TOLERANSI KADAR GARAM JENIS KEPITING BAKAU DI TAMBAK

dokumen-dokumen yang mirip
dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di

PEMANFAATAN JERAMI, PUPUK KANDANG, DAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

I. PENDAHULUAN. diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah munculnya penyakit yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

PARAMETER KUALITAS AIR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kelangsungan Hidup

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

KONDISI KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain) SECARA RESIRKULASI DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Gorontalo Utara. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan salah satu Kabupaten yang terletak

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 4,29 juta ha hutan mangrove. Luas perairan dan hutan mangrove dan ditambah dengan

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Udang windu menurut Mujiman dan Suyanto (2003) tergolong ke. Sub Ordo : Matantia. Famili: Penaedae.

Lampiran 1. Rata-rata laju pertumbuhan bobot, lebar karapas dan panjang karapas kebiting bakau, Scyla srerata selama penelitian.

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GABUS (Channa striata) DAN DINAMIKA KUALITAS AIR PADA BERBAGAI WADAH PEMELIHARAAN Heriansah 1) dan Dian Nisa Fitri Aspari 2)

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RESPON PERTUMBUHAN KEPITING BAKAU (Scylla Serrata Forskal) TERHADAP SALINITAS DAN JENIS PAKAN SEGAR

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH

BAB III BAHAN DAN METODE

MANAJEMEN KUALITAS AIR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA EKSTENSIF PLUS DI LAHAN MARGINAL

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGENALAN UMUM BUDIDAYA KEPITING BAKAU

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

Transkripsi:

1117 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 ABSTRAK TOLERANSI KADAR GARAM JENIS KEPITING BAKAU DI TAMBAK Burhanuddin Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: litkanta@indosat.net.id Kepiting bakau merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Permintaan pasar dalam dan luar negeri semakin meningkat menyebabkan penangkapan dialam semakin intensif. Penangkapan kepiting yang tidak terkendali akan menurunkan populasi sehingga produksi kepiting ikut menurun. Untuk mempertahankan populasi kepiting dialam, sementara ekspor tetap berjalan diperlukan usaha budidaya. Budidaya kepiting dipandang memungkinkan karena lahan yang tersedia, bibit alam masih banyak dan usaha kearah produksi benih telah berhasil dilakukan. Budidaya kepiting bakau telah mulai dilakukan dengan berbagai cara seperti tebar langsung di tambak dan sistim batrey, namun masih dijumpai banyak kendala seperti kelangsungan hidup yang rendah serta tidak semua jenis kepiting memiliki toleransi parameter kualitas air yang sama. Karena itu dilakukan penelitian toleransi kadar garam pada tiga jenis kepiting bakau. Penelitian dilakukan selama 45 hari di Instalasi Tambak Percobaan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros. Penelitian dilakukan pada dua petak tambak yang berbeda kadar garam. Penelitian dimaksudkan untuk melihat jenis kepiting yang toleran terhadap kadar garam d 10 ppt (A) dan e 40 ppt (B). Tiga jenis kepiting bakau yang dicobakan pada masing-masing perlakuan yaitu Scylla serrata, Scylla olivaceae dan Scylla transquabarica, dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Scylla tranquabarica tumbuh lebih cepat pada kadar garam d 10 ppt disusul Scylla serrata dan Scylla olivaceae. Pada kadar garame 40 ppt Scylla serratadan Scylla olivaceae tumbuh lebih cepat dibanding Scylla transquabarica. Perbedaan kadar garam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup jenis kepiting bakau. KATA KUNCI: kepiting bakau, pertumbuhan, kelangsungan hidup, kadar garam, tambak PENDAHULUAN Pada awalnya kepiting dianggap sebagai hama pada kegiatan budidaya di tambak.setelah dikenal masyarakat sebagai sumber protein hewanidan mempunyai harga jual yang baik menyebabkan kepiting bakau mulai di tangkap oleh para nelayan dan masyarakat pantai. Dengan terbukanya pasar ekspor kepiting bakau merangsang penangkapan yang tidak terkendali, dan usaha budidayanya pun mulai dirintis. Kepiting sebagai komoditas ekspor memiliki harga jual cukup tinggi dengan syarat bobot minimal 500 guntuk kepiting pedaging dan 200 g untuk kepiting bertelur dengan kriteria telur penuh sempurna dan kepiting cangkang lunak berukuran minimal 100g. Kepiting juga mempunyai kasiat sebagai obat alternatif atau makanan kesehatan. Cangkang kepiting dan udang mampu menyembuhkan berbagai penyakit dan dapat memperkuat dan meremajakan daya kerja liver, mencegah dan melawan merambatnya kanker, mempertinggi daya tahan tubuh dan antibodi, memperkaya bakteri yang berguna dalam usus.kulit kepiting mengandung zat kithin yang dikenal sangat efektif untuk menekan pertumbuhan kanker dan menurunkan kolesterol dalam tubuh. Budidaya kepiting bakau mulai dilakukan seperti di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi dengan tujuan produksi kepiting pedaging maupun kepiting cangkang lunak dengan cara tebar lepas di tambak dan sistim kurungan.penggunaan kurungan atau keranjang diperuntukkan memproduksi kepiting pedaging berukuran besar, kepiting bertelur dan kepiting cangkang lunak. Kepiting yang dipelihara pada kurungan atau keranjang sebaiknya yang berukuran besar tetapi kurus atau dikenal sebagai penggemukan sehingga waktu yang digunakan berkisar 15 30 hari. Pemeliharaan kepiting bakau perlu didukung oleh lingkungan biotok dan abiotik perairan.lingkungan abiotik tambak yang sering berubah setiap tahun dengan rentang yang sangat jauh adalah kualitas air terutama kadar garam. Sebagian besar tambak mengalami hal tersebut setiap tahun sehingga berpengaruh pada organisme budidaya. Karena itu dilakukan penelitian toleransi kepiting bakau terhadap lingkungan tambak

Toleransi kadar garam jenis kepiting bakau di tambak (Burhanuddin) 1118 yang berkadar garam tinggi dan rendah. Penelitian ini bertujuan melihat jenis kepiting yang toleran terhadap kadar garam rendah dan tinggi dengan maksud mendapatkan ketepatan jenis yang toleran terhadap kadar garam tempat budidaya. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Instalasi tambak percobaan Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, Sulawesi Selatan. Media yang digunakan adalah wadah keranjang plastik berukuran berukuran 50 cm x 40 cm x 25 cm sebanyak 42 buah. Keranjang ditempatkan pada tambak dengan menggunakan pelampung dari pipa paralon 3 inci. yang dipasang pada sisi sehingga keranjang tetap terapung. Diusahakan sekitar 25% bagian keranjang tetap terapung diatas permukaan air sehingga apabila oksigen air rendah, kepiting dapat naik diatas permukaan air untuk mengambil oksigen. Sebelum dilaksanakan penelitian terlebih dahulu dilakukan persiapan tambak dengan melakukan pembersihan, perbaikan pematang, pemasangan pipa inlet dan outlet serta pengisian air. Tinggi air diusahakan tidak kurang dari 30 cm.sebanyak 7 keranjang diisi kepiting masing-masing 1 ekor/ keranjang dengan jenis Scylla serrata, 7 keranjang diisi kepiting masing-masing 1 ekor/keranjang dengan jenis Scylla olivaceae dan 7 keranjang diisi kepiting masing-masing 1 ekor/keranjang dengan jenis Scylla transquabarica yang ditempatkan pada tambak berkadar garam 10 ppt (perlakuan A). Sedangkan perlakuan B yaitu 7 keranjang diisi kepiting masing-masing 1 ekor/keranjang dengan jenis S. serrata, 7 keranjang diisi kepiting masing-masing 1 ekor/keranjang dengan jenis S. olivaceae, 7 keranjang diisi kepiting masing-masing 1 ekor/keranjang dengan jenis S. transquabarica ditempatkan pada tambak berkadar garam 40 ppt (perlakuan B). Kisaran ukuran awal: panjang, lebar dan bobot yang digunakan adalah 6,1 6,3 cm; 8,06-8,15 cm; 92,3-92,92 g untuk S.serrata. Sedangkan S.olivaceaeadalah 5,85-5,97 cm; 8,1-8,27 cm dan 101,7-109,07 g; dan 5,75-5,99 cm, 8-8,03- cm dan 86,9-102,5 g untuk S. tranquabarica. Selama pemeliharaan kepiting bakau diberi pakan berupa ikan rucah secara ad libitum 5,99dengan frekuensi sekali sehari yaitu pada sore hari. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertumbuhan dan kelangsungan hidup serta parameter kualitas air meliputi suhu, salinitas, ph, alkalinitas dan oksigen terlarut. Pengukuran dilakukan setiap 15 hari sekali selama 45 hari pengamatan. Data pertumbuhan, sintasan dan kualitas air dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN BAHASAN Kadar garam merupakan salah satu faktor fisika-kimia air yang berpengaruh pada organisme perairan. Kandungan kadar garam air media berpengaruh pada kemantapan proses metabolisme tubuh. Semakin tinggi kemantapan metabolism tubuh akan semakin kecil penggunaan energy sehingga lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan. Setiap jenis kepiting memiliki kemantapan metabolisme yang berbeda terhadap kadar garam.peubah kualitas air tambak yang sering mengalami perubahan adalah kadar garam. Sebagian besar tambak mengalami perubahan salinitas yang ekstrim dan dapat mematikan ikan atau krustacea lainnya seperti kepiting. Pada musim kemarau salinitas sering mencapai 50-60 ppt dan saat musim hujan 0 ppt. Sedangkan organisme budidaya memiliki batas toleransi minimal dan maksimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Karena itu, ikan atau krustase lainnya yang hidup pada air payau terutama di tambak termasuk biota yang tahan terhadap perubahan kadar garam dibanding biota yang hidup di air tawar dan di laut. Kepiting pada dasarnya hidup di laut pada awal, akan tetapi dengan proses adaptasi mampu menyesuaikan diri bahkan tumbuh lebih cepat di air payau. Data pertumbuhan dan kelangsungan hidup jenis kepiting pada kadar garam berbeda disajikan pada Tabel 1. Perlakuan A Pertubuhan panjang mutlak yang dicapai selama 45 hari pemeliharaan pada perlakuan A masingmasing jenis kepiting tertinggi pada S. tranquabarica yaitu 1,76 cm disusul jenis S. olivaceae yaitu 0,93 cm dan jenis S. serrata yaitu 0,82 cm. Sedangkan pertumbuhan lebar mutlak tertinggi pada jenis kepiting S. tranquabarica yaitu 2,63 cm disusul jenis kepiting S. olivaceae yaitu 1,25 cm dan S.

1119 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 Tabel 1. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup jenis kepiting bakauyang dipelihara pada keranjang dengan kadar garam berbeda di tambak Perlakuan Peubah A B Ss So St Ss So St Kepadatan (ekor) 1 1 1 1 1 1 Panjang awal (cm) 6,3±0,3 5,85±0,31 5,75±0,31 6,1±0,2 5,97±0,25 5,99±0,31 Panjang akhir (cm) 7,12±0,19 6,78±0,53 7,51±0,6 6,76±0,28 6,14±0,31 0 panjang mutlak(cm) 0,82 0,93 1,76 0,57 0,17 Lebar awal (cm) 8,06±0,16 8,1±0,36 8±0,5 8,15±0,22 8,27±0,37 8,03±0,5 Lebar akhir (cm) 9,2±0,51 9,35±0,5 10,63±0,56 9,55±0,55 8,34±0,61 0 Lebar mutlat (cm) 1,14 1,25 2,63 1,4 0,07 Bobot awal (g) 92,3±7,3 101,7±12,5 102,5±10,3 92,92±8,07 109,07±13,5 86,9±17,4 Bobot akhir (g) 177,4±15,4 184,4±41,5 243,95±21,3 157,47±21 165±21,7 79,3±54 Bobot mutlak (g) 85,1 82,7 141,45 64,55 55,9-76 Kelangsungan Hidup (%) 80 86 90 85 80 20 Ket. Ss= Scylla serrata, So= Scylla 0livacea, St= Scylla transquabarica. Nilai dalam baris yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P > 0,05) serrata yaitu 1,14 cm. pertumbuhan bobot tertinggi pada perlakuan A: jenis kepiting S. tranquabarica yaitu 141,45 g disusul jenis kepiting S. serrata yaitu 85,1 g dan S. olivaceae yaitu 82,7 g. Kisaran kadar garam yang diukur pada perlakuan ini berkisar 10 13 ppt. Dengan melihat pertumbuhan panjang, lebar dan bobot pada tiga jenis kepiting bakau ternyata S. trasquabarica tumbuh lebih cepat dibanding jenis lainnya. Menurut Gunarto (2002) pada salinitas 10 15 ppt, kepiting bakau yang dipelihara di tambak dapat tumbuh dengan baik mencapai 0,62 g/hr. Kadar garam airnya yang optimal berkisar 10-25 ppt (Anonim, 2012). Kelangsungan hidup tertinggi dicapai pada perlakuan ini adalah jenis S. trasquabarica yaitu 90% disusul jenis S. olivaceae yaitu 86% dan S. serrata yaitu 80%. Menurut Soim (1999) dalam Rosmaniar (2008) mengatakan kisaran salinitas yang sesuai bagi kepiting adalah 10 30 ppt atau digolongkan ke dalam air payau. Perlakuan B Pertubuhan panjang mutlak yang dicapai selama 45 hari pemeliharaan pada perlakuan B masingmasing jenis kepiting tetertinggi pada jenis S. serrata yaitu 0,57 cm disusul jenis S. olivaceae yaitu 0,17 cm. Pada pertumbuhan lebar mutlak tertinggi pada jenis S. serrata yaitu 1,4 cm dan S. olivaceae 0,07 cm. Pertumbuhan bobot mutlak tertinggi pada jenis kepiting S. serrata yaitu 64,55 g disusul jenis S. olivaceae 55,9 g. Sedangkan S. tranquabarica tidak mengalami pertumbuhan yang berarti. Kelangsungan hidup pada perlakuan ini tertinggi pada jenis kepiting S. serrata yaitu 85% disusul jenis kepiting S. olivaceae yaitu 80% dan terendah pada jenis kepiting S. tranquabarica yaitu 20%. Dengan melihat pengaruh kadar garam terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada tiga jenis kepiting bakau ternyata kepiting jenis S. transquabarica tumbuh lebih cepat pada kadar garam 10-13 pptdisusul S. serrata dan S. olivaceae. Sedangkan pada kadar garam tinggi yaitu 40-43 ppt pertumbuhan dan kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada jenis S.a serrata disusul dengan S. olivaceae. Karena itu untuk jenis kepiting bakau S. transquabarica lebih toleran dan tumbuh pada kadar garam 10 ppt daripada kadar gara > 40 ppt. Sedangkan S. serrata dan S. olivaceae toleran hidup pada kadar garam 10 dan 40 ppt, tetapi pertumbuhannya lebih rendah pada kadar garam 10 13 ppt dibanding dengan jenis S. transquabarica. Kadar garam airnya yang optimal berkisar 10-25 ppt. Sifat air lainnya yang cocok adalah :suhu 28-33 o C, ph 7,5-8,5 dan DO lebih dari 5 ppm. Kualitas Air Parameter kualitas air dalam budidaya kepiting,penting untuk diketahui karena berpengaruh terhadap aktivitas organ tubuh. Nilai parameter kualitas air diluar batas kemampuan toleransi akan

Toleransi kadar garam jenis kepiting bakau di tambak (Burhanuddin) 1120 berpengaruh buruk terhadap kepiting yang dipelihara. Pertumbuhan akan terhambat apabila nilai parameter kualitas diluar batas optimalnya. Semakin jauh dari batas optimal akan semakin besar dampak negatif yang ditimbulkannya. Air yang memiliki kualitas baik secara fisik, kimia dan biologis akan memberikan pengaruh kehidupan yang baik pula terhadap hewan air yang dipelihara. Data kualitas air selama penelitian berlangsung disajikan pada Tabel 2. Suhu Suhu merupakan parameter kualitas air yang perlu diperhatikan pada budidaya kepiting ditambak. Stratifikasi suhu kadang terjadi pada lapisan air yang tidak terjadi pengadukan, seperti tambak tradisional. Adanya stratifikasi suhu dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan kepiting yang dipelihara. Perubahan suhu juga mempengaruhi proses kimia dan biologi seperti kelarutan oksigen lebih banyak pada suhu rendah. Sedangkan kesesuaian air terhadap kehidupan dan pertumbuhan organisme akan lebih rendah pada kondisi fluktuasi suhu yang besar.kisaran suhu yang diamati selama 24 jam pada perakuan A (27 o C-32 o C ) dan B (29 o C-35 o C ). Suhu terendah terjadi pada pagihari dan tertinggi pada sore hari. Kisaran suhu pada perlakuan B lebih tinggi daripada perlakuan A. Perubahan suhu tinggi dalam perairan akan mempengaruhi proses metabolisme, aktivitas tubuh dan syaraf lain.suhu air yang cocok untuk kepiting bakau adalah 28 o C-33 o C. Pada penelitian ini kisaran suhu masih sesuai untuk kepiting bakau. Kepiting bakau yang mengalami perubahan kualitas air yang tidak cocok akan naik di atas permukaan air dan mampu bertahan lama. Hal ini terjadi apabila kondisi suhu air naik. ph. Tingkat kemasaman atau ph pada hakekatnya adalah negatif dari logaritma konsentrasi ion hidrogen (H+). Apabila konsentrasi ion H meningkat maka nilai ph menjadi rendah, dan sebaliknya. Perubahan ph air yang besar dalam waktu singkat akan menimbulkan gangguan fisiologis. Pengaruh ph juga dapat mempengaruhi tingkat toksitas amoniak dan keberadaan pakan alami seperti plankton, lumut dan kelekap. Kisaran ph pada perlakuan A (7,5-9) dan B (7 9,5). Hal ini sejalan dengan pendapat Supito et al. (1998) bahwa tingkat keasaman berada pada kisaran 7,5 8,5 dan suhu air 26,0-30,5 o C. Alkalinitas Tabel 2. Kisaran parameter kualitas air pada setiap perlakuan selama penelitian Peubah Perlakuan A B Suhu ( o C) 27-32 29-35 Salinitas (ppt) Okt-13 40-43 ph 7,5-9 7-9,5 Alkalinitas 60-115 55-140 Oksigen terlarut (mg/l) 3-4,5 2-4,1 Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralisir asam atau kapasitas penyanggah terhadap perubahan ph (Effendi, 2003). Pada penelitian ini nilai alkalinitas berada pada kisaran A (60-115) dan B (55-140). Nilai alkalinitas tersebut melebihi nilai yang baik yaitu 30-50 mg/lcaco 3 (Effendi, 2003). Tingginya alkalinitas disebabkan bahan organik dari pemupukan sebagian belum terurai sempurna. Gunarto et al. (2006) mengatakan bahwa alkalinitas air tambak menjadi sangat tinggi pada kisaran 150 200 mg/l sehingga akan berpengaruh saat pengoperasian tambak. Pada penelitian ini alkalinitas belum berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup kepiting di tambak.

1121 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 Oksigen Terlarut Kepiting bakau bernapas umumnya dengan insang, kecuali yang bertubuh sangat kecil dengan seluruh permukaan tubuhnya dan memiliki sebuah jantung untuk memompa darah.pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi secara difusi ketika air dari kepiting yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemosianin, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali ke seluruh organ tubuh dan seterusnya. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan O2 pada kepiting bakau adalah ukuran dan umur, aktivitas kepiting bakau,jeniskelamin dan stadia reproduksi (http://westpak44.blogspot.com/2009/12/fisiologi-kepiting-bakau.htmlhttp:// westpak44.blogspot.com/2009/12/fisiologi-kepiting-bakau.html). Pada dasarnya kepiting bakau merupakan biota perairan yang memliki kemampuan bertahan hidup pada kondisi oksigen yang rendah. Hal ini disebabkan kepiting mampu mengambil oksigen langsung dari udara melalui membran insang. Pada penelitian ini, kepiting yang dipelihara telah mencapai ukuran konsumsi yaitu rataan 200 g/ekor. Kebutuhan oksigen pada ukuran tersebut mutlak dipenuhi. Pada penelitian ini kandungan oksigen yang terpantaumencapai 3 4,5 mg/l pada perlakuan A dan 2-4,1 mg/l pada perlakuan B. Pada kandungan tersebut dipandang masih aman bagi kepiting bakau. KESIMPULAN Pertumbuhan dan kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan berkadar garam 10 ppt ditemukan untuk jenis kepiting Scylla tranquabarica disusul Scylla olivaceae dan Scylla serrata. Pada kadar garam tinggi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tertinggi pada jenis kepiting S. serrata dan S. olivaceae. Sedangkan S. tranquabaricatidak mengalami pertumbuhan, bahkan mengalami kematian. Secara keseluruhan jenis kepiting bakau hidup dan tumbuh lebih baik pada kadar garam 10 ppt dibanding dengan 40 ppt. Saran Pada tambak berkadar garam 40 ppt tidak dianjurkan memelihara kepiting jenis S. tranquabarica. Sedangkan tambak yang berkadar garam rendah lebih baik memelihara kepiting jenis S. trasquabarica. DAFTAR ACUAN Muhammad Agus. 2008. Analisis carryng capacity tambak pada sentra budidaya kepiting bakau (Scylla sp) di Kabupaten Pemalang- Jawa Tengah. Tesis Pasca Sarja Universitas Diponegoro, 2008. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal. Gunarto, Muslimin, Muliani dan Sahabuddin. 2006. Analisis kejadian serangan White Spot Syndrome Virus (WSSV) dengan beberapa parameter kualitas air pada budidaya udang windu menggunakan sistem tandon dan biofilter. Jurnal Riset Akuakultur. 1(2):255 270. Gunarto. 2002. Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata Forskal) di Tambak. Balai Penelitian Budidaya Pantai. Maros. Sri Endah Purnamaningtyas& Amran R. Syam (2010). Kajian kualitas air dalam mendukung pemacuan stok kepiting bakau di Mayangan Jawa Barat. http://www.google.com/ search?q=kajian%20kualitas%20air%20kepiting&ie utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en- US:official&client=firefox a&source=hp&channel=nprosmaniar. 2008. Distribusi kepiting bakau (Scylla Sp.) serta hubungannya dengan fisika kimia di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Tesis Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,2008. 80 hal. Handoyo dan Adi Wikanto. 2011. http://industri.kontan.co.id/news/kepiting-dan\rajungan-semakindiminati-di-pasar-internasional. donglot, Desember 2012. Nurfilaila. 2011. http:id//.shvoong/mediceneandhealth/alternative-medicine/223919-cangkang-kepiting dapat menjadi-obat/.donglot 17 Desember 2012.