BAB II KARAKTERISTIK, POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA WISATA DI DESA PANGSAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE

PENGEMBANGAN HUNIAN SEBAGAI AKOMODASI WISATA DI DESA PANGSAN,BADUNG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB IV ANALISA TAPAK

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

IV KONDISI UMUM TAPAK

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Pemilihan Objek

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

UU NO 4/ 1992 TTG ; PERUMAHAN & PERMUKIMAN. : Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian & sarana pembinaan. keluarga.

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2014

Halaman Judul... i Abstrak... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... x Daftar Diagram...

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

UNIVERSITAS DIPONEGORO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN (LP3A)

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

TINJAUAN PULO CANGKIR

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

PENGEMBANGAN DESA WISATA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL - KABUPATEN

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB II KARAKTERISTIK, POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA WISATA DI DESA PANGSAN Pada bab ini akan memaparkan mengenai keadaan eksisting Desa Pangsan, serta permasalahan - permasalahan yang terjadi pada bagian Desa Pangsan. 2.1 Gambaran umum Desa Pangsan Kondisi fisik dari Desa Pangsan yang dapat dilihat berdasarkan atas geografis, administratif, topografi, geologi serta kondisi iklim, serta keadaan existing Desa Pangsan. 6

2.1.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Kawasan Desa Pangsan terletak di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Dengan luas daerah sekitar 409,00 Ha dengan batas-batas sebagai berikut: - Sebelah Utara : Desa Petang - Sebelah Timur : Sungai Ayung (Kabupaten Tabanan) - Sebelah Selatan : Desa Getasan - Sebelah Barat : Sungai Penet (Kabupaten Tabanan) Dari segi akses, jarak capai yang dapat ditempuh untuk mencapai kawasan Daerah Desa Wisata Pangsan ini dengan jalan darat adalah: - Dari Denpasar 36km melalui jalan aspal. - Dari Tabanan 24km melalui jalan aspal. - Dari Petang 1 km melalui jalan aspal. Jalan aspal menuju daerah tujuan Desa Wisata Pangsan ini cukup mudah dicapai baik dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Berikut merupakan gambaran terkait lokasi Desa Pangsan seperti pada gambar 2.1, 2.2. dan 2.3, dan 2.4 yaitu: Gambar 2.1 Peta Pulau Bali Sumber: Google.com Gambar 2.2 Peta Wilayah Kabupaten Badung Sumber: RTRW Kabupaten Badung 2012-2032 7

Gambar 2.3 Peta Wilayah Desa Pangsan Sumber: RDTR 2013-2033 Gambar 2.4 Peta Lokasi Desa Wisata Desa Pangsan Sumber: GoogleEarth.com 2.1 2 Kondisi Topografi dan Geologi Keadaan topografi di Desa Pangsan termasuk pada Wilayah Kabupaten Badung Bagian Utara, dimana pada wilayah ini keadaan topografinya dapat digambarkan dari daerah yang berupa dataran tinggi, dengan karakteristik tanah yang berkontur.secara topografi, desa Pangsan merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 0-750 meter diatas permukaan laut. Keadaan tanah di Desa Pangsan terdiri dari jenis andosol berwarna coklat, kaya akan zat organik, beremah-remah, bertekstur medium dan jarang. Jenis tanah ini cocok untuk daerah pertanian terutama tanaman padi sawah dan perkebunan. Pada bagian utara dekat dengan ladang persawahan yang subur akibat kontur dan jenis tanah yang ada pada desa. 8

Kondisi topografi dan geologi akan berimplikasi dengan proyek hunian sebagai penentuan rencana penggunaan struktur pondasi yang dapat menjadi acuan dalam mengetahui kedalaman tanah dalm lokasi yang dipilih hal ini sangat berhubungan dengan proses perancangan. 2.1 3 Kondisi Iklim Cuaca yang mempengaruhi wilayah Desa Pangsan tergolong dalam daerah dengan intensitas curah hujan yang relatif tinggi. Untuk intensitas curah hujan yang tinggi berkisar antara bulan maret, april, dan bulan november hingga desember. Dengan adanya data perbedaan curah hujan ini berdampak pada beberapa hal dalam bangunan nantinya, baik material yang digunakan, vegetasi dan hal lainnya yang berkiatan dengan perencanaan bangunan. 2.2 Nilai Historis dan Existing Desa Pangsan Pada histori Desa Pangsan akan dijelaskan mengenai Nilai Historis Fisik, dan Nilai Historis Non Fisik. 2.2.1 Nilai Historis Fisik Perkembangan sejarah fisik Desa Pangsan tidak dapat terlepas dari perkembangan adat istiadat masyarakat Desa Pangsan. Dari awal adanya desa pangsan pola-pola pemukiman masyarakat masih tetap dengan menggunakan gaya terdahulu yaitu tatanan pemukiman bali aga, pola linier dan pintu masuk masih menggunakan angkul-angkul. 9

5 4 3 2 1 Gambar 2.5 Peta dasar Desa Pangsan 10

1. Awal mulai Berdirinya Desa Pangsan hanya terdapat satu banjar yang bernama Banjar Pangsan yang rata-rata warganya memiliki kasta atau orang menak. 2. Tata letak pemukiman yang ada Pada Desa Pangsan sejak berdirinya Desa sudah menggunakan tata letak linier. Dikarenakan letak yang berada di dataran tinggi penggunaan tatanan bali aga sangat kental. 3. Pura Penataran Agung Sekarmurthi yang menjadikan nama Banjar Sekarmurthi keterkaitan Pura dengan nama Banjar sangat erat, Pengempon Pura sebagaian besar dari Desa Pangsan. 4. PuraPuseh Lan Bale Agung terletak pada tengah-tengah Desa Pangsan. 5. Pada awal adanya Desa Pangsan sudah memiliki persawahan yang bertekstur tanah subur dengan keindahan pola terasering yang dimiliki sampai saat ini.keindahan alam yang dimiliki menjadikan objek wisata sejak 2010. 11

2.2.2 Nilai Historis Non Fisik Berdasarkan Prasasti dari Lempengan Tembaga, yang berukuran panjang 41 cm, lebar 10 cm, nomor 4 (empat) pada pinggirnya yang bertuliskan huruf dan bahasa Jawa Kuno yang diperkirakan dibuat pada abad ke XII (dua belas). Peninggalan Sejarah dimaksud masih tersimpan pada Pura Penataran Agung Pangsan (di depan Kantor Kepala Desa Pangsan). Prasasti ini dibaca pada tanggal 14 September 1974 oleh M. M. Sukarto K. Aimojo dari Kantor Cabang II Lembaga Purba Kala dan Peninggalan Nasional Gianyar. Dari Prasasti Lempengan Tembaga tersebut diatas diperkirakan dibuat pada Abad ke XII pada Pemerintahan Raja Jaya Pangus pada Tahun 1811 M, yang berisikan tentang Paruman Nunung. Paruman Nunung sebagai Upacara Kerajaan dihadiri oleh 8 (delapan) Senopati yang berkuasa di Bali pada Abad XII Masehi. Dan mungkin 8 (delapan) orang Senopati tersebut merupakan wakil dari 8 (delapan) Kabupaten yang ada di Bali. Perlu diketahui bahwa para Senopati yang hadir disamping bertugas di bidang Keprajuritan ada juga yang bertugas sebagai Hulu Balang Hakim, Jaksa Pengusut, Samgat (Pemutus Perkara), Pendeta Siwa, dan Budha. Dua orang senopati yang hadir bersama Anusning Rat dan Toh Ujar. Paruman nunung juga dihadiri oleh seorang juru bicara yang Bergama budha bernama Tira wangsa, tiga orang penulis, dua orang Caksu, dari Karena Pura dan dari Karenakerata diantaranya bernama Sidhamukti. Diantara Pendeta yang hadir pada Paruman Nunung adalah Empu Kuturran. Diperkirakan masalah yang dibahas pada Paruman Nunung adalah pembahasan pajak dan pemberian hadiah kepada Desa Paruman oleh Raja, dan pengesahan atas hasilnya disahkan di tempat ini (Desa Pangsan yang sekarang). Dengan bukti yang disimpan di Pura Penataran Agung Pangsan sekarang adalah lembaran kelima sebagai lembaran pengesahan Paruman Nunung. Berdasarkan Sejarah Paruman Nunung tersebut tempat ini diberi nama PANGSAN yang berasal dari: 12

1.Pengesahan (karena Pengesahan Paruman Nunung. 2.Depang San(biarkan sudah) selembar Prasasti Pengesahan (Lembar 5) tertinggal di tempat ini.(pangsan,2013) 2.2.3 Kondisi Fisik Desa Pangsan 8 3 2 4 6 7 5 4 1 Gambar 2.6 Peta dasar Desa Pangsan 13

Pada kondisi existing Desa Pangsan akan dijelaskan mengenai pembagian wilayah wilayah Desa menurut tata letak Banjar, Pemukiman, Kantor, Pura, Akses Jalan dan Objek wisata. 1. Banjar Pangsan terletak paling dekat berbatasan dengan Desa Getasan pada awal memasuki Desa Pangsan akan terlihat Balai Banjar Pangsan disebelah kanan. 2. Banjar Sekarmurti terletak pada tengah-tengah Desa Pangsan dengan banyak memiliki potensi di dalamnya. 3. Banjar Kasianan terletak setelah Banjar Sekarmurthi dengan jumlah penduduk yang paling sedikit. 14

4. Pemukiman terdiri dari kategori pemukiman padat, pemukiam ½ pdat dan pemukiman yang memiliki lahan kosong. 5. Kantor Desa Pangsan terletak pada tengah-tengah Desa Pangsan sebagai kemudahan pencapain pelayan Desa. 15

6. Pura Puseh lan Bale Agung Berada tepat di timur Kantor Desa Pangsan. 7. Akses Jalan Desa Pangsan berbatasan dengan Desa Getasan pada selatan dan Desa Petang pada utara.jalan dua arah dengan lebar 8m dan pinggiran terdapat selokan selebar 1m tanpa adanya trotoar atau pedestrian. 8. Objek Wisata Pangsan terdiri dari persawahan yang mempunyai kontur tanah berterasering,jalur tracking sepeda, arum jeram dan air terjun. 16

Kondisi Bagian Luar Desa Pangsan Kondisi pada bagian luar Desa Pangsan menyangkut batasan-batasan wilayah luar Desa Pangsan mengenai plang nama Desa, Candi Bentar.Bagian-bagian tersebut diperliohatkan pada gambar : Gambar 2.7 Peta dasar Desa Pangsan letak batas luar Desa 17

2.2.4 Kondisi Non Fisik Desa Pangsan Pada kondisi non fisik akan membahas mengenai civitas dan aktifitas yang terjadi di Desa Pangsan : 1. Civitas Civitas yang termasuk dalam Desa Pangsan adalah wisatawan dan warga Desa Pangsan. Jumlah masyarakat yang berasal dari Desa pangsan dari tahun 2011 dan Data Kunjungan wisatawan dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 dibawah ini : Tahun Jumlah Laju Pertumbuhan (%) 2011 2472-2012 2498 2,89 2013 2533 2,61 2014 2563 2,79 2015 2548 1,03 Rata-rata 2,33 Sumber : Badung Dalam Angka 2010-2015 Tahun Jumlah kunjungan rata-rata Wisatawan per bulan 2011 256 2012 289 2013 283 2014 325 Sumber : LPJ Bapak Kita Pengurus Desa Wisata 2014 18

2. Aktifitas Aktifitas yang berlangsung di dalam Desa Pangsan meliputi beberapa jenis kegiatan yang digolongkan ke dalam beberapa fungsi yaitu : a. Aktifitas Hunian Aktifitas Hunian merupakan aktifitas keseharian dan aktifitas utama dari masyarakat Desa Pangsan sebagai lokasi tempat tinggal semua anggota keluarga. Aktifitas hunian ini diwujudkan ke dalam pemukiman-pemukiman yang ada pada areal Desa Pangsan. b. Aktifitas Sosial Aktifitas sosial yang sering terjadi di Desa Pangsan adalah sebagai berikut : a. Rapat paruman Desa b. Rapat paruman Banjar c. Gotong royong 3. Aktifitas Budaya Aktifitas budaya yang ada di Desa Pangsan tidah jauh dengan aktifitas ritual keagamaan dan adat istiadat dalam suatu Desa atau wilayah antara lain : a. Pada piodalan di Pura penataran Sekarmurthi sebagai pengayah adalah muda-mudi desa yang sudah beranjak dewasa ini dimaksudkan setelah cukup menjadi muda mudi kedpepannya siap untuk melangkah kejenjang pendewasaan diri. 19

b. Penetapan pola-pola pemukiman linier dari jaman dulu masih diterapkan warga Desa Pangsan sampai saat ini. Dapat dilihat pada gambar 2.3 Evaluasi terhadap Desa Wisata Pangsan Evaluasi dilakukan terhadap Desa Pangsan bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang kurang sesuai dengan Desa Pangsan seiring dengan perkembangan secara teknis. Evaluasi terdiri dari beberapa aspek yaitu Aspek Teknis dan Aspek perilaku yang terjadi di Desa Pangsan. Evaluasi yang dilakukan pada Desa secara bersamaan terhadap aspek-aspek tersebut. 2.3.1 Evaluasi Teknis Evaluasi terhadap aspek teknis menyangkut ke dalam teknis bangunan maupun keadaan lingkungan fisik di dalam Desa Pangsan. Evaluasi ini meliputi faktor pembentuk bangunan( lantai,dinding,atap) struktur bangunan,utilitas. Keterkaitan yang dimaksud adalah hubungan timbal balik antara hunian dengan lingkungan dilihat dari aspek ekonomi,sosial budaya dan adat istiadat sehingga dapat mendukung pengembangan hunian sebagai akomodasi wisata Pangsan. Kondisi Lingkungan Keadaan lingkungan Desa Pangsan masih banyak belum dilakukannya penataan khususnya pada area-area pedestrian,dan penunjang kawasan wisata. Dalam akses jalan di Desa Pangsan dapat dilihat belum adanya pedestrian untuk pejalan kaki. Jalur utilitas sudah sangat baik tertata dari segi air dan listrik. Penggunaan lahan pura sebagai area parkir pengunjung wisata kurang efesien untuk kelangsungan kegiatan pura. 20

2.3.2 Evaluasi Perilaku Dalam aspek perilaku dievaluasi perilaku masyarakat Desa Pangsan. Perkembangan zaman menjadi faktor utama terjadinya perubahan perilaku pada masing-masing civitas. 1.Masyarakat Perilaku masyarakat Desa Pangsan masih memegang teguh adat istiadat dan budaya setempat. Kegiatan yang terjadi di dalam Desa Namun kesadaran akan adanya Desa Wisata Pangsan begitu kurang ini dikarenakan masyarakat yang memiliki persawahan saja yang sering berinteraksi dengan pengunjung yang datang ke Desa. Maka dari itu untuk pemerataan aktifitas masyarakat terhadap Desa Wisata diperlukan pengembangan berupa penunjang-penunjang kegiatan wisata. 2.4 Potensi yang dapat diangkat dari Desa Wisata Pangsan Potensi potensi yang dapat diangkat dari Desa Pangsan dapat diidentifikasi dari aspek fisik dan non fisik. 1. Potensi Fisik Potensi fisik yang dimiliki oleh Desa Pangsan dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Lokasi Desa Wisata Pangsan yang mudah dicapai dengan berdampingan dengan pemukiman masyarakat. 21

b. Bentuk pola pemukiman dan lahan-lahan pemukiman yang dapat dimanfaatkan sebagai penunjang akomodasi wisata untuk Desa Wisata Pangsan. c. Typology bangunan yang masih memegang teguh arsitektur tradisional bali dapat sebagai daya tarik pengunjung ke Desa Wisata. d. Area persawahan yang digunakan sebagai daya tarik wisata dan kegiatan wisata masih asri tanpa pembangunan di dalamnya. e. Angkul-angkul sebagai cirri khas untuk pintu masuk dalam pemukiman yang terdapat di Desa Pangsan. f. Infrastruktur berupa akses jalan yang sudah diasphalt dan jaringan utilitas yang sudah memadai memungkinkan untu pengembangan akomodasi wisata di Desa Pangsan. 2. Potensi Non Fisik Potensi non fisik yang dapat diangkat dari Desa Pangsan sebagai berikut : a. Desa Wisata Pangsan merupakan salah satu destinasi wisata di daerah petang dengan potensi keindahan alam dan sosial budaya masyarakatnya. b. Masih kentalnya adat istiadat yang diterapkan di Desa Pangsan. c. Kegiatan keagamaan yang masih kental dapat mendukung daya tarik wisata yang ada pada Desa Pangsan. 2.5 Spesifikasi Umum Pengembangan Hunian Sebagai Akomodasi Wisata 2.5.1 Pengertian Pengembangan Hunian sebagai akomodasi wisata adalah suatu hunian untuk memenuhi kebutuhan akomodasi berupa penunjang pengembangan objek wisata yang ada pada Desa Pangsan yang bertambah dengan menerapkan struktur gaya masyarakat dengan budaya setempat yaitu Arsitektur Bali, sehingga secara tidak langsung akan melestarikan arsitektur Bali. Gaya arsitektur Bali yang ditampilkan tidak hanya dari unit tampilan akomodasi hunian, namun juga dari permukiman yang ada disekitar. 22

2.5.2 Fungsi Fungsi dari hunian ini adalah untuk penunjang pengembangan akomodasi pada desa. 2.5.3 Tujuan Adapun tujuan dari perancangan Pengembangan Hunian Sebagai Akomodasi Desa Wisata adalah menciptakan suatu hunian dengan nuansa lingkungan serta kebudayaan demi kelestarian pembangunan dan arsitektur lingkungan di Desa Pangsan. Sehingga akan menjadi contoh bagi pengembangan desa yang memiliki potensi pariwisata sebagai penunjang akomodasi dalam pemberdayaan desa 2.2.4 Sasaran Sasaran dari Hunian sebagai akomodasi wisata di Desa Pangsan ini adalah seluruh lapisan masyarakat. 2.2.5 Persyaratan Lokasi Persyaratan lokasi untuk Hunian sebagai akomodasi wisata antara lain : 1) Lokasi hunian harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut: a. Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan tinggi. b. Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam. c. Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia). 23

d. Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/ setu/ sungai/ kali dan sebagainya. e. Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan fisik/ pemekaran lingkungan hunian dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana. f. Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan. g. Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/ lokal setempat. 2) Lokasi perencanaan hunian harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis. 3) Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta pengaruhnya terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan yang dimaksud. 4) Kesesuaian penapakan bangunan yang akan di rencanakan 5) Kesesuaian untuk akses dan sirkulasi 6) Ketersediaan pelayanan sanitasi dan perlindungan a. Ketersediaan air dan pembuangan air selokan saniter b. Pembuangan sampah c. Listrik, bahan bakar dan komunikasi d. Keamanan dan penyelamatan kebakaran 24

2.5.6 Fasilitas Fasilitas utama dalam pengembangan hunian sebagai akomodasi desa wisata ini adalah terkait dengan aktivitas utama, yaitu sebagai akomodasi hunian. Fasilitas utama tersebut berupa unit-unit rumah dengan menonjolkan objek wisata lingkungan dan sosial. Fasilitas lain yang disediakan adalah fasilitas pelayanan dan fasilitas yang menunjang suatu rumah seperti taman, toko, pura lingkungan, dan penunjang objek wisata Desa Pangsan berupa lahan persawahan,jalur sepeda dan pejalan kaki serta arum jeram. 2.5.7 Pengelolaan Pengelolaan pengembangan hunian sebagai akomodasi desa wisata di Desa Pangsan ini sepenuhnya dikelola oleh masyarakat yang bermukim di Desa Pangsan serta instansi yang ada di Kantor Desa Pangsan dan Pemerintah Kabupaten Badung sebagai promosi. Karena dengan dikelola oleh masyarakat sendiri akan muncul pengelolaan dalam pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan hunian pada desa yang memiliki objek wisata desa. 25