Peningkatan Kompetensi Dasar Memperbaiki Sistem Rem Melalui Metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation Pada Siswa Ichsan Busri (07320037) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana metode cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan nilai kompetensi dasar memperbaiki sistem rem pada siswa kelas XII TKR I SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkap penerapan metode cooperative learning tipe group investigation dalam peningkatan kompetensi dasar memperbaiki sistem rem siswa kelas XII TKR I SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. Proses belajar mengajar di kelas tidak lepas dari tindakan seorang guru dalam memilih metode pengajaran dalam melaksanakan proses belajar mengajar, apa yang direncanakan, dilaksanakan dan hasil yang diperoleh merupakan cerminan keberhasilan seorang guru. Hal tersebut berkaitan dengan guru sebagai pelaksana pembelajaran yang melakukan rangkaian dan langkah-langkah pembelajaran yang mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang yang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas dan orang yang akan menentukan alternative solusi untuk mengatakan hambatan dan tantangan yang muncul, sehingga guru ditengarai mempunyai andil pada hasil belajar siswa. Penelitian ini mengungkap pengggunaan metode cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan nilai kompetensi dasar memperbaiki sistem rem pada siswa kelas XII TKR I SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif (Permendiknas No 41 tahun 2007 ) Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi dasar perbaikan sistem rem yang dinyatakan dengan ketuntasan hasil praktek melalui aspek : persiapan, proses, sikap, hasil dan waktu. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam pengggunaan metode cooperative learning tipe group investigation dapat meningkatkan nilai kompetensi dasar memperbaiki sistem rem pada siswa kelas XII TKR I SMK Pelita Nusantara 2 Semarang dengan perbandingan nilai tiap tiap siklus yang menjadi lebih baik. Nilai terendah kondisi awal 50 menjadi 71 pada akhir pembelajaran, nilai tertinggi dari 78 menjadi 87, rata rata kelas dari 70,16 menjadi 80,16 dan ketuntasan belajardari 31% menjadi 91% pada proses akhir siklus. Kata Kunci : Sistem Rem, Cooperative Learning, Group Investigation PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran dan latihan. Pendidikan dapat juga diartikan sebagai pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dimana misi pendidikan sendiri yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perkembangan bangsa salah satu diantaranya adalah Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 87
pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu sendiri sangat ditentukan pula oleh penyelenggaraan proses pembelajaran yang berkwalitas dan memberdayakan siswa. Hasil survei peneliti pada kelas XII TKR I SMK Pelita Nusantara 2 Semarang tahun pelajaran 2011/2012, jumlah siswa sebanyak 38 orang yang tuntas/kompeten perbaikan sistem rem sangat sedikit (dibawah 20%). Siswa pasif dalam belajar, kurang memaksimalkan fungsi kelompok belajar, kurang berani melaksanakan praktik, kurang paham dengan penguasaan langkah kerja. Terkait dengan hal itu, tentunya pemahaman siswa terhadap pembelajaran khususnya pembelajaran memperbaiki sistem rem sangat rendah. Untuk meningkatkan kompetensi dasar perbaikan sistem rem siswa kelas XII TKR 1 SMK Pelita Nusantara 2 semarang perlu diberikan solusi yang tepat. Oleh sebab itu peneliti tertarik melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi masalah tersebut. Beberapa penyebab rendahnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran perbaikan sistem rem juga perlu ditinjau. Diantaranya (1) jumlah siswa pada tiap kelompok. (2) media pembelajaran yang terbatas. (3) kondisi lingkungan belajar yang kurang kondusif.(4) metode pembelajaran yang digunakan. Salah satu alternatif bentuk untuk mengatasi hal tersebut, melalui penelitian ini diusulkan suatu metode pembelajaran yang diasumsikan dapat mengatasi masalah. Alternatif metode yang dimaksud adalah metode cooperative learning tipe group investigation. Melihat hasil yang diperoleh di atas menunjukkan rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran perbaikan sistem rem. Maka peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode cooperative learning tipe group investigation guna meningkatkan kompetensi dasar memperbaiki sistem rem siswa kelas XII TKR 1 SMK Pelita Nusantara 2 Semarang 2012/ 2013. KAJIAN PUSTAKA Kompetensi kejuruan Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Dalam konteks pengembangan kurikulum. Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari hari. Kompetensi dasar Perbaikan sistem rem Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif. Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 88
Adapun dalam Badan Standart Nasional Pendidikan (BSNP) kompetensi dasar perbaikan sistem rem dapat diukur dari bebarapa aspek penilaian sebagai berikut : Persiapan kerja, Proses, Hasil kerja, Sikap kerja dan Waktu. Metode Pembelajaran Cooperative Learning Belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Jenis-jenis Metode Cooperative learning Beberapa metode dalam pendekatan cooperative learning adalah: a. STAD (Student Teams-Achievent Divisions) b. TAI (Team-Assisted-Individualization) c. CIRC (Cooperative Integreated Reading and Composition) d. Jigsaw e. Learning Together f. Group Investigation ( kelompok investigasi ) METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dasar memperbaiki sistem rem siswa kelas XII TKR 1 SMK Pelita Nusantara 2 Semarang dengan menggunakan metode cooperative learning tipe group investigation. Setting Penelitian. 1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di SMK Pelita Nusantara 2 yang berlokasi di jl. Slamet Riyadi No. 40 Kelurahan Gayamsari, Kecamatan Gayamsari, Semarang. 2. Subyek penelitian. Penelitian Tindakan Kelas ini subyek penelitiannya adalah siswa kelas XII TKR I Program keahlian teknik kendaraan ringan SMK Pelita Nusantara 2 Semarang dengan jumlah sebanyak 36 siswa. Prosedur Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian tindakan kelas yang berkolaborasi dengan melibatkan guru dan siswa. Proses pelaksanaan tindakan kelas ini direncanakan atau dilaksanakan dengan dua siklus. Tiap siklus ada empat tahap yaitu (1) Perencanaan tindakan; (2) Pelaksanaan tindakan; (3) Pengamatan; (4) analisis dan Refleksi. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Berikut adalah rancangan penelitian yang terdiri dari empat tahap dalam setiap siklus. Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 89
1. Perencanaan Tindakan Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran metode pembelajaran cooperative learning mencakup hal hal berikut ini, yaitu : a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu peneliti membuat rencana mengenai pokok bahasan memperbaiki sistem rem b) Menyediakan alat dan sumber belajar, yaitu buku pelajaran dan media terkait lainnya c) Membuat instrument penelitian berupa lembar observasi, kinerja guru dan observasi kegiatan siswa d) Mendesain alat evaluasi berupa tes, untuk pre tes dan soal evaluasi siklus I e) Membuat angket respon dan daftar hadir siswa. Angket yang disusun bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang metode pembelajaran cooperative learning yang dilakukan siswa dalam materi otomotif perbaikan sistem rem. 2. Pelaksanaan Tindakan SIKLUS I a. Perencanaan tindakan siklus I Perencanaan tindakan meliputi pembuatan rencana pembelajaran dengan menyusun RPP, mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. b. Pelaksanaan tindakan siklus I Siklus I 1) Pendahuluan Guru menyampaikan meteri pengantar tentang segala sesuatu yang akan dikerjakan pada saat tindakan kelas, yang meliputi hal hal ; a) Menyampaikan tujuan belajar yang akan di capai siswa b) Menyampaikan materi pelajaran yang akan dipelajari siswa dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran cooperative learning 2) Memberikan tindakan kelas dengan menggunakan metode cooperative learning tipe group investigation melalui tahap tahap sebagai berikut : a) Mengatur siswa menjadi 6 kelompok dan dilanjutkan identifikasi topik bahasan perbaikan sistem rem b) Menyuruh siswa merencanakan tentang tugas yang harus dikerjakan c) Membimbing siswa dalam pelaksanaan investigasi mengenai topik bahasan tiap kelompok d) Memberikan tugas terhadap siswa untuk menyusun laporan hasil kegiatan investigasi e) Mempresentasikan hasil investigasi f) Pelaksanaan evaluasi Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 90
3) Pelaksanaan penilaian 4) Tahap terakhir yang dilakukan yaitu guru membuat lembar observasi untuk menilai aktifitas siswa dalam kelompok belajar. c. Pengamatan dan evaluasi 1) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran 2) Peneliti bersama dengan guru menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan perbaikan sistem rem setelah dilaksanakan tes siklus tindakan I. d. Refleksi Peneliti bersama dengan guru mendiskusikan hasil pengamatan dan evaluasi yang telah diberikan pada siswa setelah berakhirnya siklus I untuk perbaikan pada siklus II. SIKLUS II Setelah dilaksanakan tindakan siklus I, diketehui aspek yang harus diperbaiki berdasarkan evaluasi dan refleksi pada siklus I. a. Perencanaan tindakan siklus II Berdasarkan pada temuan tindakan siklus I, akhirnya peneliti bersama guru menyusun alternatif tindakan dengan menambahkan alat dan media, serta membagi jumlah kelompok yang lebih kecil yaitu 4 orang tiap kelompoknya. Hal ini dilakukan guna mengatasi banyaknya siswa yang meninggalkan kelompok belajarnya. b. Pelaksanaan tindakan siklus II Pada siklus II langkah yang dilakukan sama dengan siklus I. pada siklus II kegiatan yang dilakukan berupa perbaikan tindakan yang didasarkan pada kekurangan atau temuan pada siklus I, sedangkan kelebihan pada siklus I dipertahankan. c. Pengamatan dan evaluasi 1. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran 2. Peneliti bersama dengan guru menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan perbaikan sistem rem setelah dilaksanakan tes siklus tindakan II. d. Refleksi Pada siklus II ini peneliti bersama sama dengan guru pengampu mendiskusikan hasil pengamatan dan hasil evaluasi yang telah diberikan siswa. Setelah berakhirnya siklus II, peneliti bersama sama dengan guru pengampu melakukan analisa data yang diperoleh selama proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilaksanakan. Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 91
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I a. Perencanaan Mempersiapkan alat alat sebagai berikut : a) alat b) Media yang digunakan c) Bahan yang digunakan d) Mempersiapkan sumber sumber belajar sebagai penunjang pembelajaran : e) Menyusun jobsheet ( terlampir) f) Menyusun instrumen observasi ( terlampir) b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan pembelajaran tindakan pertama dilakukan menjadi 3 kali pertemuan. Masing masing pertemuan berlangsung selama 4 x 35 menit. Secara rinci proses pelaksanaan tindakan I pada tiap tiap pertemuan adalah sebagai berikut : c. Pengamatan dan evaluaasi 1. Pengamatan pada siswa 2. Pengamatan pada guru d. Refleksi Hasil siklus I dapat dijelaskan : 1. Nilai rata rata kelas keterangan : = rata rata nilai X = 2706 ( jumlah seluruh nilai) N = 36 (jumlah siswa) jadi rata rata nilai siklus I = 75,16% 2. Ketuntasan belajar Menghitung ketuntas belajar = x 100% = x 100% = 67% Jadi ketuntasan belajar pada siklusi adalah 67% Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 92
Dari tabel nilai diatas digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut : 100 80 60 40 20 0 nilai 1 1 4 2 4 2 2 1 7 7 2 2 1 nilai Gambar Nilai siklus I Dengan melihat hasil belajar siswa pada siklus pertama, nilai rata-rata kelas 75,16 dengan ketuntasan belajar 67%, ini berarti ada peningkatan nilai pada siklus pertama dibandingkan hasil belajar kondisi awal, yaitu Dari 36 siswa, 11 siswa tuntas pada kondisi awal menjadi 24 siswa yang mencapai target ketuntasan belajar atau 67%. Karena hasil pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan, yaitu 80% maka perlu dilakukan perbaikan pada siklus II. Selain itu ada beberapa hal yang diperlukan pada siklus II, diantaranya adalah: 1) Merubah jumlah siswa tiap kelompok dari 6 orang menjadi 4 orang. 2) Dengan bertambahnya kelompok, maka diperlukan tambahan media pembelajaran yakni ; a) Media : dari 2 mobil (kijang kotak dan kijang super) menjadi 4 mobil ( kijang kotak, kijang super, corolla dan mitshubisi kuda) b) alat praktek : Kunci Roda 6 buah, kunci shok 3 set, dial indikator 6 buah Hasil Penelitian Siklus II a. Perencanaan tindakan siklus II : Mempersiapkan : a. alat b. Media yang digunakan : c. Bahan yang digunakan b. Pelaksanaan tindakan II Pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan. Masing masing pertemuan berlangsung selama 4 x 35 menit. c. Pengamatan dan evaluasi 1) Pengamatan pada siswa 2) Pengamatan pada guru Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 93
d. Refleksi Hasil siklus II dapat dijelaskan : 1. Nilai rata rata kelas dihitung dengan rumus : keterangan : = rata rata nilai X = 2886 ( jumlah seluruh nilai) N = 36 (jumlah siswa) jadi rata rata nilai siklus I = 80,16 2. Ketuntasan belajar Rumus menghitung ketuntas belajar = x 100% = x 100% = 91% Jadi ketuntasan belajar pada siklusi adalah 91% Perolehan nilai pada siklus II digambarkan pada diagram batang sebagai berikut : nilai 100 80 60 40 20 0 1 2 1 2 1 5 5 4 3 1 2 2 5 2 nilai Gambar Nilai siklus II KESIMPULAN 1. Melalui metode cooperative learning tipe group investigation dengan memanfaatkan kelompok belajar pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih baik, jika pada kondisi awal dengan siswa tiap kelompoknya 9 orang kurang maksimal dalam kegiatan pembelajaran maka sedikit berkurang setelah dilaksanakan siklus I dengan perubahan jumlah kelompok sebanyak 6 orang, perolehan nilai pada siklus I nilai terendah 62, nilai tertinggi 83, rata-rata kelas 75,16, ketuntasan belajar 62%. Dengan perolehan nilai tersebut tentunya masih jauh dari indikator keberhasilan, dimana dikatakan berhasil jika rata rata kelas minimal 75 dan ketuntasan belajar lebih dari 80% sehingga perlu direncanakan tindakan selanjutnya(siklus II). Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 94
Pada pelaksanakan tindakan siklus II dengan merubah jumlah siswa tiap kelompok menjadi 4 orang dan menambah jumlah sarana prasarana. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran, kreatifitas siswa dalam praktek terlihat meningkat, terbukti diperoleh nilai terendah 71, nilai tertinggi 87, rata rata kelas 80,16, ketercapaian ketutasan belajar 91 %, ini berarti indikator keberhasilan telah mencapai ketuntasan lebih dari 80% dari jumlah siswa. nilai rata rata kelas meningkat menjadi 80,16 sehingga penelitian ini dapat dikatakan berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan 2. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi dasar memperbaiki sistem rem melalui metode cooperative learning tipe group investigation pada siswa kelas XII TKR I SMK Pelita Nusantara 2 Semarang berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan semua tahapan berjalan dengan lancar DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama(2002). Pendekatan kontekstual Contextual Teaching And Learning (CTL). Huda, Miftakhul.2011. cooperative learning. Yogyakarta : pustaka pelajar Kasmadi, Hartono. 1989. Taktik Mengajar: IKIP SEMARANG Press. Muslich, Masnur.2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan kelas. Jakarta : bumi aksara Moh. Uzer Usman dan lilis setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Purwadarmita. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Simandjuntak. 1986. Didaktif dan Metodik, Bandung : Tarsito. Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning, London: Allaymon Bacon Sudjana. 2001. Metode Statistik, Bandung : Tarsito. Sudjana,Nana. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Alyesindo. Tim Penyusun.1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013 95