II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi tanaman pangan guna

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Dana Cadangan. Benih Nasional. Benih Unggul.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN ALTERNATIF MODEL BANTUAN BENIH DAN PUPUK UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Pertani (Persero)

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

I. PENDAHULUAN. dari satu tahap ke tahap berikutnya. Agar pembangunan dapat terlaksana dengan

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK. 02/2006 TENTANG

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan nasional. Ketahanan pangan menurut Food and

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

08. Tabel biaya dan produksi suatu barang sebagai berikut : Jumlah produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total 4000 unit 5000 unit 6000 unit

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan tersedianya fasilitas yang memadai untuk kesejahteraan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. anggaran belanja pemerintah pusat berupa anggaran subsidi sebagai salah satu

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


ANALISIS ATAS HASIL AUDIT BPK SUBSIDI PUPUK DAN BENIH : BUKAN SEKADAR MASALAH ADMINISTRASI TAPI KELEMAHAN DALAM KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan dan keamanan; b. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang publik,

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BONDOWOSO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Benih. Prosedur Penggunaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

Kebijakan PSO/Subidi Benih Untuk Padi, Kedelai dan Jagung

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

I. PENDAHULUAN. yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor nonpertanian

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB - III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN KEDAULATAN PANGAN MELALUI SERTIFIKASI BENIH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 34 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 859 TAHUN 2011 TENTANG

13. URUSAN KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

TEORI PENGELUARAN NEGARA. Dwi Mirani, S.IP

GUBERNUR SUMATERA BARAT

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

BAB II BADAN KETAHANAN PANGAN MEDAN. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara yang awal mulanya

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. mempengaruhi variabel terikat yaitu tingkat kemiskinan.

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Transkripsi:

17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Fungsi dan Peranan Pemerintah Menurut Adam Smith ( l976), pemerintah suatu negara mempunyai tiga fungsi pokok sebagai berikut: 1. Memelihara keamanan dan pertahanan dalam negeri. 2. Menyelenggarakan peradilan. 3. Menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta. Fungsi pemerintah menurut Richard A. Musgrave dibedakan menjadi tiga fungsi dan tujuan kebijakan anggaran belanja pemerintah, yaitu: 1. Fungsi Alokasi (Allocation Branch) Yaitu fungsi pemerintah untuk menyediakan pemenuhan untuk kebutuhan Publik (public needs) 2. Fungsi Distribusi (Distribution Branch) Yaitu fungsi yang dilandasi dengan mempertimbangkan pengaruh sosial ekonomis; yaitu pertimbangan tentang kekayaan dan distribusi pendapatan, kesempatan memperoleh pendidikan, mobilitas sosial, struktur pasar. Macam-ragam warga negara dengan berbagai bakatnya termasuk tugas fungsi tersebut. 3. Fungsi Stabilisasi (Stabilizaton Branch) Yaitu fungsi menyangkut usaha untuk mempertahankan kestabilan dan kebijaksanaan- kebijaksanaan yang ada. Disamping itu, fungsi ini bertujuan

18 untuk mempertahankan kestabilan perekonornian (stabilisator perekonomian)(guritno, 2000:2) Kaitan dari permasalahan fungsi atau tujuan diatas hampir selalu dijumpai pada setiap permasalahan mengenai tujuan atau kebijakan tertentu, misalnya mengenai tujuan untuk politik pembangunan, tujuan untuk kebijakan perdagangan, kesempatan kerja, kesempatan memperoleh pendidikan pertanian, perburuhan, pengangkutan, dan lain-lain. Peranan pemerintah dalam perekonomian antara lain : a. Menetapkan kerangka hukum (legal framework) yang melandasi suatu perekonomian, b. Mengatur atau meregulasi perekonomian dengan alat subsidi dan pajak, c. Memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan berbagai fasilitas seperti kredit, penjaminan simpanan, dan asuransi, d. Membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan oleh perusahaan swasta, misalnya persenjataan. e. Meredistribusikan (membagi ulang) pendapatan dari satu kelompok ke kelompok lainnya, dan f. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial, misalnya memelihara anak-anak terlantar, menyantuni fakir miskin, dan sebagainya. 2. Pengeluaran Pemerintah Di negara negara yang sudah sangat maju pajak adalah sumber utama dari perbelanjaan pemerintah. Sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai kegiatan kegiatan pembangunan, membayar gaji pegawai pegawai pemerintah, membiayai perbelanjaan untuk angkatan bersenjata, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan rakyat dan membiayai infrastruktur yang penting artinya dalam pembangunan.

19 Menurut Suparmoko (1994:47), pengeluaran pemerintah secara umum dibedakan menjadi : a. Pengeluaran pemerintah berupa investasi untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa mendatang. b. Pengeluaran itu langsung untuk memberikan kesejahtraan dan kegembiraan masyarakat. c. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang. d. Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga yang lebih luas. 2.1 Sifat Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah sering disimbolkan dengan G mempunyai dua sifat, yaitu: 1. Sifat Exhaustive Yaitu Pengeluaran Negara untuk pembelian barang dan jasa yang langsung dikonsumsi untuk menghsilkan barang dan jasa lainnya yang lebih bersifat memacu pertumbuhan ekonomi. 2. Sifat Transfer Yaitu segala pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan, termasuk subsidi yang merupakan alat retribusi pendapatan. Pengeluaran pemerintah adalah semua pengeluaran yang dilakukan pemerintah dan pemerintah langsung mendapatkan balas jasa atas pengeluaran tersebut. Secara garis besar, pengeluaran pemerintah dibagi menjadi dua yaitu : 1. Pengeluaran Rutin Pengeluaran pemerintah yang ditunjukan untuk membiayai kegiatan rutin pelaksanaan pemrintah. 2. Pengeluaran Pembangunan Pengeluaran pembangunan yang ditunjukan untuk membiyai kegiatan pembangunan (sektor sektor).

20 2.2. Pengertian dan Jenis Subsidi Subsidi yaitu transfer pemerintah pusat ke daerah yang merupakan bagian dari pusat ke daerah yang merupakan bagian dari pengeluaran rutin atau pengeluaran lainnya, yaitu pengeluaran negara dalam upaya pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan rakyat. Menurut suparmoko (1994 : 38-40) pemberian subsidi dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu : 1. Subsidi Dalam Bentuk Uang (Pendapatan) Dalam hal ini pemerintah dapat memberikan subsidi dalam bentuk uang sebagai tambahan penghasilan kepada konsumen atau dapat pula pemerintah memberikan subsidi dalam bentuk penurunan harga barang. 2. Subsidi In Natura (Harga) Subsidi barang dengan jumlah tertentu terjadi apabila pemerintah menyediakan suatu jenis barang tertentu dengan jumlah tertentu pula kepada konsumen tanpa dipungut bayaran atau mungkin dengan pembayaran tetapi dibawah harga pasar. Gambar 2. Kurva Ilustrasi Kebijakan Subsidi (In Natura) X m excess P n e v S (1-s) P q e S B1 B2 D Y

21 Diasumsikan bahwa permintaan suatu barang mengikuti garis permintaan D. Penawarannya diasumsikan elastisitas sempurn amengikuti garis horisontal S. Dengan kurva penawaran S dan kurva permintaan D, menghasilkan tingkat keseimbangan yang berarti bahwa dengan tingkat harga P maka kuantitas barang yang diminta sebesar B1. Misalkan harga suatu barang di pasaran dianggap terlalu mahal oleh pemerintah, maka pemerintah memberikan subsidi terhadap suatu barang tersebut agar seluruh masyarakat terutama masyarakat yang tergolong miskin dapat memenuhi kebutuhan primer nya. Subsidi yang dilakukan pemerintah tersebut menyebabkan kurva penawaran S bergeser kebawah menjadi S dan harga barang tersebut turun menjadi (1-s) P. Jika tujuan pemerintah melakukan subsidi adalah meningkatkan jumlah konsumsi maka program tersebut telah sukses dilakukan. Namun jika tujuan kebijakan adalah memaksimisasi kemakmuran, maka program tersebut harus dilihat lebih komprhensif lagi. Sebelum diberi subsidi surplus konsumen sebesar m n e dan setelah diberi subsidi menjadi m q e. Manfaat yang diterima konsumen sebesar e v e.(guritno, 2000:2.) Pengaruh subsidi barang (In Natura) dengan jumlah tertentu bisa mengakibatkan hal-hal sebagai berikut: 1. Mengurangi jumlah pembelian untuk barang-barang yang disubsidikan tetapi konsumsi total bertambah. 2. Tidak mengubah konsumsi total 3. Konsumsi menjadi terlalu tinggi 4. Konsumsi menjadi terlalu rendah Bila dua jenis subsidi di atas dibandingkan, bisa dilihat bahwa pemberian subsidi dalam bentuk uang jauh lebih efisien dibandingkan dengan subsidi barang. Hal itu dikarenakan:

22 1. Kepuasan yang diperoleh masyarakat bisa lebih maksimum karena dengan adanya subsidi tersebut dapat meningkatkan daya beli masyarakat serta tidak membatasi pilihan masyarakat atau konsumen akan suatu barang. 2. Jumlah anggaran yang harus dikeluarkan pemerintah untuk subsidi uang tersebut jauh lebih kecil ketimbang subsidi barang. Berdasarkan penggunaanya ada tiga jenis pemberian subsidi yaitu : 1. Block Grant Yaitu subsidi bagi daerah dimana daerah tersebut bebas untuk menggunkannya. 2. Canditional Grant Yaitu subsidi yang penggunaannya diarahkan oleh pemerintah pusat antara lain diarahkan untuk proyek proyek kesehatan, pariwisata, keluarga berencana dan lain lain. 3. Matching Grant Yaitu pemberian subsidi kepada daerah dengan syarat daerah telah memiliki sejumlah dana dan subsidi tersebut sebagai pelengkap. Macam macam subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat ternagi atas subsidi kebutuhan pangan, subsidi pendidikan, subsidi kesehatan, dll. 3.Teori Efektifitas Menurut Husein Umar (1998: 10), efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Sedangkan menurut Chester I. Bernard, Efektfitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama (Gibsen Donely, 1994: 16). Tingkat pencapaian menunjukan tingkat efekfitas. Selanjutnya, H. Emerson (Soewarno Handoyoningrat, 1992: 16) menyatakan bahwa arti dari efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainva tujuan atas sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

23 Efektifitas merupakan salah satu ukuran dalam menentukan keberhasilan suatu program atau rencana. Tujuan merupakan hal yang menjadi indikator dalam menentukan efektivitas, oleh karena itu tujuan dari suatu program harus jelas agar pada akhirnya dapat diketahui apakah rencana dari program tersebut telah dilaksanakan. Pengukuran efektifitas program hanya mungkin dilakukan jika dokumen program tersebut menunjukkan: 1. Tujuan-tujuan program dirumuskan dengan jelas dan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang terukur. 2. Persoalan serius seringkali muncul karena hasil program merupakan proses negosiasi dan perumusan dari tujuan tersebut merupakan hasil dari kompromi, solusi dilakukan dengan perumusan tujuan secara kabur atau dalam bentuk pernyataan-pernyataan ambisius. 3. Evaluator menghadapi masalah karena atasannya memiliki penafsiran yang berbeda mengenai tujuan program. Efektifitas program dapat diukur sebagai berikut: efektifita s hasil tujuan Berdasarkan pengertian diatas, dapat diartikan bahwa efektifitas pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam melakukan suatu aktifitas atau kegiatan ( Wahab, 1997: 33). Dean J.C, dalam Basic Statistic for Statistical Research, seperti yang dikutip oleh Fara Dian Meylani (2002: 11), menyebutkan bahwa klasifikasi efektivitas adalah sebagai berikut:

24 4. Ketahanan Pangan Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (PP RI No. 68 Tahun 2002 : Pasal 1) Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem ketersediaan distribusi konsumsi. Kinerja dari masing-masing sub sistem tersebut tercermin dalam hal stabilitas pasokan pangan, akses masyarakat terhadap pangan serta pemanfaatan pangan (food utilization) termasuk pengaturan menu dan distribusi pangan dalam keluarga. Apabila salah satu atau lebih dari ke tiga subsistem tersebut tidak berfungsi dengan baik, maka akan terjadi masalah kerawanan pangan yang berdampak peningkatan kasus gizi kurang dan/atau gizi buruk. Dalam kondisi demikian, negara atau daerah dapat dikatakan belum mampu mewujudkan ketahanan pangan. Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses (termasuk membeli) pangan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang Diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU RI No. 7 Tahun 1996 : Pasal 1). 5. Bantuan Langsung Benih Unggul( BLBU) Dalam upaya peningkatan ketahanan pangan, kendala yang dihadapi antara lain masih rendahnya produktifitas tanaman oleh karena sebagian petani belum menggunakan benih varietas unggul bermutu dalam budidayanya. Salah satu penyebab relatif rendahnya penggunaan benih varietas unggul bermutu antara lain; akibat daya beli dan tingkat kesadaran serta keyakinan petani terhadap

25 manfaat penggunaan benih varietas unggul bermutu dibeberapa daerah masih rendah. Untuk mendukung upaya peningkatan produktifitas dan produksi padi, jagung dan kedelai serta meringankan beban petani dalam rangka peningkatan penggunaan benih varietas unggul bermutu, maka pemerintah menyediakan anggaran untuk Bantuan langsung Benih Unggul (BLBU) yang beasal dari APBN TA 2008, yang dialokasikan kepada PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero) untuk pengadaan dan penyaluran benih unggul bermutu. 6. Tujuan Program Bantuan Langsung Benih Unggul Program bantuan Langsung Benih Unggul memiliki tujuan umum untuk meringankan beban petani dalam meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan petani Padi, Jagung dan Kedelai. Adapun tujuan khusus BLBU adalah : a. Meringankan beban petani dalam penyediaan dan penggunaan benih varietas unggul bermutu, b. Menigkatkan kesadaran penggunaan benih varietas unggul bermutu, c. Mendukung peningkatan produktifitas dan produksi padi, jagung dan kedelai. 6.1 Sasaran Program dan Besar Bantuan Sasaran program Bantuan Langsung Benih Unggul adalah semua petani padi, jagung dan kedelai yang berada pada daerah dengan teknis irigasi yang baik. Jumlah benih BLBU yang diterima petani dihitung berrdasarkan luas areal tanam padi, jagung dan kedelai dengan ketentuan: a. Benih Padi sebanyak 25 Kg/ha b. Benih Jagung sebanyak 15 Kg/ha c. Benih Kedelai sebanyak 40 Kg/ha.

26 6.2 Pembinaan dan Pendampingan a. Pembinaan dilaksanakan oleh direktorat Jendral Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Kecamatan secara berjenjang b. Pembinaan sebagaimana dimaksud butir 1 dilaksanakan bersama-sama PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero). c. Pendampingan kepada kelompok tani/petani penerima BLBU dilaksanakan oleh petugas lapang (PPL, PBT/POPT) dikordinasikan oleh mantri tani/ KCD Kecamatan. 6.3 Monitoring dan Evaluasi a. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh direktorat Jendral Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Kecamatan. b. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan bersama-sama PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero). c. Aspek-aspek yang dimonitor dan dievaluasi mencakup realisasi penyaluran bantuan benih, kualitas benih, realisasi tanam, realisasi panen, produktifitas dan produksi serta permasalahan yang dihadapi. d. Berdasarkan hasil evaluasi, apabila diperlukan Direktur Jendral Tanaman Pangan dapat melakukan realokasi kebutuhan BLBU antar komoditas dan antar lokasi. e. Penyampaian hasil monitoring dan evaluasi kepada tim.

27 6.4 Pelaporan a. Pelaporan disampaikan secara berjenjang mulai dari kecamatan ke Dinas Pertanian Kabupayen/Kota, dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke Dinas Pertanian Provinsi dan dari Dinas Provinsi ke Direktur Jenderal Tanaman Pangan c.q Direktur Perbenihan. b. Laporan mencakup realisasi penyaluran bantuan benih, realisasi tanam, realisasi panen, produktifitas dan produksi serta permasalahan yang dihadapi. c. Jenis Pelaporan Meliputi: a) laporan awal yaitu data kelompok tani penerima bantuan yang telah disetujui oleh Dinas Pertanian Provinsi. b) laporan perkembangan, setiap 2 minggu sekali yang berisi realisasi penyaluran bantuan benih, realisasi tanam, realisasi panen, produktifitas dan produksi serta permasalahan yang dihadapi. c) laporan akhir, dikirimkan setelah pelaksanaan kegiatan berakhir/ Desember 2012.