PETA SOSIAL KOMUNITAS

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

BAB IV KONDISI FISIK DAN SOSIAL KELURAHAN PAKEMBARAN KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL PROPINSI JAWA TENGAH

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PETA SOSIAL DESA CURUG

BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Semarang memiliki aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung)

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik

METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Strategi Kajian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif, Desa Tangkil Kulon merupakan salah satu desa di

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul dengan luas wilayah. 2209,53 hektar. Berdasarkan data monografi, Desa Giripanggung

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II KONDISI DESA GEMEKSEKTI

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB III ALIRAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN PILIHAN PENDAMPING HIDUP PEREMPUAN DI DESA SUMURGAYAM KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Selo Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah. Desa Tlogolele merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang dengan letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Kembang dari Desa Nglegi. Hasil surveinya adalah sebagai berikut: Sebelah Selatan : Desa Bandung, Kecamatan Playen

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Direktorat Pembukaan Tanah (DPT) Jawatan Transmigrasi pada tahun Setelah

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didirikan pada akhir abad ke-18, berdasarkan hasil mufakat Tokoh Adat pada saat

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dahlan 2016/ 2017 untuk Divisi 1 B 2 berlokasi di Dusun Miri, Desa/Kelurahan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

PETA SOSIAL DESA BANJARARUM

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Banguncipto dan Dusun Ploso serta mengacu buku profil desa dan profil

BAB I PENDAHULUAN. wawancara, curah pendapat, serta mengacu buku profil desa dan profil Dusun

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II PROFIL WILAYAH

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II PROFIL DESA WALIKUKUN KECAMATAN CARENANG KABUPATEN SERANG BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM. Desa Taman Sari merupakan bagian dari Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Desa Wayang yaitu 271,673 Ha yang terdiri dari:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

Transkripsi:

PETA SOSIAL KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 1 telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah melakukan pemetaan sosial dan masalah sosial yang penting dan sangat dirasakan oleh masyarakat sehingga perlu dicari jalan pemecahannya. Masalah sosial yang dominan terjadi di Desa Tonjong adalah masalah kemiskinan di pedesaan khususnya kemiskinan para komunitas masyarakat desa yang bermukim di sekitar wilayah hutan. Data Geografis, Demografis dan Kondisi Kemiskinan Desa Tonjong termasuk dalam wilayah Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes. Jarak terdekat ke ibukota kecamatan adalah 2 kilometer dengan waktu tempuh + 30 menit dengan menggunakan ojeg dengan biaya + Rp. 2.500,-. Jarak terdekat ke ibukota kabupaten sejauh 60 kilometer dengan waktu + 120 menit dengan menggunakan kendaraan umum (bus) dengan biaya + Rp. 12.000,-. Desa Tonjong termasuk dalam tipologi desa sekitar hutan yang memiliki luas lahan yaitu + 672 hektar, dengan topografi dan bentang wilayah berbukit dan suhu udara rata-rata harian 30-32 derajat celsius. Batas Desa Tonjong meliputi, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Karang Jongkeng Kecamatan Tonjong, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Galuh Timur Kecamatan Tonjong, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kutamendala Kecamatan Tonjong dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Linggapura Kecamatan Tonjong. Secara administratif, Desa Tonjong terbagi dalam 10 dusun/dukuh (meliputi : Dukuh Mingkrik, Dukuh Karang Anjog, Dukuh Pecangakan, Dukuh Timbang, Dukuh Tonjong Lebak, Dukuh Tonjong Timur, Dukuh Kauman, Dukuh Tonjong Krajan, Dukuh Karangjati Timur, Dukuh Karangjati Barat) dan terbagi dalam 10 wilayah RW dan 42 RT. Jumlah penduduk Desa Tonjong berdasarkan Kecamatan Tonjong dalam Angka 2004 sebanyak 8.625 jiwa yang terdiri dari 2.004 KK, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.280 jiwa (49,62 %) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 4.345 jiwa (50,38 %) dengan perbandingan sex ratio sebesar

98. Ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98 orang penduduk laki-laki. Artinya, kemungkinan mortalitas penduduk laki-laki lebih tinggi daripada penduduk perempuan, atau bisa juga karena faktor migrasi penduduk laki-laki lebih tinggi dari penduduk perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5 Penduduk Desa Tonjong Menurut Umur dan Jenis Kelamin No. Komposisi Umur Jenis Kelamin L P Jumlah Sex Ratio 1 0 4 405 379 784 106 2 5 9 513 518 1.031 99 3 10 14 596 519 1.115 114 4 15 19 497 428 925 116 5 20 24 289 278 567 103 6 25 29 254 344 598 73 7 30 34 273 277 550 98 8 35 39 248 286 534 86 9 40 44 224 249 473 89 10 45 49 220 259 479 84 11 50 54 245 204 449 120 12 55 59 156 143 299 109 13 60 64 144 165 309 87 14 65 tahun keatas 216 296 512 72 Jumlah 4.280 4.345 8.625 98 Sumber : Kecamatan Tonjong dalam Angka 2004. Berdasarkan data di atas, maka Tingkat Rasio Beban Ketergantungan (RBT) penduduk pada masyarakat Desa Tonjong yaitu sebesar 66,41 %, artinya tiap 100 orang yang produktif menanggung 66 orang yang tidak produktif. Tinggi rendahnya rasio beban ketergantungan penduduk akan sangat menentukan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan, apalagi bila usia produktif tersebut mempunyai tingkat penghasilan rendah, maka akan sangat sulit bagi pemerintahan desa dalam memperoleh partisipasi yang optimal dari masyarakat desa. Kondisi tersebut dapat pula merupakan indikasi dari beratnya beban tanggungan penduduk yang produktif untuk menanggung yang tidak produktif. Berdasarkan indikator rasio beban tanggungan ini, maka penduduk Desa Tonjong dapat digambarkan struktur penduduknya masih merupakan beban pembangunan. 34

35 Apabila digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, maka jumlah penduduk Desa Tonjong berdasarkan umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut: Laki-laki Perempuan Usia 65+ 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 Keterangan : Penduduk dalam 100 Jiwa Gambar 3 : Piramida Penduduk Desa Tonjong Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku, kemampuan berpikir dan usaha dalam memperoleh pekerjaan. Data yang diperoleh dari hasil Pemetaan Sosial, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Tonjong Tidak/Belum Tamat SD sebanyak 2.187 jiwa (50,50 %) dan sebanyak 1.480 jiwa (34,17 %) penduduk Desa Tonjong hanya berpendidikkan tamat SD. Hal ini berpengaruh pada jenis mata pencaharian penduduk, dimana karena tingkat pendidikan dan keterampilan rendah sebagian besar penduduk hanya bekerja sebagai petani (buruh tani) dan buruh bangunan. Rendahnya penghasilan penduduk yang bekerja sebagai petani serta buruh tani

36 dan bangunan juga menjadi salah satu penyebab tingginya jumlah masyarakat miskin di Desa Tonjong. Komposisi penduduk Desa Tonjong menurut tingkat pendidikan dapat di lihat pada tabel berikut ini : Tabel 6 Penduduk Desa Tonjong Menurut Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. Tidak/belum tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Diploma/Sarjana 2.187 1.480 411 125 128 50,50 34,17 9,49 2,89 2,96 Jumlah 4.331 100,00 Sumber : Kecamatan Tonjong dalam Angka 2004. Masyarakat miskin di pedesaan merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang penting untuk diberdayakan, sebab mereka mempunyai banyak keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal. Desa Tonjong Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes merupakan desa miskin dengan jumlah penduduk 8.625 jiwa yang terdiri dari 2.004 KK. Dari 2.004 jumlah KK yang ada tersebut 69,96 % (1.402 KK) tergolong dalam keluarga miskin. Gambaran distribusi jumlah keluarga miskin di 10 dusun di Desa Tonjong dapat digambarkan dalam tabel berikut : Tabel 7 Distribusi Jumlah Ke luarga Miskin di Desa Tonjong No. Wilayah/Dukuh Jumlah Persentase 1. Mingkrik 224 15,98 2. Karanganjok 210 14,98 3. Pecangakan 196 13,98 4. Timbang 168 11,98 5. Tonjong Lebak 154 10,98 6. Tonjong Timur 140 9,99 7. Kauman 84 5,99 8. Tonjong Krajan 42 3,00 9. Karangjati Timur 86 6,13 10. Karangjati Barat 98 6,99 Jumlah 1.402 100,00 Sumber : Kantor Balai Desa Tonjong

37 Dari tabel tersebut terlihat jelas begitu banyaknya penduduk miskin di Desa Tonjong. Dari distribusi jumlah keluarga miskin tersebut terlihat 3 wilayah Desa Tonjong memiliki jumlah penduduk miskin terbesar di antara wilayah lain yaitu wilayah Dukuh Mingkrik, Karanganjog dan Pecangakan (yaitu sebanyak 630 KK dari 1.402 KK atau 44,94%). Ketiga wilayah tersebut merupakan wilayah Desa Tonjong yang merupakan wilayah-wilayah yang berada di sekitar hutan. Dengan kata lain, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar jumlah penduduk miskin di Desa Tonjong merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar wilayah hutan. Sistem Ekonomi Berdasarkan hasil wawancara dan studi literatur, bahwa penduduk Desa Tonjong sebagian besar memiliki mata pencaharian pokok adalah pertanian. Pertanian disini dapat dikategorikan sebagai buruh tani, karena para petani di Desa Tonjong adalah petani pengarap. Akan tetapi, dikarenakan makin tidak berfungsinya irigasi desa dan kurangnya penghasilan di bidang pertanian, maka sebagian penduduk yang bekerja sebagai petani (buruh tani) banyak yang beralih pekerjaan menjadi pedagang serta buruh pabrik dan bangunan di kota-kota besar seperti Jakarta dan Semarang dan kota-kota kabupaten seperti Tegal dan Purwokerto. Lahan yang mereka miliki dijual dan beralih fungsi menjadi pemukiman penduduk. Sebagian petani yang telah menjual lahannya dan tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja di kota, akhirnya diberi kesempatan oleh perangkat desa untuk mengolah tanah bengkok seluas 22 hektar berdasarkan sistem sewa dengan harga sewa Rp. 400.000,00/hektar/pertahun. Selain itu, masyarakat juga diberi kesempatan untuk mengolah lahan di sela-sela tanaman hutan untuk menambah penghasilan mereka. Mereka diperbolehkan mengolah lahan sekitar hutan, dengan catatan mereka juga harus ikut merawat dan menjaga tanaman hutan. Komposisi jumlah penduduk Desa Tonjong berdasarkan berdasarkan pekerjaan/mata pencaharian, dapat digambarkan dalam tabel berikut :

38 Tabel 8 Penduduk Desa Tonjong Menurut Jenis Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Jumlah Prosentase (%) 1. Petani 803 28,66 2. Buruh Tani dan bangunan 1.413 50,43 3. Pengusaha 74 2,64 4. Buruh Industri 81 2,89 5. Pedagang 155 5,53 6. Jasa Transportasi 45 1,61 7. PNS/TNI/POLRI 171 6,10 8. Pensiunan 45 1,61 9. Lain-Lain 15 0,54 Jumlah 2.802 100,00 Sumber : Kecamatan Tonjong dalam Angka 2004. Dari tabel di atas jelas mengambarkan bahwa mata pencaharian penduduk tergantung kepada sektor pertanian, dengan jumlah petani sebanyak 803 orang (28,66 %) dan buruh tani sebesar 1.413 orang (50,43 %). Petani yang berjumlah tersebut pada kenyataanya bukan pemilik lahan pertanian, mereka sebagai penyewa atau panyawah dari para pemilik tanah. Sebagian dari mereka juga merupakan penyewa atau penyawah dari tanah Bengkok dan lahan-lahan kosong di sekitar hutan. Berdasarkan Tabel 4 disebutkan bahwa mata pencaharian pokok masyarakat Desa Tonjong adalah petani (buruh tani). Oleh karena itu, hasil pertanian menjadi sangat dominan pada masyarakat Desa Tonjong. Hasil pertanian Desa Tonjong antara lain : padi, jagung, ubi kayu (singkong) dan kacang tanah. Hasil pertanian tersebut hanya dipasarkan di pasar Desa Tonjong dan pasar-pasar di desa tetangga. Hasil pertanian tersebut dijual melalui pedagang dan tengkulak dengan harga yang rendah, sehingga pendapatan petani (buruh tani) tersebut sangatlah rendah. Selain hasil pertanian di atas, masyarakat Desa Tonjong juga menanam komoditas buah-buahan (seperti : pepaya, sawo, pisang dan nangka), tanaman obat-obatan (seperti : kunyit, lengkuas dan mengkudu), dan perkebunan kelapa. Akan tetapi, komoditas tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan desa tetangga dan pemasarannya juga dilakukan oleh para pedagang dan tengkulak.

39 Komoditas peternakan di Desa Tonjong antara lain : kerbau, kuda, kambing/ domba, itik/bebek dan ayam kampung merupakan salah satu sumber penghasilan dan harta bagi masyarakat yang sewaktu-waktu dapat dijual melalui pedagang/tengkulak jika mereka membutuhkan uang. Sedangkan ternak kuda digunakan sebagai sarana/alat transportasi berupa dokar/andong sebagai sumber pengasilan tambahan. Kondisi wilayah Desa Tonjong yang dilalui perlintasan jalan jalur Tegal Purwokerto, membuat warga desa berupaya untuk membuka usaha perdagangan (warung), rumah makan, wartel dan angkutan. Akan tetapi usaha ini tidak mengalami kemajuan yang berarti bagi peningkatan penghasilan warga desa. Wilayah Desa Tonjong sebenarnya juga memiliki potensi sumberdaya ekonomi yang dapat dimanfaatkan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang dihadapi masyarakat. Potensi-potensi sumber daya ekonomi tersebut antara lain : 1. Lahan Lahan adalah sumberdaya ekonomi yang paling dominan dapat dikontrol oleh komunitas. Tanah menjadi sumberdaya ekonomi yang sangat penting, untuk ditanami padi, palawija, buah-buahan, dll. Sehingga tanah merupakan suatu potensi dalam mendukung sistem perekonomian di Desa Tonjong. Kondisi lahan yang ada ternyata tidak memberikan penghasilan sesuai yang diharapkan petani. Usaha pertanian menjadi makin kurang diminati masyarakat karena memerlukan modal dan tenaga yang besar, tetapi hasilnya rendah dan tidak mencukupi kebutuhan masyarakat petani. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pola penggunaan lahan. Sawah yang dimiliki masyarakat petani sedikit demi sedikit dijual dan beralih fungsinya menjadi tempat pemukiman (dibangun perumahan). Hal ini perlu diwaspadai oleh aparat pemerintah, karena jika hal ini tidak diatasi, maka lahan pertanian bisa makin berkurang dan habis sehingga lahan pertanian sebagai sumber mata pencaharian masyarakat desa yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian menjadi makin berkurang.

40 2. Hutan Sebagai tipologi desa sekitar hutan, 115 hektar (17,11 %) luas wilayah Desa Tonjong berupa lahan hutan negara (hutan produksi) yang bisa memproduksi kayu sebanyak 666 M 3 pertahun. Akan tetapi kepemilikan dan pengelolaan hasil kayu merupakan kewenangan instansi kehutanan, sehingga masyarakat sekitar tidak menikmati hasil hutan tersebut. Hal ini menimbulkan permasalahan, dimana sebagian kecil masyarakat miskin di sekitar wilayah hutan akhirnya terpaksa mencuri kayu hutan untuk menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk mengurangi terjadinya kasus pencurian kayu hutan, akhirnya aparat desa dan pihak instansi kehutanan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan kosong disekitar hutan untuk diolah/dikelola masyarakat. Lahan kosong tersebut akhirnya dikelola/diolah masyarakat dengan ditanami jagung dan tanaman lain yang menghasilkan. Potensi wilayah hutan dengan hasil kayu tersebut seharusnya merupakan sumber potensi yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah dan masyarakat desa/lokal. Usaha pengelolaan hasil kayu hutan bisa merupakan alternatif sumber mata pencaharian masyarakat. Akan tetapi, menurut Kepala Desa sangat sedikit penduduk Desa Tonjong yang memiliki keahlian dalam bidang pengolahan kayu (pertukangan). 3. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang menganggur yang berada di Desa Tonjong cukup banyak. Kondisi ini disatu sisi menjadi beban namun disatu sisi apabila dilatih dan dikembangkan akan menjadi tenaga kerja potensial dalam sistem perekonomian di Desa Tonjong. 4. Sungai Berdasarkan Peta Desa Tonjong, terlihat bahwa terdapat 3 sungai (yaitu : Kali Glagah, Kali Kalong, Kali Pedes). Aliran air dari 3 sungai ini dapat dimanfaatan sebagai sumber pengairan untuk lahan sawah. Batu-batu sungai dan pasir juga merupakan potensi yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, yang dapat digali dan dimanfaatkan sebagai bahan-bahan bangunan.

41 Struktur Komunitas Pembahasan mengenai struktur komunitas tentu tidak terlepas dari pelapisan sosial dalam masyarakat, unsur utama pelapisan sosial, kepemimpinan dan sumbernya, respon masyarakat terhadap kepemimpinan, serta jejaring sosial dalam komitas. Hal ini merupakan dasar untuk mengetahui bagaimana masyarakat lokal membangun suatu komunikasi. Lapisan sosial yang pertama (paling atas) di Desa Tonjong adalah kepimpinan formal (Kepala Desa) selanjutnya kepimpinan informal kelompok seperti tokoh agama, (ustad/kyai) dan tokoh masyarakat. Tokoh agama berpengaruh dalam lingkungan dan dapat menentukan keberlangsungan suatu pembangunan, hal ini dikatakan oleh Kepala Desa, bahwa tokoh agama (ustad/kyai) merupakan tokoh panutan masyarakat dan juga sebagai kepanjangan tangan dari aparat pemerintah. Lapisan selanjutnya adalah aparat pemerintah seperti PNS (antara lain adalah guru yang bagi sebagian masyarakat dijadikan sebagai panutan/teladan sesuai istilah Guru : digugu dan ditiru ) dan sebagian masyarakat yang mempunyai kekayaan, lapisan selanjutnya paling bawah adalah masyarakat. Pelapisan sosial di Desa Tonjong sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kharismatik dan keterlibatan seseorang dalam kemasyarakatan Seperti halnya dalam kepemimpinan formal Kepala Desa Tonjong dari dulu selalu berasal dari tokoh masyarakat atau dari keluarga yang pernah menjabat kepala desa dan merupakan orang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Sehingga sistem pelapisan sosial penduduk Desa Tonjong dapat digambarkan sebagai berikut:

42 Tokoh Formal/ kepimimpinan formal Tokoh Informal Ustad/Kyai dan Tokoh Masyarakat PNS dan Kekayaan Masyarakat Gambar 4 : Sistem Pelapisan Sosial Penduduk Desa Tonjong Unsur-unsur pelapisan sosial yang ada di masyarakat Desa Tonjong, pada umumnya hampir sama dengan pelapisan sosial masyarakat lainnya yang didasarkan pada: 1) kepemimpinan kharismatik; 2) kekayaan yang dimiliki; 3) tingkat pendidikan formal; 4) status pekerjaan; 5) keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatan/keagamaan. Dari sumber-sumber tersebut di atas, maka lahirlah tokoh-tokoh pemimpin dengan kriteria seperti : 1) tokoh formal (kepala desa, ketua BPD, ketua LPM); 2) tokoh agama (ustad/kyai); 3) tokoh wanita; 4) tokoh pemuda; 5) tokoh petani. Kepala Desa sebagai pemimpin formal dipilih langsung secara demokratis oleh warga masyarakat desa yang telah memiliki hak pilih. Biasanya masyarakat memilih berdasarkan pada kharisma yang dimiliki, kedekatan kepada masyarakat dan upaya yang dilakukan dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai konsekuensinya masyarakat sangat percaya dan patuh terhadap pemimpin (kepala desa) yang telah dipilihnya. Pemimpin informal yang banyak berperan dalam masyarakat adalah tokohtokoh yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan. Peranan tokoh agama dan tokoh masyarakat ini dianggap cukup berarti dalam pembangunan wilayah desa baik secara fisik maupun mental. Biasanya kepala desa bekerja sama

43 dengan tokoh agama dan masyarakat untuk mensosialisasikan dan menggali dukungan masyarakat dalam program pembangunan desa. Kerjasama di antara pemimpin formal dan informal ini mendapatkan dukungan dan respon yang baik dari masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan kemasyarakatan yang digerakan pimpinan/panutan mereka. Salah satu bukti tingginya tingkat partisipasi dan swadaya masyarakat ditunjukkan pada kegiatan pembangunan masjid Baabussalaam yang dibiayai swadaya masyarakat dan pembangunan jalan dan jembatan desa yang dibiayai dana dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan swadaya masyarakat. Jejaring sosial yang ada di Desa Tonjong dalam upaya pelaksanaan Program Pembangunan Desa dan pengentasan masalah kesejahteraan sosial diupayakan melalui pengembangan kegiatan Musyawarah Desa. Gambaran mengenai jejaring sosial tersebut dapat dijelaskan melalui gambar berikut : LPM Aparat Desa BPD Tokoh Masyarakat Musyawarah Desa Tokoh Agama Warga Masyarakat Stakeholder : - Pihak swasta - Perum Perhutani Gambar 5 : Jejaring Sosial dalam Komunitas di Desa Tonjong.

44 Kelembagaan dan Organisasi Sosial Secara konseptual dikatakan bahwa kelembagaan sosial adalah tata abstraksi yang lebih tinggi dari kelompok, organisasi dan sistem sosial. Kelembagaan sosial biasa diistilahkan sebagai pranata sosial yang merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktifitas-aktifitas untuk memenuhi kebutuhan kompleks-kompleks khusus dalam kehidupan masyarakat. Kerjasama dan kebersamaan serta gotong royong antar penduduk masih terlihat di Desa Tonjong. Kondisi ini didasarkan atas kebutuhan bersama, contohnya membangun Mesjid BaabusSalaam di Dukuh Karangjati Timur hanya. dalam waktu + 12 bulan dengan prakarsa dan dana swadaya masyarakat. Kelompok kekerabatan yang terdapat di Desa Tonjong adalah keluarga luas (extended family). Kelompok kekerabatan ini terdiri dan lebih dari satu keluarga inti, tetapi merupakan satu kesatuan sosial yang erat. Tidak semua keluarga hidup bersama dalam satu rumah, namun ada yang tinggal hidup di rumah yang berdampingan dengan keluarga inti. Sistem jejaring sosial yang ada dan paling dominan adalah sistem kekerabatan (saudara), tetangga, kelompok pengajian (jamiahan). Menurut beberapa penduduk, apabila terjadi kesulitan maka pihak/orang yang pertama diminta bantuan adalah keluarga terdekat, jika keluarga/saudara tidak dapat memenuhinya, maka tetangga menjadi akses berikutnya. Salanjutnya, jia tetangga tidak bisa membantu, maka akses selanjutnya kelompok pengajian/jamiahan. Jika kelompok tersebut tidak dapat membantu, selanjutnya permasalahan tersebut diserahkan kepada pemerintah desa. Organisasi sosial yang ada di Desa Tonjong antara lain : Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), PKK, Karang Taruna, Kelompok Pengajian/Jamiahan, Remaja Masjid serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Secara umum belum ada peningkatan kegiatan organisasi dan kelembagaan sosial yang ada di Desa Tonjong yang sangat terkait secara langsung dengan upaya penanganan masalah keluarga miskin di desa. Kegiatan-kegiatannya masih terbatas pada kegiatan rutin dan belum ada dorongan maupun motivasi untuk berupaya dan meningkatkan diri guna membantu menanggulangi

45 permasalahan kemiskinan di desa. Padahal sebenarnya kelembagaan dan organisasi sosial tersebut merupakan potensi/sumber yang dapat dimanfaatkan dan menjadi basis bagi upaya pemberdayaan masyarakat. Penguatan potensi kelembagaan dan organisasi sosial dapat dilakukan mengingat masih terlembaganya nilai-nilai kerjasama, gorong royong dan kepercayaan (trust) dalam masyarakat sebagai modal sosial. Sumberdaya Lokal Hubungan masyarakat Desa Tonjong dengan ekosistemnya beranggapan alam sebagai sumber penyedia kebutuhan hidup. Pandangan ini dapat dilihat dari aktivitas yang masih memanfaatkan sumber alam bagi kebutuhan keluarga seperti pemanfaatan lahan sawah dan hutan, hasil-hasil hutan, dan sungai. Akan tetapi seperti yang telah dikemukan sebelumnya, bahwa lahan pertanian yang mereka kelola, bukan milik pribadi tetapi milik orang lain, sehingga mereka tidak leluasa untuk mengolah dan menggarap lahan tersebut. Sementara itu, semakin berkurangnya lahan sawah karena dijual dan beralih fungsi menjadi pemukiman/bangunan mengakibatkan buruh tani yang miskin menjadi berkurang sumber pendapatan/penghasilannya. Sebagai akibat rendahnya penghasilan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, masyarakat miskin sekitar hutan akhirnya berupaya mencari tambahan penghasilan dengan mencuri kayu-kayu hutan. Untuk mengurangi terjadinya kasus pencurian kayu hutan, akhirnya aparat desa dan pihak instansi kehutanan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan kosong di sekitar hutan untuk diolah/dikelola masyarakat. Lahan kosong tersebut akhirnya dikelola/diolah masyarakat dengan ditanami jagung dan tanaman lain yang menghasilkan. Potensi sumber daya alam lainnya yang ada di Desa Tonjong adalah sungai yang dapat digali dan dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan masyarakat berupa batu dan pasir kali untuk dijadikan bahan-bahan bangunan. Penggalian material sungai secara terus menerus juga akan mengakibatkan habisnya meterial

46 sungai (berupa batu dan pasir), karena merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Disamping sumber daya lokal, berupa sumber daya alam, juga terdapat potensi sumber daya manusia (tenaga kerja). Jumlah tenaga kerja yang menganggur yang berada di Desa Tonjong cukup banyak. Kondisi ini disatu sisi menjadi beban namun disatu sisi apabila dilatih dan dikembangkan akan menjadi tenaga kerja potensial dalam sistem perekonomian di Desa Tonjong.