BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara harfiah efektivitas berasal dari kata efektif. Berdasarkan kamus besar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Belajar Peta Konsep Pada Siswa Keas IV SDN 3 Siwalempu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta. diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

2015 UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MIND MAP PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. seluruh interaksinya dengan kebutuhan, kemampuan, dan kegiatan siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Irmasuryani Abstract

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru dikelas. Merujuk pemikiran Mills (Agus Suprijono, 2009 : 45), model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktualyang memungkinkan seserang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpetasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) (http://mtk2012unindra.blogspot.com) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan kajian kajian tersebut diatas model pembelajaran adalah rencana dan cara guru dalam penyampaian materi kepada siswa. Model pembelajaran mempunyai peran penting dalam sebuah pembelajaran karena dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 5

6 2.1.2. Model Pembelajaran Mind Mapping Mind Mapping atau peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak yang menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Konsep Mind Mapping diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah Mind Mapping memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain. Berikut contoh gambar Mind Mapping: Gambar 1 Contoh Mind Mapping Sumber: Gembira Belajar Mind Mapping Mind Mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan Mind Mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.

7 2003): Beberapa manfaat memiliki Mind Mapping antara lain (Tony Buzan, a. Merencana b. Berkomunikasi c. Menjadi Kreatif d. Menghemat Waktu e. Menyelesaikan Masalah f. Memusatkan Perhatian g. Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran h. Mengingat dengan lebih baik i. Belajar Lebih Cepat dan Efisien j. Melihat gambar keseluruhan Buzan mengemukakan, bahwa A Mind Map is powerful graphic technique which provides auniversal key to unlock the potential of the brain. It harnesses the full range of cortical skills word, image, number, logic, rhythm, colour and spatial awareness in a single, uniquely powerful manner. In so doing, it give you a freedom to roam the infinite expanses of your brain. Dari pengertian tersebut, Johan (2008) menyimpulkan bahwa Peta Pikiran merupakan suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk membuka potensi dari seluruh otak, karena menggunakan seluruh keterampilan yang terdapat pada bagian neo-korteks dari otak atau yang lebih dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan. Ditegaskan lagi oleh John W. Budd yang mengungkapkan bahwa A Mind Map is an outline in which the major categories radiate from a central image and lesser categories are portrayed as branches of larger branches (http://heldrefpublications.metapress.com/app/home/contribution.asp?referrer=parent&backto=i ssue,3,8;journal,26,54;linkingpublicationresults,1:119930,1), berarti bahwa peta pikiran (mind mapping) merupakan garis besar dari kategori utama dan pikiranpikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari cabang pikiran yang lebih besar. Dengan peta pikiran daftar informasi yang panjang dapat dialihkaan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal. Mind mapping digunakan oleh para guru dalam pembelajaran dengan tujuan agar siswa bisa menghasilkan gagasan, mencatat apa yang telah dipelajari

8 atau merencanakan tugas baru. Mind mapping atau peta pikiran membuat siswa untuk mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari atau apa yang tengah mereka rencanakan. Teknik tersebut merupakan suatu strategi yang memanfaatkan keseluruhan otak yang membuat anak mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya, Mind Mapping atau peta pikiran akan memberikan kesan yang lebih dalam sebab detail-detail teknik ini mudah diingat karena mereka mengikuti pola pikiran otak. Mind Mapping yang diterapkan dalam pembelajaran didasarkan pada: (1) informasi bisa diorganisir di sekitar tema/topik utama dan pokok-pokok kaitan, (2) informasi yang terkait lebih baik diringkas dan dipadatkan untuk bisa disajikan atau diingat kembali dengan mudah. Berpijak pada pemikiran di atas, otak manusia berfungsi untuk mengatur dan menyimpan informasi. Otak kita sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Mind Mapping menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Mind Mapping ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah (De Porter, 2002 : 155). Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seseorang dalam membuat Mind Mapping agar berhasil dengan baik. Langkah-langkah tersebut yaitu: (1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar, hal yang demikian dilakukan karena memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar kesegala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. (2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral anda karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi dan mengaktifkan otak kita. (3) Gunakanlah warna, karena bagi otak warna sangat menariknya dengan gambar dan warna membuat Mind Mapping lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif dan

9 menyenangkan. (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua ke tingkat pusat dan cabang tingkat tiga ke tingkat dua. Hal ini dimaksudkan karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua atau tiga bahkan empat hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang yang dirinci menjadi ranting-ranting, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat. (5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus karena garis lurus akan membosankan otak dan bisa menarik bagi mata. (6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Mapping. (7) Gunakan gambar seperti gambar sentral karena setiap gambar bermakna seribu kata dan akan lebih menarik. Adapun prosedur yang dapat diikuti dalam pembelajaran dengan Mind Mapping adalah: (1) sediakan selembar kertas putih kosong dan letakkan mendatar, (2) siapkan juga spidol atau pensil warna (krayon) dan materi yang akan dibahas, (3) tuliskan judul bacaan atau topik yang sedang dipelajari di tengah kertas, (4) siswa mulai Mind Mapping atau peta pikiran dengan membuat sentra gambar, yang menggunakan topik atau gagasan utamanya di tengah kertas, (5) siswa memecah topik menjadi unsur-unsur dan menarik garis yang menggunaan spidol warna untuk tiap sub topik, (6) sediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk menyusun Mind Mapping dan mereka bisa melihat karya siswa yang lain guna mendapatkan gagasan yang baru dan selanjutnya bisa dipakai untuk bahan masukan guna menyelesaikan peta pikirannya, (7) sebagai kegiatan akhir, guru memberi waktu pada siswa untuk saling bercerita tentang peta pikiran mereka (Silberman, 2004: 216). Mind Mapping atau dikenal juga Peta Pikiran adalah tool yang terstruktur dan efektif untuk membantu siswa dan guru mengerjakan proses pengajaran dengan lebih baik. Karena Mind Mapping menstimulasi otak kiri dan otak kanan secara sinergis. Mind Mapping akan sangat bermanfaat dalam Pembelajaran terutama dalam ketrampilan mencatat dan mengingat, antara lain: a) membantu dengan kemampuan otak untuk berkonsentrasi

10 b) memungkinkan esensi materi menjadi jelas c) secara visual relatif lebih jelas urutan dan informasinya d) membuat sambungan antara ide-ide mudah untuk dilihat e) meningkatkan daya ingat menjadi Long Term Memory f) meningkatkan keyakinan kita dalam kemampuan kita untuk belajar Peta Pikiran selain meningkatkan keterampilan belajar (Study Skill) juga meningkatkan keterampilan hidup (Life Skill). Dari berbagai macam model pambelajaran IPA, peneliti hanya membatasi penggunaan model Mind Mapping yang divariasi dengan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi, karena dalam setiap pembelajaran harus diawali penjelasan atau informasi dari guru dalam penyajian atau penyampaian bahan pelajaran. Dari kajian diatas, maka dapat di simpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan hasil belajar adalah dengan menggunakan model Mind Mapping karena dengan model ini proses pembelajaran akan melibatkan siswa dalam kelompok untuk membuat Mind Mapping yang sesuai dengan keinginan siswa. Dengan demikian siswa mudah memahami materi ajar sehingga akan berakibat pada meningkatnya hasil belajar siswa. 2.1.3. Hasil Belajar Menurut Hamalik(2006), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Suharsimi Arikunto 2006), hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, salah satunya adalah kognitif. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelek- tual yang terdiri dari aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.

11 Hasil belajar sangat penting karena siswa akan mengalami perubahan tingkah laku belajar yang lebih baik sebagai akibat dari proses belajar. Hasil belajar diukur dari tingkat keberhasilan siswa tersebut mencapai tujuan pengajaran. Hasil ini di wujudkan dalam bentuk nilai yang dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dan merupakan bukti dari keberhasilan siswa dalam pencapaian belajarnya. Hasil belajar sering digunakan sebagai ukuran apakah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa berhasil atau tidak. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin tinggi proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 2010). Jadi secara tidak langsung hasil belajar adalah gambaran umum tentang kemampuan pemahaman siswa terhadap suatu materi yang telah diajarkan oleh guru. Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan (c) memperbaiki proses pembelajaran. Definisi hasil belajar terkait dengan penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran yang berupa nilai tes, yang mengukur kemampuan kognitif para siswa. Berdasarkan kajian tentang hasil belajar menurut peneliti, hasil belajar adalah usaha pencapaian proses belajar siswa yang merupakan bukti keberhasilan siswa dalam menempuh suatu pengajaran yang diukur dengan menggunakan tes tertentu.

12 2.1.4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, namun dapat digolongkan menjadi dua faktor yatu intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. (Slameto, 2010: 54) Faktor intern adalah faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang timbul dari sisi individu yang sedang belajar, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar disebut faktor intern yang meliputi: a. Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan, cacat tubuh b. Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. c. Faktor kelelahan baik itu kelelahan jasmani maupun rohani. Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar atau bukan dari sisi individu siswa yang sedang belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar, dapat disimpulkan sebagai berikut: 2) Faktor yang ada pada luar individu yang disebut faktor ekstern, yang meliputi: a. Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan, gedung, metode belajar, tugas rumah. c. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. 2.1.5. Hakikat IPA Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana untuk siswa dapat mempelajari tantang diri sendiri dan alam sekitar dan menerapkan dalam

13 kehidupan masing masing peserta didik. Chalmers (2006 : 19 ) menyatakan bahwa IPA didasari oleh hal hal yang kita lihat, dengar, raba, dan lain-lain. Dapat dikatakan batasan ini lebih menekankan kepada cara memperoleh IPA, yaitu melalui observasi. IPA sebagai kumpulan konsep atau prinsip tidak secara jelas dikemukakan. Selanjutnya untuk memahami hakikat IPA haruslah dilandasi dengan pengertian tentang IPA yang dikemukakan oleh para ahli : 1. Kemey ( Solihat, Ihat. 2006 : 19) menyatakan bahwa IPA merupakan aktifitas dalam menemukan hukum hukum alam dalam bentuk teori teori berdasarkan fakta fakta. Keadaan ini menyebabkan hubungan timbal balik antara teori dan fakta baru. 2. Sund ( Solihat, Ihat. 2006 : 19 ) menyatakan bahwa Science is both a body of knowladge and process dilihat dari kalimat ini maka jelaslah bahwa yang dimaksud dengan sains (IPA) adalah kumpulan dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan lain - lain), dan bagaimana proses untuk mendapatkan pengetahuan itu. 3. Fisher ( Solihat, Ihat. 2006 : 19) menyatakan bahwa IPA sebagai body of knowladge obtained by method based upon observation, yaitu IPA merupakan suatu batang tubuh pengetahuan yang diperoleh melalui metode yang berdasarkan observasi. 4. Chalmers ( Solihat, Ihat. 2006 : 19 ) menyatakan bahwa IPA didasari oleh hal hal yang kita lihat, dengar, raba, dan lain-lain. Dapat dikatakan batasan ini lebih menekankan kepada cara memperoleh IPA, yaitu melalui observasi. IPA sebagai kumpulan konsep atau prinsip tidak secara jelas dikemukakan. 5. Sund ( Solihat, Ihat. 2006: 19) mengemukakan batasan IPA yang lebih lengkap. Sund menyatakan IPA sebagai bidang pengetahuan (body of knowledge) yang dibentuk melalui proses inkuiri yang terus menerus, yang diarahkan oleh masyarakat yang bergerak dalm bidang IPA. IPA lebih dari sekedar ilmu pengetahuan.

14 Berdasarkan teori teori di atas, secara garis besar IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang diri sendiri dan hubungan dengan alam beserta faktor faktor lain yang mempengaruhi alam. 2.1.6. Tujuan IPA Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Berdasarkan tujuan umum mata pelajaran IPA, maka dalam jenjang pendidikan sekolah dasar mata pelajaran IPA mempunyai ruang lingkup bahan kajian, yaitu : 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

15 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. 2.2. Penelitian yang Relevan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktoyuana Hardian Perwitasari dengan judul Penggunaan mind map (peta pikiran) untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Bareng 5 Malang menunjukkan bahwa penerapan Mind Map dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Bareng 5 Malang. Perolehan rata-rata hasil belajar siswa meningkat, dari rata-rata refleksi awal ke siklus I sebesar 42,1% dari siklus I ke siklus II sebesar 26,7% dengan ketuntasan belajar 75%. Aktivitas belajar siswa juga meningkat dari 64,2 pada siklus I menjadi 74,4 pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 13,7%. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, refleksi dan rencana perbaikan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Bareng 5 Malang dengan jumlah siswa 28 anak. Intrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan Mind Map dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas V SDN Bareng 5 Malang. Bagi guru diharapkan teknik Mind Map ini dijadikan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Bagi peniliti lanjutan diharapkan penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan adanya pengembangan. Penelitian oleh Susiyati dengan judul PENERAPAN MODEL MIND MAP (PETA KONSEP) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN SOROPADAN KECAMATAN LAWEYAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan yang berjumlah 31 siswa dan terdiri dari 12 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki.

16 Sumber data berasal dari data primer dan data sekunder.teknik pengumpulan data yang dipakai berupa wawancara, tes, observasi, dan dokumentasi.validitas data yang digunakan berupa validitas isi.analisis datanya menggunakanan teknik analisis data deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis.prosedur penelitian ini berupa model siklus penelitian tindakan kelas. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan metode mind map (peta konsep) dapat meningkatakan pemahaman konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA dari pra siklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Proses pembelajaran pada pra siklus lebih bersifat teacher centered dan kurang menerapkan model model pembelajaran yang inovatif sehingga pemahaman siswa terhadap konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA rendah. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan klasikal yang hanya mencapai 48,39% atau sekitar 15 siswa yang tuntas KKM. Peningkatan pemahaman konsep terjadi pada siklus I meskipun belum maksimal, yaitu ada sekitar 61,29% atau 19 siswa tuntas KKM. Pelaksanaan siklus II pemahaman siswa terhadap konsep pesawat sederhana meningkat kembali menjadi 70,96% atau 22 siswa tuntas KKM, sehingga indikator kinerja yaitu sekitar 70% atau 22 siswa dapat tercapai. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model Mind Map (peta konsep) dapat meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan. 2.3. Kerangka Berpikir Kajian pustaka dan landasan teori dari para pakar juga beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti memberi gambaran penulis untuk membuat skema tindakan dalam penelitian ini. Bagi sebagian besar siswa hasil belajar yang diperoleh pada pembelajaran IPA masih lemah. Oleh karena itulah diperlukan upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Mind Mapping. Apabila guru menggunakan model pembelajaran Mind Mapping, maka hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA diaharapkan akan meningkat. Mind Mapping akan dapat mengaktifkan seluruh otak, membereskan akal dari kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus

17 pada pokok bahasan, membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah, memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian, memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya, dan mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan atau materi yang membantu mengalihkan informasi tentang hal yang ada dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang. Kelebihan model pembelajaran Mind Mapping sesuai yang tertuang dalam kajian terori, yaitu: (1) mampu meningkatkan kapasitas pemahaman, (2) meningkatkan kemampuan seseorang dalam berimajinasi, mengingat, berkonsentrasi, membuat catatan, meningkatkan minat sekaligus mampu menyelesaikan persoalan, (3) merangsang sisi kreatif seseorang, (4) membuat catatan yang menarik dalam waktu singkat. 2.4. Hipotesis Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian sebelumnya, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : Melalui penggunaan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 5 SDN Dadapayam 02 pada semester II tahun pelajaran 2012/2013.