2/13/2015 SIKLUS BENCANA PELAYANAN PSIKOLOGI DALAM SIKLUS BENCANA. Kebutuhan korban bencana. Tri Iswardani Wahyu Cahyono.

dokumen-dokumen yang mirip
Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

Dicky Pelupessy Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI. Sesi Pembelajaran Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB) 29 November 2011

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

PEKERJA KEMANUSIAAN: SITUASI SULIT & TANTANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera

Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1. Minggu ke-1 (18 Desember 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

Dampak Peliputan Traumatik pada Masyarakat Umum dan Wartawan

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengalami trauma sekunder tidak mengalami langsung kejadian. korban trauma. (Figley, McCann & Pearlman, dalam Motta 2008).

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN. di lingkungan sekitar kita, seperti gempa bumi yang melanda Yogyakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

Psychological First Aid (PFA) Disampaikan oleh: Nael Sumampouw, M.Psi, Psi. Pusat Krisis Fak.Psikologi UI

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

Postraumatik stress bisa timbul akibat luka berat atau pengalaman yang menyebabkan organisme menderita kerusakan fisik maupun psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL 2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KONDISI INTERVESI KRISIS DAN BENCANA DISUSUN OLEH

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

Intervensi Psikososial

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I 1.1 Latar Belakang

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.

MANAJEMEN STRES PADA INDIVIDU YANG SELAMAT (SURVIVOR) DARI BENCANA ALAM. Kartika Adhyati Ningdiah

Adhyatman Prabowo, M.Psi

RISET TAHUN Hubungan antara subjective well-being dengan motif penggunaan kartu debit pada konsumen lanjut usia.

LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

IKATAN PSIKOLOGI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

STRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN.

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian bencana yang datang silih berganti menimbulkan trauma pada

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA PARIPURNA

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan terhadap wanita usia produktif. AKI merupakan jumlah kematian

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. menandakan jumlah lansia dari tahun ke tahun akan bertambah. Di negara maju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Makalah Analisis Kasus : Bencana Merapi. Disusun oleh : Carissa Erani

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa. prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga

Sumbangan Psikologi Klinis Dalam Assessment Gangguan Psikologis Korban Bencana Alam Oleh : Ratih Putri Pratiwi

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya

tingkat emosional. Tekanan psikologis setelah melahirkan merupakan gejala

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

Transkripsi:

PELAYANAN PSIKOLOGI DALAM SIKLUS BENCANA Tri Iswardani Wahyu Cahyono SIKLUS BENCANA PERSIAPAN Dampak bencana RESPON MITIGASI REHABILITASI MENGURANGI RESIKO BENCANA REKONSTRUKSI PEMULIHAN BENCANA Kebutuhan korban bencana Kompensasi Fasilitas kesehatan Bantuan hukum Hak & Perlakuan adil Penghidupan KORBAN Dukungan psikososial Perumahan Bantu diri 1

MENTAL HEALTH STATUS AFTER DISASTERS (WHO) PSYCHOLOGICAL DISTRESS MILD (prevalence of 20-40%) NO SPECIFIC PSYCHOSOCIAL SERVICES NEEDED. MODERATE to SEVERE (prevalence of 30-50%) NEED PSYCHOSOCIAL INTERVENTION AND BASIC PSYCHOLOGICAL SUPPORT MENTAL DISORDER MILD to MODERATE ( anxiety, mild depression and PTSD, prevalence of 20 %) SEVERE (depression and psychotic, prevalence of 3-4 %) NEED ACCESSABLE MENTAL HEALTH SERVICES IN THE COMMUNITIES BENTUK & PELAKU INTERVENSI Layanan kesehatan jiwa oleh spesialis [psikiater, psikolog klinis, perawat jiwa Intervensi individu, keluarga, kelompok oleh petugas kesehatan:, dokter, psikolog, perawat, konselor terlatih. PIRAMIDA INTERVENSI Berbagai level intervensi dalam program dukungan psikososial 3-4% Layanan spesialis Layanan terfokus Non-spesialis 20% KONDISI PENYINTAS Mengalami ganggunan psikologis serius (berat) Mengalami persoalan kesehatan mental sedang Aktivasi dukungan sosial di komunitas oleh psikolog relawan, pekerja sosial, fasilitator masyarakat, komunitas, keluarga Memperkuat dukungan keluarga dan komunitas 70 80 % Stres dan masalah psikologis ringan Pemenuhan kebutuhan dasar dan rasa aman relawan, masyarakat Pemenuhan kebutuhan dasar dan rasa aman Sebagian besar populasi terdampak bencana Sumber: IASC - Mental Health and Psychosocial Support in Humanitarian Emergencies: What Should Humanitarian Health Actors Know? (2010) 2

WHO - World Mental Health Survey 2000 Cross-national comparisons of the prevalences and correlates of mental disorders Deskripsi Gangguan berat (misalnya psikosis, depresi berat, gangguan anxietas dsb.) SEBELUM BENCANA: Proyeksi Prevalensi 12 bulan 2-3% SETELAH BENCANA: Macam bantuan yang Proyeksi Prevalensi 12 disarankan bulan 3-4% Menyediakan pelayanan kesehatan mental melalui pelayanan kesehatan umum dan pelayanan kesehatan mental masyarakat Gangguan mental sedang atau 10% 20% (setelah beberapa tahun 1) Menyediakan pelayanan ringan (misalnya depresi atau menurun jadi 15% karena kesehatan mental melalui anxietas yang ringan dan pemulihan alamiah tanpa pelayanan kesehatan umum dan sedang) intervensi) pelayanan kesehatan mental masyarakat. 2) Menyediakan intervensi sosial dan dukungan psikologi dasar di masyarakat Distres psikologis sedang Tidak ada 30-50% (setelah Menyediakan intervensi atau berat yang tidak perkiraan beberapa tahun akan sosial dan dukungan memenuhi kriteria untuk berkurang, tidak psikologis dasar di Gangguan (membaik diketahui seberapa masyarakat dengan berlalunya waktu ) jauh, melalui pemulihan alamiah tanpa intervensi) Distres psikologis ringan Tidak ada 20-40% (akan Tidak diperlukan bantuan (Membaik dengan perkiraan meningkat dalam spesifik berlalunya waktu) beberapa tahun karena orang dengan masalah yang berat membaik) Prevalensi: Jumlah individu yang mengalami atau terkena pada periode waktu tertentu (Jumlah Kasus/Total Individu di Populasi)x1000 Prinsip Layanan Psikologis Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan alamiah untuk memulihkan diri: tranformasi dari perspektif korban ke penyintas (survivors) Keberadaan dan dukungan dari orang lain Hubungan saling membantu meringankan beban Setiap orang akan memiliki kebutuhan yang bisa saja berbeda satu sama lain Memastikan semua kebutuhan tersebut dapat terpenuhi pada setiap levelnya Terintegrasi pada struktur layanan yang ada Ranah Pelayanan Psikologis/Dukungan Psikososial Individu (penyintas, petugas penanggulangan bencana, relawan) Keluarga (keluarga penyintas sebagai unit pelayanan) Komunitas (pengorganisasian dan pemberdayaan komunitas) Diberikan sepanjang siklus bencana (Pra-Bencana, Saat Terjadi Bencana, Pasca Bencana 3

BEBERAPA JENIS PELAYANAN PSIKOLOGIS DALAM SITUASI BENCANA 1. PSIKOEDUKASI (DISASTER MENTAL HEALTH) 2. PSYCHOLOGICAL FIRST AID (PFA) 3. PEMELIHARAAN DAN PENGUATAN DIRI (SELF CARE) 4. DUKUNGAN PSIKOSOSIAL 5. STABILISASI EMOSI 6. TERAPI PEMULIHAN TRAUMA PRA-BENCANA Psikoedukasi Pelatihan Psychological First Aid (PFA) Pemeliharaan dan Penguatan Diri SAAT BENCANA Psikoedukasi Psychological First Aid (PFA) Pemeliharaan dan Penguatan Diri Dukungan Psikososial Stabilisasi emosi PASCA BENCANA Psikoedukasi Pemeliharaan dan Penguatan Diri Stabilisasi emosi Terapi Pemulihan Trauma 1. PSIKOEDUKASI (disaster mental health) Pemberian informasi seputar reaksi umum (perilaku, emosi, kognisi) setiap orang pada situasi bencana. Disampaikan kepada individu atau sekelompok individu yang mengalami bencana. Tujuannya adalah agar penyintas memahami situasi dan kondisi yang sedang terjadi dan dialami saat ini, memahami reaksi apa saja yang masih dalam batas kewajaran dan mana yang sudah melampaui batas kewajaran dan membutuhkan penanganan lebih lanjut. 4

Respons Terhadap Bencana Situasi sulit/musibah 5.Penerimaan 1. Mengingkari 4.Depresi 2. Marah 3. Tawar - Menawar Reaksi Pasca Bencana Lutut lemas Jantung berdebar Fisik Pikiran Emosi Tingkah Laku Cemas Takut Khawatir Merasa tidak berdaya Tidak tahu apa yang harus dilakukan Lari Duduk terdiam Tema umum dalam situasi bencana: KEHILANGAN Penting untuk dipahami bahwa reaksi-reaksi tersebut adalah reaksi wajar ketika seseorang dihadapkan dengan situasi sulit. Setiap orang dapat mengalami reaksi yang berbeda walaupun terpapar oleh peristiwa yang sama STRES TRAUMA Tidak didahului peristiwa Didahului peristiwa traumatis traumatis Bertahap, Menumpuk, sedikit Mendadak demi sedikit Dampak hilang ketika stressor Umumnya berdampak jangka hilang panjang Pengaruh stres berbeda Pengaruh trauma umumnya sama untuk setiap seseorang untuk setiap orang, yaitu menakutkan 5

Definisi Trauma Istilah trauma pada awalnya digunakan dalam bidang kedokteran untuk menggambarkan luka akibat suatu benturan. Sederhananya, trauma merupakan luka yang sangat menyakitkan atau dapat juga dikatakan sebagai suatu kekagetan (shock). Dalam bidang psikologi, trauma merupakan suatu pengalaman mental yang luar biasa menyakitkan karena melampaui batas kemampuan individu untuk menanggungnya. Trauma bersumber pada pengalaman traumatik. PENGALAMAN TRAUMATIK Secara umum, pengalaman traumatik memiliki ciri sebagai berikut : Terjadi di luar kendali individu atau masyarakat yang mengalaminya. Mengancam kehidupan karena dapat menyebabkan kehilangan nyawa atau luka fisik yang parah pada individu yang mengalaminya. Mengakibatkan rasa takut yang mendalam, tak berdaya dan teror pada individu yang mengalaminya. Reaksi terhadap trauma Secara umum, ketika individu mengalami trauma apapun peristiwa yang melatarbelakanginya (pemerkosaan, penganiyaan ataupun bencana alam yang dahsyat) reaksi yang muncul dapat dikelompokkan menjadi 3 hal yaitu: 1. Re-experiencing, seperti kilas balik, mimpi buruk, pikiran mengganggu, dll 2. Avoidance: berusaha untuk menghindari pikiran, perasaan, situasi, atau orang yang mungkin mengingatkan Anda tentang trauma 3. Hyperarousal: selalu bersikap waspada, mengalami kesulitan tidur, iritabilitas, kesulitan berkonsentrasi, respon kejut berlebihan 6

Trauma Sekunder Trauma sekunder adalah luka batin (dalam bentuk respon stress traumatik) yang bisa terjadi karena menyaksikan atau mengetahui penderitaan atau pengalaman buruk orang lain. Pekerja kemanusiaan seringkali dihadapkan pada orangorang yang terkena dampak bencana secara langsung, sehingga dapat mengidentifikasikan dirinya seperti mereka. Respon emosional seperti yang dialami oleh orangorang yang terkena dampak langsung dari suatu bencana bisa juga dialami oleh pekerja kemanusiaan yang tidak mengalami langsung bencana tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya trauma sekunder adalah intensitas, frekuensi, identifikasi dan daya tahan emosional. Trauma sekunder berpeluang paling besar muncul pada kejadian buruk yang intensitasnya kuat, frekuensi dihadapi sering, tingkat kemiripan dengan orang yang terkena bencana tinggi (sehingga terjadi identifikasi, misalnya kemiripan SARA) daya tahan emosional yang dimiliki rendah (misalnya akibat tekanan hidup sehari-hari sudah banyak). Mengenali Gejala-gejala Kelelahan Trauma sekunder: Terlalu memikirkan/terlibat Gelisah, gugup, mudah kaget Sulit memisahkan kehidupan personal dan pekerjaan Terpengaruh kejadian traumatik Mudah tersinggung, mudah marah dgn ketidakadilan Merasa depresi Mengalami pengalaman negatif orang lain Menghindari kejadian2 yang mirip dgn korban Lupa dengan detail dari trauma penyitas Intrusive, ketakutan 7

2. PSYCHOLOGICAL FIRST AID (PFA) DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL Dukungan psikologis yang diberikan sesegera mungkin setelah terjadinya bencana. Serangkaian keterampilan perawatan dasar yang bersifat praktis dan nonintrusive (tidak memaksa) Kelebihan: 1. Dapat dilakukan oleh tenaga profesional kesehatan/kesehatan mental, relawan, atau orang awam yang terlatih 2. Dapat diberikan dalam setting klinis dan non-klinis Prinsip Dasar PFA Fasilitasi Rasa Aman. Caranya? Penuhi kebutuhan dasarnya. Jika dia terpisah dengan anggota keluarga, satukan mereka kembali. Jika dia membutuhkan informasi, sediakanlah informasi yang terpercaya. Sediakan hal lain yang dianggap perlu. Fasilitasi Keberfungsian. Dorong orang untuk berfungsi kembali, dalam artian dia bisa berpikir dengan relatif lebih jernih memahami situasi yang terjadi dan apa saja yang dapat dia lakukan untuk mengatasi masalah yang ada. Membantu merencanakan tindak lanjut. Setelah bencana terjadi, hal yang ingin kita lakukan adalah kembali Normal. Oleh karena itu, ajaklah orang-orang di sekitar untuk bersama-sama kembali menjalani aktivitas seperti biasa 3. PEMELIHARAAN DAN PENGUATAN DIRI 8

Apa Itu Pemeliharaan dan Penguatan Diri? Merupakan serangkaian metode Peduli terhadap Diri Sendiri untuk memelihara, menjaga dan meningkatkan daya tahan mental yang dapat dilakukan siapa saja. Siapa Saja Yang Perlu Melakukan kegiatan Pemeliharaan dan Penguatan Diri? Kegiatan peduli diri adalah untuk SEMUA ORANG tanpa terkecuali Khususnya untuk Relawan, pekerja kemanusiaan, profesional kesehatan mental dan siapa saja yang aktif terlibat sehari-hari dalam membantu orang lain PERLU melakukan kegiatan Pemeliharaan dan Penguatan Diri secara RUTIN Mengapa Kegiatan Pemeliharaan dan Peguatan Diri sangat penting untuk Relawan atau Pekerja Kemanusiaan? Daerah pasca bencana alam atau konflik sosial menimbulkan situasi yang sangat menguras energi mental dan bisa mempengaruhi siapapun termasuk para pekerja kemanusiaan yang terlatih dan profesional, tidak ada satupun orang yang benar-benar kebal terhadap situasi bencana dan dampaknya. 9

Memastikan keselamatan dan kesehatan diri terlebih dahulu merupakan syarat mutlak untuk dapat membantu orang lain secara tepat dan efektif. Oleh karena itu, sebagai pekerja kemanusiaan dibutuhkan pemahaman mengelola diri sendiri secara baik agar dapat menjalankan pekerjaan kemanusiaan secara efektif dan bukannya malah menambah beban. Pekerja kemanusiaan perlu memberikan contoh kepada para penyintas kemampuan menghadapi situasi bencana, krisis maupun darurat. Oleh karenanya petugas kemanusiaan perlu mengenali dan memahami berbagai perasaan, emosi, pikiran, maupun perilaku sendiri yang dapat menganggu dan selanjutnya menerapkan cara-cara pemeliharaan dan penguatan diri. 4. DUKUNGAN PSIKOSOSIAL Apa itu Psikososial? Psiko internal-pikiran, perasaan, nilai, kepercayaan yang dianut individu. Sosial, eksternal-hubungan antara individu dengan konteks lingkungannya Hubungan dinamis antara proses psikologis dan sosial, dimana masing-masing saling berinteraksi dan mempengaruhi secara berkelanjutan 10

Dukungan Psikososial merupakan dukungan terhadap individu & masyarakat yang terkena bencana yang bertujuan untuk memulihkan kesejahteraan psikologis dan sosial masyarakat yang terdampak bencana. Fase dalam Dukungan Psikososial Fase 1: Segera setelah terjadi bencana Fokus pada kebutuhan dasar dan bertahan hidup Fase 2: Dilakukan setelah kebutuhan dasar penyintas terpenuhi Fokus untuk mengembalikan penyintas ke kehidupan normal. Fase 3: Pengembangan Fokus meningkatkan kesejahteraan psikososial dengan memperkuat & memperluas pelayanan dan aktivitas yang ada di masyarakat, serta mengintegrasikan pendekatan psikososial melalui pelayanan pemerintah lokal & nasional. PRINSIP DASAR DUKUNGAN PSIKOSOSIAL DUKUNGAN PSIKOSOSIAL Merupakan suatu pendekatan kepada para korban bencana (alam atau kekerasan) yang bertujuan mendorong ketahanan individu dan masyarakat. Bertujuan untuk kembali ke kehidupan normal, memfasilitasi partisipasi masyarakat yang terkena dampak untuk mencapai pemulihan dan mencegah konsekuensi patologis dari situasi yang traumatis. Dukungan psikososial dibutuhkan oleh semua orang yang mengalami bencana dalam derajat yang berbeda-beda. 11

8 PRINSIP Dukungan Psikososial 1. Bagian integral dari siklus penanggulangan bencana. (holistik dan perspektif jangka panjang) 2. Mengembalikan masyarakat ke kehidupan normal dan mencegah komplikasi. 3. Informasi dan psikoedukasi reaksi normal dalam situasi abnormal. 4. Diberikan bersama program bantuan bencana lainnya (medis, logistik) 5. Setiap petugas memiliki ketrampilan teknis dasar dukungan psikososial. 6. Diberikan secepat mungkin dengan prinsip transparansi dan pelibatan masyarakat dalam konteks budaya lokal. 7. Perlu didukung oleh tenaga profesional kesehatan mental 8. Panduan singkat Tehnik Dukungan Psikososial. 5. STABILISASI EMOSI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PRIBADI Stabilisasi Emosi dan Resource Development and Installation (RDI) merupakan metode penanganan yang dapat masuk dalam semua golongan masyarakat tanpa takut dibatasi adanya perbedaan budaya. Kedua teknik ini dibutuhkan bagi semua orang yang tidak stabil emosinya akibat pengalaman negatif yang baru dialami maupun karena munculnya kecemasan menghadapi kejadian yang akan datang. Pendekatan ini dapat diaplikasikan pada klien yang mengalami kesulitan tidur, kehilangan konsentrasi, ketegangan, kecemasan, atau was-was, serta mengalami emosi negatif seperti takut, sedih, marah, kecewa, dan sebagainya secara terus menerus. BEBERAPA TEHNIK STABILISASI EMOSI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PRIBADI I. Basic Self Care -Deep Breathing Exercise -Tehnik Grounding II. Resource Activation - Safe Place - Point of Power Technique III. Distancing Techniques - Reframing - Container technique - Remote Control technique IV. Trauma Confrontation and Pain Management - Pendulation Exercise - Four Field Technique - Wedging Technique - Light Stream technique - Gestalt technique 12

6. TERAPI PEMULIHAN TRAUMA Merupakan psikoterapi dimana individu yang mengalami peristiwa traumatik bekerja sama dengan terapis pemulihan trauma untuk memahami peristiwa traumatis yang dialami dan mengembangkan mekanisme pemulihannya. Terapi Pemulihan Trauma terdiri dari 3 fase : Mengembalikan rasa aman dan stabilisasi De-sensitisasi dan memroses ingatan traumatik Reintegrasi ke kehidupan normal dan fungsi sehari-hari. Mengintegrasikan ingatan traumatik ke dalam jejaring ingatan lainnya. Pengalaman traumatik menjadi bagian dari hidupnya, bukan segalagalanya (it is now a part of your life not all of your life) Beberapa pilihan Terapi Pemulihan Trauma EYE MOVEMENT DESENSITIZATION AND REPROCESSING (EMDR) COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) DIALECTICAL BEHAVIOR THERAPY (DBT) TFT (Thought Field Therapy) (tapping on acupressure points) Body-based trauma therapies (Sensorimotor Psychotherapy and Somatic Experiencing) Sumber bacaan/modul/pedoman teknis: 13

Terima Kasih i For More Information Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI Kampus UI Depok Telp/fax: 021-7873745 E-mail: pusat.krisis@ui.ac.id 14