitian acak dan uji klinik pada manusia. Strategi terapi NAFLD saat ini difokuskan pada bagaimana mengurangi stress oksidatif dan jaringan lemak, memperbaiki resistensi insulin dan optimalisasi profil lipid. Salah satu terapi memperbaiki resistensi insulin adalah dengan metformin dan tiazolidinedione ( Quercioli et al., 2009 ). Metformin merupakan obat anti diabetes yang telah digunakan secara luas pada 50 tahun terakhir. Metformin meningkatkan sensitivitas insulin, serta mengurangi kadar asam lemak bebas plasma dengan cara mengurangi efflux asam lemak bebas dari sel lemak (Rodriquez et al., 2004; Kirpichnikov, et al., 2002; Collier et al., 2006; Gonzalez-Barroso et al., 2012). Penelitian yang menguji efek metformin terhadap kadar asam lemak bebas plasma penderita DM memberikan hasil yang bervariasi. Metformin menurunkan keluaran glukosa hepatik dan mengaktifkan adenosin 5-monophosphate activated protein kinase (AMPK), yang
4 4 menghambat produksi glukosa, kolesterol dan trigliserida serta menstimulasi oksidasi asam lemak (Nakajima, 2012). Pemberian metformin pada penderita obese dengan NAFLD menunjukkan hasil perbaikan yang bermakna terhadap derajat steatosis dan parameter klinik lain seperti resistensi insulin, berat badan, dan kandungan lemak visceral (Tock, et al., 2010). Hipertensi merupakan komponen yang sering menyertai sindroma metabolik dan berpengaruh untuk terjadinya aterosklerosis. Beberapa obat golongan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) dan angiotensin II receptor blockers (ARB) mempunyai efek menguntungkan terhadap kondisi resistensi insulin. Valsartan merupakan antihipertensi golongan ARB yang mempunyai peran memperbaiki fungsi sel β dan sensitivitas insulin pada pasien dengan gangguan metabolisme glukosa ( Van der Zijl et al., 2011). Valsartan menurunkan stress oksidatif dan meningkatkan aktivitas paraoxonase (PON) yang ditemukan rendah pada pada binatang percobaan dengan Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) (Hussein et al., 2012). Valsartan mencegah progresifitas fibrosis hati pada DM tipe 2 pada binatang percobaan. Hal ini terkait dengan penurunan mediator-mediator inflamasi di hati (Qiang et al., 2012). Valsartan diharapkan memberikan kontribusi pada tatalakasana pasien dengan NAFLD. Pengaruh penggunaan metformin dan valsartan terhadap kadar asam lemak bebas plasma pada pasien sindroma metabolik dengan NAFLD belum pernah dilakukan.
5 5 B. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat pengaruh pemberian metformin dan valsartan terhadap kadar asam lemak bebas pasien sindroma metabolik dengan NAFLD? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian metformin dan valsartan terhadap kadar asam lemak bebas pasien sindroma metabolik dengan NAFLD. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pasien, peneliti maupun institusi, berupa: 1. Manfaat bagi pasien, dapat sebagai dasar pengelolaan sindroma metabolik dan NAFLD yang lebih baik. 2. Manfaat bagi peneliti, dapat mengetahui pengaruh pemberian metformin dan valsartan terhadap kadar asam lemak bebas pasien sindroma metabolik dengan NAFLD. 3. Manfaat bagi institusi, dapat menjadi sumber data dan bukti klinis mengenai pengaruh pemberian metformin dan valsartan terhadap kadar asam lemak bebas pasien sindroma metabolik dengan NAFLD. Penelitian ini dapat dijadikan acuan penyusunan prosedur tetap penanganan pasien sindroma metabolik dengan NAFLD.
6 6 4. Manfaat bagi ilmu pengetahuan, dapat menambah bukti klinis baru mengetahui pengaruh pemberian metformin dan valsartan terhadap kadar asam lemak bebas pasien sindroma metabolik dengan NAFLD. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan telaah literatur yang dilakukan oleh penulis, belum ada penelitian mengenai pengaruh pemberian metformin dan valsartan terhadap kadar asam lemak bebas pasien sindroma metabolik dengan NAFLD yang dilaksanakan di Indonesia. Daftar penelitian yang digunakan penulis sebagai acuan dalam penelitian ini dicantumkan dalam tabel 1. Tabel 1. Penelitian-penelitian sebelumnya tentang terapi metformin dan valsartan pada NAFLD Peneliti/Metode Judul Hasil Manaf et al. (2008) Uji klinis eksperimental, Subyek: 156 penderita obesitas dengan prediabetes Marchesini et al. (2001) Open label, single arm Subyek: 20 penderita nonalkoholic Garinis et al.(2010) Open label, randomized Subyek: 50 penderita nonalkoholic Haukeland et al.(2009) A randomized controlled trial Subyek: 48 penderita non alcoholic fatty liver disease Effect of metformin therapy on plasma adiponectin in obesity with prediabetes patients Metformin in nonalcoholic Metformin versus dietary treatment in non-alcoholic Metformin in patients with non-alcoholic fatty liver disease Kenaikan kadar adiponektin setelah terapi metformin 2x500 mg selama 12 minggu Penurunan transaminase dan perbaikan resistensi insulin setelah terapi metformin 2 g/hari selama 4 bulan Perbaikan gambaran USG dan kenaikan kadar adiponektin setelah terapi metformin 1g/hari+ diet selama 6 bulan dibanding diet. Perbaikan resistensi insulin, penurunan kadar transaminase setelah terapi metformin 6 bulan dibanding plasebo.
7 7 Van Der Zijl et al. (2011) A Randomized Controlled Trial Subyek : 40 pasien dengan gangguan metabolisme glukosa Lee et al. (2010) Multicenter, open label Subyek : 91 pasien dengan DM dan hipertensi Nagel et al.(2006) RCT, double blind, cross over study Subyek : 20 subyek dengan resistensi insulin Valsartan Improves β- Cell Function and Insulin Sensitivity in Subjects With Impaired Glucose Metabolism Valsartan increases circulating Adiponektin Levels Without Changing HOMA-IR inpatients with Type 2 DM and Hypertension The effect of telmisartan on glucose and lipid metabolism in non diabetic, insulin resistant subjects Perbaikan fungsi sel-β dan sensitivitas insulin setelah terapi valsartan selama 26 minggu dengan dosis 1x320 mg/hari. Peningkatan kadar adiponektin setelah terapi valsartan 1x80 mg selama 4 minggu dilanjutkan 1x160 mg selama 8 minggu. Perbaikan sensitivitas insulin pada pemberian telmisartan 40 mg/hari selama 12 minggu. Kadar asam lemak bebas tidak berubah. Rodriquez et al. (2004) RCT, double blind Subyek : 21 subyek obese dengan resistensi insulin Ichikawa (2007) RCT, open label Subyek : 53 pasien hipertensi dengan sindroma metabolic di Jepang Effect of metformin vs. placebo treatment on serum fatty acids in non-diabetic obese insulin resistant individuals Comparative Effects of Telmisartan and Valsartan on Insulin Resistance in Hypertensive Patients with Metabolic Syndrome Pemberian metformin selama 20 minggu tidak memberikan perbedaan bermakna pada kadar asam lemak bebas. Telmisartan 20 mg/hari meningkatkan sensitivitas insulin pada pasien hipertensi dengan sindrom metabolic dibandingkan dengan valsartan 40 mg/hari.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor yang saling berhubungan dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom metabolik adalah masalah global yang sedang berkembang. Sekitar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom metabolik adalah masalah global yang sedang berkembang. Sekitar seperempat penduduk Eropa dewasa diperkirakan memiliki sindrom metabolik. Sindrom metabolik juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin disertai abnormalitas fungsi dan deposisi lemak. Sindroma metabolik menjadi faktor risiko penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan kumpulan gangguan hati yang ditandai dengan adanya perlemakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada zaman modern ini, seluruh dunia mengalami pengaruh globalisasi dan hal ini menyebabkan banyak perubahan dalam hidup manusia, salah satunya adalah perubahan gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver disease ( NAFLD ) merupakan gangguan pada hati yang biasa terjadi di dunia, insiden yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang tidak boleh diabaikan (Charlton et al., 2009).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan salah satu penyakit yang mulai mendapat perhatian dari penduduk dunia. NAFLD adalah istilah yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang paling sering diderita manusia. Saat ini penderita obesitas di dunia terus meningkat. Penelitian sejak tahun 1990-an menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi obesitas dewasa (>18 tahun) di Indonesia mencapai 19,7% untuk laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Alopesia androgenetik merupakan alopesia yang dipengaruhi oleh faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alopesia merupakan yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan efek dari androgen perifer, dimana faktor tersebut akan mengakibatkan perubahan secara bertahap dari rambut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan
Lebih terperinciEFEK METABOLIK TELMISARTAN PADA PASIEN DIABETES-HIPERTENSI. Augusta L.Arifin
EFEK METABOLIK TELMISARTAN PADA PASIEN DIABETES-HIPERTENSI Augusta L.Arifin Sub Bagian Endokrinologi & Metabolisme Bagian/UPF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD / RSUP dr Hasan Sadikin Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir
Lebih terperinciTatalaksana Terkini Perlemakan Hati Non Alkoholik
TINJAUAN PUSTAKA Tatalaksana Terkini Perlemakan Hati Non Alkoholik Randy Adiwinata 1, Andi Kristanto 1, Finna Christianty 1, Timoteus Richard 1, Daniel Edbert 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Katolik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita penyakit diabetes mellitus di seluruh dunia meningkat dengan cepat. International Diabetes Federation (2012) menyatakan lebih dari 371 juta jiwa di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah utama pada beberapa negara dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat Sindrom metabolik, juga dikenal sebagai sindrom resistensi insulin atau sindrom X, merupakan istilah yang biasa digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kelainan sindrom metabolik dengan karakteristik dimana seseorang mengalami hiperglikemik kronis akibat kelainan sekresi insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi lemak secara berlebihan. Obesitas merupakan faktor risiko dislipidemia, diabetes melitus, hipertensi, sindrom
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. prevalensinya yang signifikan dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi overweight dan
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Obesitas telah menarik perhatian masyarakat dunia karena peningkatan prevalensinya yang signifikan dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian
Lebih terperinciEFEK PEMBERIAN METFORMIN DAN TELMISARTAN TERHADAP RESISTENSI INSULIN PADA PASIEN SINDROM METABOLIK DENGAN TERAPI INSULIN
EFEK PEMBERIAN METFORMIN DAN TELMISARTAN TERHADAP RESISTENSI INSULIN PADA PASIEN SINDROM METABOLIK DENGAN TERAPI INSULIN TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan keahlian/spesialisasi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,
lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang banyak dianut populasi di dunia dan membuat prevalensi DM terus meningkat secara global seiring dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 tahun ini bertambah 2 kali lipat. Penderita DM mempunyai resiko terhadap penyakit kardiovaskular 2 sampai 5
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terlokalisasi pada bagian-bagian tubuh tertentu (Sudoyo, 2009).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi jaringan lemak berlebihan yang dapat terjadi diseluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian tubuh tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes tipe 2 merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan menurunnya kerja insulin secara progresif (resistensi insulin), yang diikuti dengan ketidakmampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan dan obesitas menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh obesitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. meningkat. Di Amerika Serikat angka kejadian SM telah mencapai 39%. SM
B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian obesitas meningkat dan telah mencapai tingkatan epidemi di seluruh dunia. Sejalan dengan itu angka kejadian sindroma metabolik (SM) juga meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 patofisiologi dasar : sekresi insulin yang terganggu, resistensi
Lebih terperinciABSTRAK OBESITAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2
ABSTRAK OBESITAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 Dani Indra Gunawan, 2007; Pembimbing I : Agustian L. K., dr., Sp.PD Pembimbing II : Slamet Santosa, dr., M.Kes Obesitas (kegemukan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan jiwa dan psikososial menurut The World Health Report tahun 2001 dialami kira-kira 25% dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi obesitas mengalami peningkatan di seluruh dunia menjadi dua kali lipat berdasarkan data dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemi) dan ditemukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kondisi berlebihnya berat badan akibat banyaknya lemak pada tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), di sekitar organ tubuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang penting. Stroke sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama serta merupakan penyebab kematian ketiga
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES
ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Viola Stephanie, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes. Obesitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal akibat tubuh kekurangan insulin (Sidartawan, 2004). Penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipoprotein merupakan gabungan dari lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein yang berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diakses sejak awal sebelum terjadinya diabetes untuk pencegahan penyakit. Selain itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resistensi insulin merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya diabetes pada orang obese sehingga derajat resistensi insulin pada individu obese perlu diakses sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit metabolik dan obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius. Pada penyakit metabolik dapat ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fruktosa merupakan gula yang umumnya terdapat dalam sayur dan buah sehingga sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa fruktosa sepenuhnya aman untuk dikonsumsi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian
Lebih terperinciPengobatan diabetes tipe 2 yang agresif. Lebih dini lebih baik. Perjalanan penyakit Diabetes tipe 2 : Keadaan patologik yang mendasarinya
Pengobatan diabetes tipe 2 yang agresif. Lebih dini lebih baik Augusta L.Arifin Pendahuluan Epidemi diabetes tipe 2 pada ahir abad ke 20 dan awal abad ke 21, dan pengetahuan tentang pentingnya pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Prevalensi DM meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbakar, bahan kimiawi, nutrisi, dan imunologik. 1. superior cavum abdominis, berperan pada berbagai fungsi metabolisme,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi atau reaksi radang merupakan reaksi terhadap jejas seluler yang hanya berlangsung pada jaringan dari organisme multiseluler yang mempunyai pembuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) secara etiologi berasal dari serangkaian kelainan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin dan
Lebih terperinciGambaran Profil Lipid dan Tekanan Darah Pegawai Negri Sipil Sekretariat Daerah Provinsi Riau dan Hubungannya dengan Resiko Diabetes Melitus
Gambaran Profil Lipid dan Tekanan Darah Pegawai Negri Sipil Sekretariat Daerah Provinsi Riau dan Hubungannya dengan Resiko Diabetes Melitus 'Huriatul Masdar, ^Dani Rosdiana, ^Fifia Chandra 'Bagian Histologi-hnunologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World
Lebih terperincidan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus
Lebih terperinciPENGARUH INJEKSI LEPTIN JANGKA PENDEK TERHADAP KADAR ADIPONEKTIN DALAM SERUM Rattus norvegicus STRAIN WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK
PENGARUH INJEKSI LEPTIN JANGKA PENDEK TERHADAP KADAR ADIPONEKTIN DALAM SERUM Rattus norvegicus STRAIN WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Dian Prawibawa 1, M Rasjad indra 2, Bambang Prijadi 3 1 2 3 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Asam urat berhubungan dengan beberapa faktor risiko kardiometabolik,
1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Asam urat berhubungan dengan beberapa faktor risiko kardiometabolik, seperti diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, obesitas dan sindrom metabolik (Afzali et al.,
Lebih terperinciPERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD
PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari fraksi lemak di dalam darah, seperti kolesterol, kolesterol ester,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi yang sejalan dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlahnya akan mengalami peningkatan di masa datang (Suyono, 2014). Diabetes melitus adalah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 180 juta orang di dunia mengalami diabetes melitus (DM) dan cenderung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan
Lebih terperinciPencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)
Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) PENDAHULUAN Mengenai pencegahan ini ada sedikit perbedaan mengenai definisi pencegahan yang tidak terlalu mengganggu. Dalam konsensus yang mengacu ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global,
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global, jumlah penderita DM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apolipoprotein atau apoprotein dikenal sebagai gugus protein pada lipoprotein. 1 Fungsi apolipoprotein ini adalah mentransport lemak ke dalam darah. Karena lemak tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas fisik yang teratur mempunyai banyak manfaat kesehatan dan merupakan salah satu bagian penting dari gaya hidup sehat. Karakteristik individu, lingkungan sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
Lebih terperinciTestosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS )
Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS ) Asman Manaf Subbagian Endokrin Metabolik Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr M Jamil Padang
Lebih terperinci