Lampiran 1. Prosedur Analisis Bahan Baku Olein Sawit

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

Lampiran 1 Prosedur Analisis Metil Ester Stearin

a. Kadar Air (SNI) ), Metode Oven b. Kadar Abu (SNI ), Abu Total

Lampiran 1. Prosedur Analisis Proksimat Biji Jarak Pagar 100%

Lampiran 1. Prosedur Analisis Biji Jarak Pagar

Lampiran 1. Prosedur Analisis Minyak Jarak Pagar

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Sifat Fisiko-Kimia CPO

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding

LAMPIRAN. o C dan dinginkan lalu ditimbang. Labu lemak yang akan digunakan

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisiko kimia tanah pemucat bekas. 1. Kadar Air (SNI )

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosesdur analisis gas kromatigrafi olein dan biodiesel olein

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif untuk mengetahui

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

Desikator Neraca analitik 4 desimal

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

Lampiran 1. Prosedur Analisis

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

Bab III Pelaksanaan Penelitian

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE. Materi. Rancangan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB III METODE PENELITIAN

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

III. BAHAN DAN METODE

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (AOAC, 1995)

LAMPIRAN 1 PROSEDUR ANALISIS

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

LAMPIRAN

118

119 Lampiran 1. Prosedur Analisis Bahan Baku Olein Sawit 1. Komposisi Asam Lemak (AOAC, 1995) Dua g minyak ditambahkan ke dalam labu didih, kemudian ditambahkan 6-8 ml NaOH dalam metanol,dipanaskan sampai tersabunkan lebih kurang 15 menit dengan pendingin balik. Selanjutnya ditambahkan 10 ml BF 3 dan dipanaskan kira-kira dua menit. Dalam keadaan panas ditambahkan 5 ml n- heptana atau n-heksana, kemudian dikocok dan ditambahkan larutan NaCl jenuh. Larutan akan terpisah menjadi dua bagian. Bagian atas akan dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang sebelumnya telah diberi 1 g Na 2 SO 4. Larutan tersebut siap diinjeksikan pada suhu detektor 230 o C, suhu injektor 225 o C, suhu awal 70 o C, pada suhu awal = 2 menit, menggunakan glass coloumn dengan panjang 2 meter dan diameter 2 mm, gas pembawa adalah helium dan fasa diam dietilen glikol suksinat. Jenis detektor yang digunakan adalah jenis FID (Flame Ionization Detector). 2. Bilangan Iod (AOAC, 1995) Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,5 g di dalam erlenmeyer 250 ml, lalu dilarutkankan dengan 10 ml kloroform atau tetraklorida dan ditambahkan dengan 25 ml pereaksi hanus. Semua bahan diatas dicampur merata dan disimpan di dalam ruangan gelap selama satu jam. Sebagian iodium akan dibebaskan dari larutan. Setelah penyimpanan, ke dalamnya ditambahkan 10 ml larutan KI 15 %. Iod yang dibebaskan kemudian dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 N sampai warna biru larutan tidak terlalu pekat. Selanjutnya ditambahkan larutan kanji satu persen dan titrasi kembali sampai warna biru hilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama tanpa menggunakan minyak (B-S) x N x 12,69 Bilangan Iod = G Keterangan : B = ml Na 2 S 2 O 3 blanko S = ml Na 2 S 2 O 3 contoh N = normalitas Na 2 S 2 O 3 G = bobot contoh 12,69 = bobot atom iod/10 3. Bilangan Penyabunan (SNI 01-2891-1992) Sebanyak dua g contoh ditimbang dan dimasukan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 25 ml KOH Alkohol 0,5 N dengan menggunakan pipet dan beberapa butir batu didih. Erlenmeyer yang berisi larutan dihubungkan dengan pendingin tegak dan dididihkan di atas penangas air atau penangas listrik selama satu jam. Lalu ditambahkan 0,5 1 ml fenolftalein ke dalam larutan tersebut dan dititer dengan HCL 0,5 N sampai warna indikator berubah menjadi tidak berwarna. Dilakukan juga untuk blanko.

120 Perhitungan : Bilangan Penyabunan = 56,1 x T x (V 0 V 1 ) m Keterangan : V 0 = volume HCl 0,5 N yang diperlukan pada peniteran blanko (ml) V 1 = volume HCl 0,5 N yang diperlukan pada peniteran contoh (ml) m = bobot contoh (g) 4. Bilangan Asam dan Asam Lemak Bebas (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 5 g contoh ditimbang dan kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan dengan 50 ml etanol 95% netral, lalu dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air sambil diaduk. Setelah ditambahkan dua tetes indikator PP 1%, larutan dititrasi dengan KOH 0,1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15 detik). Dilakukan pekerjaan untuk blanko. Perhitungan : a. Bilangan Asam = V x T x 56,1 m b. Asam Lemak Bebas (FFA) = BM x V x T 10 m Keterangan : V = volume KOH yang diperlukan dalam peniteran (ml) T = normalitas KOH m = bobot contoh (g) BM = bobot molekul asam lemak 5. Kadar Air dengan Metode Karl Fischer (AOAC, 1995) Alat Karl Fischer dinyalakan, lalu botol titrasi diisi dengan larutan solvent. Larutan kemudian dinetralkan dengan larutan titran. Blanko dicari dengan cara menginjeksikan H 2 O ke dalam pipet microsyringe 50 µl. Sampel ditimbang dengan botol timbang dan dipipet sebanyak 5 ml dengan pipet tetes. Sampel yang ditimbang tadi dimasukkan ke dalam gelas titrasi yang telah terdapat pada alat. Sampel dititrasi dengan larutan titran. Titrasi selesai apabila alarm alat berbunyi. Hasil titrasi dibaca di layar sehingga diperoleh kadar air sampel. Kadar air dalam sampel dapat dinyatakan dalam % atau ppm.

121 Lampiran 2. Prosedur Analisis Metil Ester 1. Bilangan Asam Biodiesel/Ester Akil (ASTM D-664) Sebanyak 19 21 ± 0,05 g sampel ditimbang dalam sebuah labu erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 100 ml campuran pelarut yang telah dinetralkan ke dalam labu erlenmeyer tersebut. Dalam keadaan teraduk kuat, dititrasi larutan isi labu erlenmeyer dengan larutan KOH dalam alkohol sampai kembali berwarna merah jambu dengan intensitas yang sama seperti pada campuran pelarut yang telah dinetralkan di atas. Warna merah jambu ini harus bertahan paling sedikitnya 15 detik. Dicatat volume titran yang dibutuhkan (V ml). Perhitungan : 56,1 x V x N Angka asam (A a ) = mg KOH/g biodiesel m dengan : V = volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan pada titrasi, ml. N = normalitas eksak larutan KOH dalam alkohol. m = bobot contoh biodiesel ester alkil, g. Nilai angka asam yang dilaporkan harus dibulatkan sampai dua desimal (dua angka di belakang koma). 2. Bilangan Penyabunan dan Kadar Ester Biodiesel Ester Alkil (FBI A03-03) Sebanyak 4 5 ± 0,005 g sampel ditimbang dalam sebuah labu erlenmeyer 250 ml. Lalu ditambahkan 50 ml larutan KOH alkoholik dengan pipet yang dibiarkan kosong secara alami. Kemudian dilakukan analisis blanko secara serempak dengan analisis sampel. Labu erlenmeyer disambungkan dengan kondensor berpendingin udara dan dididihkan perlahan hingga sampel tersabunkan sempurna (biasanya membutuhkan waktu 1 jam). Larutan yang diperoleh pada akhir penyabunan harus jernih dan homogen; jika tidak, maka diperpanjang waktu penyabunannya. Setelah labu dan kondensor cukup dingin (tetapi belum terlalu dingin hingga membentuk jeli), dinding dalam kondensor dibilas dengan sejumlah kecil akuades. Kondensor dilepaskan dari labu dan ditambahkan 1 ml larutan indikator fenolftalein ke dalam labu, dan dititrasi isi labu dengan HCl 0,5 N hingga warna merah jambu persis sirna. Volume asam khlorida 0,5 N yang dihabiskan dalam titrasi dicatat. Perhitungan Angka penyabunan (A s ) = 56,1 (B-C)xN mg KOH/g biodiesel m dengan : B = volume HCl 0,5 N yang dihabiskan pada titrasi blanko (ml). C = volume HCl 0,5 N yang dihabiskan pada titrasi contoh (ml). N = normalitas eksak larutan HCl 0,5 N.

122 m = bobot contoh biodiesel (ester alkil) (g). Nilai angka penyabunan yang dilaporkan harus dibulatkan sampai dua desimal (dua angka di belakang koma). Kadar ester biodiesel ester alkil selanjutnya dapat dihitung dengan rumus berikut : 100( A s Aa 18,29Gttl ) Kadar ester (%-b) = As dengan : A s = angka penyabunan yang diperoleh di atas, mg KOH/g biodiesel. A a = angka asam (prosedur FBI-A01-03), mg KOH/g biodiesel. G ttl = kadar gliserin total dalam biodiesel (prosedur FBI-A02-03), %-b. 3. Kadar Air dengan Metode Karl Fischer (AOAC 1995) Alat Karl Fischer dinyalakan, lalu botol titrasi diisi dengan larutan solven. Larutan kemudian dinetralkan dengan larutan titran. Blanko dicari dengan cara menginjeksikan H 2 O ke dalam pipet microsyringe 50 µl. Sampel ditimbang dengan botol timbang dan dipipet sebanyak 5 ml dengan pipet tetes. Sampel yang ditimbang tadi dimasukkan ke dalam gelas titrasi yang terdapat pada alat. Sampel dititrasi dengan larutan titran. Titrasi selesai apabila alarm alat berbunyi. Hasil titrasi dibaca di layar sehingga diperoleh kadar air sampel. Kadar air dalam sampel dapat dinyatakan dalam % atau ppm.. 4. Kadar Gliserol Total, Bebas, dan Terikat (ASTM D-6584) Prosedur pengujian ini digunakan untuk menentukan kadar gliserol total, bebas, dan terikat dengan menggunakan metode iodometri-asam periodat. Gliserol bebas ditentukan langsung pada contoh yang dianalisis, gliserol total setelah contoh disaponifikasi, dan gliserol terikat dari selisih antara gliserol total dan gliserol bebas. a. Prosedur Analisis Kadar Gliserol Total Sampel sebanyak 9,9 10,1 ± 0,01 g ditimbang dalam sebuah erlenmeyer lalu ditambahkan 100 ml larutan KOH alkoholik. Erlenmeyer disambungkan dengan kondensor berpendingin udara dan dididihkan perlahan selama 30 menit untuk mensaponifikasi ester-ester. Sebanyak 91 ± 0,2 ml khloroform ditambahkan ke dalam labu takar 1 L dari sebuah buret. Labu saponifikasi disingkirkan dari pelat panas, dan isinya dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar yang berisi khloroform dengan menggunakan 500 ml aquades sebagai pembilas. Labu takar ditutup rapat dan dikocok dengan kuat selama 30 60 detik, kemudian ditambahkan aquades sampai batas takar. Labu takar ditutup kembali dan dicampur isinya dengan cara dibolak-balik. Setelah itu, larutan dibiarkan tenang sampai lapisan khloroform dan lapisan akuatik memisah sempurna.

123 Larutan asam periodat dipipet masing-masing ke dalam 2 atau 3 gelas piala 400-500 ml. Dua blanko disiapkan dengan mengisi masing-masing 50 ml aquades. Sebanyak 100 ml lapisan akuatik dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi asam periodat kemudian dikocok perlahan agar tercampur sempurna. Gelas piala ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan selama 30 menit. Bila lapisan akuatik mengandung bahan tersuspensi, maka sebelum penggunaan harus disaring terlebih dahulu. Setelah 30 menit, ditambahkan 3 ml larutan KI, dikocok perlahan, dan dibiarkan selama 1 menit (tidak boleh lebih dari 5 menit) sebelum dititrasi. Gelas piala yang akan dititrasi tidak boleh diletakkan di bawah cahaya terang atau terkena sinar matahari langsung. Isi gelas piala dititrasi dengan natrium tiosulfat sampai warna coklat iodium hampir hilang. Setelah itu ditambahkan 2 ml larutan indikator pati dan dititrasi lagi sampai warna biru kompleks iodium-pati benar-benar hilang. Blanko dilakukan tanpa penambahan lapisan akuatik, melainkan langsung ditambahkan larutan KI dan seterusnya. b. Prosedur Analisis Kadar Gliserol Bebas Sebanyak 9,9 10,1 ± 0,01 g sampel ditimbang di dalam sebuah botol timbang. Contoh ini dibilas ke dalam sebuah labu takar 1 L dengan menggunakan 91 ± 0,2 ml khloroform yang diukur dengan buret, kemudian ditambahkan 500 ml aquades dan dikocok kuat selama 30 60 detik. Setelah itu, ditambahkan lagi aquades sampai tanda tera, dicampur dengan membolak-balik labu takar, dan dibiarkan tenang sampai lapisan khloroform dan lapisan akuatik terpisah sempurna. Larutan asam periodat sebanyak 2 ml dipipet ke dalam masing-masing 2 3 gelas piala 400 500 ml. Dua blanko disiapkan dengan mengisi masing-masing 100 ml aquades. Lapisan akuatik 300 ml dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi asam periodat, kemudian dikocok perlahan. Setelah itu, gelas piala ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan selama 30 menit. Bila lapisan akuatik mengandung bahan tersuspensi, maka harus disaring terlebih dahulu sebelum penggunaan. Setelah 30 menit, ditambahkan 2 ml larutan KI, dikocok perlahan, dan dibiarkan selama 1 menit (tidak boleh lebih dari 5 menit) sebelum dititrasi. Gelas piala yang isinya akan dititrasi tidak boleh diletakkan di bawah cahaya terang atau terkena sinar matahari langsung. Isi gelas piala dititrasi dengan natrium tiosulfat sampai warna iodium hampir hilang. Setelah itu, ditambahkan larutan indikator pati 2 ml dan dititrasi lagi sampai warna biru kompleks iodium-pati benar-benar hilang. Analisis blanko dilakukan dari penambahan 2 ml larutan KI dan seterusnya.

124 Keterangan : Gttl = Gliserol total Gbbs = Gliserol bebas Gikt = Gliserol terikat C = volume larutan natrium tiosulfat untuk contoh B = volume natrium tiosulfat untuk blanko N = normalitas eksak larutan natrium tiosulfat a Dari prosedur = 9,9 10,1 ± 0,01 g b Dari prosedur = 100 ml (untuk gliserol total) dan 300 ml (untuk gliserol bebas) 5. Bilangan Iod (AOCS Cd 1-25) Sebanyak 0,13 0,15 ± 0,001 g sampel ditimbang dalam labu iodium. Ditambahkan 15 ml larutan karbon tetrakhlorida (atau 20 ml campuran 50 %-v sikloheksan 50 %-v asam asetat) dan kocok-putar labu untuk menjamin contoh larut sempurna ke dalam pelarut. Ditambahkan 25 ml reagen Wijs dengan pipet seukuran dan kemudian labu ditutup. Kembali labu dikocokputar agar isinya tercampur sempurna dan kemudian segera disimpan di tempat gelap bertemperatur 25 ± 5 o C selama 1 jam. Sesudah perioda penyimpanan usai, diambil kembali labu dan ditambahkan 20 ml larutan KI dan 150 ml akuades. Sambil selalu diaduk dengan baik, dititrasi isi labu dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N yang sudah distandarkan (diketahui normalitas eksaknya) sampai warna coklat iodium hampir hilang. Setelah ini tercapai, ditambahkan 2 ml larutan indikator pati dan titrasi diteruskan sampai warna biru kompleks iodium pati persis sirna. Volume titran yang dihabiskan untuk titrasi dicatat. Bersamaan dengan analisis di atas, dilakukan analisis blanko. Perhitungan Angka iodium contoh biodiesel dapat dihitung dengan rumus : Angka iodium, A I (%-b) = 12,69(B C) x N W dengan : C = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi contoh (ml). B = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi blangko (ml). N = normalitas eksak larutan natrium tiosulfat. W = bobot eksak contoh biodiesel yang ditimbang untuk analisis (g). 6. Densitas (SNI 01-2891-1992) Pada tahap awal ditentukan bobot dari air destilata. Piknometer bersih dan kering diisi dengan air destilasi yang telah dididihkan dan didinginkan pada suhu 20 o C dan disimpan dalam water bath (penangas air) pada suhu konstan 25 o C selama 30 menit. Piknometer diangkat dan dikeringkan kemudian ditimbang. Bobot air ditentukan berdasarkan selisih bobot piknometer berisi air dan bobot piknometer kosong. Pada tahap kedua ditentukan bobot sampel. Sampel dimasukkan ke dalam piknometer hingga meluap dan dipastikan tidak

125 terbentuk gelembung udara. Bagian luar piknometer dikeringkan dan kemudian ditempatkan piknometer dalam water bath pada suhu konstan 25 o C selama 30 menit. Piknometer kemudian diangkat, dikeringkan dan ditimbang. Bobot sampel dihitung dengan menghitung selisih bobot piknometer berisi contoh minyak atau lemak dan bobot piknometer kosong. Perhitungan : Densitas = (Bobot piknometer dan contoh) (bobot piknometer kosong) Volume air pada 25 o C (ml) 7. Fraksi Tak Tersabunkan (SNI 01-1904-1990) Sampel yang telah diaduk ditimbang sebanyak 5 g di dalam erlenmeyer atau botol soxhlet. Ke dalam contoh dimasukkan 30 ml alkohol 95% dan 5 ml KOH 50% kemudian dididihkan di bawah pendingin tegak selama satu jam atau sampai semua minyak/lemak tersabunkan secara sempurna. Sabun yang terbentuk dipindahkan ke dalam labu ekstraksi kemudian dibilas dengan alkohol sampai batas 40 ml, lalu dibilas dengan air panas dan air dingin sampai volume seluruhnya 80 ml. Botol bekas penyabunan dicuci dengan sedikit petroleum eter dan dikembalikan ke dalam labu ekstraksi. Labu dan isinya didinginkan sampai suhu kamar (20-25 o C), lalu ditambahkan 50 ml petroleum eter. Labu ditutup kemudian dikocok selama 1 menit, sambil mengeluarkan gas yang terbentuk selama pengocokan. Selanjutnya labu didiamkan sampai terbentuk dua lapisan cairan. Lapisan petroleum eter dialirkan dan ditampung dalam corong pemisah 500 ml. Ekstraksi diulangi dengan petroleum eter sampai sedikitnya 6 kali sambil dikocok pada setiap kali ekstraksi. Gabungan ekstraksi ini dicuci 3 kali di dalam corong pemisah masing-masing dengan 25 ml alkohol 10% sambil dikocok. Setelah pencucian, lapisan alkohol ini dibuang dengan hati-hati sehingga lapisan petroleum eter tidak ada yang terbuang. Ekstrak eter dipindahkan ke dalam gelas piala dan diuapkan sampai kering di atas penangas air. Pengeringan disempurnakan sampai mencapai bobot tetap, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Setelah penimbangan, residu ini dilarutkan dalam 50 ml alkohol 95% yang hangat (50 o C) dengan ditambah indikator pp. Campuran tersebut dititrasi degan larutan NaOH 0,02 N sampai tepat terbentuk warna merah jambu. Bobot asam lemak di dalam ekstrak sama dengan jumlah ml NaOH 0,02 x 0,056. Fraksi tidak tersabunkan dalam contoh dihitung dengan rumus berikut : (BR BA) Fraksi tidak tersabunkan = x 100% B BR = bobot residu (g) BA = bobot asam lemak (g) B = bobot contoh (g) 0,056 = BM NaOH/1000

126 Lampiran 3. Perhitungan Laju Alir ME Olein dan SO 3 a. Komponen ME Olein Ester Asam lemak BM (g/mol) Dalam persentase (%) Massa dalam 100 g Mol C12 214 0,147 0,147 0,00069 C14 242 0,909 0,909 0,00376 C16 270,9 40,207 40,207 0,14842 C18/0 298 1,294 1,294 0,00434 C18/1 296 43,901 43,901 0,14831 C18/2 294 11,897 11,897 0,04047 C18/3 292 0,852 0,852 0,00292 0,34890 BM ratarata ME Olein 286,61 Laju Umpan ME Olein = 100 ml/menit = 100 ml/menit x 60 menit/jam x 0,8718 g/ml x 10-3 kg/g = 5,23 kg/jam b. Reaksi pembakaran sulfur menjadi SO 2 dan SO 3 : S + O 2 SO 2 SO 2 + O 2 2SO 3 (katalis V 2 O 5 ) Stoikiometri flow sulfur = laju umpan ME Olein x BA S/BM MES = 5,23 kg/jam x 32/388,61 = 0,43 kg/jam Na 2 SO 4 = [laju umpan ME Olein x (% Na 2 SO 4 x BM Na 2 SO 4 /H 2 SO 4 )] x BA S/BM Na 2 SO 4 = (5,23 x 1,3 x 142/98)/100 x 32/142 = 0,02 kg/jam Carry over (sulfur yang terbawa dalam produk) : = laju umpan ME Olein x 0,702/1000 = 5,23 kg/jam x 0,702/1000 = 0,004 kg/jam Total flow sulfur = (flow sulfur + flow Na 2 SO 4 + carry over) x 100/konversi SO 2 menjadi SO 3 x 100/99,5 = (0,43 + 0,02 + 0,004) x100/97,50 x 100/99,5 = 0,47 kg/jam Flow SO 3 udara = [(70/faktor pembakaran SO 2 ) x densitas udara x total flow sulfur] + total flow sulfur = [(70/6,30) x 1,29 x 0,47] + 0,47 = 7,22 kg/jam Penambahan udara kering ¼ flow SO 3 -udara = 1,81 kg/jam Penambahan udara kering ½ flow SO 3 -udara = 3,61 kg/jam

127 Lampiran 4. Prosedur Analisis Surfaktan MES 1. Penentuan Bilangan Asam dan Bahan Aktif Surfaktan Anionik Melalui Titrasi Kationik (Epthon, 1948) Surfaktan ditimbang 1 ± 0,0010 g dengan neraca analitik dalam gelas piala 100 ml. Ditambahkan 30 ml aquades ke dalam gelas piala, lalu larutan dipanaskan selama 7 10 menit dalam penangas sampai larut semua. Setelah larutan dingin lalu ditambahkan indikator phenoplthalein 1% (3 tetes), kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N dengan faktor 1,0603 hingga berwarna merah muda atau ph 7. Volume penitaran dicatat sebagai perhitungan untuk menghitung bilangan asam. Larutan sampel kemudian diencerkan ke dalam labu ukur 1000 ml. Sementara itu, methylen blue dipipet sebanyak 3 ml dengan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam gelas ukur asah bertutup gelas 100 ml dan kemudian ditambahkan 5 ml sampel MES hasil pengenceran. Berikutnya, ditambahkan 10 ml kloroform hingga terlihat dua fasa. Campuran dititrasi menggunakan n-cetylpyridium chloride hingga terbentuk warna yang sama biru diantara dua fasa. Titrasi diakhiri dan volume n-cetylpyridium chloride dicatat sebagai volume (V) kationik. Bilangan Asam dan Bahan Aktif dihitung dengan rumus berikut : Bilangan Asam = A ml NaOH x faktor NaOH Bobot sampel Bahan Aktif (%) = V kationik x faktor kationik x BM Surfaktan x 0,1 Bobot sampel x 4,95 2. Pengukuran ph (BSI, 1996) Metode ini digunakan untuk menganalisa derajat keasaman (ph) surfaktan anionik, kationik, nonionik dan amfoterik. Nilai ph dari larutan contoh ditentukan dengan pengukuran potensiometrik menggunakan elektroda gelas dan ph-meter komersial. Alat ph-meter disiapkan dan dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan larutan buffer ph 4,0 dan 9,0. Elektroda kemudian dibilas dengan air bebas CO 2 yang memiliki ph antara 6,5 sampai 7,0. Selanjutnya elektroda dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur. Nilai ph dibaca pada ph-meter, pembacaan dilakukan setelah angka stabil. Elektroda kemudian dibilas kembali dengan air bebas CO 2. Pengukuran dilakukan dua kali. Apabila dari dua kali pengukuran nilai yang terbaca mempunyai selisih lebih dari 0,2 maka harus dilakukan pengulangan pengukuran termasuk kalibasi. 3. Analisa Warna (Metode Klett) Sampel sekitar 5 g ditimbang dalam erlenmeyer 100 ml, ditambahkan 50% etanol sebanyak 9 kali bobot contoh (sekitar 45 ml) dan diaduk hingga larut. Dimasukkan larutan contoh dalam kuvet dan diukur absorbansinya pada λ 420 nm. Sebagai blanko digunakan larutan standar 50% etanol. Perhitungan : Warna klett = 1000 x nilai absorbansi.

128 4. Pengukuran Tegangan Antar Muka dengan Spinning Drop Interfacial Tensiometer Pengukuran tegangan antarmuka dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kinerja surfaktan dalam menurunkan tegangan antarmuka minyak dan air. Cara pengujian dilakukan dengan membuat larutan surfaktan pada konsentrasi tertentu dengan air formasi. Densitas larutan surfaktan dan minyak bumi diukur. Pengukuran tegangan antarmuka minyak-air dengan menggunakan Spinning Drop Interfacial Tensiometer dilakukan dengan memasukkan minyak bumi sebanyak 0,3 mikron dimasukkan dalam tube yang berisi larutan surfaktan. Kemudian tube dimasukkan dalam alat yang kecepatan putarnya disetting 9000 rpm pada suhu 70 o C, lalu diukur lebar droplet minyak yang terbentuk. Nilai tegangan antar muka dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini. Y = ¼ ω 2 D 3 p, dengan syarat : (L/D >= 4) Keterangan : y = nilai tegangan antar muka (dyne/cm) ω = kecepatan angular (s -1 ) D = radius droplet pada axis (cm) p = perbedaan densitas fluida minyak dan larutan surfaktan (g.cm 3 ) 5. Penentuan Viskositas (SNI 06-4558-1998) Spindel dipasang ke viskometer, kemudian diturunkan perlahan sehingga spindel masuk ke dalam sampel. Jangan mengisi contoh secara berlebihan. Volume contoh sangat menentukan sistem kalibrasi. Untuk memperoleh contoh yang mewakili, ketinggian cairan harus segaris dengan batang spindel pada garis kira-kira 3,2 mm di atas bagian atas spindel yang meruncing. Viskometer Brookfield model RV, HA, HB dialankan pada 20 rpm, atau untuk model LV pada 12 rpm, dan diamati hasil pembacaan. Bila hasil pembacaan terletak diantara angka 2 dan angka 98 dilanjutkan pengujian. Dicatat tiga pembacaan setiap 60 detik dari setiap temperatur pengujian. Dilakukan prosedur yang sama untuk setiap temperatur pengujian yang diinginkan. Bila pada temperatur pengujian terendah, pembacaan masih diatas angka 98, dikurangi kecepatan spindel dan dilanjutkan pengujian. Bila pembacaan masih di atas angka 98, gunakan spindel lain yang lebih kecil dan diulangi pengujian. Faktor viskositas dikalikan dengan pembacaan viskometer Brookfield untuk mendapatkan viskositas dalam centipoise (cp). Selama pengukuran viskositas jangan mengubah kecepatan putaran spindel karena akan mengubah laju geser. 6. Bilangan Iod (AOAC, 1995) Sampel sebanyak 0,5 g ditimbang di dalam erlenmeyer 250 ml, lalu dilarutkankan dengan 10 ml kloroform atau tetraklorida dan ditambahkan dengan 25 ml pereaksi hanus. Semua bahan diatas dicampur merata dan disimpan di dalam ruangan gelap selama satu jam. Sebagian iodium akan dibebaskan dari larutan. Setelah penyimpanan, ke dalamnya ditambahkan 10 ml larutan KI 15 %. Iod yang dibebaskan kemudian dititrasi dengan larutan

129 Na 2 S 2 O 3 0,1 N sampai warna biru larutan tidak terlalu pekat. Selanjutnya ditambahkan larutan kanji satu persen dan dititrasi kembali sampai warna biru hilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama tanpa menggunakan minyak. (B-S) x N x 12,69 Bilangan Iod = G Keterangan : B = ml Na 2 S 2 O 3 blanko S = ml Na 2 S 2 O 3 contoh N = normalitas Na 2 S 2 O 3 G = bobot contoh 12,69 = bobot atom iod/10 7. Pengukuran Densitas Menggunakan Density Meter DMA 4500M Alat dinyalakan dan dipastikan sel pengukuran dalam kondisi bersih dan kering. Suhu pengukuran diatur pada 70 o C, dan dilakukan kalibrasi. Larutan yang hendak diuji diinjeksikan ke dalam sel pengukuran dan dibiarkan selama beberapa saat hingga suhu 70 o C tercapai, lalu ditekan tombol pengukuran. Ditunggu beberapa saat hingga keluar nilai dan keterangan valid. Nilai yang muncul di layar dicatat. 8. Kestabilan Emulsi (modifikasi ASTM D 1436, 2000) Stabilitas emulsi diukur antara air dan xylene. Xylene dan air dicampur dengan perbandingan 6 : 4. Campuran tersebut dikocok selama 5 menit menggunakan vortex mixer. Pemisahan emulsi antar xylene dan air diukur berdasarkan lamanya pemisahan antar fasa. Konsentrasi surfaktan yang ditambahkan adalah 10 persen (dalam campuran xylene-air). Lamanya pemisahan antar fasa sebelum ditambahkan surfaktan dibandingkan dengan sesudah ditambahkan surfaktan. Penetapan stabilitas emulsi dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan cara pengukuran berdasarkan persen pemisahan, dengan asumsi bahwa sistem emulsi yang sempurna bernilai 100. (volume keseluruhan volume pemisahan) % stabilitas = x 100 Volume keseluruhan 9. FTIR (ASTM D2357-74) Sebanyak 3 g sampel diteteskan di dalam pelet KBr pada kondisi ruang kemudian diukur pada bilangan gelombang antara 400 4000 cm -1. Pengujian dilakukan menggunakan alat Spektrofotometer Infrared.

130 Lampiran 5. Prosedur Analisis Kinerja Formula Surfaktan Berbasis MES 1. Uji Compatibility (Lemigas, 2008) Uji compatibility dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan antara larutan surfaktan dengan air formasi. Uji dilakukan dengan mencampurkan formula larutan surfaktan pada air formasi kemudian dimasukkan dalam oven (dipanaskan pada suhu reservoir) selama 16 jam. Kemudian amati perubahan yang terjadi pada larutan. Diharapkan tidak terbentuk endapan. 2. Uji Adsorpsi (Lemigas, 2008) Uji adsorpsi bertujuan untuk mendapatkan gambaran seberapa besar surfaktan terserap oleh batuan. Semakin banyak surfaktan yang diserap oleh batuan, berarti loss-nya juga semakin besar. Diharapkan surfaktan yang teradsorp tidak lebih dari 0,25%. Uji adsorpsi yang dilakukan adalah uji adsoprsi statik. Pada uji adsorpsi statik, batuan dihaluskan sampai 50-200 mesh. Kemudian dicuci dengan air formasi, lalu dikeringkan. Masukkan sejumlah batuan yang sudah dihaluskan dan ditambahkan air formasi dengan perbandingan tertentu. Kemudian ditutup rapat dan disimpan dalam suhu reservoir selama 2 hari sambil diaduk secara berkala. Lalu disaring dengan kertas Whatman. Ukur konsentrasi filtratnya menggunakan UV Spektrophotometer. Pengurangan konsentrasi berarti loss surfaktan yang terserap oleh batuan. 3. Penentuan Konsentrasi Surfaktan dengan Titrasi Dua Fasa Dengan Indikator Methylene Blue (José López-Salinas and Maura Puerto, 2011) Ditimbang setidaknya 3 sampel dengan bobot yang berbeda membentuk sebuah deret dalam gelas ukur 25 ml yang dilengkapi stopper (tutup). Ditambahkan pada masing-masing sampel: 3 ml kloroform dan 5 ml indicator methylene blue, dipasang stopper lalu kocok secara perlahan, didiamkan larutan hingga bagian atas berwarna biru sementara bagian bawah tidak berwarna. Kemudian dititrasi dengan Hyamine 0.001 M yang telah distandarisasi hingga warna bagian bawah berwarna biru sementara bagian atas tidak berwarna, dicatat volume penitar. Perhitungan Konsentrasi Surfaktan, dibuat grafik hubungan antara volume penitar (sumbu y) dengan bobot sampel (sumbu x). Dihitung % surfaktan dengan formula dengan rumus berikut : %surfaktan = slope x konsentrasi titran (M) x Bobot Molekul Surfaktan x 0,1 4. Uji Kelakuan Fasa (Lemigas, 2008) Uji dilakukan dengan menyiapkan minyak, dan disaring pada kertas saring 10 µ. Kemudian disiapkan larutan surfaktan. Disiapkan juga pipet ukur 5 ml sejumlah konsentrasi surfaktan. Dimasukkan 2 ml larutan surfaktan ke dalam pipet untuk tiap konsentrasi, dan ditambahkan 2 ml minyak. Ditutup rapat (seal flame). Dimasukkan pada suhu reservoir sekitar 30 menit. Ukur ketinggian minyak/larutan surfaktan, kemudian dikocok. Diamati perubahan ketinggian (mikro emulsi yang terbentuk) selama waktu tertentu.

131 5. Thermal Stability (Lemigas, 2008) Uji thermal stability bertujuan untuk mengetahui stabilitas surfaktan terhadap pengaruh pemanasan. Uji dilakukan dengan melarutkan surfaktan dalam larutan garam sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Disiapkan botol borosilikat (sebanyak konsentrasi x jumlah tes yang dilakukan). Dimasukkan larutan surfaktan ke dalam botol (sekitar 25 ml) dan ditutup dengan kuat, kemudian disimpan seluruh botol yang telah berisi larutan surfaktan di dalam oven pada suhu reservoir. Pada waktu tertentu, diambil sebuah botol, dilakukan pengamatan perubahan larutan yang terjadi, kemudian dihitung densitas dan tegangan antarmukanya. Dilakukan berulang untuk pengamatan hari ke-7, 14, dan seterusnya hingga waktu yang ditentukan. Dibuat dalam grafik nilai IFT terhadap waktu untuk mendapatkan perubahan nilai IFT akibat pengaruh pemanasan. 6. Uji Filtrasi (Lemigas, 2008) Uji filtrasi bertujuan untuk mengetahui keberadaan presipitan di dalam larutan surfaktan. Pengujian dilakukan menggunakan alat uji filtrasi. Sebelum memulai, seluruh bagian peralatan uji harus bersih dari sisa surfaktan ataupun karat. Kemudian alat uji dihubungkan dengan nitrogen tank, pressure vessel dan membran filter holder. Diposisikan membran dengan ukuran pori yang sesuai ke dalam filter holder, dibasahi kemudian dikeluarkan udara dari sistem dengan menggunakan gas nitrogen. Dimasukkan 300 ml larutan surfaktan dalam pressure vessel, ditutup katup keluaran dan diatur tekanan 20 psig menggunakan nitrogen regulator. Dibuka katup filter pressure vessel dan secara simultan dihitung waktu menggunakan stopwatch. Tekanan (20 psig) dijaga konstan. Dicatat waktu kumulatif dalam detik untuk setiap 50 ml penyaringan, dilanjutkan penyaringan hingga 300 ml telah disaring. Diamati filter membran apakah terjadi kerusakan sobek, cabikan atau kerusakan lain, termasuk terdapat area yang tidak terbasahi oleh filter. Jika kerusakan ditemukan, diulangi pengukuran. Dicatat kehadiran material yang terjebak di permukaan filter. 7. Uji Core flooding (Lemigas, 2008) Tahap pertama, dilakukan filtrasi bertahap untuk mendapatkan air formasi dan air injeksi 0,22 µm. Kemudian dilakukan pembuatan larutan surfaktan dalam air injeksi yang telah disaring menggunakan membran filter ukuran 0,22 µm. Dipisahkan minyak dari air yang terdapat dalam sampel minyak pada suhu 70 o C dan disiapkan alat uji coreflooding. Core sintetik yang sudah dibersihkan ditimbang bobot keringnya, lalu dijenuhkan dengan air formasi (AF) dengan cara disimpan dalam tabung berisi AF selama 1-3 hari pada kondisi vakum. Ditimbang bobot basah core, dan dilakukan injeksi core oleh minyak pada suhu 70 o C. Diukur volume AF yang keluar, lalu diinjeksikan core dengan air injeksi atau dengan larutan surfaktan pada suhu 70 o C, dan kembali dilakukan pengukuran volume minyak yang keluar. Dihitung persentase volume minyak yang berhasil dikeluarkan dengan injeksi surfaktan.

132 Lampiran 6. Peralatan dan Instrumen Analisis yang Digunakan a. Reaktor Transesterifikasi Kapasitas 100 L/Batch b. Reaktor STFR Kapasitas 250 Kg/Hari

133 c. Neraca Analitik Precisa XT220A d. Hot Plate Stirrer e. ph Meter

134 f. Spinning Drop Tensiometer Model TX500C g. Viscosimeter Brookfield DV-III Ultra h. Density Meter Anton Paar DMA 4500M

135 i. Spectrofotometer Thermospectronic Genesys 20 j. Oven k. Pencetak Core

136 l. Pemotong Core m. Filtrasi Air Formasi dan Air Injeksi n. Uji Filtrasi

o. Uji Coreflood 137

138 Lampiran 7. Rekapitulasi Data Hasil Analisis Berbagai Parameter MESA dan MES 1. Analisis Warna MESA dan MES (klett) Lama Sulfonasi MESA (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 332,0 227,5 279,8 ± 73,89 2 377,5 314,5 346,0 ± 44,55 3 600,0 486,0 543,0 ± 80,61 4 477,0 800,5 638,8 ± 228,75 5 428,0 423,0 425,5 ± 3,54 6 538,0 655,0 596,5 ± 82,73 Lama Sulfonasi MES (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 209,5 179,5 194,5 ± 21,21 2 267,5 245,5 256,5 ± 15,56 3 196,5 562,0 379,3 ± 258,45 4 394,5 281,0 337,8 ± 9,55 5 359,5 321,0 340,3 ± 15,20 6 141,0 256,5 198,8 ± 10,96 2. Analisis ph MESA dan MES Lama Sulfonasi MESA (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 1,00 1,22 1,11 ± 0,16 2 1,07 1,06 1,07 ± 0,01 3 0,63 1,01 0,82 ± 0,27 4 0,95 0,75 0,85 ± 0,14 5 0,98 0,71 0,85 ± 0,19 6 0,89 0,86 0,88 ± 0,02 Lama Sulfonasi MES (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 5,01 8,69 6,85 ± 2,60 2 5,34 8,99 7,17 ± 2,58 3 8,55 8,81 8,68 ± 0,18 4 7,91 7,53 7,72 ± 0,27 5 8,00 8,42 8,21 ± 0,30 6 7,21 9,12 8,17 ± 1,35

139 3. Analisis Viskositas MESA dan MES (cp) Lama Sulfonasi MESA (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 51,0 24,5 37,75 ± 18,74 2 39,0 40,0 39,50 ± 0,71 3 152,5 49,0 100,75 ± 73,19 4 45,5 91,5 68,50 ± 32,53 5 43,0 94,0 68,50 ± 36,06 6 41,0 50,0 45,50 ± 6,36 Lama Sulfonasi MES (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 89,5 80,0 84,75 ± 6,72 2 94,0 86,0 90,00 ± 5,66 3 97,5 105,0 101,25 ± 5,30 4 236,5 114,0 175,25 ± 86,62 5 195,5 95,0 145,25 ± 71,06 6 188,0 98,0 143,00 ± 63,64 4. Analisis Bilangan Iod MESA dan MES (mg Iod/g sampel) Lama Sulfonasi MESA (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 26,14 34,61 30,37 ± 5,99 2 29,23 29,21 29,22 ± 0,02 3 39,25 25,68 32,46 ± 9,60 4 9,85 17,97 13,91 ± 5,74 5 25,34 18,94 22,14 ± 4,53 6 30,38 26,59 28,48 ± 2,68 Lama Sulfonasi MES (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 23,93 33,32 28,62 ± 6,64 2 25,31 31,35 28,33 ± 4,27 3 15,85 29,37 22,61 ± 9,56 4 25,92 21,56 23,74 ± 3,08 5 24,48 24,91 24,70 ± 0,30 6 27,47 23,54 25,51 ± 2,78

140 5. Analisis Kestabilan Emulsi MESA dan MES (%) Lama Sulfonasi MESA (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 85,28 88,82 87,05 ± 2,50 2 82,32 98,19 90,26 ± 11,22 3 85,88 85,60 85,74 ± 0,20 4 84,34 84,67 84,51 ± 0,23 5 86,15 84,76 85,46 ± 0,98 6 90,06 98,14 94,10 ± 5,71 Lama Sulfonasi MES (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 99,33 98,52 98,93 ± 0,57 2 99,32 99,11 99,22 ± 0,15 3 99,14 98,85 99,00 ± 0,21 4 98,88 98,47 98,68 ± 0,29 5 99,07 99,09 99,08 ± 0,01 6 99,52 98,55 99,04 ± 0,69 6. Analisis Kandungan Bahan Aktif MESA dan MES (%) Lama Sulfonasi MESA (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 6,53 8,49 7,51 ± 1,39 2 7,63 8,70 8,17 ± 0,76 3 7,73 8,34 7,73 ± 0,43 4 8,83 9,00 8,92 ± 0,12 5 11,28 9,09 10,18 ± 1,55 6 13,93 8,96 11,44 ± 3,51 Lama Sulfonasi MES (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 5,14 7,24 6,19 ± 1,48 2 11,46 7,04 9,25 ± 3,13 3 7,24 8,10 7,67 ± 0,61 4 7,04 7,23 7,17 ± 0,18 5 9,29 7,85 8,57 ± 1,03 6 10,88 8,58 9,73 ± 1,62

141 7. Analisis Bilangan Asam MESA dan MES (mg KOH/g sampel) Lama Sulfonasi MESA (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 12,29 8,45 10,37 ± 2,72 2 10,05 12,60 11,32 ± 1,81 3 18,66 13,71 18,66 ± 3,50 4 11,35 19,21 15,28 ± 5,56 5 11,38 17,46 14,42 ± 4,30 6 11,86 14,10 12,98 ± 1,58 Lama Sulfonasi MES (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 0,65 0,50 0,57 ± 0,11 2 0,53 0,49 0,51 ± 0,02 3 0,13 0,57 0,35 ± 0,32 4 0,23 0,52 0,37 ± 0,21 5 0,17 0,50 0,33 ± 0,23 6 0,55 0,52 0,53 ± 0,02 8. Analisis Nilai Tegangan Antarmuka MESA dan MES (dyne/cm) Lama Sulfonasi MESA (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 1,07x10-1 2,89x10-1 1,98x10-1 ± 0,129 2 5,16x10-2 1,99x10-1 1,25x10-1 ± 0,104 3 1,65x10-1 1,48x10-1 1,57x10-1 ± 0,012 4 5,23x10-2 1,88x10-1 1,20x10-1 ± 0,096 5 6,91x10-2 1,02x10-1 8,56x10-2 ± 0,023 6 1,07x10-1 8,91x10-2 9,81x10-2 ± 0,013 Lama Sulfonasi MES (Jam) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 6,85x10-2 4,01x10-2 5,43x10-2 ± 0,020 2 1,35x10-1 2,24x10-2 7,87x10-2 ± 0,080 3 2,20x10-2 2,76x10-2 2,48x10-2 ± 0,004 4 2,80x10-2 2,55x10-2 2,68x10-2 ± 0,002 5 8,55x10-2 2,67x10-2 5,61x10-2 ± 0,042 6 1,01x10-1 1,11x10-2 5,61x10-2 ± 0,064

142 Lampiran 8. Rekapitulasi Sidik Ragam Hasil Analisis Berbagai Parameter MESA Olein Parameter Sumber Keragaman db JK KT F Hit Pr>F Warna Densitas ph Viskositas Bilangan Iod Kestabilan Emulsi Kandungan Bahan Aktif Bilangan Asam IFT Perlakuan 5 206688,1667 41337,63333 3,39 0,0846 Galat 6 73125,75 12187,625 Total Terkoreksi 11 279813,9167 Perlakuan 5 0,00175308 0,00035062 1,02 0,4808 Galat 6 0,00206349 0,00034392 Total Terkoreksi 11 0,00381657 Perlakuan 5 0,15867499 0,031735 1,24 0,3941 Galat 6 0,15334999 0,02555833 Total Terkoreksi 11 0,31202498 Perlakuan 5 5861,166685 1172,233337 0,87 0,5524 Galat 6 8106,750022 1351,125004 Total Terkoreksi 11 13967,91671 Perlakuan 5 476,9783455 95,39566911 3,04 0,1045 Galat 6 188,5723567 31,42872612 Total Terkoreksi 11 665,5507023 Perlakuan 5 133,7273417 26,7454683 0,97 0,5042 Galat 6 165,8971500 27,6495250 Total Terkoreksi 11 299,6244917 Perlakuan 5 22,42763689 4,48552738 1,54 0,3047 Galat 6 17,45610604 2,90935101 Total Terkoreksi 11 39,88374293 Perlakuan 5 51,96105104 10,39221021 0,83 0,5699 Galat 6 74,81397716 12,46899619 Total Terkoreksi 11 126,7750282 Perlakuan 5 0,01687973 0,00337595 0,54 0,7419 Galat 6 0,03747854 0,00624642 Total Terkoreksi 11 0,05435827 Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%.

143 Lampiran 9. Rekapitulasi Sidik Ragam Hasil Analisis Berbagai Parameter MES Olein Parameter Sumber Keragaman db JK KT F Hit Pr>F Warna Densitas ph Viskositas Bilangan Iod Kestabilan Emulsi Kandungan Bahan Aktif Bilangan Asam IFT Perlakuan 5 62316,5 12463,3 0,92 0,5268 Galat 6 81339,5 13556,58333 Total Terkoreksi 11 143656 Perlakuan 5 0,00175308 0,00035062 1,02 0,4808 Galat 6 0,00206349 0,00034392 Total Terkoreksi 11 0,00381657 Perlakuan 5 4,77566716 0,95513343 0,37 0,8520 Galat 6 15,45069915 2,57511653 Total Terkoreksi 11 20,22636631 Perlakuan 5 347,9166667 69,5833333 3,16 0,0971 Galat 6 132,2500000 22,0416667 Total Terkoreksi 11 480,1666667 Perlakuan 5 59,65954283 11,93190857 0,42 0,8212 Galat 6 171,0417496 28,50695827 Total Terkoreksi 11 230,7012925 Perlakuan 5 59,65954283 11,93190857 0,42 0,8212 Galat 6 171,0417496 28,50695827 Total Terkoreksi 11 230,7012925 Perlakuan 5 17,79566139 3,55913228 1,33 0,3649 Galat 6 16,0569817 2,67616362 Total Terkoreksi 11 33,85264309 Perlakuan 5 0,11116961 0,02223392 0,65 0,6757 Galat 6 0,20642646 0,03440441 Total Terkoreksi 11 0,31759608 Perlakuan 5 0,00417956 0,00083591 0,40 0,8331 Galat 6 0,01253119 0,00208853 Total Terkoreksi 11 0,01671075 Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%.

144 Lampiran 10. Hasil Analisis Pengaruh Penambahan Metanol pada Proses Re-esterifikasi a. Rekapitulasi data Konsentrasi IFT (dyne/cm) metanol (%) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 0 4,19x10-2 4,35x10-2 4,27x10-2 ± 0,0011 5 1,38x10-1 9,78x10-2 1,18x10-1 ± 0,0284 10 1,99x10-1 1,90x10-1 1,95x10-1 ± 0,0064 15 1,16x10-1 2,79x10-1 1,98x10-1 ± 0,1153 b. Sidik ragam Parameter Sumber Keragaman db JK KT F Hit Pr>F Tegangan Antarmuka (IFT) Perlakuan 3 0,03243702 0,01081234 3,06 0,1541 Galat 4 0,01413430 0,00353358 Total Terkoreksi 7 0,04657132 Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%.

145 Lampiran 11. Perbandingan Karakteristik Air Formasi dan Air Injeksi yang Digunakan Parameter Satuan Air Formasi Air Injeksi Tampilan sebelum filtrasi - Keruh, coklat dan beminyak Keruh, coklat dan beminyak Tampilan setelah filtrasi - Jernih, kekuningan Jernih, kekuningan Total padatan terlarut ppm 37.230 7.316,2 (terhitung) SG (75 o F) 1,027 NA H2S ppm Tidak ada 2,7 CO2 ppm NA 18 ph 8 8 Kation : a. Na 2+ ppm 14.145,7 - b. Ca 2+ ppm 350,0 100 c. Mg 2+ ppm 8,0 182 d. Ba 2+ ppm <1,0 2,2 e. Total Fe ppm 1.650,0 0,5 Anion : ppm a. Cl - ppm 21.874,5 6.998 2- b. SO 4 ppm 535,0 11 c. HCO 3- ppm 317,3 5 2- d. CO 3 ppm 0 0 e. OH - ppm 0 NA Oil content ppm NA 100 Sumber : PT. X

146 Lampiran 12. Rekapitulasi Data Analisis Hasil Perbaikan Proses Produksi MES Terhadap Mutu MES a. Analisis Tegangan Antarmuka pada Air Formasi (dyne/cm) Udara Kering (kg/jam) 0 1,81 3,61 ph Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 6 2,78x10-2 2,53x10-2 2,66x10-2 ± 1,77x10-3 7 2,94x10-2 3,50x10-2 3,22x10-2 ± 3,96x10-3 8 1,95x10-2 2,87x10-2 2,41x10-2 ± 6,51x10-3 6 5,22x10-3 1,15x10-2 8,36x10-3 ± 4,44x10-3 7 9,20x10-3 1,09x10-2 1,01x10-2 ± 1,20x10-3 8 6,33x10-3 8,59x10-3 7,46x10-3 ± 1,60x10-3 6 2,85x10-2 2,62x10-2 2,74x10-2 ± 1,63x10-3 7 2,55x10-2 3,07x10-2 2,81x10-2 ± 3,68x10-3 8 2,08x10-2 2,64x10-2 2,36x10-2 ± 3,96x10-3 b. Analisis Tegangan Antarmuka pada Air Injeksi (dyne/cm) Udara Kering (kg/jam) 0 1,81 3,61 ph Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 6 4,31x10-2 4,86x10-2 4,59x10-2 ± 3,89x10-3 7 3,64x10-2 3,45x10-2 3,55x10-2 ± 1,34x10-3 8 3,08x10-2 2,79x10-2 2,94x10-2 ± 2,05x10-3 6 1,45x10-2 1,88x10-2 1,67x10-2 ± 3,04x10-3 7 1,44x10-2 1,71x10-2 1,58x10-2 ± 1,91x10-3 8 1,03x10-2 1,95x10-2 1,49x10-2 ± 6,51x10-3 6 5,18x10-2 5,18x10-2 5,18x10-2 ± 0,00 7 4,86x10-2 5,96x10-2 5,41x10-2 ± 7,78x10-3 8 3,52x10-2 4,57x10-2 4,05x10-2 ± 7,42x10-3

147 c. Stabilitas Emulsi (%) Udara Kering (kg/jam) 0 1,81 3,61 ph Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 6 22,7 3,0 12,9 ± 13,93 7 2,8 3,0 2,9 ± 0,15 8 1,7 1,5 1,6 ± 0,09 6 0,0 26,9 13,4 ± 19,00 7 7,5 7,7 7,6 ± 0,16 8 0,8 0,8 0,8 ± 0,00 6 30,3 6,1 18,2 ± 17,14 7 7,6 7,0 7,3 ± 0,38 8 1,4 1,5 1,5 ± 0,09 d. Viskositas (cp) Udara Kering (kg/jam) 0 1,81 3,61 ph Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 6 87,60 112,50 100,05 ± 17,61 7 75,30 176,10 125,70 ± 71,28 8 103,80 174,60 139,20 ± 50,06 6 52,20 47,70 49,95 ± 3,18 7 57,00 74,10 65,55 ± 12,09 8 120,60 79,20 99,90 ± 29,27 6 22,80 23,10 22,95 ± 0,21 7 26,10 24,30 25,20 ± 1,27 8 42,60 31,20 36,90 ± 8,06

148 e. Bilangan Iod (mg Iod/g sampel) Udara Kering (kg/jam) 0 1,81 3,61 ph Pengukuran 1 Pengukuran 2 Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Rata-rata Total ± SD 6 12,04 12,21 12,13 12,76 12,45 12,61 12,37 ± 0,34 7 9,87 9,34 9,61 10,84 11,41 11,13 10,37 ± 1,07 8 10,14 9,94 10,04 10,51 10,39 10,45 10,25 ± 0,29 6 17,21 17,06 17,14 17,39 17,37 17,38 17,26 ± 0,17 7 16,71 16,27 16,49 15,65 15,70 15,68 16,08 ± 0,58 8 15,44 15,88 15,66 16,23 16,85 16,54 16,10 ± 0,62 6 27,89 28,20 28,05 27,74 27,71 27,73 27,89 ± 0,23 7 27,00 27,00 27,00 25,97 26,11 26,04 26,52 ± 0,68 8 26,75 26,10 26,43 25,29 25,22 25,26 25,84 ± 0,83

149 f. Kandungan Bahan Aktif Udara Kering (kg/jam) 0 1,81 3,61 ph Pengukuran 1 Pengukuran 2 Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Rata-rata Total ± SD 6 3,09 3,61 3,35 3,34 3,35 3,35 3,35 ± 0,00 7 3,86 4,36 4,11 3,83 3,84 3,84 3,97 ± 0,19 8 3,48 3,61 3,55 3,32 3,31 3,32 3,43 ± 0,16 6 4,13 4,13 4,13 3,87 4,13 4,00 4,07 ± 0,09 7 4,39 4,13 4,26 4,37 4,10 4,23 4,25 ± 0,02 8 4,87 4,63 4,75 4,64 4,37 4,51 4,63 ± 0,17 6 5,15 5,12 5,13 4,87 4,86 4,87 5,00 ± 0,19 7 4,61 4,65 4,63 4,89 4,77 4,83 4,73 ± 0,15 8 4,89 5,40 5,15 5,67 5,67 5,67 5,41 ± 0,37

150 g. Warna (Metoda Klett) Udara Kering (kg/jam) 0 1,81 3,61 ph Pengukuran 1 Pengukuran 2 Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Rata-rata Total ± SD 6 537 537 537 679 677 678 607,5 ± 99,70 7 413 411 412 491 488 489,5 450,8 ± 54,80 8 419 419 419 318 316 317 368,0 ± 72,12 6 356 358 357 422 419 420,5 388,8 ± 44,90 7 357 357 357 386 387 386,5 371,8 ± 20,86 8 225 226 225.5 335 336 335,5 280,5 ± 77,78 6 350 351 350.5 271 270 270,5 310,5 ± 56,57 7 261 257 259 289 291 290 274,5 ± 21,92 8 179 179 179 147 144 145,5 162,3 ± 23,69

151 Lampiran 13. Rekapitulasi Sidik Ragam dan Uji Lanjut Hasil Analisis Berbagai Parameter MES Olein Hasil Perbaikan Proses 1. Tegangan Antarmuka pada pengukuran menggunakan air formasi 1.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Udara kering 2 0,00135317 0,00067659 37,08 0,0077 Ulangan udara 3 0,00005473 0,00001824 1,77 0,2531 kering ph 2 0,00007702 0,00003851 3,73 0,0886 Interaksi 4 0,00002217 0,00000554 0,54 0,7153 Galat 6 0,00006196 0,00001033 Total Terkoreksi 17 0,00156905 Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 1.b. Hasil uji Duncan untuk faktor udara kering Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 6 0,027617 A 1,81 6 0,008623 B 3,61 6 0,026350 A Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 1.c. Hasil uji Duncan untuk faktor ph Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 6 6 0,020753 AB 7 6 0,023450 A 8 6 0,018387 B Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%.

152 2. Tegangan Antarmuka pada pengukuran menggunakan air injeksi 2.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Udara kering 2 0,00335525 0,00167762 41,64 0,0065* Ulangan udara 3 0,00012086 0,00004029 3,40 0,0944 kering ph 2 0,00030700 0,00015350 12,95 0,0067* Interaksi 4 0,00018810 0,00004702 3,97 0,0656 Galat 6 0,00007111 0,00001185 Total Terkoreksi 17 0,00404232 Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 2.b. Hasil uji Duncan untuk faktor udara kering Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 6 0,036883 B 1,81 6 0,015767 C 3,61 6 0,048783 A Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 2.c. Hasil uji Duncan untuk faktor ph Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 6 6 0,038100 A 7 6 0,035100 A 8 6 0,028233 B Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%.

153 3. Bilangan Iod 3.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Udara kering 2 767.6819694 383.8409847 580.37 0.0001 Ulangan udara 3 1.9841042 0.6613681 3.02 0.1154 kering ph 2 11.0336861 5.5168431 25.22 0.0012 Interaksi 4 0.8086556 0.2021639 0.92 0.5078 Galat 6 1.3124083 0.2187347 Total Terkoreksi 17 782.8208236 Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 3.b. Hasil uji Duncan untuk faktor udara kering Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 6 10,9933 C 1,81 6 16,4808 B 3,61 6 26,7500 A Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 3.c. Hasil uji Duncan untuk faktor ph Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 6 6 19,1717 A 7 6 17,6567 B 8 6 17,3958 B Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%.

154 4. Kandungan Bahan Aktif 4.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Udara kering 2 6,41275881 3,20637940 91,16 0,0021 Ulangan udara 3 0,10551451 0,03517150 1,10 0,4178 kering ph 2 0,37277270 0,18638635 5,85 0,0390 Interaksi 4 0,88492128 0,22123032 6,94 0,0194 Galat 6 0,19117997 0,03186333 Total Terkoreksi 17 7,96714726 Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 4.b. Hasil uji Duncan untuk faktor udara kering Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 6 3,5841 C 1,81 6 4,3142 B 3,61 6 5,0461 A Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 4.c. Hasil uji Duncan untuk faktor ph Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 6 6 4,1374 B 7 6 4,3172 AB 8 6 4,4899 A Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%.

155 5. Kestabilan Emulsi 5.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Udara kering 2 30,37921111 15,18960556 0,16 0,8603 Ulangan udara 3 287,8294833 95,9431611 1,03 0,4452 kering ph 2 569,3922111 284,6961056 3,04 0,1223 Interaksi 4 31,6564889 7,9141222 0,08 0,9841 Galat 6 561,213967 93,535661 Total Terkoreksi 17 1480,471361 Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 5.b. Hasil uji Duncan untuk faktor udara kering Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 6 5,803 A 1,81 6 7,257 A 3,61 6 8,982 A Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 5.c. Hasil uji Duncan untuk faktor ph Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 6 6 14,832 A 7 6 5,937 A 8 6 1,273 A Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%.

156 6. Viskositas 6.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Udara kering 2 26155,63000 13077,81500 33,04 0,0006 Ulangan udara 3 6601,35000 2200,45000 5,56 0,0363 kering ph 2 3568,39000 1784,19500 4,51 0,0638 Interaksi 4 850,10000 212,52500 0,54 0,7152 Galat 6 2375,25000 395,87500 Total Terkoreksi 17 39550,72000 Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 6.b. Hasil uji Duncan untuk faktor udara kering Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 6 121,65 A 1,81 6 71,80 B 3,61 6 28,35 C Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 6.c. Hasil uji Duncan untuk faktor ph Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 6 6 57,65 B 7 6 72,15 AB 8 6 92,00 A Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%.

157 7. Warna (klett) 7.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Udara kering 2 154610,5833 77305,2917 22,59 0,0155 Ulangan udara 3 10264,5833 3421,5278 1,00 0,4564 kering ph 2 82655,5833 41327,7917 12,02 0,0080 Interaksi 4 14001,8333 3500,4583 1,02 0,4677 Galat 6 20623,9167 3437,3194 Total Terkoreksi 17 282156,5000 Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata pada terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 7.b. Hasil uji Duncan untuk faktor udara kering Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 6 475,42 A 1,81 6 347,00 B 3,61 6 249,08 B Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. 7.c. Hasil uji Duncan untuk faktor ph Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 6 6 435,58 A 7 6 365,67 A 8 6 270,25 B Keterangan : Jika P-value < α (5%) maka perlakuan berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%. Jika P-value > α (5%) maka perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pada taraf nyata 5%.

158 Lampiran 14. Data Nilai Tegangan Antarmuka Minyak-Air Injeksi Setelah Penambahan Surfaktan MES pada Beberapa Konsentrasi Konsentrasi Nilai IFT (dyne/cm) MES (%) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 0 3,74x10-1 4,64x10-1 4,19x10-1 ± 0,0634 0,1 1,64x10-2 1,83x10-2 1,73x10-2 ± 0,0014 0,2 1,39x10-2 1,34x10-2 1,37x10-2 ± 0,0004 0,3 1,05x10-2 1,02x10-2 1,03x10-2 ± 0,0002 0,4 1,26x10-2 3,58x10-2 2,42x10-2 ± 0,0164

159 Lampiran 15. Rekapitulasi Data Analisis Salinitas Optimal pada Berbagai Parameter Ukurnya a. Tegangan Antarmuka (IFT) (dyne/cm) Salinitas IFT No (ppm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 0 2,12x10-2 1,15x10-2 1,63x10-2 ± 0,0069 2 5000 8,99x10-3 8,84x10-3 8,92x10-3 ± 0,0001 3 10000 9,06x10-3 7,94x10-3 8,50x10-3 ± 0,0008 4 15000 5,97x10-3 1,06x10-2 8,30x10-3 ± 0,0033 5 20000 8,52x10-3 1,18x10-2 1,01x10-2 ± 0,0023 6 25000 8,79x10-3 1,24x10-2 1,06x10-2 ± 0,0025 7 30000 7,98x10-3 1,41x10-2 1,10x10-2 ± 0,0043 8 35000 7,22x10-3 1,12x10-2 9,21x10-3 ± 0,0028 9 40000 7,22x10-3 1,06x10-2 8,93x10-3 ± 0,0024 10 45000 7,80x10-3 1,29x10-2 1,04x10-2 ± 0,0036 11 50000 7,95x10-3 1,09x10-2 9,44x10-3 ± 0,0021 12 55000 9,64x10-3 1,10x10-2 1,03x10-2 ± 0,0009 13 60000 8,30x10-3 1,00x10-2 9,15x10-3 ± 0,0012 b. Densitas (g/cm 3 ) Salinitas Densitas No (ppm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 0 0,9914 0,9899 0,9907 ± 0,0011 2 5000 0,9988 0,9931 0,9959 ± 0,0040 3 10000 0,9964 0,9977 0,9970 ± 0,0010 4 15000 0,9998 0,9998 0,9998 ± 0,0000 5 20000 1,0041 1,0030 1,0036 ± 0,0008 6 25000 1,0070 1,0067 1,0068 ± 0,0002 7 30000 1,0114 1,0096 1,0105 ± 0,0013 8 35000 1,0155 1,0138 1,0147 ± 0,0012 9 40000 1,0190 1,0164 1,0177 ± 0,0018 10 45000 1,0216 1,0190 1,0203 ± 0,0018 11 50000 1,0252 1,0224 1,0238 ± 0,0020 12 55000 1,0287 1,0267 1,0277 ± 0,0014 13 60000 1,0334 1,0322 1,0328 ± 0,0008

160 c. ph Salinitas ph No (ppm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 0 9,09 9,44 9,27 ± 0,25 2 5000 9,17 9,28 9,23 ± 0,08 3 10000 9,03 9,30 9,17 ± 0,19 4 15000 8,96 9,15 9,06 ± 0,13 5 20000 9,03 9,15 9,09 ± 0,08 6 25000 9,02 9,16 9,09 ± 0,10 7 30000 9,05 9,14 9,10 ± 0,06 8 35000 8,99 9,12 9,06 ± 0,09 9 40000 8,92 9,07 9,00 ± 0,11 10 45000 8,86 9,00 8,93 ± 0,10 11 50000 8,86 8,97 8,92 ± 0,08 12 55000 8,85 9,05 8,95 ± 0,14 13 60000 8,89 9,01 8,95 ± 0,08 d. Viskositas (30 o C) salinitas Viskositas No (ppm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 0 1,02 1,02 1,02 ± 0,00 2 5000 1,29 1,14 1,22 ± 0,11 3 10000 1,08 1,02 1,05 ± 0,04 4 15000 1,08 1,02 1,05 ± 0,04 5 20000 1,05 1,14 1,10 ± 0,06 6 25000 1,08 1,14 1,11 ± 0,04 7 30000 1,05 1,20 1,13 ± 0,11 8 35000 1,11 1,20 1,16 ± 0,06 9 40000 1,14 1,11 1,13 ± 0,02 10 45000 1,14 1,08 1,11 ± 0,04 11 50000 1,29 1,20 1,25 ± 0,06 12 55000 1,14 1,20 1,17 ± 0,04 13 60000 1,14 1,14 1,14 ± 0,00

161 e. Viskositas (70 o C, cp) salinitas Viskositas No (ppm) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 0 0,69 0,57 0,63 ± 0,085 2 5000 0,69 0,63 0,66 ± 0,042 3 10000 0,60 0,66 0,63 ± 0,042 4 15000 0,72 0,69 0,71 ± 0,021 5 20000 0,66 0,60 0,63 ± 0,042 6 25000 0,72 0,60 0,66 ± 0,085 7 30000 0,72 0,63 0,68 ± 0,064 8 35000 0,69 0,66 0,68 ± 0,021 9 40000 0,69 0,66 0,68 ± 0,021 10 45000 0,75 0,66 0,71 ± 0,064 11 50000 0,75 0,63 0,69 ± 0,085 12 55000 0,69 0,66 0,68 ± 0,021 13 60000 0,78 0,63 0,71 ± 0,106

162 Lampiran 16. Rekapitulasi Sidik Ragam dan Uji Lanjut Hasil Analisis Penentuan Salinitas Optimal pada Berbagai Parameter Ukurnya 1. Tegangan Antarmuka 1.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Salinitas 12 0,00010167 0,00000847 0,90 0,5709 Galat 13 0,00012267 0,00000944 Total Terkoreksi 25 0,00022434 1.b. Hasil uji Duncan Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 2 0,016340 A 5000 2 0,008918 AB 10000 2 0,008499 B 15000 2 0,008300 B 20000 2 0,010147 AB 25000 2 0,010583 AB 30000 2 0,011024 AB 35000 2 0,009211 AB 40000 2 0,008932 AB 45000 2 0,010376 AB 50000 2 0,009441 AB 55000 2 0,010298 AB 60000 2 0,009151 AB 2. Densitas 2.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Salinitas 12 0,00419653 0,00034971 130,44 <0,0001 Galat 13 0,00003485 0,00000268 Total Terkoreksi 25 0,00423138

163 2.b. Hasil uji Duncan Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 2 0,990660 J 5000 2 0,995930 I 10000 2 0,997045 HI 15000 2 0,999815 H 20000 2 1,003555 G 25000 2 1,006815 G 30000 2 1,010505 F 35000 2 1,014670 E 40000 2 1,017670 DE 45000 2 1,020335 CD 50000 2 1,023805 C 55000 2 1,027710 B 60000 2 1,032825 A 3. ph 3.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Salinitas 12 0,29940000 0,02495000 1,58 0,2130 Galat 13 0,20560000 0,01581538 Total Terkoreksi 25 0,50500000 3.b. Hasil uji Duncan Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 2 9,2650 A 5000 2 9,2250 AB 10000 2 9,1650 ABC 15000 2 9,0550 ABC 20000 2 9,0900 ABC 25000 2 9,0900 ABC 30000 2 9,0950 ABC 35000 2 9,0550 ABC 40000 2 8,9950 ABC 45000 2 8,9300 BC 50000 2 8,9150 C 55000 2 8,9500 BC 60000 2 8,9500 BC

164 4. Viskositas (30 o C) 4.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Salinitas 12 0,09851538 0,00820962 2,42 0,0639 Galat 13 0,04410000 0,00339231 Total Terkoreksi 25 0,14261538 4.b. Hasil uji Duncan Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 2 1,02000 D 5000 2 1,21500 AB 10000 2 1,05000 CD 15000 2 1,05000 CD 20000 2 1,09500 BCD 25000 2 1,11000 ABCD 30000 2 1,12500 ABCD 35000 2 1,15500 ABCD 40000 2 1,12500 ABCD 45000 2 1,11000 ABCD 50000 2 1,24500 A 55000 2 1,17000 ABC 60000 2 1,14000 ABCD 5. Viskositas (70 o C) 5.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Salinitas 12 0,01834615 0,00152885 0,41 0,9322 Galat 13 0,04815000 0,00370385 Total Terkoreksi 25 0,06649615

5.b. Hasil uji Duncan Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0 2 0,63000 A 5000 2 0,66000 A 10000 2 0,63000 A 15000 2 0,70500 A 20000 2 0,63000 A 25000 2 0,66000 A 30000 2 0,67500 A 35000 2 0,67500 A 40000 2 0,67500 A 45000 2 0,70500 A 50000 2 0,69000 A 55000 2 0,67500 A 60000 2 0,70500 A 165

166 Lampiran 17. Rekapitulasi Data Analisis Pemilihan Aditif Berdasarkan Berbagai Parameter Ukurnya a. Tegangan Antarmuka (dyne/cm) Konsentrasi NaOH (%) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 0,1 2,70x10-2 1,72x10-2 2,21x10-2 ± 0,0069 0,2 3,74x10-1 3,98x10-1 3,86x10-1 ± 0,0173 0,3 4,08x10-1 3,59x10-1 3,84x10-1 ± 0,0346 0,4 3,82x10-1 3,93x10-1 3,87x10-1 ± 0,0077 0,5 3,12x10-1 3,18x10-1 3,15x10-1 ± 0,0047 0,6 2,76x10-1 2,85x10-1 2,81x10-1 ± 0,0063 Konsentrasi Na 2 CO 3 (%) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 0,1 7,42x10-3 7,82x10-3 7,62x10-3 ± 0,0003 0,2 7,34x10-3 7,64x10-3 7,49x10-3 ± 0,0002 0,3 6,52x10-3 7,42x10-3 6,97x10-3 ± 0,0006 0,4 1,15x10-2 9,66x10-3 1,06x10-2 ± 0,0013 0,5 1,17x10-2 9,98x10-3 1,08x10-2 ± 0,0012 0,6 1,09x10-2 8,85x10-3 9,89x10-3 ± 0,0015 b. Nilai ph Konsentrasi NaOH (%) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 0,1 10,90 10,87 10,89 ± 0,02 0,2 12,09 11,99 12,04 ± 0,07 0,3 12,32 12,28 12,30 ± 0,03 0,4 12,47 12,48 12,48 ± 0,01 0,5 12,60 12,59 12,60 ± 0,01 0,6 12,65 12,66 12,66 ± 0,01 Konsentrasi Na 2 CO 3 (%) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 0,1 9,51 9,52 9,52 ± 0,01 0,2 9,66 9,69 9,68 ± 0,02 0,3 9,88 9,88 9,88 ± 0,00 0,4 9,98 10,00 9,99 ± 0,01 0,5 10,08 10,12 10,10 ± 0,03 0,6 10,20 10,12 10,16 ± 0,06

167 c. Densitas (g/cm 3 ) Konsentrasi NaOH (%) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 0,1 1,0023 1,0029 1,0026 ± 0,0005 0,2 1,0033 1,0050 1,0042 ± 0,0012 0,3 1,0042 1,0042 1,0042 ± 0,0001 0,4 1,0046 1,0058 1,0052 ± 0,0008 0,5 1,0046 1,0064 1,0055 ± 0,0013 0,6 1,0062 1,0088 1,0075 ± 0,0018 Konsentrasi Na 2 CO 3 (%) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 0,1 1,0013 1,0013 1,0013 ± 2,12x10-5 0,2 1,0021 1,0023 1,0022 ± 1,13x10-4 0,3 1,0032 1,0034 1,0033 ± 9,90x10-5 0,4 1,0048 1,0046 1,0047 ± 1,13x10-4 0,5 1,0047 1,0042 1,0044 ± 3,68x10-4 0,6 1,0056 1,0052 1,0054 ± 2,90x10-4

168 Lampiran 18. Rekapitulasi Sidik Ragam dan Uji Lanjut Hasil Analisis Pemilihan Jenis dan Konsentrasi Aditif pada Berbagai Parameter Ukurnya 1. Tegangan Antarmuka 1.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Jenis Aditif 1 0,49384133 0,49384133 3545,91 <0,0001 Konsentrasi 5 0,10024308 0,02004862 143,95 <0,0001 Aditif*Konsentrasi 5 0,09933838 0,01986768 142,66 <0,0001 Galat 12 0,00167125 0,00013927 Total Terkoreksi 23 0,69509403 1.b. Hasil uji Duncan untuk Jenis Aditif Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan NaOH 12 0,295790 A Na2CO3 12 0,008898 B 1.c. Hasil uji Duncan untuk Konsentrasi Aditif Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0,1 4 0,014852 C 0,2 4 0,196778 A 0,3 4 0,195430 A 0,4 4 0,198868 A 0,5 4 0,162885 B 0,6 4 0,145253 B 1.d. Hasil uji Duncan untuk Interaksi Jenis dan Konsentrasi Aditif Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan NaOH*0,1% 2 0,02208 D NaOH*0,2% 2 0,38607 A NaOH*0,3% 2 0,38389 A NaOH*0,4% 2 0,38717 A NaOH*0,5% 2 0,31492 B NaOH*0,6% 2 0,28061 C Na 2 CO 3 *0,1% 2 0,00762 D Na 2 CO 3 *0,2% 2 0,00749 D Na 2 CO 3 *0,3% 2 0,00697 D Na 2 CO 3 *0,4% 2 0,01057 D Na 2 CO 3 *0,5% 2 0,01085 D Na 2 CO 3 *0,6% 2 0,00989 D

169 2. ph 2.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Jenis Aditif 1 30,96281667 30,96281667 33473,3 <0,0001 Konsentrasi 5 4,02495000 0,80499000 870,26 <0,0001 Aditif*Konsentrasi 5 0,98898333 0,19779667 213,83 <0,0001 Galat 12 0,01110000 0,00092500 Total Terkoreksi 23 35,98785 2.b. Hasil uji Duncan untuk Jenis Aditif Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan NaOH 12 12,15833 A Na2CO3 12 9,88667 B 2.c. Hasil uji Duncan untuk Konsentrasi Aditif Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0,1 4 10,20000 F 0,2 4 10,85750 E 0,3 4 11,09000 D 0,4 4 11,23250 C 0,5 4 11,34750 B 0,6 4 11,40750 A 2.d. Hasil uji Duncan untuk Interaksi Jenis dan Konsentrasi Aditif Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan NaOH*0,1% 2 10,88500 E NaOH*0,2% 2 12,04000 D NaOH*0,3% 2 12,30000 C NaOH*0,4% 2 12,47500 B NaOH*0,5% 2 12,59500 A NaOH*0,6% 2 12,65500 A Na 2 CO 3 *0,1% 2 9,51500 J Na 2 CO 3 *0,2% 2 9,67500 I Na 2 CO 3 *0,3% 2 9,88000 H Na 2 CO 3 *0,4% 2 9,99000 G Na 2 CO 3 *0,5% 2 10,10000 F Na 2 CO 3 *0,6% 2 10,16000 F

170 3. Densitas 3.a. Sidik ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung Pr > F Jenis Aditif 1 0,00001024 0,00001024 16,47 0,0016 Konsentrasi 5 0,00005069 0,00001014 16,30 <0,0001 Aditif*Konsentrasi 5 0,00000195 0,00000039 0,63 0,6833 Galat 12 0,00000746 0,00000062 Total Terkoreksi 23 0,00007033 3.b. Hasil uji Duncan untuk Jenis Aditif Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan NaOH 12 1,0048596 A Na2CO3 12 1,0035533 B 3.c. Hasil uji Duncan untuk Konsentrasi Aditif Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan 0,1 4 1,0019375 D 0,2 4 1,0031669 C 0,3 4 1,0037451 BC 0,4 4 1,0049523 B 0,5 4 1,0049767 B 0,6 4 1,0064603 A 3.d. Hasil uji Duncan untuk Interaksi Jenis dan Konsentrasi Aditif Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan NaOH*0,1% 2 1,0025899 DEF NaOH*0,2% 2 1,0041538 BCD NaOH*0,3% 2 1,0042001 BCD NaOH*0,4% 2 1,0051947 B NaOH*0,5% 2 1,0055134 B NaOH*0,6% 2 1,0075056 A Na 2 CO 3 *0,1% 2 1,0012850 F Na 2 CO 3 *0,2% 2 1,0021800 EF Na 2 CO 3 *0,3% 2 1,0032900 CDE Na 2 CO 3 *0,4% 2 1,0047100 BC Na 2 CO 3 *0,5% 2 1,0044400 BCD Na 2 CO 3 *0,6% 2 1,0054150 B

171 Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Analisis Nilai Tegangan Antarmuka Minyak-Air Setelah Penambahan Surfaktan Komersial a. Pengukuran pada Air Formasi No Kode Surfaktan Nama Kimia Jenis Surfaktan Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 SK05 Alkyl Polyglicoside C12 Nonionik 1,94x10-2 1,87x10-2 1,91x10-2 ± 0,0005 2 SK06 Alkyl Polyglicoside C8 Nonionik 4,40x10-2 3,85x10-2 4,13x10-2 ± 0,0039 3 SK10 C10 Alkoxylated 7 Nonionik 6,46x10-1 6,61x10-1 6,54x10-1 ± 0,0106 4 SK13 Dietanolamida Nonionik 1,59x10-2 1,27x10-2 1,43x10-2 ± 0,0023 5 SK15 Alcohol ethoxylate 7 EO Nonionik 9,49x10-2 1,40x10-1 1,17x10-1 ± 0,0319 6 SK24 Sodium dodecyl benzene sulfonate (25%) Anionik 5,74x10-2 6,33x10-2 6,04x10-2 ± 0,0042 7 SK25 Sodium dodecyl benzene sulfonate (65%) Anionik 6,66x10-2 6,92x10-2 6,79x10-2 ± 0,0018 8 SK26 Dodecyl benzene sulfonic acid Anionik 6,11x10-2 5,68x10-2 5,90x10-2 ± 0,0030 9 SK27 Nonyl phenol ethoxylate 9 EO Nonionik 7,77x10-2 9,41x10-2 8,59x10-2 ± 0,0116 10 SK28 Nonyl phenol ethoxylate 10 EO Nonionik 9,00x10-2 8,87x10-2 8,94x10-2 ± 0,0009 11 SK33 Alkyl benzyl dimethyl ammonium chloride Kationik 3,10x10-2 2,10x10-2 2,60x10-2 ± 0,0071 12 SK38 Secondary C12-14, 7 Ethoxylated Nonionik 5,87x10-2 1,61x10-2 3,74x10-2 ± 0,0301 13 SK39 Secondary C12-14, 7 Ethoxylated Nonionik 6,82x10-1 6,27x10-1 6,55x10-1 ± 0,0389 14 SK50 Alkyl Polyglicoside C12-16 Nonionik 5,19x10-2 1,08x10-1 8,00x10-2 ± 0,0397

172 b. Pengukuran pada Air Injeksi No Kode Surfaktan Nama Kimia Jenis Surfaktan Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 SK05 Alkyl Polyglicoside C12 Nonionik 9,82x10-2 8,68x10-2 9,25x10-2 ± 0,0081 2 SK06 Alkyl Polyglicoside C8 Nonionik 8,41x10-2 8,22x10-2 8,32x10-2 ± 0,0013 3 SK10 C10 Alkoxylated 7 Nonionik 1,19x10-2 5,24x10-3 8,57x10-3 ± 0,0047 4 SK13 Dietanolamida Nonionik 1,94x10-2 1,27x10-2 1,61x10-2 ± 0,0047 5 SK15 Alcohol ethoxylate 7 EO Nonionik 1,22x10-1 1,09x10-1 1,16x10-1 ± 0,0092 6 SK24 Sodium dodecyl benzene sulfonate (25%) Anionik 5,44x10-2 7,06x10-2 6,25x10-2 ± 0,0115 7 SK25 Sodium dodecyl benzene sulfonate (65%) Anionik 7,55x10-2 8,17x10-2 7,86x10-2 ± 0,0044 8 SK26 Dodecyl benzene sulfonic acid Anionik 5,14x10-2 5,07x10-2 5,11x10-2 ± 0,0005 9 SK27 Nonyl phenol ethoxylate 9 EO Nonionik 9,38x10-2 1,51x10-1 1,22x10-1 ± 0,0404 10 SK28 Nonyl phenol ethoxylate 10 EO Nonionik 1,07x10-1 9,74x10-2 1,02x10-1 ± 0,0068 11 SK33 Alkyl benzyl dimethyl ammonium chloride Kationik 3,10x10-2 4,10x10-2 3,60x10-2 ± 0,0071 12 SK38 Secondary C12-14, 7 Ethoxylated Nonionik 2,27x10-2 2,05x10-2 2,16x10-2 ± 0,0016 13 SK39 Secondary C12-14, 7 Ethoxylated Nonionik 4,40x10-2 2,39x10-2 3,40x10-2 ± 0,0142 14 SK50 Alkyl Polyglicoside C12-16 Nonionik 9,82x10-2 8,68x10-2 9,25x10-2 ± 0,0081

173 c. Pengukuran pada Air Demineralisasi No Kode Surfaktan Nama Kimia Jenis Surfaktan Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 SK05 Alkyl Polyglicoside C12 Nonionik 6,50x10-2 3,46x10-2 4,98x10-2 ± 0,0215 2 SK06 Alkyl Polyglicoside C8 Nonionik 9,59x10-2 1,57x10-1 1,26x10-1 ± 0,0432 3 SK10 C10 Alkoxylated 7 Nonionik 5,19x10-1 7,33x10-1 6,26x10-1 ± 0,1513 4 SK13 Dietanolamida Nonionik 5,48x10-2 1,73x10-2 3,61x10-2 ± 0,0265 5 SK15 Alcohol ethoxylate 7 EO Nonionik 1,06x10-1 2,97x10-1 2,02x10-1 ± 0,1351 6 SK24 Sodium dodecyl benzene sulfonate (25%) Anionik 6,36x10-1 5,70x10-1 6,03x10-1 ± 0,0467 7 SK25 Sodium dodecyl benzene sulfonate (65%) Anionik 9,35x10-1 7,68x10-1 8,52x10-1 ± 0,1181 8 SK26 Dodecyl benzene sulfonic acid Anionik 4,43x10-1 5,38x10-1 4,91x10-1 ± 0,0672 9 SK27 Nonyl phenol ethoxylate 9 EO Nonionik 1,05x10-1 1,23x10-1 1,14x10-1 ± 0,0127 10 SK28 Nonyl phenol ethoxylate 10 EO Nonionik 1,31x10-1 1,51x10-1 1,41x10-1 ± 0,0141 11 SK33 Alkyl benzyl dimethyl ammonium chloride Kationik 2,43x10-1 2,93x10-1 2,68x10-1 ± 0,0354 12 SK38 Secondary C12-14, 7 Ethoxylated Nonionik 7,96x10-1 8,08x10-1 8,02x10-1 ± 0,0085 13 SK39 Secondary C12-14, 7 Ethoxylated Nonionik 5,90x10-1 7,41x10-1 6,66x10-1 ± 0,1068 14 SK50 Alkyl Polyglicoside C12-16 Nonionik 1,31x10-1 1,51x10-1 1,41x10-1 ± 0,0141

174 Lampiran 20. Nilai Tegangan Antarmuka Minyak-Air Setelah Penambahan Formula Surfaktan Berbasis MES yang Dihasilkan Kode IFT (dyne/cm) Formula Keterangan Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata ± SD 1 MES 1,03x10-2 1,95x10-2 1,49x10-2 ± 3,3x10-3 2 SK05 1,94x10-2 8,68x10-2 5,31x10-2 ± 2,4x10-2 3 SK13 1,94x10-2 1,27x10-2 1,61x10-2 ± 2,4x10-3 4 SK33 3,10x10-2 4,10x10-2 3,60x10-2 ± 3,5x10-3 5 MES 0,3%+NaCl 15.000 ppm 5,97x10-3 1,06x10-2 8,30x10-3 ± 1,6x10-3 6 MES 0,3%+Na 2 CO 3 0,3% 1,81x10-2 1,80x10-2 1,81x10-2 ± 3,8x10-5 7 MES 0,3%+NaCl 15.000 ppm+na 2 CO 3 0,3% 6,96x10-3 6,98x10-3 6,97x10-3 ± 7,1x10-6 8 MES 0,3%+SK05 0,3% 2,86x10-2 2,87x10-2 2,86x10-2 ± 1,1x10-5 9 MES 0,3%+SK05 0,3%+NaCl 15.000 ppm 3,49x10-2 2,84x10-2 3,16x10-2 ± 2,3x10-3 10 MES 0,3%+SK05 0,3%+ Na 2 CO 3 0,3% 1,54x10-2 1,55x10-2 1,55x10-2 ± 3,5x10-5 11 MES 0,3%+SK05 0,3%+NaCl 15.000 ppm+na 2 CO 3 0,3% 1,72x10-2 1,08x10-2 1,40x10-2 ± 2,3x10-3 12 MES 0,3%+SK13 0,3% 4,25x10-2 9,27x10-3 2,59x10-2 ± 1,2x10-2 13 MES 0,3%+SK13 0,3%+NaCl 15.000 ppm 9,73x10-3 1,23x10-2 1,10x10-2 ± 9,1x10-4 14 MES 0,3%+SK13 0,3%+ Na 2 CO 3 0,3% 2,95x10-2 9,55x10-3 1,95x10-2 ± 7,1x10-3 15 MES 0,3%+SK13 0,3%+NaCl 15.000 ppm+na 2 CO 3 0,3% 8,28x10-3 1,49x10-2 1,16x10-2 ± 2,3x10-3 16 MES 0,3%+SK33 0,3% 7,76x10-2 8,50x10-2 8,13x10-2 ± 2,6x10-3 17 MES 0,3%+SK33 0,3%+NaCl 15.000 ppm 9,19x10-2 8,76x10-2 8,98x10-2 ± 1,5x10-3 18 MES 0,3%+SK33 0,3%+ Na 2 CO 3 0,3% 7,00x10-2 6,50x10-2 6,75x10-2 ± 1,8x10-3 19 MES 0,3%+SK33 0,3%+NaCl 15.000 ppm+na 2 CO 3 0,3% 9,86x10-2 9,26x10-2 9,56x10-2 ± 2,1x10-3

175 Lampiran 21. Hasil Pengamatan Pengujian Ketahanan Larutan Surfaktan terhadap Panas a. Pemanasan pada suhu 70 o C No Pengamatan Tampilan Larutan 1 Hari ke-0 Jernih, 1 fasa 2 Hari ke-2 Jernih, 1 fasa 3 Hari ke-7 Jernih, 1 fasa 4 Hari ke-14 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 5 Hari ke-28 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 6 Hari ke-41 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 7 Hari ke-48 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 8 Hari ke-55 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 9 Hari ke-70 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 10 Hari ke-77 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan Nilai IFT (dyne/cm) 6,97x10-3 6,99x10-3 5,46x10-3 4,43x10-3 6,46x10-3 8,69x10-3 8,46x10-3 1,84x10-2 1,96x10-2 3,46x10-2 b. Pemanasan pada suhu reservoir (112 o C) No Pengamatan Tampilan Larutan Nilai IFT (dyne/cm) 1 Hari ke-0 Jernih, 1 fasa 6,97x10-3 2 Hari ke-2 Jernih, 1 fasa 2,87x10-2 3 Hari ke-7 Jernih, 1 fasa 2,76x10-2 4 Hari ke-14 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 2,45x10-2 5 Hari ke-28 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 2,17x10-2 6 Hari ke-41 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 2,09x10-2 7 Hari ke-48 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 1,99x10-2 8 Hari ke-55 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 2,40x10-2 9 Hari ke-70 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 2,40x10-2 10 Hari ke-77 Jernih, 1 fasa, terbentuk sedikit endapan 4,50x10-2

176 Lampiran 22. Hasil Uji Filtrasi Air Demineralisasi, Air Formasi dan Larutan Formula Surfaktan a. Lama Proses Penyaringan dengan Kain Saring Kasar 500 mesh No Volume (ml) Air Demineralisasi (AD) Air Formasi (AF) MESCO 0,3%+15000 ppm+ AD MESCO 0,3%+15000 ppm+af Menit Detik Menit Detik Menit Detik Menit Detik 1 0 0:00:00 0 0:00:00 0 0:00:00 0 0:00:00 0 2 50 0:00:04 4 0:00:05 5 0:00:07 7 0:00:09 9 3 100 0:00:08 8 0:00:09 9 0:00:20 20 0:00:17 17 4 150 0:00:11 11 0:00:13 13 0:00:52 52 0:00:26 26 5 200 0:00:14 14 0:00:16 16 0:01:42 102 0:00:39 39 6 250 0:00:17 17 0:00:20 20 0:02:40 160 0:01:30 90 7 300 0:00:21 21 0:00:25 25 0:03:45 225 0:02:33 153 Filtration Ratio (FR) 1,00 1,25 5,00 7,88 b. Lama Proses Penyaringan dengan Kertas Saring 20-25µm No Volume (ml) Air Demineralisasi (AD) Air Formasi (AF) MESCO 0,3%+15000 ppm+ AD MESCO 0,3%+15000 ppm+af Menit Detik Menit Detik Menit Detik Menit Detik 1 0 0:00:00 0 0:00:00 0 0:00:00 0 0:00:00 0 2 50 0:00:20 20 0:00:15 15 0:00:31 31 0:01:57 117 3 100 0:00:35 35 0:00:32 32 0:01:05 65 0:05:27 327 4 150 0:00:51 51 0:00:51 51 0:01:46 106 0:10:47 647 5 200 0:01:07 67 0:01:10 70 0:02:34 154 0:19:19 1159 6 250 0:01:24 84 0:01:32 92 0:03:27 207 0:28:34 1714 7 300 0:01:42 102 0:01:53 113 0:04:24 264 0:41:25 2485 Filtration Ratio (FR) 1,20 1,24 1,68 3,67

177 c. Lama Proses Penyaringan dengan Kertas Membran 0,45 µm No Volume (ml) Air Demineralisasi (AD) AF MESCO 0,3%+15000 ppm+ad MESCO 0,3%+15000 ppm+af Menit Detik Menit Detik Menit Detik Menit Detik 1 0 0:00:00 0 0:00:00 0 0:00:00 0 0:00:00 0 2 50 0:00:13 4 0:00:37 37 0:00:10 10 0:00:13 13 3 100 0:00:25 8 0:08:41 521 0:00:19 19 0:00:29 29 4 150 0:00:35 11 0:28:08 1688 0:00:27 27 0:00:44 44 5 200 0:00:46 14 1:04:00 3840 0:00:35 35 0:01:04 64 6 250 0:00:58 17 2:06:24 7584 0:00:46 46 0:01:32 92 7 300 0:01:10 21 3:23:16 12196 0:01:06 66 0:01:58 118 Filtration Ratio (FR) 1,00 9,53 2,22 1,63 d. Lama Proses Penyaringan dengan Kertas Membran 0,22 µm No Volume (ml) Air Demineralisasi (AD) Air Formasi (AF) MESCO 0,3%+15000 ppm+ad MESCO 0,3%+15000 ppm+af Menit Detik Menit Detik Menit Detik Menit Detik 1 0 0:00:00 0 0:00:00 0 0:00:00 0 0:00:00 0 2 50 0:00:33 33 0:00:27 27 0:00:31 31 0:00:36 36 3 100 0:01:09 69 0:00:57 57 0:01:00 60 0:01:19 79 4 150 0:01:54 114 0:01:26 86 0:01:19 79 0:01:51 111 5 200 0:02:45 165 0:01:55 115 0:01:45 105 0:02:42 162 6 250 0:03:54 234 0:02:35 155 0:02:18 138 0:03:49 229 7 300 0:05:13 313 0:03:14 194 0:02:46 166 0:05:01 301 Filtration Ratio (FR) 2,19 1,30 0,97 1,67

178 Lampiran 23. Proses Pembuatan Core Sintetik Pasir Kuarsa (35 mesh) Semen (25% dari pasir kuarsa) Pencampuran Air (10% dari bobot total) Pencetakan Pengeringan (di bawah sinar matahari/oven) Pengeluaran dari Cetakan Perapian Core Sesuai Ukuran Core Sintetik)

179 Lampiran 24. Rekapitulasi Data Hasil Uji Adsorpsi (Metode Absorbansi) Konsentrasi MES (%) 0,025 0,05 0,075 0,10 0,125 0,15 0,175 0,20 0,225 0,25 0,275 0,30 NaCl 0,752 0,751 0,752 0,750 0,751 0,751 0,752 0,751 0,750 0,751 0,752 1,502 Na 2 CO 3 0,150 0,152 0,151 0,150 0,152 0,150 0,152 0,154 0,150 0,151 0,152 0,300 MES 0,013 0,025 0,037 0,051 0,063 0,076 0,087 0,103 0,112 0,124 0,137 0,301 Air Injeksi 49,085 49,070 49,078 49,052 49,049 49,033 49,078 49,000 48,985 48,982 48,963 97,930 Jumlah 50,000 49,998 50,019 50,003 50,014 50,010 50,069 50,008 49,997 50,008 50,004 100,033 Konsentrasi MES (sebenarnya) 0,026 0,051 0,074 0,102 0,125 0,151 0,174 0,206 0,224 0,249 0,274 0,301 Hasil Pengukuran : Absorbansi (nm) 0,06 0,173 0,222 0,271 0,455 0,565 0,753 0,82 0,853 0,866 0,978 1,197 Absorbansi (nm) (Metode Metilen Blue) 0,215 0,432 0,407 0,53 0,596 0,663 0,585 0,713 0,763 0,886 0,858 0,967 Absorbansi setelah adsorpsi (tanpa metode metilen blue) = 0,192 nm Absorbansi setelah adsorpsi (metode metilen blue) = 0,117 nm

180 Lampiran 25. Hasil Uji Adsorpsi Titrasi Dua Fasa a. Larutan MES 0,3% Bobot surfaktan (g) Data Surfaktan Awal (Sebelum Adsorpsi) Volume Titran (ml) Slope Regresi % Surfaktan Awal 1.0093 1.10 1.0114 0.45 2.0046 2.00 0.87922 0.99986 0.0401 2.0039 0.70 1.0093 1.10 1.0114 0.45 Data Surfaktan Akhir (Setelah Adsorpsi) Bahan aktif (mg) % Bobot Volume Surfaktan surfaktan Titran Slope Regresi Akhir (g) (ml) Awal Akhir Terserap µg bahan aktif/g core 0.20045 0.98934 0.0092 40,36 9,20 31,16 155,29 b. Larutan MES 0,3% + NaCl 15000 ppm Bobot surfaktan (g) Data Surfaktan Awal (Sebelum Adsorpsi) Volume Titran (ml) Slope Regresi % Surfaktan Awal 1.0073 0.95 1.0062 0.60 0.64970 1.00000 0.0401 2.0041 1.60 2.0213 0.75 3.0082 2.25 3.0045 0.85 Data Surfaktan Akhir (Setelah Adsorpsi) Bahan aktif (mg) % Bobot Volume Surfaktan surfaktan Titran Slope Regresi Akhir (g) (ml) Awal Akhir Terserap µg bahan aktif/g core 0.12523 0.99441 0.0092 40.22 9.17 31.05 155.23

181 c. Larutan MES 0,3% + NaCl 15000 ppm + Na 2 CO 3 0,3% Bobot surfaktan (g) Data Surfaktan Awal (Sebelum Adsorpsi) Volume Titran (ml) Slope Regresi % Surfaktan Awal 2.0024 1.35 2.0021 0.30 0.59955 0.98242 0.0401 3.0077 2.15 3.0005 0.55 4.0048 2.55 4.0027 0.90 Data Surfaktan Akhir (Setelah Adsorpsi) Bahan aktif (mg) % Bobot Volume Surfaktan surfaktan Titran Slope Regresi Akhir Awal Akhir Terserap (g) (ml) µg bahan aktif/g core 0.29994 0.99551 0.0092 40.16 9.16 31.01 152.86

182 Lampiran 26. Data Dimensi Core yang Digunakan pada Uji Core Flooding Kode Core Ulangan Diameter (cm) Tinggi (cm) 1 2,43 3,02 Core Sintetik-1 2 2,40 3,10 3 2,40 2,95 Rata-rata 2,41 3,02 Volume Core (ml) 13,76 Core Sintetik-2 1 2,40 2,90 2 2,41 2,91 3 2,39 2,92 13,16 Rata-rata 2,40 2,91 Core Sintetik-3 1 2,34 3,28 2 2,36 3,29 3 2,35 3,26 14,20 Rata-rata 2,35 3,28 Core Sintetik-4 1 2,59 3,43 2 2,62 3,43 3 2,61 3,40 18,24 Rata-rata 2,61 3,42 Native Core-1 1 2,43 3,17 2 2,42 3,14 3 2,40 3,06 14,27 Rata-rata 2,41 3,12

183 Lampiran 27. Proses Persiapan dan Tahapan Uji Core Flooding Core yang sudah dibersihkan Penimbangan Bobot Kering Core Penjenuhan dengan Air Formasi (AF) Penyimpanan dalam tabung berisi AF selama 1-3 hari Penimbangan Bobot Basah Core Injeksi Core oleh minyak pada suhu 70 o C Pengukuran Volume AF yang keluar A

184 A Injeksi Core oleh Air Injeksi pada suhu 70 o C Pengukuran Volume Minyak yang keluar Injeksi Core oleh Larutan Formula Surfaktan pada suhu 70 o C Pengukuran Volume Minyak yang keluar