BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat (USA Cancer Statistic) pada tahun 2006 diperkirakan terdapat 20.810 kasus tumor ganas ovarium baru dengan 15.310 kematian, yang mencakup kira-kira 5% dari semua kematian wanita karena tumor ganas. (1-6,10,11) Di Inggris dijumpai 7000 kasus baru setiap tahunnya dengan 5400 kematian. (9,12,13) Dan tumor ganas ovarium merupakan tumor ganas ginekologi kedua yang paling sering ditemukan setelah tumor ganas korpus uteri. (5,6,14) Sementara itu laporan lain menyatakan bahwa resiko tumor ganas ovarium di negara-negara berkembang sekitar 1,4% dari seluruh populasi. (15) Dari beberapa penelitian di Indonesia, seperti Kartodimejo di Yogyakarta tahun 1976 mendapatkan angka kejadian tumor ganas ovarium sebesar 30,5% dari seluruh keganasan ginekologi, Gunawan di Surabaya tahun 1979 mendapatkan 7,4% angka kejadian tumor ganas ovarium dari seluruh keganasan ginekologi. Sementara itu Danukusumo di Jakarta pada tahun 1990 mendapatkan kejadian tumor ganas ovarium sebesar 13,8% dan Fadlan di Medan pada tahun 1981-1990 melaporkan angka kejadian tumor ganas ovarium sebesar 10,64% dari seluruh keganasan ginekologi. (16) Penelitian Siregar pada dua rumah sakit di kota Medan yaitu Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi, mendapati angka kejadian tumor ganas ovarium dari tahun 1996 1998 sebanyak 39 orang pasien (20,11%) dari keseluruhan 194 kasus tumor ganas ginekologi. (17) Pemeriksaan penapis (screening) yang tepat untuk tumor ganas ovarium tentunya akan menurunkan angka mortalitas akibat penyakit ini, namun hingga saat ini belum ditemukan metode pemeriksaan penapis yang efektif, (1,18-21) diikuti fakta bahwa hampir sebagian besar tumor ganas ovarium stadium awal tidak menunjukkan gejala apapun, (4,5) 70% kasus ditemukan pada keadaan yang sudah lanjut yakni setelah tumor menyebar jauh di luar ovarium, atau stadium III dan IV. Hal ini yang kemudian
mendorong perlunya ditemukan penanda tumor dengan efektivitas yang tinggi untuk dapat digunakan sebagai pemeriksaan penapis terhadap tumor ganas ovarium sehingga nantinya dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini. (1,19,22) Penanda tumor adalah setiap perubahan yang mengindikasikan adanya tumor ganas. Penanda tersebut berupa substansi biokimia yang dihasilkan atau reaksi dari tumor: sitologi, molekuler, perubahan arsitektur yang dideteksi dengan USG atau pencitraan lainnya. Sebagai alat pemeriksaan penapis, nilai penanda tumor sangat bergantung pada sensitivitas (persentase tumor ganas yang dijumpai pada populasi dengan tes positif) dan spesifisitas (persentase populasi tanpa tumor ganas dengan tes negatif). (1) Sejumlah besar penanda tumor untuk tumor ganas ovarium telah diuji coba dalam konteks untuk pemeriksaan penapis, diagnosa banding, prognosa dan pengawasan lebih lanjut terhadap tumor ganas ovarium. (23) Salah satu antigen yang dilepaskan dari epitel tumor ganas ovarium yang paling dikenal adalah CA-125. (1-6,8,13,19,23-25) Kira-kira 83% pasien dengan tumor ganas ovarium jenis epitel memiliki kadar CA- 125 > 35 U/ml. (1,4-6,25) Spesifisitas dari CA-125 pada tumor ganas ovarium berdasarkan penelitian di Swedia diperoleh 97% dan positive predictive value (PPV) 4,6%. Rendahnya PPV CA-125 ini disebabkan penanda tumor ini juga meningkat pada tumor ganas lain (payudara, pankreas, kandung kemih, paru dan hati), juga kelainan jinak lain (endometriosis, mioma uteri, abses tuba-ovarium, kista ovarium jinak, kehamilan ektopik, divertikulitis, atau keadaan fisiologis seperti kehamilan dan menstruasi). Penanda tumor lainnya yang dapat digunakan terhadap keganasan ovarium diantaranya CA-19-9, CA 15-3, CA 72-4, LSAS (lipid-associated sialic acid), LPA (lysophosphatide acid), dan osteopontin. (1,4,5,23-25) Osteopontin merupakan suatu fosfoprotein yang telah dikenal sejak tahun 1979. Osteopontin merupakan salah satu dari beberapa protein yang tergolong dalam kelompok SIBLING (small integrin-binding ligand N-linked glycoprotein), dengan berat molekul 44 kda, dimana protein osteopontin secara luas terdistribusi dalam plasma darah, urin, air susu dan empedu. (26-31) Pada awalnya osteopontin ditemukan di dalam osteoblast dan diduga turut berperan dalam hal pembentukan dan kalsifikasi dari tulang. (27) Namun seiring dengan berbagai penelitian yang
dilakukan, telah ditemukan hubungan antara osteopontin dengan beberapa keganasan dan salah satunya adalah dengan tumor ganas ovarium. (26) Penelitian yang dilakukan oleh Wong dan kawan-kawan pada tahun 2001 menunjukkan ekspresi dari osteopontin di dalam tumor ganas ovarium lewat pemeriksaan cdna microarray. (32) Dari beberapa penelitian biomolekuler terungkap bahwa osteopontin adalah ligand dari integrin α v β 3 yang memiliki peran dalam fungsi perlekatan dari sel-sel tumor ganas terhadap stroma matriks ekstraselular (extracellular matrix stroma/emp) dari sel host yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku biologis dari sel tersebut. (33) Osteopontin memiliki peran yang cukup besar dalam hal pertumbuhan, angiogenesis, kelangsungan sel tumor sehingga keberadaan dari osteopontin dapat digunakan sebagai penanda ganas (biomarker) dari tumor ovarium. Penelitian terhadap hubungan antara osteopontin dengan tumor ganas ovarium telah dilakukan oleh beberapa peneliti,diantaranya oleh Jae-Hoon Kim pada tahun 2002 yang meneliti tentang potensi dari osteopontin sebagai biomarker untuk tumor ganas ovarium, kemudian John O. Schorge pada tahun 2004 yang meneliti tentang osteopontin bersama-sama dengan CA-125 sebagai alat deteksi untuk kasus-kasus tumor ganas ovarium berulang dan oleh Gil Mor pada tahun 2005 yang meneliti tentang peran osteopontin sebagai deteksi dini tumor ganas ovarium. (26) Peneliti melihat adanya hubungan yang erat antara osteopontin dengan tumor ganas ovarium dari beberapa kepustakaan yang ada. Selain itu adanya fakta bahwa tumor ganas ovarium merupakan suatu penyakit yang relatif sulit dideteksi sehingga sering dijumpai pada stadium yang lanjut. Hal ini yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini untuk melihat efektivitas dari osteopontin sebagai alat deteksi dini terhadap tumor ganas ovarium dengan pendekatan yang non-invasif. Penelitian tentang osteopontin belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia, disamping harga pemeriksaan yang lebih murah dibandingkan dengan penanda tumor terhadap tumor ganas ovarium yang telah luas digunakan yaitu CA-125, maka semua kondisi ini semakin mendorong keinginan peneliti untuk melakukan penelitian tentang osteopontin dalam kaitannya sebagai penanda ganas tumor ovarium.
1.2. PERUMUSAN MASALAH Belum ada penanda tumor terhadap tumor ganas ovarium yang dapat mendeteksi secara akurat kejadian keganasan ovarium atau yang memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. Apakah osteopontin memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam mendeteksi tumor ganas ovarium? 1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas osteopontin sebagai penanda ganas tumor ovarium epithelial. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk menentukan kadar rata-rata osteopontin pada tumor ovarium epithelial. 2. Untuk menetapkan cut off point dari kadar osteopontin pada tumor ganas ovarium epithelial serta menentukan sensitivitas dan spesifisitasnya. 1.4. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat untuk peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam hal penelitian uji diagnostik. 2. Manfaat untuk institusi Osteopontin diharapkan dapat menjadi alternatif penanda tumor untuk kasuskasus tumor ganas ovarium dengan harga yang lebih murah dan efektivitas yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan penanda tumor untuk tumor ganas ovarium yang sudah ada.
3. Manfaat untuk masyarakat Osteopontin diharapkan dapat menjadi pemeriksaan penapis untuk tumor ganas ovarium dalam rangka untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini. 1.5. KERANGKA KERJA PENELITIAN Kriteria Penerimaan dan Penolakan Pengambilan Sampel Darah (Kadar Osteopontin) Operasi Histopatologi Non-epithelial Epithelial Kriteria Penolakan Jinak Ganas (Kriteria Penerimaan)