PENANGANAN KONFLIK NON LAHAN (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

BUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA TENURIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Ta

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Cara penyelesaian dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu pihak ketiga yang dapat diterima (acceptable). Artinya para pihak yang berkonflik mengizinkan

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

MASYARAKAT (EKSTERNAL)

Kemajuan PENETAPAN KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

In House Training Pengenalan Konflik, ADR, Negosiasi dan Mediasi. Manado Rabu, 03 Juni 2015

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang menunjukan hal yang luar biasa. 1 Apabila sebagai contoh

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN NOMOR : P.4/PSKL/SET/PSL.1/4/2016

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

BAB V PENUTUP. Kabupaten Tabalong, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Gambar 1. Struktur Organisasi Pengelola PHK-PKPD FK Universitas Jember

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rapat Persiapan Monev PPID Tahun 2018

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

KONFLIK PERTANAHAN (AGRARIA) alam memiliki nilai sosial

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 534 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN GARUT

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

BAB VI SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI. Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS.

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan

BAB III STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PPID

Keputusan Dewan Kehutanan Nasional. tentang Protokol Konsultasi Publik. Nomor : SKN.02/DKN-KP/2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

Bahan Presentasi KOORDINASI DAN KOLABORASI

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 16/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA

PERSIAPAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SERENTAK TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. qqqqqqqnegara Indonesia merupakan Negara agraris, sehingga tanah mempunyai arti

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT KABINET

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

Bahan Ajar Mata Kuliah PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 42 TAHUN 2017

BUPATI KUTAI KARTANEGARA

BAB I PENDAHULUAN B. MAKSUD DAN TUJUAN

PROSEDUR MUTU TINDAKAN PERBAIKAN DAN PENCEGAHAN. 4. REFERENSI : ISO 9001 : 2008 Klausul & Manual Mutu PT.

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

NOMOR : 79 Tahun 2014 NOMOR : PB.3/Menhut-11/2014 NOMOR : 17/PRT/M/2014 NOMOR : 8/SKB/X/2014 TENTANG

NOMOR : 79 Tahun 2014 NOMOR : PB.3/Menhut-11/2014 NOMOR : 17/PRT/M/2014 NOMOR : 8/SKB/X/2014 TENTANG

Proses Penyelesaian Perselisihan

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku.

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Halaman: 1 dari10 (SOSIAL) DI DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Dibuat Oleh Direview oleh Disahkan oleh 1

Halaman: 2 dari10 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2

Halaman: 3 dari10 Daftar Isi 1. Tujuan... 4 2. Ruang Lingkup... 4 3. Referensi... 4 4. Definisi... 5 5. Tanggungjawab... 7 6. Prosedur... 7 7. Lampiran... 10 3

Halaman: 4 dari10 1. Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk memberikan acuan bagi staf dan manajemen dalam mencegah dan menangani konflik non lahan ( sosial) di sekitar unit operasional antara perusahaan dan masyarakat. 2. Ruang Lingkup Ruang lingkup prosedur ini meliputi kegiatan identifikasi konflik, analisis konflik, perencanaan penanganan konflik, pelaksanaan penanganan konflik, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan. 3. Referensi 3.1. UU No. 30 Tahun 1999 TentangArbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. 3.2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. 3.3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial. 3.4. UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. 3.5. Peraturan Menteri Negara Agraria (Permenag), Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Hukum Adat. 3.6. Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa. 3.7. Peraturan Mahkamah Agung RI, Nomor: 01 TAHUN 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. 3.8. Peraturan Menteri Kehutanan (Pe rmenhut), Nomor P.44/Mehut-II/2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan. 3.9. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri RI, Menteri Kehutanan RI, Menteri Pekerjaan Umum RI, dan Kepala Badan Pertanah Nasional RI, nomor 79 Tahun 2014, Nomor PB.3/Menhut-II/2014, nomor 17/PRT/M/2014, dan nomor 8/SKB/X/2014 tentang Tata Cara Penyelesain Penguasaan Berada di Dalam Kawasan Hutan. Tanah Yang 4

Halaman: 5 dari10 3.10. Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat. 3.11. Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1 Tahun 2008 tentang Mediasi di Peradilan. 4. Definisi 4.1. Konflik: a) Konflik merupakan perbedaan pendapat tentang obyek yang sama dan telah menimbulkan sengketa. b) Konflik terdiri dari dua kategori: pertama, latent conflict yakni konflik yang belum muncul atau belum terlihat; kedua, actual conflict atau konflik yang telah mengemuka atau sudah muncul sehingga terlihat bentuk konfliknya. c) Tahapan eskalasi konflik terdiri dari: ketidaksetujuan persepsi antara dua pihak atau orang, masalah berkembang, komunikasi berhenti, reaksi berbalas reaksi, terjadi permusuhan terbuka dan berupa kekerasan sehingga memunculkan polarisasi (pengelompokan) yang melibatkan kekerasan antar dua kelompok. 4.2. Konflik sosial : Konflik yang terjadi antara pihak perusahan dengan sekelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan terganggunya aktivitas operasional perusahaan. 4.3. Penanganan konflik sosial: Serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi konflik. 4.4. Negosiasi: suatu proses komunikasi antara dua pihak, yang masingmasing mempunyai tujuan dan sudut pandang mereka sendiri, diusahakan untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak mengenai masalah yang sama. 5

Halaman: 6 dari10 4.5. Negosiator: orang yang bernegosiasi baik untuk dirinya sendiri atau mewakili pihak lain baik individu maupun kelompok. 4.6. Mediasi: cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan antara kedua belah pihak dengan bantuan seorang mediator yang disepakati oleh para pihak. 4.7. Mediator: Pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. 4.8. Litigasi: Suatu upaya penyelesaian masalah/sengketa melalui jalur hukum/peradilan. 4.9. Konsensus: Perpaduan berbagai pikiran, pengetahuan, informasi, pendapat, dan pengalaman yang berbeda dari berbagai pihak, yang disepakati seluruh anggota kelompok yang menghasilkan kesimpulan yang lebih utuh dan lebih lengkap. 4.10. Kesepakatan perdamaian: Dokumen yang memuat syarat-syarat yang disepakati oleh para pihak guna mengakhiri sengketa yang merupakan hasil dari upaya perdamaian. 4.11. Monitoring: Kegiatan untuk memantau perkembangan suatu kegiatan, baik hasil maupun masalah yang dihadapi. 4.12. Evaluasi: Kegiatan untuk menilai kinerja (performa) pencapaian suatu kegiatan, apakah mencapai target yang ditetapkan atau tidak. 4.13. Pelaporan Konflik Sosial: Pengomunikasian dan pendokumentasian kemajuan/perkembangan dari upaya penanganan konflik sosial. 4.14. Person in Charge (PIC) Konflik Sosial : Seseorang yang ditunjuk oleh perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap penanganan konflik sosial. 6

Halaman: 7 dari10 5. TanggungJawab Penanggungjawab kegiatan disesuaikan dengan struktur organisasi masingmasing perusahaan. 6. Prosedur 6.1. Penerimaan Informasi Konflik Pihak manajemen perusahaan menerima informasi adanya konflik dan atau potensi konflik yang terjadi di wilayah operasionalnya, kemudian pihak manajemen berkoordinasi dengan bagian/departemen terkait. 6.2. Identifikasi/Pemetaan Konflik a) Mengidentifikasi (potensi) konflik di wilayah unit op erasional. Dalam proses identifikasi ini, perlu melibatkan masyarakat yang sedang berkonflik dengan perusahaan, juga tokoh dan/atau aparat desa yang berpotensi untuk membantu menyelesaikan konflik tersebut. Pelibatan ini dapat dilakukan dengan cara wawancara, berdiskusi dan pengecekan lapang secara bersama. b) Identifikasi dilakukan untuk memastikan hal-hal yang meliputi lokasi konflik (termasuk titik koordinatnya), luas /batas obyek yang dikonflikan, jumlah para pihak yang terlibat, para pihak yang penting untuk dilibatkan dalam mencari penyelesaian, kronologi konflik, dan upaya-upaya yang sudah pernah/sedang dilakukan untuk menangani konflik. 6.3. Analisa Konflik a) Berdasarkan identifikasi konflik, selanjutnya melakukan pemeringkatan/kategorisasi konflik dengan menggunakan kriteria penilaian dan tingkatan konflik. b) Mengisi matriks analisis konflik dengan menggunakan formulir identifikasi dan analisis konflik. c) Hasil analisis konflik digunakan sebagai acuan dalam penyusunan rencana penanganan konflik. 7

Halaman: 8 dari10 6.4. Penyusunan Usulan Rencana Penanganan Konflik a) Menyusun usulan rencana kerja penanganan konflik di wilayah kerjanya. Rencana kerja ini merupakan panduan bagi manajer dan staf yang terkait. Dalam implementasinya, proses dan pemilihan cara penyelesaian konflik lebih lanjut akan dibicarakan bersama masyarakat. b) Rencana penanganan konflik harus menjelaskan konflik/masalah, kegiatan/pilihan metode, tahapan penanganan konflik/masalah, target, ukuran keberhasilan, PIC, pihak luar terkait dan tata waktunya. Secara ringkas penyusunan usulan rencana dilakukan dengan matriks perencanaan penanganan konflik. c) Metode penanganan konflik dapat dilakukan dengan fleksibel. Menggunakan lebih dari satu metode seperti negosiasi, mediasi, atau litigasi, dengan tetap mempertimbangkan karakteristik dari konfliknya d) Perusahaan mengedepankan metode mediasi dan negosiasi dalam penyelesaian penanganan konflik sosial. Proses mediasi dan negosiasi harus disepakati bersama dengan para pihak yang sedang berkonflik dengan perusahaan. Jika dengan cara mediasi dan atau negosiasi tidak dapat menyelesaikan konnflik yang terjadi, maka perusahaan akan menempuh cara litigasi (jalur hukum). 6.5. Koordinasi Rencana Penanganan Konflik a) Menyampaikan usulan rencana penanganan konflik kepada pihak manajemen untuk mendapatkan masukan dan persetujuan. b) Pihak manajemen mengadakan rapat koordinasi dengan melibatkan beberpa bagian/departemen terkait untuk memutuskan rencana penanganan konflik termasuk penganggaran. c) Pihak manajemen dapat melibatkan pihak ketiga sebagai mediator. 6.6. Fasilitasi Pelibatan Pihak Ketiga (Mediator) 8

Halaman: 9 dari10 a) Melibatkan pihak ketiga sebagai mediator atas permintaan pihak manajemen. b) Memonitor kegiatan yang dilakukan oleh pihak ketiga sebagai mediator sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. c) Melakukan fasilitasi komunikasi antara pihak mediator dengan Manajemen. 6.7. Persetujuan Rencana Penanganan Konflik Berdasarkan hasil rapat koordinasi, pihak manajemen memutuskan dan menyetujui rencana penanganan konflik. 6.8. Pelaksanaan Penanganan Konflik a) Bagian/departemen terkait melaksanakan penanganan konflik yang telah direncanakan. b) Melaksanakan tahapan pertama penyelesaian konflik dengan metode negosiasi. Metode ini harus dikomunikasikan kepada masyarakat untuk disepakati bersama. c) Jika dengan metode negosiasi belum berhasil, maka lakukan tahapan kedua dengan metode mediasi, dengan melibatkan pihak ketiga. Semua mekanisme, tata aturan, dan lain-nya, dalam proses mediasi harus disepakati bersama dengan masyarakat, dengan bantuan mediator. d) Jika dengan metode mediasi juga belum berhasil, maka lakukan tahapan ketiga dengan metode litigasi. e) Kesepakatan penyelesain konflik harus mencakup bentuk penyelesaian, protokol komunikasi antar pihak, tahapan kegiatan untuk menjalankan kesepakatan, sumberdaya yang diperlukan, peran dan tanggung jawab masing-masing pihak, tata waktu, mekanisme pemantauan dan evaluasi, serta mekanisme penyelesaian silang sengketa jika terjadi. 6.9. Monitoring dan evaluasi internal terhadap pelaksanaan penanganan konflik 9

Halaman: 10 dari10 a) Melakukan monitoring minimal setiap 6 (enam) bulan, dilakukan setiap akhir semester oleh pihak manajemen; b) Evaluasi dilakukan setiap akhir tahun oleh pihak manajemen; c) Menggunakan formulir monitoring dan evaluasi penanganan konflik sosial; d) Mendokumentasikan hasil monitoring dan evaluasi untuk digunakan sebagai perbaikan, baik perbaikan SOP maupun perbaikan strategi dan cara menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat. 6.10. Penyusunan laporan kemajuan penanganan konflik Menyusun laporan kemajuan/perkembangan penanganan konflik secara berkala (minimal setiap bulan) oleh bagian/departemen terkait. Dalam hal khusus, jika terjadi perubahan yang signifikan, maka penyusunan laporan akan dilakukan sewaktu-waktu. Dalam situasi normal maka format laporan yang akan digunakan adalah form laporan kemajuan penanganan konflik sosial, sedangkan dalam situasi abnormal (genting) maka format elaporan yang akan digunakan adalah form laporan situasi/kejadian khusus 7. Lampiran 7.1. Formulir Kriteria dan Penilaian Tingkatan Konflik 7.2. Formulir Identifikasi dan Analisis Konflik 7.3. Formulir Matriks Rencana Penanganan Konflik 7.4. Formulir Laporan Kemajuan Penanganan Konflik 7.5. Formulir Monitoring dan Evaluasi Penanganan Konflik 7.6. Formulir Laporan Situasi/Kejadian Khusus 10