RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

Analisis Input-Output (I-O)

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR: ANALISIS INPUT-OUTPUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H


GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

Katalog BPS :

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

APLIKASI INPUT OUTPUT

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

INDONESIA OLEH H

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

Transkripsi:

RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Produksi karet alam Indonesia sebagian besar untuk tujuan ekspor. Rata-rata karet alam yang diekspor adalah di atas 90 persen total produksi per tahunnya, sedangkan sisanya digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Di samping sebagai sumber devisa utama dari sektor pertanian dan sebagai pelestari lingkungan hidup, yang lebih penting lagi adalah bahwa sektor usaha karet mampu menyediakan lapangan kerja yang cukup luas dan menyerap tenaga kerja yang besar karena rangkaian kegiatan usaha karet yang cukup luas dari mulai proses penanaman, proses produksi atau penyadapan, pengolahan, hingga pemasaran. Komoditi karet yang masuk dalam pasar internasional memiliki peranan penting. Setiap negara produsen berusaha untuk memanfaatkan karet sebagai penghasil devisa bagi masing-masing negara produsen. Munculnya negara industri baru, perkembangan ekonomi dunia dan pertumbuhan penduduk menyebabkan karet akan terus termanfaatkan. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Menganalisis besarnya indeks daya penyebaran ke depan dan daya penyebaran ke belakang sektor perkebunan karet di Indonesia serta sektor-sektor mana saja yang menjadi sektor kunci atau sektor unggulan, 2) Menganalisis besarnya efek pengganda yang dihasilkan oleh sektor perkebunan karet yang meliputi sisi output, pendapatan dan tenaga kerja di Indonesia, 3) Menganalisis dampak perubahan ekspor karet alam Indonesia terhadap perekonomian Indonesia, khususnya terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan metode analisis Input-Output sisi permintaan untuk mengkaji dampak perubahan ekspor karet alam terhadap perekonomian Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen yang terdapat pada Tabel Input-Output Indonesia 2003. Pada penelitian ini dilakukan simulasi berupa shock pada bagian ekspor karet. Shock ini dilakukan untuk mengetahui sektor mana yang terkena dampak akibat peningkatan ekspor karet alam Indonesia. Besarnya shock diperoleh dari nilai presentase rata-rata volume ekspor karet alam tahun 2000-2005. Dari hasil tersebut diperoleh volume rata-rata ekspor karet alam Indonesia, yaitu 8,0344 persen atau mendekati 8 persen. Nilai pertumbuhan ini digunakan untuk melakukan shock pada ekspor sektor perkebunan karet. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs Rupiah terhadap Dollar dan harga adalah tetap. Setelah nilai volume rata-rata ekspor karet senilai 8 persen tersebut di shock terhadap nilai ekspor karet alam Indonesia pada tahun 2005 sebesar Rp 25.196.227,0841 juta, maka diperoleh peningkatan nilai ekspor karet alam Indonesia sebesar Rp 2.015.698,1667 juta Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor perkebunan karet tidak mempunyai kemampuan yang kuat untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya

dan untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Adapun sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan, antara lain sektor industri bahan makanan, minuman dan rokok, industri tekstil, industri kimia, industri mineral dan logam serta jasa angkutan dan komunikasi. Analisis pengganda menunjukkan bahwa kemampuan sektor perkebunan karet untuk mempengaruhi pembentukan output, pendapatan dan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian tidak terlalu kuat. Peningkatan nilai ekspor karet alam Indonesia pada tahun 2006 akan berpengaruh terhadap peningkatan output, pendapatan dan tenaga kerja di berbagai sektor baik yang berpengaruh secara langsung maupun yang berpengaruh secara tidak langsung dalam perekonomian secara keseluruhan. Dampak terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja baik pada sektor pertanian, industri dan jasa dialami oleh sektor yang sama, dimana dampak tertinggi dialami oleh sub sektor perkebunan karet, industri kimia dan jasa-jasa. Sedangkan dampak terendah dialami oleh sub sektor perikanan, industri lainnya serta listrik, gas dan air bersih. Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu adanya perbaikan pada sektor perkebunan karet. Dalam hal ini, peran pemerintah juga sangat diperlukan. Peran pemerintah merupakan fisilitator bagi upaya untuk mendorong sektor-sektor perekonomian, khususnya sektor perkebunan karet agar senantiasa melakukan perbaikan dan meningkatkan daya saingnya. Pemerintah dapat mempengaruhi aksesibilitas masing-masing sektor perekonomian tersebut melalui kebijakankebijakannya. Seiring dengan pengembangan industri hilir berbahan baku karet diharapkan ekspor karet Indonesia yang selama ini sebesar 90 persen terdiri dari produk primer atau setengah jadi dapat bergeser menjadi barang jadi.hasil analisis dalam penelitian ini hanya melihat dampak peningkatan nilai ekspor karet alam Indonesia terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja secara umum, belum dapat memperhitungkan dampaknya secara spesifik. Oleh karena itu, diharapkan pada penelitian yang selanjutnya akan mampu mengatasi kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini.

ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN EKSPOR KARET ALAM TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: SUATU PENDEKATAN ANALISIS INPUT-OUTPUT Oleh ISVENTINA H14102124 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Isventina Nomor Registrasi Pokok : H14102124 Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Djoni Hartono Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2006 Isventina H14102124

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Isventina dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 April 1984. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Drs. Paidjo Pudjosumarto dan Sri Sugiwangsih. Penulis memulai pendidikan di TK Bhayangkari, Rembang, Jawa Tengah pada tahun 1989, lalu melanjutkan ke SD Negeri Tempelan 1 Blora, Jawa Tengah pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Depok dan lulus pada tahun 1999. Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Depok merupakan tempat penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Lulus tahun 2002 dari SMUN 1 Depok, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Indonesia merupakan negara produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Sebagian besar karet yang dihasilkan Indonesia digunakan untuk ekspor. Rata-rata karet alam yang diekspor adalah di atas 90 persen dari total produksi per tahunnya, sedangkan sisanya digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa karet merupakan salah satu komoditi yang dapat digunakan sebagai penghasil devisa bagi Indonesia. Hal inilah yang membuat penulis menjadi sangat tertarik untuk meneliti kegiatan ekspor karet alam Indonesia tahun 2006. Skripsi ini berjudul Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Djoni Hartono yang telah memberikan bimbingan dan wawasan yang sangat berharga selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Para dosen penguji yang telah memberikan masukan dan menguji skripsi penulis. 3. Kepada para staf Badan Pusat Statistik (BPS), staf Departemen Perdagangan, staf Departemen Pertanian serta para staf Perpustakaan LSI IPB dan Perpustakaan BPS yang telah bersedia membantu penulis dalam pengambilan data dan informasi yang berhubungan dengan skripsi penulis. 4. Orang tua dan kakak-kakakku yang telah memberikan curahan kasih sayang, semangat dan inspirasi hidup serta do a yang tulus.

5. Seluruh staf pengajar dan staf akademik Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB yang telah membantu penulis selama penulis menyelesaikan pendidikan di Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB. 6. Seluruh staf akademik FEM IPB yang telah membantu penulis selama penulis menyelesaikan pendidikan di FEM IPB. 7. Teman-temanku di Departemen Ilmu Ekonomi Angkatan 39, yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama masa-masa perkuliahan, dan teman-temanku satu bimbingan skripsi, yang selalu berjuang bersama-sama menyelesaikan skripsi. 8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah memberikan pahala atas kebaikannya. Tidak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun untuk perbaikan selanjutnya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah S.W.T. Amien. Bogor, Agustus 2006 Isventina H14102124

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penelitian... 7 1.4. Manfaat Penelitian... 7 1.5. Ruang Lingkup... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 9 2.1. Instabilitas Ekspor dan Pembangunan Ekonomi... 9 2.2. Peran Ekspor Bersih dalam Perekonomian Terbuka... 10 2.3. Revitalisasi Sektor Perkebunan... 12 2.4. Penelitian Terdahulu... 12 2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis... 14 2.5.1. Model Input-Output... 14 2.5.2. Struktur Tabel Input-Output... 16 2.5.3. Asumsi dan Keterbatasan Tabel Input-Output... 20 2.5.4. Analisis Input-Output Sisi Penawaran dan Sisi Permintaan... 22 2.5.5. Analisis Input-Output... 22 2.5.5.1. Analisis Dampak Penyebaran... 23 2.5.5.2. Analisis Pengganda... 23 2.5.6. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Indonesia 2003... 26 2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual... 29 III. METODE PENELITIAN... 32 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 32 3.2. Jenis dan Sumber Data... 32

3.3. Metode Analisis... 33 3.3.1. Model Input-Output... 33 3.3.2. Analisis Input-Output Sisi Permintaan... 33 3.3.3. Analisis Dampak Penyabaran... 35 3.3.4. Analisis Pengganda... 37 3.3.5. Koefisien Pendapatan... 42 3.3.6. Koefisien Tenaga Kerja... 42 3.3.7. Dampak Ekspor... 43 3.4. Definisi Operasional... 19 IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM DAN EKSPOR INDONESIA... 44 4.1. Sejarah Perkaretan Nasional... 44 4.2. Produksi dan Konsumsi Karet Alam... 44 4.3. Harga Karet Alam... 46 4.4. Ekspor Dalam Pembangunan Ekonomi... 47 4.5. Ekspor Karet Alam... 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 52 5.1. Peranan Sektor Perkebunan Karet Terhadap Perekonomian Indonesia... 52 5.2. Analisis Dampak Penyebaran... 53 5.2.1. Koefisien Penyebaran... 53 5.2.2. Kepekaan Penyebaran... 54 5.3. Analisis Pengganda... 55 5.3.1. Pengganda Output... 57 5.3.2. Pengganda Pendapatan... 57 5.3.3. Pengganda Tenaga Kerja... 58 5.4. Struktur Ekspor Indonesia dan Analisis Dampak Peningkatan Nilai Ekspor Karet Alam Indonesia... 58 5.4.1. Dampak Terhadap Output... 60 5.4.2. Dampak Terhadap Output... 63 5.4.3. Dampak Terhadap Tenaga Kerja... 66 VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 70 6.1. Kesimpulan... 70

6.2. Saran... 71 DAFTAR PUSTAKA... 73 LAMPIRAN... 75

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Produksi Karet Alam Indonesia Tahun 2000-2005... 1 1.2. Nilai Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Negara Tujuan... 2 2.1. Ilustrasi Tabel Input-Output... 17 3.1. Ringkasan Rumus Pengganda Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja... 41 4.1. Perkembangan Produksi Karet Alam Menurut Negara Produsen Utama Periode 2000 2005... 45 4.2. Perkembangan Konsumsi Karet Alam Beberapa Negara Konsumen Utama Periode 2000 2005... 46 4.3. Perkembangan Harga Karet Alam... 47 4.4. Realisasi Ekspor Karet Alam Per Negara Tujuan Tahun 2003 2005... 49 4.5. Perkembangan Volume Ekspor Karet Alam Negara Produsen Utama Periode 2000 2005... 50 5.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian Indonesia... 52 5.2. Analisis Dampak Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003... 54 5.3. Nilai Pengganda Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003... 56 5.4. Ekspor Indonesia Tahun 2003... 59 5.5. Volume Ekspor Karet Alam Indonesia Tahun 2000-2005... 60 5.6. Output Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003... 61 5.7. Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Indonesia Terhadap Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia... 62 5.8. Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Indonesia Terhadap Pendapatan Sektor-sektor Perekonomian Indonesia... 65 5.9. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003... 67 5.10. Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Indonesia Terhadap Jumlah Tenaga Kerja Sektor Perekonomian Indonesia... 68

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Perkiraan Kebutuhan Karet Dunia Tahun 2005-2035... 4 2.1. Kerangka Pemikiran Koseptual... 31

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Klasifikasi 22 Sektor Agregasi Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2003... 75 2. Perhitungan Nilai Shock Ekspor Karet Alam Indonesia... 76 3. Matriks Koefisien Input... 77 4. Matriks Kebalikan Leontief Terbuka... 78 5. Matriks Kebalikan Leontief Tertutup... 79

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi karet merupakan komoditas yang cukup penting bagi pembangunan ekonomi Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Sebagai negara produsen karet terbesar kedua di dunia, produksi karet Indonesia terus mengalami peningkatan (Tabel 1.1). Tabel 1.1. Produksi Karet Alam Indonesia Tahun 2000-2005 (000 Ton) No. Tahun Produksi Karet Alam Indonesia 1. 2000 1.501,10 2. 2001 1.607,30 3. 2002 1.630,00 4. 2003 1.792,20 5. 2004 2.066,20 6. 2005 2.146,00 Sumber: Departemen Perdagangan, 2006 Disamping sebagai sumber devisa utama dari sektor pertanian dan sebagai pelestari lingkungan hidup, yang lebih penting lagi adalah bahwa sektor usaha karet mampu menyediakan lapangan kerja yang cukup luas dan menyerap tenaga kerja yang besar karena rangkaian kegiatan usaha karet yang cukup luas dari mulai proses penanaman, proses produksi atau penyadapan, pengolahan, hingga pemasaran. Di sektor pertanian, karet menyerap lebih dari 2,5 juta tenaga kerja (petani) dan mampu menghidupi 8 juta orang lebih anggota keluarganya. Sebagai penghasil devisa, volume ekspor karet alam Indonesia mengalami kenaikan, sehingga dapat dikatakan bahwa penerimaan negara yang berasal dari ekspor juga mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2003 ekspornya tercatat sebesar 1,67 juta

2 ton, maka pada tahun 2004 naik menjadi 1,88 juta ton atau mengalami kenaikan 12,9 persen, dan pada tahun 2005 naik menjadi 2,02 juta ton (Departemen Perdagangan, 2006). Pada kurun waktu 2001-2005 nilai ekspor karet alam Indonesia ke berbagai negara tujuan juga cukup berfluktuatif. Tahun 2001 nilai ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat sebesar US$ 3.969.928, sedangkan tahun 2005 nilai ekspornya turun menjadi US$ 1.324.197 atau 26,4 persen dari total nilai ekspor, lihat Tabel 1.2. Sementara itu, nilai ekspor karet alam Indonesia ke negara lainnya, seperti ke negara Jepang, Cina, Jerman dan negara lainnya jumlahnya lebih kecil bila dibandingkan ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Tabel 1.2. Nilai Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2001-2005 (US$) No. Negara 2001 2002 2003 2004 2005 Total 1. USA 3.969.928 1.091.985 1.356.823 2.788.619 1.324.197 10.531.552 2. Jepang 361.955 1.210.594 1.671.490 1.745.490 1.338.449 6.327.978 3. RRC 202.400 443.540 500.163 1.285.681 235.872 2.667.656 4. Jerman 591.758 931.864 967.671 923.702 179.213 3.594.208 5. Korea Selatan 468.724 471.823 685.128 748.832 47.181 2.421.688 6. Selandia Baru 468.724 361.756 828.671 678.122 154.940 2.071.671 7. Perancis 34.585 20.472 325.675 598.055 0 978.787 8. Singapura 246.108 214.060 1.028.398 445.463 339.964 2.273.993 Total 5.923.640 4.746.094 7.364.019 9.213.964 3.619.916 Sumber: Departemen Perdagangan, 2006 Fluktuasi nilai ekspor tidak hanya berpengaruh pada neraca pembayaran Indonesia, tetapi juga akan mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri. Pengaruhnya akan terlihat pada fluktuasi pendapatan dari sektor perdagangan dan sektor penerimaan masyarakat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa selagi perdagangan luar negeri dipandang sebagai unsur utama dari penerimaan devisa,

3 maka sektor pertanian khususnya sub-sektor perkebunan karet tentunya akan memainkan peran penting. Areal pertanaman karet tersebar dibeberapa wilayah, dimana yang terbesar terdapat di pulau Sumatera dengan luasan 2.579.528 ha, pulau Kalimantan seluas 921.779 ha dan sisanya tersebar dibeberapa wilayah, seperti Jawa dan Sulawesi dan beberapa propinsi lainnya dengan presentase yang tidak besar (BPS, 2004). Produksi karet alam Indonesia sebagian besar untuk tujuan ekspor. Ratarata karet alam yang diekspor adalah di atas 90 persen dari total produksi per tahunnya, sedangkan sisanya digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Dibandingkan komoditi perkebunan yang lain, perkaretan dalam negeri tahun lalu bisa dibilang cukup baik, meskipun di tengah kondisi perkebunan karet nasional saat ini, dimana ada tantangan berat yang harus dibenahi, yaitu melakukan peremajaan kebun karet rakyat yang sudah tua dengan menggunakan klon unggul yang telah disertifikasi balai penelitian karet. Peremajaan kebun karet sudah mulai dilakukan pada tahun 2005 lalu. Departemen Pertanian sendiri menargetkan selama 2005 sampai dengan 2009 ada sekitar 400.000 ha lahan perkebunan karet rakyat memerlukan peremajaan. Sekarang ini, 80 persen perkebunan karet Indonesia adalah perkebunan rakyat dan umurnya sudah tua, sekitar 20 tahun sehingga hal itu berdampak terhadap rendahnya produksi karet alam nasional. Karena itu, dengan adanya peremajaan tanaman karet, terutama pada perkebunan rakyat yang diperkirakan seluas 400.000 ha, produksi karet alam Indonesia pada tahun-tahun mendatang diharapkan bakal melampaui Thailand (Departemen Pertanian, 2005).

4 Tanpa dilakukannya peremajaan, dikhawatirkan produksi dan kinerja ekspor karet alam Indonesia akan stagnan meski pada saat bersamaan terjadi lonjakan permintaan baik di pasar dalam negeri maupun di pasar internasional. Kondisi itu membuat Indonesia akan sulit mencapai target menjadi negara penghasil karet nomor satu di dunia. Dalam hal ini diperlukan bantuan dana dari pemerintah guna peremajaan kebun karet. Petani tidak mempunyai kemampuan untuk meremajakan karena biayanya cukup tinggi, antara lain untuk bibit, pembukaan lahan, pupuk dan lainnya (Thahar, 2005) Gelombang globalisasi dan perdagangan bebas yang dimulai pada tahun 2003 telah membawa keseimbangan baru dalam permintaan dan penawaran komoditas karet di pasaran internasional. Adapun perkiraan kebutuhan karet dunia dapat dilihat pada grafik di Gambar 1.1. Karet Alam (000) Ton 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 Tahun Karet Alam Sumber: Bulletin Karet, 2006 Gambar 1.1. Perkiraan Kebutuhan Karet Dunia Tahun 2005-2035 1.2. Perumusan Masalah Dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, perkebunan merupakan sumber yang masih memberikan peluang untuk terus berkembang dan dapat diandalkan sebagai sumber devisa selain dari sektor migas yang terus mengalami kemunduran

5 dan sifatnya yang tidak dapat diperbaharui. Perkebunan masih memberikan peluang yang luas selain masih tersedianya lahan perkebunan baru, juga tersedianya tenaga kerja dan konsumen akhir yang terus mengalami perkembangan setiap tahunnya. Bagi Indonesia, kecenderungan menguatnya tuntutan ekspor sebagai penghela kemajuan ekonomi, telah memacu Indonesia untuk menjadikan basis ekspornya, terutama karet alam sebagai andalan penghasil devisa. Karet adalah komoditas perkebunan utama Indonesia yang memiliki pengaruh di pasar dunia. Komoditi karet yang masuk dalam pasar internasional memiliki peranan penting. Setiap negara produsen berusaha untuk memanfaatkan karet sebagai penghasil devisa bagi masing-masing negara produsen. Munculnya negara industri baru, perkembangan ekonomi dunia dan pertumbuhan penduduk menyebabkan karet akan terus termanfaatkan. Menurut data yang diperoleh dari International Rubber Study Group (IRSG) dalam Bulletin Karet 2006, produksi karet alam dunia tahun 2005 adalah sekitar 8,7 juta ton atau meningkat sebesar 4,3 persen dibanding produksi tahun 2004 sebesar 8,4 juta ton. Kenaikan produksi dunia tersebut adalah karena terjadinya peningkatan produksi dari negara-negara produsen utama, seperti Thailand, Indonesia dan Malaysia. Peningkatan jumlah produksi karet alam tersebut justru membawa keuntungan bagi Indonesia. Tipisnya persediaan di negara-negara pemakai karet yang mengalami kekurangan pasokan dari dalam negerinya sendiri menjadikan permintaan karet alam dari Indonesia pun menjadi besar. Apalagi pembeli lebih suka memilih karet asal Indonesia yang menawarkan

6 harga lebih menarik. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap volume dan nilai ekspor karet alam Indonesia serta terhadap jumlah produksinya. Dengan meningkatnya permintaan terhadap karet alam Indonesia, otomatis output yang harus dihasilkan, yang dalam hal ini adalah produksi karet alam Indonesia pun harus ditingkatkan. Dengan adanya peningkatan pada satu sektor yang dalam hal ini adalah sektor perkebunan karet, akan berpengaruh terhadap peningkatan pada sektor lainnya di dalam perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan atas konsep keseimbangan umum (General Equilibrium) yang terdapat pada model Input- Output, dimana dalam keseimbangan umum, seluruh sektor dalam perekonomian adalah satu kesatuan sistem, dengan keseimbangan (atau ketidakseimbangan) pada satu sektor berpengaruh terhadap keseimbangan (atau ketidakseimbangan) pada sektor lain. Namun demikian, perlu dipelajari dengan lebih baik mengenai peranan ekspor karet alam Indonesia terhadap perekonomian Indonesia, khususnya terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan, antara lain: 1. Berapa besar indeks daya penyebaran ke depan dan daya penyebaran ke belakang sektor perkebunan karet di Indonesia serta sektor-sektor mana saja yang menjadi sektor kunci atau sektor unggulan? 2. Berapa besar efek pengganda yang dihasilkan oleh sektor perkebunan karet yang meliputi sisi output, pendapatan dan tenaga kerja di Indonesia? 3. Guna melihat peranan ekspor karet alam terhadap perekonomian Indonesia, bagaimanakah dampak perubahan ekspor karet alam terhadap

7 perekonomian Indonesia, khususnya terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari perubahan ekspor karet alam Indonesia, khususnya pada tahun 2006 terhadap perekonomian Indonesia. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain: 1. Menganalisis besarnya indeks daya penyebaran ke depan dan daya penyebaran ke belakang sektor perkebunan karet di Indonesia serta sektorsektor mana saja yang menjadi sektor kunci atau sektor unggulan. 2. Menganalisis besarnya efek pengganda yang dihasilkan oleh sektor perkebunan karet yang meliputi sisi output, pendapatan dan tenaga kerja di Indonesia. 3. Menganalisis dampak perubahan ekspor karet alam Indonesia terhadap perekonomian Indonesia, khususnya terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dan rujukan bagi yang terlibat dalam industri perkaretan, seperti petani, pengusaha dan produsen karet serta eksportir. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat berguna bagi penelitian selanjutnya, khususnya penelitian dengan topik karet.

8 Sedangkan bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam penyusunan kebijaksanaan perkaretan nasional khususnya yang menyangkut strategi pengembangan kegiatan ekspor karet Indonesia, dengan mempertimbangkan kondisi negara produsen lainnya. 1.5. Ruang Lingkup Seperti yang telah disebutkan semula bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak dari perubahan ekspor karet alam Indonesia, khususnya pada tahun 2006 terhadap perekonomian Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menganalisis dampak ekspor karet alam terhadap perekonomian Indonesia, khususnya terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis Input-Output dengan menggunakan Tabel Input-Output Indonesia 2003. Sebelum melihat dampak perubahan nilai ekspor karet alam terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja, terlebih dahulu dianalisis mengenai besarnya indeks daya penyebaran ke depan dan indeks daya penyebaran ke belakang sub sektor perkebunan karet di Indonesia. Dari hasil analisis indeks daya penyebaran tersebut dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang menjadi sektor unggulan di Indonesia. Selain itu, juga dianalisis efek pengganda yang dihasilkan oleh sektor perkebunan karet, baik itu pengganda output, pengganda pendapatan ataupun pengganda tenaga kerja.

9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Instabilitas Ekspor dan Pembangunan Ekonomi Terlepas dari kemerosotan nilai tukar perdagangan dalam jangka panjang, negara berkembang juga dihadapkan pada resiko fluktuasi jangka pendek dalam tingkat harga, pendapatan dan volume ekspornya yang dapat membawa akibat serius terhadap proses pembangunan nasionalnya. Dominick Salvatore (1997), menganalisis dari sudut pandang teoritis berbagai penyebab dan akibat fluktuasi jangka pendek dalam harga, pendapatan ekspor negara-negara berkembang. Negara-negara berkembang acapkali mengalami fluktuasi yang sangat tajam dalam harga komoditi-komoditi primer yang menjadi andalan ekspornya. Pada dasarnya hal ini disebabkan oleh karakter permintaan dan penawaran atas komoditi-komoditi primer itu sendiri yang inelastis dan tidak stabil. Permintaan atas sebagian besar komoditi primer yang menjadi andalan ekspor negara berkembang itu harganya inelastis, karena masing-masing rumah tangga di negara maju yang menjadi pembelinya hanya menyisihkan sebagian kecil dari pendapatan mereka untuk memperoleh berbagai komoditi primer tersebut. Konsekuensinya, apabila harga-harga atas berbegai komoditi primer tersebut berubah, maka rumah tangga di negara maju secara keseluruhan tidak akan mengadakan perubahan yang berarti atas nilai pembelian mereka untuk memperoleh komoditi-komoditi tersebut. Itulah sebabnya permintaan terhadap komoditi primer tersebut harganya inelastis. Lebih jauh, permintaan atas komoditi primer yang menjadi ekspor negara berkembang itu tidak stabil karena fluktuasi siklus bisnis di negara-negara maju juga sering terjadi.

10 Pada sisi penawaran, didapati bahwa penawaran atas komoditi primer ekspor negara berkembang itu juga memiliki harga inelastis (artinya, kuantitas yang ditawarkan tidak terlalu peka terhadap perubahan-perubahan harganya). Hal tersebut dikarenakan adanya kekakuan internal atau fleksibilitas dalam pengerahan sumber daya di sebagian negara berkembang, khususnya dalam komoditi tanaman keras yang memerlukan masa penanaman yang lama. Akibat tajamnya fluktuasi harga ekspor itu, maka pendapatan ekspor bagi negara berkembang juga senantiasa berubah-ubah dari tahun ke tahun. Begitu pendapatan ekspor turun, maka terjadilah kontraksi besar-besaran atas pendapatan nasional, tabungan dan investasi secara keseluruhan di negara berkembang yang bersangkutan. 2.2. Peran Ekspor Bersih dalam Perekonomian Terbuka Jika diperhatikan mengenai pengeluaran pada output barang dan jasa suatu perekonomian, dalam perekonomian tertutup, seluruh output dijual secara domestik dan pengeluaran dibagi menjadi tiga komponen, yaitu konsumsi, investasi dan pembelian pemerintah. Sedangkan dalam perekonomian terbuka, sebagian output dijual secara domestik dan sebagian diekspor ke luar negeri. Mankiw (2000), menyatakan bahwa sebagian besar perekonomian adalah terbuka. Suatu negara mengekspor barang dan jasa ke luar negeri, mengimpor barang dan jasa dari luar negeri serta meminjam dan memberi pinjaman pada pasar keuangan dunia.

11 Persamaan, Y = C + I + G + NX menyatakan bahwa pengeluaran pada output domestik adalah jumlah dari konsumsi, pembelian pemerintah dan ekspor bersih. Ini adalah bentuk identitas pos pendapatan nasional yang paling umum. Identitas pos pendapatan menunjukkan bagaimana output domestik, pengeluaran domestik dan ekspor bersih dikaitkan. Dengan demikian, NX = Y (C + I + G) dimana, NX adalah ekspor bersih, Y adalah output dan (C + I + G) adalah pengeluaran domestik. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dalam perekonomian terbuka, pengeluaran domestik tidak perlu sama dengan output barang dan jasa. Jika output melebihi pengeluaran domestik, artinya ekspor bersih adalah positif. Namun, jika output lebih kecil dari pengeluaran domestik, berarti ekspor bersih adalah negatif. Irawan dan Suparmoko (1999), mengungkapkan bahwa suatu negara berpeluang untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan apabila negara yang bersangkutan menganut kebijakan ekonomi terbuka dan mampu mengekspor barang-barang yang memiliki terms of trade (dasar pertukaran) yang relatif baik. 2.3. Revitalisasi Sektor Perkebunan Pada sub sektor perkebunan, Bungaran dalam Bulletin Karet, 2006 berpendapat bahwa revitalisasi di sub sektor perkebunan bisa dijalankan dengan lebih kongkrit karena sub sektor ini telah didukung oleh Undang-Undang (UU) No. 18 Tahun 2004 tentang perkebunan. Landasan hukum ini membuat posisi dan status perkebunan menjadi lebih kuat.

12 2.4. Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian mengenai karet yang telah lebih dahulu dilakukan. Pada umumnya penelitian tersebut memaparkan tentang pengaruh dari berbagai faktor terhadap ekspor karet Indonesia. Sinuraya (2000), menyimpulkan bahwa perubahan dalam pasar, yaitu depresiasi Rupiah dan peningkatan harga karet alam dunia merupakan kondisi terbaik bagi pelaku ekonomi (petani dan pengusaha karet) dan penerimaan devisa ekspor karet. Agar tidak bergantung pada depresiasi Rupiah perlu dilakukan efisiensi di bidang produksi dan peningkatan produktivitas, serta untuk meningkatkan harga karet dunia perlu dilakukan upaya menurunkan jumlah ekspor, peningkatan mutu, produk karet olahan, diversifikasi pasar ekspor maupun kerjasama eksportir domestik dan dunia. Elwamendri (2000), menyimpulkan bahwa harga ekspor karet di negara produsen utama baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang tidak responsif terhadap perubahan harga di pasar Amerika Serikat. Harga ekspor karet Indonesia lebih ditentukan oleh perubahan nilai tukar dibanding Malaysia dan Thailand. Harga karet di Amerika Serikat ditentukan oleh ekspor karet dari negara produsen utama, tetapi tidak responsif terhadap perubahan ekspor karet di negara produsen utama. Bagi ketiga negara produsen utama, produksi karet masih menjadi potensi dalam meningkatkan kemampuan ekspor karet ke Amerika Serikat. Di lain pihak, konsumsi karet alam dalam negeri merupakan aktivitas yang potensial untuk mengurangi kemampuan ekspor karet ke Amerika Serikat.

13 Perubahan produksi karet di tiga negara produsen utama akan menguntungkan Indonesia dan Thailand, sebaliknya Malaysia akan mengalami kerugian berupa penurunan devisa. Amerika Serikat juga akan mendapatkan keuntungan berupa penghematan devisa akibat kondisi tersebut. Tety (2002), menyimpulkan bahwa produksi karet alam Indonesia dipengaruhi oleh harga domestik, luas areal, upah tenaga kerja dan produksi karet alam beda kala, tetapi tidak responsif (inelastis) terhadap perubahan harga domestis, luas areal dan upah tenaga kerja di sektor perkebunan. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih responsif terhadap perubahan produksi dibandingkan terhadap perubahan harga ekspor, nilai tukar Rupiah terhadap US$ dan pajak ekspor. Sedangkan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Korea Selatan lebih responsif terhadap perubahan harga ekspor dalam jangka pendek atau jangka panjang. Selain itu, juga responsif terhadap pajak ekspor dalam jangka panjang. Harga ekspor karet alam Indonesia lebih responsif terhadap perubahan harga karet alam internasional dalam jangka panjang. Sedangkan harga domestik dipengaruhi oleh harga ekspor, jumlah permintaan domestik, nilai tukar dan harga domestik beda kala, dimana harga domestik sangat responsif terhadap perubahan jumlah permintaan domestik dalam jangka panjang. Peningkatan upah, apresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$, peningkatan pajak ekspor, penurunan produksi karet alam Indonesia, kombinasi depresiasi Rupiah dan peningkatan pajak ekspor, depresiasi nilai tukar mata uang negara pesaing, kenaikan produksi karet alam negara pesaing dan depresiasi nilai tukar

14 mata uang negara importir berdampak terhadap penurunan produksi karet alam Indonesia. Sedangkan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US$, kombinasi peningkatan upah dan depresiasi Rupiah, penurunan produksi karet alam negara pesaing, apresiasi nilai tukar mata uang negara importir, peningkatan pendapatan perkapita negara importir serta kombinasi depresiasi nilai tukar mata uang negara importir dan peningkatan pendapatan perkapita negara importir menyebabkan peningkatan produksi karet alam Indonesia. Namun, alternatif penurunan produksi karet alam negara pesaing memberi dampak relatif lebih besar terhadap perubahan harga internasional. Dari berbagai penelitian terdahulu tersebut, maka kita dapat melihat berbagai faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia dan perkembangan ekspor karet alam Indonesia. Berdasarkan penelitian terdahulu, maka kita juga dapat mengatahui bahwa perlu dilakukan suatu perubahan terhadap industri karet Indonesia dengan harapan dapat meningkatkan daya saing produk karet alam Indonesia di pasaran internasional. 2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.5.1. Model Input-Output Model Input-Output (I-O) merupakan salah satu alat analisis yang dapat melihat hubungan antar sektor dalam perekonomian. Model ini menggunakan konsep keseimbangan umum (General Equilibrium) yang didasarkan pada arus transaksi antar pelaku perekonomian. Analisis ini didasarkan pada suatu situasi perekonomian, dan bukan pendekatan teoritis semata. Dalam keseimbangan

15 umum, seluruh sektor dalam perekonomian adalah satu kesatuan sistem, dengan keseimbangan (atau ketidakseimbangan) pada satu sektor berpengaruh terhadap keseimbangan (atau ketidakseimbangan) pada sektor lain. Keseimbangan analisis Input-Output didasarkan pada arus transaksi antar pelaku ekonomi. Penekanan utama pada analisis Input-Output adalah pada sisi produksi. Teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian memegang peranan penting dalam analisis ini, khususnya teknologi dalam penggunaan input antara. Sampai pada tahap tertentu, input primer dianggap sebagai variabel eksogen dan permintaan akhir juga dijadikan sebagai variabel endogen (Nazara, 1997). Menurut BPS (2003), sebagai metode kuantitatif, Tabel Input-Output memberikan gambaran menyeluruh mengenai: 1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antara sektor-sektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Adapun beberapa kegunaan dari analisis Input-Output menurut BPS (2003), antara lain: 1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi.

16 2. Untuk melihat komposisi penyediaan barang dan penggunaan barang dan jasa, terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 3. Untuk menganalisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dari perubahan harga input terhadap output. 4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi. 5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. 2.5.2. Struktur Tabel Input-Output Bentuk penyajian Tabel Input-Output adalah matriks, dimana masingmasing barisnya menunjukkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, sedangkan masing-masing kolomnya menunjukkan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksinya (BPS, 2004). Di dalam Tabel Input-Output ini menggambarkan transaksi barang dan jasa dari berbagai sektor ekonomi yang berkaitan dan mempunyai hubungan saling ketergantungan. Distribusi output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir ditunjukkan oleh isian sepanjang baris Tabel Input-Output. Permintaan antara menunjukkan penjualan produksi sebuah sektor kepada sektor lain. Permintaan akhir merupakan kolom tambahan yang

17 berisikan catatan penjualan produksi sebuah sektor ke pasar akhir, seperti konsumsi rumah tangga atau konsumsi pemerintah. Sedangkan sepanjang kolomnya menunjukkan komposisi input yang digunakan oleh setiap sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input primer maupun input antara. Input primer merupakan kolom tambahan yang berisikan input yang bukan berasal dari sektor lainnya, seperti tenaga kerja. Input antara berisi komposisi input yang disediakan oleh sektor-sektor lainnya. Adapun ilustrasi Tabel Input-Output dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output Permintaan Antara Permintaan Jumlah Susunan Input Sektor Produksi (j) Akhir Output x 11 x 12 x 13 x 1n F 1 X 1 x 21 x 22 x 23 x 2n F 2 X 2 Input Antara Sektor x 31 x 32 x 33 x 3n F 3 X 3 Produksi (i) : : : : : : x n1 x n2 x n3 x nn F n X n Kuadran I Kuadran II Jumlah Input Primer V 1 V 2 V 3 V n Kuadran III Kuadran IV Jumlah Input X 1 X 2 X 3 X n Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Updating, 2003 Tabel I-O dikelompokkan ke dalam empat kuadran yang masing-masing kuadran menggambarkan suatu hubungan tertentu.

18 Kuadran pertama menjelaskan arus barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektorsektor kemudian digunakan kembali oleh sektor itu sendiri atau sektor lain sebagai bahan baku atau bahan pelengkap (input antara). Dengan kata lain kuadran ini menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi. Sehingga dari kuadran ini dapat dilihat hubungan yang saling terkait antar sektor dalam perekonomian. Kuadran kedua menunjukkan permintaan akhir dimana output yang dihasilkan oleh sektor-sektor tidak digunakan untuk proses produksi. Komponen kuadran ini biasanya terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor barang dan jasa. Kuadran ketiga menunjukkan input-input primer dari kegiatan produksi barang dan jasa. Input primer tersebut bukan merupakan hasil kegiatan produksi dari suatu sektor melainkan semua balas jasa atas penggunaan faktor produksi. Komponen input primer ini biasanya terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan impor barang dan jasa. Kuadran keempat memperlihatkan hubungan antara komponen input primer dengan komponen permintaan akhir. Pada kuadran ini input primer akan digunakan atau didistribusikan langsung ke komponen permintaan akhir tanpa melalui proses produksi. Analisis Input-Output sebagai alat analisis yang menggunakan konsep keseimbangan umum dan bersifat linear sehingga jika disusun secara

19 horizontal/baris maka alokasi output keseluruhan dapat dituliskan dalam persamaan aljabar sebagai berikut: X 1 = x 11 + x 12 + x 13 + + x 1n + F 1 X 2 = x 21 + x 22 + x 23 + + x 2n + F 2 X 3 = x 31 + x 32 + x 33 + + x 3n + F 3 (2.1) : : : : : : : X n = x n1 + x n2 + x n3 + + x nn + F n Secara umum persamaan di atas adalah: i X i = x ij + F i, untuk i = 1,2,3,, dimana: j=1 X i merupakan total output untuk sektor i, x ij merupakan output sektor i yang digunakan oleh sektor j sebagai input untuk proses produksi, dan F i merupakan total permintaan akhir dari sektor i atau total output dari sektor i yang langsung dikonsumsi (tidak digunakan untuk proses produksi). Adapun secara vertikal/kolom keseluruhan alokasi input dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut: X 1 = x 11 + x 21 + x 31 + + x n1 + V 1 X 2 = x 12 + x 22 + x 32 + + x n2 + V 2 X 3 = x 13 + x 23 + x 33 + + x n3 + V 3 (2.2) : : : : : : : X n = x 1n + x 2n + x 3n + + x nn + V n Secara umum persamaan di atas adalah: j X j = x ij + V j, untuk j = 1,2,3,... i=1

20 dimana, X j merupakan total input untuk sektor j dan V j merupakan input primer dari sektor j. 2.5.3. Asumsi dan Keterbatasan Tabel Input-Output Tabel Input-Output sebagai model matematis memiliki asumsi dasar dalam penyusunannya. Asumsi asumsi tersebut, antara lain: 1. Keseragaman (homogenity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang atau jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dan output sektor yang bebeda. 2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antar input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut. 3. Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dan kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan. Namun demikian, alat analisis Input-Output ini bukanlah suatu alat analisis yang paling canggih pada saat ini. Masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam melakukan penyusunan Tabel Input-Output. Dalam hal ini bagaimana mencatat dan menyajikan berbagai kegiatan ekonomi yang sangat beragam sifatnya, cara berproduksi serta cara untuk memindahkan transaksi ke

21 dalam suatu tabel yang lengkap dan komprehensif. Selain daripada itu, Tabel Input-Output sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yaitu: 1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisis atau proyeksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan. Akibatnya, perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output. 2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan tabel Input- Output dengan menggunakan metode survey. 3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak terungkap dalam analisisnya. Walaupun mempunyai keterbatasan-keterbatasan, namun Tabel Input- Output masih merupakan alat analisa yang lengkap dan komprehensif karena sebagai metode kuantitatif penggunaan Tabel Input-Output memiliki manfaat, antara lain: 1. Model Input-Output memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian nasional maupun perekonomian regional dengan mengkuantifikasikan ketergantungan pada sektor dan asal (sumber) dari ekspor dan impor.

22 2. Untuk suatu set permintaan akhir dapat ditentukan besarnya output dari setiap sektor, dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumberdaya. 3. Dampak perubahan permintaan terhadap perekonomian baik yang disebabkan oleh swasta maupun pemerintah dapat ditelusuri dan diramalkan secara terperinci. 4. Perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknis. 2.5.4. Analisis Input-Output Sisi Penawaran dan Sisi Permintaan Analisis I-O sisi penawaran berbeda dengan analisis I-O sisi permintaan dalam hal faktor eksogennya. Analisis I-O sisi permintaan menggunakan faktor permintaan akhir sebagai faktor eksogennya sedangkan analisis I-O sisi penawaran menggunakan faktor input primer sebagai faktor eksogennya. Faktor endogen utama dalam kedua analisis tersebut tetap sama, yaitu output. 2.5.5. Analisis Input-Output Tabel Input-Output merupakan alat fundamental karena berkaitan dengan input primer dan juga permintaan akhir pada setiap tingkat produksi. Analisa yang akan diuraikan berdasarkan matriks kebalikan output maupun input adalah analisis penyebaran, analisis pengganda (multiplier) dan analisis dampak terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja.

23 2.5.5.1. Analisis Dampak Penyebaran Analisis dampak penyebaran merupakan gambaran dari analisis keterkaitan terutama keterkaitan langsung dan tidak langsung, karena analisis ini membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang telah dikalikan dengan sejumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung disemua sektor. Ada dua macam analisis dampak penyebaran, yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan suatu sektor dalam mendorong pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan kepekaan penyebaran digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan suatu sektor dalam mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. 2.5.5.2. Analisis Pengganda Analisis pengganda merupakan suatu analisis yang digunakan untuk melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel eksogen, seperti permintaan akhir dalam perekonomian. Terdapat tiga variabel utama dalam analisis pengganda, yaitu output sektor-sektor produksi, pendapatan rumah tangga dan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, dalam analisis ini dikenal pengganda output, pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja serta pengganda tipe I dan tipe II (Nazara, 1997).

24 a. Pengganda Output Pengganda output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Sedangkan setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief menunjukkan total pembelian input baik langsung maupun tidak langsung dari sektor i yang disebabkan karena peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter kepada permintaan akhir. b. Pengganda Pendapatan Pengganda pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel Input-Output, pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan di sini tidak hanya menyangkut beberapa jenis pendapatan yang pada umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga deviden dan bunga bank. c. Pengganda Tenaga Kerja Pengganda tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan dari sisi output. Pengganda tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen Tabel Input-Output karena tabel ini tidak mengandung elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Untuk memperoleh pengganda tenaga kerja, Tabel Input-Output harus ditambah baris yang menunjukkan jumlah tenaga kerja untuk setiap sektor dalam perekonomian. Penambahan baris ini adalah untuk menambahkan koefisien tenaga kerja. Cara untuk memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja tiap

25 sektor perekonomian wilayah atau negara dengan jumlah total input dari tiap sektor tersebut. Pengganda tipe I dan tipe II, digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu wilayah. Efek pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Dampak Awal (Initial Impact), merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (h i ). Sedangkan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (e i ). b. Efek Putaran Pertama (First Round Effect), menunjukkan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung (koefisien input-output/a ij ). Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. Sementara efek putaran pertama dari sisi tenaga kerja menunjukkan

26 peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. c. Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect), dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output. d. Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect), dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh masingmasing dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja. e. Efek Lanjutan (Flow-on-Effect), merupakan efek (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal. 2.5.6. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Indonesia 2003 Dalam Tabel I-O Indonesia 2003, data utama yang digunakan adalah data dasar yang digunakan dalam perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sedangkan data pendukung lainnya adalah data tentang rasio struktur