ejournal Boga, Volume 3 Nomor 3, Yudisium Oktober Tahun 2014 Halaman 47-50

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

TINGKAT PENDIDIKAN IBU, HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

KUESIONER PENELITIAN

SMP/Mts PT (Sarjana) 3. Jenis Kelamin Balita : Laki laki Perempuan 4. Umur Balita :

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pola makan remaja telah mengarah ke dunia barat. Pemilihan makanan remaja beralih ke pemilihan makanan cepat saji (fast

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG. Identitas Responden

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam gizi makanan. Hal ini disebabkan karena serat pangan tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

STUDI DESKRIPTIF PERILAKU MAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Pendidikan ibu : 1. Tidak sekolah 2. Tamat SD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA 5. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan adalah segala yang kita makan atau masukkan kedalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

KUESIONER HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD, AKTIVITAS FISIK DAN FAKTOR LAIN DENGAN GIZI LEBIH PADA REMAJA SMU SUDIRMAN JAKARTA TIMUR TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

HASIL. Faktor Internal

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

Transkripsi:

47

PENDAHULUAN Pola konsumsi makanan remaja adalah kebiasaan makan meliputi jenis dan jumlah makanan, serta frekuensi makan yang dikonsumsi remaja pada waktu tertentu (Suhardjo, 1989). Remaja adalah individu yang masih berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang memiliki identitas sebagai pelajar di bangku sekolah menengah pertama dan/atau sekolah menengah atas (Hurlock, 1997). Masa remaja banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor yang ada di dalam dirinya maupun di luar dirinya (keluarga, lingkungan sekolah ataupun teman sebaya)(susanti, 2008). Pada umumnya remaja mengalami perubahan sikap dan perilaku dalam kebiasaan makan yang dipengaruhi besar oleh teman sebaya dibandingkan dengan keluarganya. Hal ini karena remaja menyukai hal-hal baru dan mengganggap bahwa orang dewasa tidak memahami dan mengerti keadaan mereka, terlihat dari seringnya aktifitas mereka di luar rumah seperti berkumpul bersama teman-teman sekolah maupun di luar kegiatan sekolah (Lein, 1989). Menurut Hermana (1993), seiring dengan perkembangan jaman dan era globalisasi yang terjadi saat ini telah merubah berbagai aspek kehidupan diantaranya aspek sosial yang berkaitan dengan pola konsumsi makanan remaja. Mustopa (2003) menyatakan bahwa konsumsi makanan yang pada awalnya adalah makanan tradisonal sudah mulai jarang dikonsumsi oleh sebagian masyarakat terutama remaja, beralih pada makanan modern seperti makanan cepat saji yang cenderung mengandung lemak, protein, gula, garam dan rendah serat. Hal ini karena kurangnya pengetahuan remaja tentang konsumsi makanan bergizi. Pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan selain yang disediakan di dalam keluarga dapat pula dipenuhi di luar rumah jika tersedia uang saku remaja yang cukup (Gibson, 1990). Besarnya uang saku yang diperoleh remaja dapat menjadi pemicu untuk membeli dan mengkonsumsi makanan di luar rumah (Sopiah, 1998). Kebiasaan remaja dalam mengkonsumsi makanan tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik remaja, tetapi ibu turut berperan dalam menentukan penyediaan makanan keluarga (Lein, 1989). Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat berjalan baik apabila terjadi interaksi antara anak dengan ibu utamanya, karena ibu memiliki peran utama dan pertama dalam keluarga untuk mengatur, mendidik, merawat dan menjaga anakanaknya, termasuk bagaimana cara ibu membiasakan makan yang baik pada anak. Menurut Gunarsa (2000), interaksi merupakan usaha yang diarahkan untuk mengubah tingkah laku anak sesuai dengan keinginan pengasuh (orang tua dan atau anggota keluarga lainnya). Orang tua yang paling dominan dalam membentuk tingkah laku anak ialah ibu. Berdasar peran dan fungsinya, ibu sebagai penanggung jawab utama dalam merawat dan mendidik anak. Hal ini karena ibu mempunyai peran penting dalam penyediaan dan pemberian makanan mulai dari menyusun menu, membuat dan menyajikan makanan sesuai keinginan dan kebutuhan anggota keluarga (Suhardjo, 1989). Pemilihan dan penentuan penyediaan konsumsi makanan yang dilakukan ibu secara terus menerus dapat membentuk kebiasaan makan di dalam keluarga (Chairunita, 2003). Kebiasaan yang dilakukan ibu dalam menyediakan dan memberikan makan untuk anggota keluarga ditentukan antara lain oleh pendidikan, pekerjaan dan pendapatan (Lein, 1989). Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tanpa disertai pengetahuan tentang gizi yang baik, maka tidak memberi pengaruh pada kemampuan ibu untuk menyediakan makanan sesuai dengan syarat gizi untuk anggota keluarga (Notoatmodjo, 2003). Orang yang berpendidikan tinggi mempunyai peluang/kesempatan lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik yang tentunya akan menerima pendapatan yang lebih baik dan dapat meningkatkan pula pada daya beli dalam memenuhi kebutuhan makanan yang lebih baik bagi anggota keluarga (Sanjur, 1982). Fenomena tersebut menjelaskan bahwa berbagai faktor dapat mempengaruhi kebiasaan makan remaja baik di dalam maupun di luar keluarga, seperti ketersediaan waktu yang dimiliki ibu, kurangnya pengetahuan gizi ibu dalam menyediakan makanan untuk anggota keluarganya, kurangnya pengetahuan remaja tentang konsumsi makanan bergizi, tingginya aktifitas dan besarnya uang saku remaja dan berbagai tempat jasa usaha makanan seperti makanan tradisional dan makanan cepat saji yang sebagian besar terdapat di kota-kota besar khususnya Surabaya (Mufidah, 2006). Pengaruh kebiasaan makan tersebut dapat membentuk pola konsumsi makanan remaja yang masih duduk di bangku sekolah pertama maupun sekolah menengah atas (Chairunita, 2003). Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Surabaya merupakan salah satu sekolah terletak ditengah kota Surabaya yang berdekatan dengan mall dan tempat usaha makanan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk menggali informasi bagaimana pola konsumsi makanan remaja dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola konsumsi makanan remaja di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Surabaya. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah expost facto karena bertujuan untuk mengetahui apakah variabel karakteristik remaja (usia, jenis kelamin, pengetahuan gizi, uang saku, aktifitas fisik dan persepsi teman sebaya); karakteristik ibu (usia, 48

lamanya pendidikan, pengetahuan gizi, status pekerjaan dan pola asuh makan); status sosial ekonomi keluarga (pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga dan besar keluarga) dapat mempengaruhi pola konsumsi makanan remaja. Tempat penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan 8 Surabaya. Penelitian dilakukan pada bulan November 2013 sampai April 2014. Populasi pada penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan 8 Surabaya. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X Jasa Boga dengan jumlah 65 siswa. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi pola konsumsi makanan remaja karakteristik remaja; karakteristik ibu; status sosial ekonomi keluarga;sedangkan data sekunder adalah keadaan umum sekolah. Data diperoleh melalui wawancara dengan bantuan kuisioner. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola konsumsi makanan remaja Tabel 4.1 Sebaran contoh berdasarkan katagori tingkat konsumsi asupan energi remaja Katagori Energi Rendah Sedang Tinggi Perempuan Energi Laki-laki n % n % 0 0.0 0 0.0 15 23.1 1 1.5 40 61.5 9 13.8 Rataan±std 2.75 ± 0.02 Tabel 4.2 Sebaran contoh berdasarkan katagori tingkat konsumsi asupan protein remaja Protein Katagori Protein Perempuan Laki-laki n % n % Rendah Sedang Tinggi 8 31 16 12.3 47.7 24.6 1 6 3 1.5 9.2 4.6 Rataan±std 2.04 ± 0.02 Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pola konsumsi makanan sebagian remaja cukup baik, meskipun terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hal ini karena kecukupan energi dan protein remaja sesuai dengan anjuran dalam angka kecukupan gizi (AKG). Asupan energi yang dikonsumsi remaja lebih tinggi daripada asupan protein. Asupan energi dapat diperoleh dari sumber bahan makanan yang banyak mengandung karbohidrat, oleh karena itu remaja khususnya laki-laki sering mengkonsumsi nasi, mie atau roti setiap hari dengan frekuensi 1-3 kali. Jumlah konsumsi makanan pokok lebih banyak dibandingkan dengan lauk-pauk nabati/hewani seperti ayam, tahu, telur, kentang dan kangkung; buah-buahan antara lain jeruk dan pisang; dan susu yang dikonsumsi dengan frekuensi 1-3 dalam seminggu. Pola konsumsi makanan remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tabel 4.3 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan remaja. Faktor-faktor peubah Pola konsumsi makanan remaja ß t Sig. (Constant) Usia remaja 2.193.100.577.812.000.008* Pengetahuan gizi remaja.187 1.478.022* Uang saku remaja.302 3.396.011* Aktifitas fisik remaja.035.390.038* Persepsi teman sebaya.045.370.035* Usia ibu.187 1.625.038* Lamanya pendidikan ibu -.016 -.112.012* Pengetahuan gizi ibu -.089 -.597.044* Pola asuh makan -.054 -.497.021* Pekerjaan orang tua/ bapak.056 1.098.041* Pendapatan keluarga.038.417.047* Besar keluarga.080 1.170.141 Dummy J.Kelamin remaja.153 2.250.029* Dummy S.Pekerjaan ibu.003.085.932 R Square b.974 Adjusted R Square.967 df 14 F 138.575 Sig..000 a Tabel 4.3 menyajikan hasil analisis uji regresi linier berganda faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makanan remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, pengetahuan gizi, uang saku, aktifitas fisik dan persepsi teman sebaya remaja; usia, lamanya pendidikan, pengetahuan gizi dan pola asuh makan ibu; pekerjaan bapak dan pendapatan keluarga berpengaruh sangat nyata pada pola konsumsi makanan remaja dengan taraf kepercayaan 95%; sedangkan status pekerjaan ibu dan besar keluarga tidak berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan remaja. Hal ini diduga bahwa ketersediaan waktu ibu dalam menentukan pola konsumsi makanan remaja tidak ditentukan oleh banyaknya waktu yang disediakan ibu tapi pada kualitas waktunya, meskipun waktu ibu berkualitas tinggi tapi tidak didukung oleh pendapatan kepala keluarga yang memadai maka tidak akan memberikan konstribusi pada konsumsi makanan keluarga. Pendapatan keluarga diperoleh bapak sebagai kepala keluarga yang tidak memadai dengan banyaknya jumlah anggota keluarga. Hal ini karena sebagian keluarga berjumlah anggota dibawah 7 orang sehingga bukan menjadi penentu dalam konsumsi makanan remaja, tetapi kemungkinan dari kemampuan dan daya beli keluarga untuk mengkonsumsi makanan. PENUTUP Simpulan 1. Pola konsumsi sebagian remaja cukup baik. Hal ini tercemin dari jumlah dan jenis makanan serta frekuensi makan remaja yang lebih memperhatikan asupan energi dan protein yang 49

seimbang seperti mengkonsumsi makanan pokok, lauk-pauk dan buah dengan frekuensi makan 1-3 kali/minggu, meskipun minuman susu jarang dikonsumsi remaja. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makanan remaja adalah usia, jenis kelamin, pengetahuan gizi, uang saku, aktifitas fisik dan persepsi teman sebaya remaja; usia, lamanya pendidikan, pengetahuan gizi dan pola asuh makan ibu; pekerjaan bapak dan pendapatan keluarga; sedangkan status pekerjaan ibu dan besar keluarga tidak berpengaruh pada pola konsumsi makanan remaja. Hal ini diduga bahwa ketersediaan waktu ibu dalam menentukan pola konsumsi makanan remaja tidak ditentukan oleh banyaknya waktu ibu tapi pada kualitasnya, dan sebagian keluarga berjumlah anggota dibawah 7 orang sehingga bukan menjadi penentu utama dalam konsumsi makanan remaja, tetapi lebih pada dari kemampuan dan daya beli keluarga untuk mengkonsumsi makanan. Saran Remaja sebaiknya dalam mengkonsumsi makanan harus lebih baik lagi, sesuai dengan pedoman gizi dalam mengkonsumsi makanan yang beragam, berimbang, bergizi dan aman untuk dikonsumsi.. DAFTAR PUSTAKA Chairunita. 2003. Studi tentang Gaya Hidup, Konsumsi Pangan dan Status Gizi Siswa SLTP Negeri 1 Bogor. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Gibson, R. S. 1990. Principles of Nutrional Assessment. Oxford University Press. New York. Gunarsa, S. 2000. Psikologi Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hermana. 1993. Keamanan Pangan dan Gizi. Widakarya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI. Jakarta. Hurlock E. B. 1997. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Lecturer, S. 2004. Studi Eksploratf Perilaku Mahasiswa UK. Petra dalam Memilih Fast Food Restaurant dan Non Fast Food Restaurant. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Surabaya.Lein. 1989. Mengasuh Anak dan Pengaruh Anak Bagi Kehidupan Orang Tua. Jakarta. Lein. 1989. Mengasuh Anak dan Pengaruh Anak Bagi Kehidupan Orang Tua. Jakarta. Mufidah, N. L. 2006. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan: Studi Deskripstif Pemanfaatan Food Court oleh Keluarga. Skripsi Sarjana. Jurusan Antropologi FISIP, Universitas Airlangga Surabaya. Mustopa, N. 2003. Studi Tentang Gaya Hidup, Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Mahasiswa Universitas Pakuan. Skripsi. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan ke-1. Jakarta: Rineka Cipta. Sanjur, D. 1982. Social and Cultural Perapektifes In Nutrition. Washington Dc: Prentice Hall, Inc. New York, USA. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Susanti. 2008. Peran Wanita dalam Pengasuhan dan Perawatan Kesehatan Anak. Pusat Penelitian Studi Wanita Lembaga Penelitian, Universitas Airlangga Surabaya. Sopiah, A. 1998. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Konsumsi Makanan Siap Santap Tradisional dan Barat pada Remaja di Perkotaan. Skripsi Sarjana. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. 50