Oleh Nuri Gustia, Jasmi, dan Putri Pratiwi

dokumen-dokumen yang mirip
KEPADATAN NIMFA CAPUNG (ODONATA) PADA PERTANAMAN PADI SAWAH DI KANAGARIAN AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT

KELIMPAHAN DAN DINAMIKA POPULASI ODONATA BERDASARKAN HUBUNGANNYA DENGAN FENOLOGI PADI. DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Inventarisasi Jenis Capung (Odonata) Pada Areal Persawahan Di Desa Pundenarum Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

KEPADATAN POPULASI BEKICOT (Achatina fulica) PADA PERTANAMAN NAGA DI KANAGARIAN TAPAKIS KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

ISSN Jurnal Exacta, Vol. VI No. 2 Desember 2008

SURVEI ODONATA DI KAWASAN BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

KEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS CAPUNG (ORDO : ODONATA) DI KEBUN RAYA BOGOR SITI NURUL INDAH HIDAYAH

(LEPIDOPTERA; NOCTUIDE) PADA TANAMAN BAWANG MERAH

TINJAUAN PUSTAKA. ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

KATA PENGANTAR. 1. Bapak Dr. Anthony Agustien selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Andalas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur.

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

KEPADATAN POPULASI KATAK SAWAH (Rana cancrivora Gravenhorst) YANG DITEMUKAN DI BUNGO PASANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur. Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Wereng batang coklat (WBC) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian total

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN DISTRIBUSI CAPUNG (ODONATA) DIKAWASAN KARS GUNUNG SEWU KECAMATAN PRACIMANTORO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

H. Sudarsono: Hama belalang kembara (Locusta migratoria manilensis) di Provinsi Lampung 53

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

KEANEKARAGAMAN ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN BERDASARKAN SEX RASIO ODONATA DEWASA DAN PANJANG TUBUH (INSTAR) NIMFA ODONATA

Fokus Lahan Basah Eksploitasi Satwa Liar di Perairan Hulu Mahakam 3. Konservasi Lahan Basah Potensi Ekowisata Mangrove Pesisir Sawah Luhur 4

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

STRATIFIKASI HUTAN MANGROVE DI KANAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

Keywords: Oryctes rhinoceros L., Oil palm plant, Population

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

TIPOLOGI DESA BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

MATERI DAN METODE. Alat yang digunakan adalah jaring serangga ( insect net), jaring serangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

KEPADATAN POPULASI APHID Aphis gossypii (Glover) (Hemiptera: Aphididae) PADA TANAMAN KENTANG DI KAMPUNG BATU KECAMATAN DANAU KEMBAR KABUPATEN SOLOK

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

INVENTARISASI CAPUNG (INSECTA: ODONATA) DAN VARIASI HABITATNYA DI RESORT TEGAL BUNDER DAN TELUK TERIMA TAMAN NASIONAL BALI BARAT (TNBB)

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA Keragaman Iklim

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tanaman yang banyak ditanam masyarakat yaitu tanaman jagung.

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

Transkripsi:

KEPADATAN POPULASI CAPUNG Crocothemis servilia (Odonata: Libellulidae) PADA PERTANAMAN PADI SAWAH DI KELURAHAN ANDURING KECAMATAN KURANJI PADANG SUMATERA BARAT Oleh Nuri Gustia, Jasmi, dan Putri Pratiwi Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Koresponden: nuri.gustia@yahoo.com ABSTRACT Dragonflies (Odonata: Libellulidae) have an important role in rice field ecosystem. Dragonflies can serve as an indicator to monitor the water quality of surrounding environment and predators on crop pests of rice, in addition to the dragonfly also play a role in health and agriculture. Crocothemis servilia is commonly found in rice crops. So far there are no data on the density of dragonflies (Odonata) including dragonfly C. servilia in the District of Kuranji Anduring. The purpose of this study was to determine the population density of C. servilia dragonflies (Odonata: Libellulidae) on Rice Planting in Anduring Kuranji District of Padang in West Sumatra. This study was conducted in January-February 2014, with a descriptive survey method. It is by way of direct collection of the C. servilia existing research in the location. Field sampling done at night on dry rice and wet rice fields when the bright moon and new moon. Physical environmental factors measured are temperature and humidity. The area used as a place of research about + 1 Ha. The characteristics of C. servilia which are found are the average length of the male dragonfly C. servilia abdomen is 30 mm long and 27 mm in females. Body of male colored blood red and the female body colered yellow, have teeth, rear wing wider than the front wing, transparent wings with wing base yellowish, eyes slightly purplish red bull and there is a black line along the abdomen. While the female abdomen is yellowish brown with a black stripe along its abdomen, have compound eyes and a pair of antennae are short and fine size. The average of population density of C. servilia in the rice fields location of Anduring Kuranji District of Padang in West Sumatra on dry fields individu/m 2 is 0.15, and the wet rice fields (aqueous) was 0.09 individu/m 2. Key words: Insect, Dragonflies, Crocothemis servilia, Populasi density PENDAHULUAN Capung (Odonata: Libellulidae) mempunyai peranan penting pada ekosistem persawahan. Capung dapat berfungsi sebagai serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun dewasa, dan memangsa berbagai jenis serangga serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi seperti, penggerek batang padi (Chilo sp), wereng coklat (Nilaparvata lugens), walang sangit (Leptocorisa acuta) (Ansori, 2009). Capung juga memiliki peranan penting bagi manusia yaitu sebasgai indikator untuk memantau kualitas air disekitar lingkungan hidup. Nimfa capung tidak akan hidup pada air yang tercemar atau di sungai yang tidak ada tumbuhannya, jadi secara tidak langsung kehadiran capung dapat menandakan bahwa perairan sekitar kita masih bersih (Susanti, 1998). Selain itu, capung juga berperan dalam bidang kesehatan maupun pertanian. Masyarakat di daerah Blitar, Jawa Timur menggunakan capung sebagai makanan (Amir dan Kahono, 2003 dalam Hanum, 2013). Crocothemis servilia merupakan jenis sangat umum dan tersebar luas di pulau jawa, terutama di daratan rendah dan perbukitan. Dapat pula dijumpai di danau-danau pegunungan sampai ketinggian 2.150 m di atas

Rata-rata jumlah individu Crocothemis servilia permukaan laut. Jenis ini merupakan salah satu wakil utama dari jenis serangga perairan di sawah yang dianggap bernilai ekonomi dan bermanfaat bagi manusia, karena banyak memakan jentik-jentik nyamuk (Sofyan, 2010). Beberapa penelitian mengenai Capung telah dilakukan diantaranya tentang Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) di Situ Gintung Ciputat Tanggerang ditemukan oleh Patty (2006). Kemudian, keanekaragaman dan aktivitas capung (Odonata) di Kebun Raya Bogor ditemukan oleh Hidayah (2008). Berdasarkan latar belakang telah dilakukan penelitian tentang Kepadatan Populasi Capung Crocothemis servilia (Odonata: Libellulidae) Pada Pertanaman Padi Sawah di Padang Sumatera Barat. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode survey deskriptif yaitu dengan cara mengoleksi langsung terhadap semua C. servilia yang ditemukan pada lokasi penelitian. Penangkapan C. servilia dilaksanakan pada malam hari pukul 19.30 sampai 20.30 WIB. Pengambilan sampel C. servilia dilakukan dua kali, pengambilan pertama dilakukan pada bulan terang (tanggal 14/15 Rabiul awal) dan pengambilan kedua pada bulan gelap (tanggal 28/29 Rabiul awal) baik pada sawah kering maupun pada sawah basah (berair). Sedangkan pengambilan sampel dengan menentukan dua stasiun yang terdiri dari lima titik masingmasing stasiun, stasiun pertama untuk sawah kering dan stasiun kedua untuk sawah basah. Pengambilan sampel dilakukan dengan menetapkan titik pengambilan dengan cara mengambil setiap sudut dan pertengahan tanaman padi, dengan tujuan supaya terwakili seluruh areal persawahan, dengan luas areal 0,2 0,20 sawah yang akan dijadikan petak sampling yaitu 5x5 m pada masing-masing titik stasiun. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada lokasi persawahan di Padang Sumatera Barat ditemukan ciri-ciri C. servilia yang ditemukan rata-rata panjang capung C. servilia jantan (kiri) panjang abdomennya adalah 30 mm dan betina (kanan) 27 mm. Tubuh jantan berwarna merah darah dan betina berwarna kuning, memiliki gigi, sayap belakang lebih lebar dari pada sayap depan, sayap transparan dengan pangkal sayap berwarna kekuningan, mata jantan berwarna merah sedikit keunguan dan terdapat garis hitam disepanjang abdomen. Sedangkan pada betina abdomen berwarna coklat kekuningan dengan garis hitam disepanjang abdomennya, memiliki mata majemuk serta sepasang antena yang berukuran pendek dan halus. Gambar 1. Morfologi C. servilia jantan (kiri) dan betina (kanan) Hasil penelitian tentang kepadatan populasi C. servilia pada lokasi persawahan di Padang Sumatera Barat, pada sawah kering (bulan terang dan bulan gelap) didapatkan 0,20 individu/m 2 dan 0,11 individu/m 2, sedangkan pada sawah basah (bulan terang dan bulan gelap) didapatkan 0,10 individu/m 2 dan 0,09 individu/m 2, dapat dilihat pada Gambar 4. 0,15 0,1 0,11 0,10 0,08 0,05 0 Gambar 2. Kondisi Sawah sawah kering bulan terang sawah kering bulan gelap sawah basah bulan terang sawah basah bulan gelap

Tabel 1. Hasil pengukuran faktor fisik, pengambilan sampel di Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Padang Sumatera Barat. Faktor Pengambilan sampel fisik Sawah Kering Rata-rata Sawah Basah Rata-rata Bulan Bulan Bulan Bulan Terang Gelap Terang Gelap Suhu C o 26 28 27 26 28 27 Kelembaban% 87 93 90 77 93 85 Keadaan Cerah Cerah Cerah Mendung Cuaca Ket: Cerah = berbintang dan berawan Mendung = berawan Kepadatan populasi C. servilia dewasa paling tinggi ditemukan pada sawah kering (bulan terang dan bulan gelap) yaitu 0,20 dan 0,11 individu/m 2, sedangkan pada sawah basah (bulan terang dan bulan gelap) yaitu 0,10 dan 0,08 individu/m 2. Pengambilan sampel C. servilia dilakukan pada bulan terang dan bulan gelap untuk melihat pengaruh cahaya bulan pada kepadatan C. servilia yang ditemukan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ansori, (2009) menunjukkan bahwa Crocothemis servilia (Libellulidae) dan Orthetrum sabina (Libellulidae) merupakan spesies yang dominan di empat lokasi penelitian. Pada awal pertumbuhan padi (fase vegetatif sampai fase bunting 22 27 hari), menunjukkan jumlah individu terbesar dibandingkan dengan fase lain, dan populasi odonata akan menurun sejalan dengan umur padi yang semakin tua. Hasil analisis indeks keanekaragaman untuk odonata dewasa di empat lokasi penelitian menunjukkan bahwa persawahan Dago Pojok memiliki indeks keanekaragaman tertinggi. Indeks kemerataan tertinggi odonata dewasa diperoleh di persawahan Antapani dan Dago Pakar. Berbeda dengan penelitian Salmah et. al., (2005) tentang keanekaragaman odonata dan hubungannya dengan ekosistem dan penggunaan lahan di semenanjung utara malaysia dengan lokasi (habitat) yang berbeda yaitu pada sawah, perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, areal tambang pasir, pertenakan ayam, dan aliran gunung. Pengambilan odonata dilakukan pada musim (basah dan kering) menghasilkan 566:646 individu, 30:28 marga dan family 8:8. Ada perbedaan yang signifikan dalam distribusi individu odonata antara dimusim hujan (F=4,70) dan musim kemarau (F=3.99). Dari pengamatan yang telah dilakukan pada sawah kering (bulan terang dan bulan gelap) di Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Padang Sumatera Barat dengan suhu 26 o C pada bulan terang, 28 o C bulan gelap dan kelembaban 85-90% dengan keadaan cuaca cerah. Menurut (Corbet, 1980 dalam Ansori, 2009) tingginya kepadatan populasi C. servilia ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya siklus hidup, ketersediaan makanan, faktor lingkungan, dan predator. Kemudian suhu, kelembaban dan keadaan cuaca juga mempengaruhi kepadatan populasi C. servilia. Pada serangga makanan sangat diperlukan untuk menopang tingkat hidup yang aktif, terutama pada proses peneluran dan stadium larva. Stadium imago porsinya menjadi kecil karena periode kehidupannya menjadi relatif pendek apabila hama-hama tersebut telah meletakkan telur. Kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika serangga memilih sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan populasinya atau dalam proses perkembangbiakan keturunannya (Yayuk et. al., 1990 dalam Yasin, 2009). Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Di luar kisaran tersebut serangga akan mati kedinginan dan kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah sebagai berikut: suhu minimum 15 o C, suhu optimum 25 0 C, dan suhu maksimum 45 o C (Jumar, 2000). Sejumlah spesies capung memiliki kemampuan untuk mengatur suhu tubuh melalui perubahan postur tubuh dan tingkat pembukaan terhadap matahari. Hal ini

memberikan keuntungan bagi capung untuk mulai memangsa pada dini hari sebelum tubuh mangsa berfungsi secara sempurna. Ketika melewati masa prereproduktif, capung dewasa kembali pada masa kopulasi (Hidayah, 2008). Kelembaban udara, hal ini merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi distribusi kegiatan serangga. Dalam kelembaban yang sesuai, serangga biasanya lebih tahan terhadap suhu 18 o C dengan kelembaban 70% (Jumar, 2000). Pengaruh cahaya (kondisi gelap dan terang) sangat berpengaruh basar terhadap tingkah laku serangga dalam memilih makanan, dan reproduksi (kopulasi dan penelusuran) (Weston and Hoffman, 1991 dalam Yasin 2009). Beberapa faktor serangga yang dipengaruhi oleh cahaya, sehingga timbul serangga yang aktif siang dan malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktivitas dan distribusi serangga. Selain tertarik terhadap cahaya, ditemukan juga serangga yang tertarik oleh warna hijau dan kuning. Serangga juga memiliki profensi (kesukaan) tersendiri terhadap warna dan bau, seperti terhadap warna-warna bunga (Jumar, 2000). Cahaya berpengaruh terhadap perkembangan organisme yang hidup baik pengaruh terhadap struktur tubuh dan perilaku. Cahaya adalah faktor yang sekaligus vital dan membatasi, karenanya menarik bagi ekologis. Intensitas dan lamanya cahaya penting, karena pengaruh cahaya dalam hal ini mempengaruhi perilaku dan penyebaran hewan (P. Michael, 1994 : 16 dalam Rohman 2012). Capung dewasa sering terlihat di tempat-tempat terbuka, terutama di perairan tempat berbiak dan berburu makanan. Sebagian besar capung hinggap pada pucuk rumput, perdu dan tanaman yang tumbuh di sekitar kolam, sungai, parit atau genangan-genangan air lainnya. Capung melakukan kegiatan pada siang hari ketika matahari bersinar. Oleh karena itu, ketika cuaca cerah, capung akan terbang sangat aktif dan sulit untuk didekati. Pada dini hari, senja hari, dan saat matahari terbenam, kadang-kadang capung relatif mudah didekati (Susanti 1998). Dari uji t yang telah dilakukan terbukti bahwa, kepadatan populasi C. servilia pada sawah kering dan sawah basah (bulan terang dan bulan gelap), maka didapatkan t hitung 0,16 dan t tabel 1,68. Disini dapat dilihat bahwa t hitung t tabel, sehingga sawah kering dan sawah basah (berair) tidak berbeda nyata pada bulan terang dengan bulan gelap. Cahaya bulan kadang-kadang membuat capung tertipu, kebanyakan capung terbang pada saat bulan terang karna capung mengira cahaya bulan itu adalah cahaya matahari, sebab capung mulai aktif saat matahari bersinar. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada lokasi persawahan di Padang Sumatera Barat ditemukan ciri-ciri C. servilia rata-rata panjang capung C. servilia jantan panjang abdomennya adalah 30 mm dan betina 27 mm. Tubuh jantan berwarna merah darah dan betina berwarna kuning, memiliki gigi, sayap belakang lebih lebar dari pada sayap depan, sayap transparan dengan pangkal sayap berwarna kekuningan, mata jantan berwarna merah sedikit keunguan dan terdapat garis hitam disepanjang abdomen. Memiliki mata majemuk serta sepasang antena yang berukuran pendek dan halus. Rata-rata kepadatan populasi C. servilia pada lokasi persawahan di Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Padang Sumatera Barat pada sawah kering adalah 0,15 individu/m 2, dan pada sawah basah (berair) adalah 0,09 individu/m 2. DAFTAR PUSTAKA Ansori, I. 2009. Kelimpahan dan Dinamika Populasi Odonata Berdasarkan Hubungannya Dengan Fenologi Padi di Beberapa Persawahan Sekitar Bandung Jawa Barat. PMIPA FKIP UNIB.Jurnal exacta.vol.vii.no.2: 69-75. Hanum, O. 2013. Jenis-jenis Capung (Odonata) di Kawasan Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. FMIPA Universitas Andalas: Padang. Jurnal Biologi Universitas Andalas, Vol 2 No.1:71-76. Hidayah, S. N. I. 2008. Keanekaragaman dan Aktivitas Capung (Ordo: Odonata) di Kebun Raya Bogor. Fakultas Pertanian Institut Pertanian: Bogor. Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta: Jakarta.

Patty, N. 2006. Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) di Situ Gintung Ciputat, Tanggerang. Fakultas sains dan teknologi Universitas Islam dan Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta. Rohman, A. 2012. Keanekaragaman Jenis dan Distribusi Capung (Odonata) Di Kawasan Kars Gunung Sewu Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam: Universitas Negeri Yogyakarta. Salmah, C, R., Siregar, A, Z dan Ahmad, A, H. 2005. The Diversity of Odonata in Relation to Ecosystem and Land Use in Northern Peninsular Malaysia. School of Biological Science, University of Science Malaysia. Jurnal ilmiah pertanian kultura Vol. 40. No 2:106-116. Sofyan, R, M. 2010. Pemaknaan Koleksi Serangga Museum Zoologicum Bogoriense Dari Sudut Pandang Ethno-Entomologi. Fakultas ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Magister Arkeologi: Depok Susanti, S. 1998. Mengenal Capung. Bogor: Puslitbang Biologi-LIPI. Yasin, M. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk dan Faktor Fisikokimia Yang Mempengaruhinya. Balai Penelitian Tanaman Proseding Seminar Nasional Serealia. ISBN:978-979-8940-27-9.