HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS INTERAKSI ATASAN-BAWAHAN DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel Tergantung : Organizational Citizenship Behavior. B. Definisi Operasional

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada jaman era globalisasi seperti sekarang ini yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang penting dalam sebuah

telekomunikasi dan informasi kepada masyarakat luas sampai kepelosok daerah di seluruh Indonesia. PT Telkom memiliki 25,011 orang karyawan per

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi ataupun perusahaan tidak akan dapat bertahan tanpa

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori pertukaran sosial menurut Staley dan Magner (2003) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia memegang peranan penting dalam melakukan aktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber

Oleh: Mentari Esti Anggariana B Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal, selain kualitas SDM, sistem dalam organisasi, prosedur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut manusia untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. diperlukan, maka individu dalam organisasi memerlukan perilaku untuk

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB I PENDAHULUAN. SDM merupakan salah satu faktor produksi yang harus dikelola dengan baik,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang sangat penting karena faktor manusia sangat berperan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

KEPUASAN KERJA DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA KARYAWAN

ABSTRAK. Kata Kunci : komitmen organisasi, kepuasan kerja, budaya organisasi, organizational citizenship behavior (OCB) dan prestasi kerja ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Judul : Pengaruh Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja terhadap Organizational Citizenship Behavior

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DENGAN KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional yang menggunakan teknik analisa Multiple Regresi (Regresi Ganda).

Judul : Pengaruh Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang baik (SDM), berkualitas dan potensial merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Kristen Maranatha

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat S-1 Program Studi Psikologi. Disusun oleh : MALIYYASSILMI AINURRAKHMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan tugastugas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia atau istilah asingnya sering disebut dengan Human

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting disamping sumber-sumber daya lain yang dimiliki

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) (STUDI PADA GURU SMP NEGERI 4 RAHA KAB.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan sumberdaya manusia yang berkualitas saat ini semakin

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN PT. SANDANG PANGAN SUKSES MAKMUR NASKAH PUBLIKASI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PSIKOBORNEO, 2017, 5 (1) : ISSN (online), ISSN (cetak), ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri, Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan,

HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS) NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kebutuhan yang cukup penting. Hal ini menjadikan industri jual beli

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan perannya sehingga mampu mengelola dirinya sendiri serta

Riska Amelia, Masruroh

BAB I PENDAHULAN. dan diteliti; organisasi merupakan sarana mencapai sasaran sebab itu banyak

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata obyek

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : IRVAN PRAJUDHA SUKARNO F.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dengan bermunculannya sekolah-sekolah baru

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI. JUDUL i. LEMBAR PENGESAHAN ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR iv. DAFTAR ISI... v. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting. Menurut Mangkunegara (2005:67) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. bergeser dari bekerja secara individual menjadi bekerja secara tim. Efektivitas dan kinerja

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengawasan Kerja Dengan Disiplin Kerja Karyawan

semua individu dapat bekerja dalam tim. Penilaian yang diberikan kepada Perilaku sosial dalam organisasi atau Organizational Citizenship Behaviour

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi yang berhasil mewujudkan perubahan memiliki ciri-ciri mampu

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi situasi dan kondisi di era globalisasi ini, perusahaan dituntut

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN

Kathryn Sunarko Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia. Abstrak

MASA KERJA PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh: FITRI EKA SULISTYOWATI F 100 100 148 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON Naskah Publikasi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh : Fitri Eka Sulistyowati F 100 100 148 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ii

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON Fitri Eka Sulistyowati Susatyo Yuwono Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstract OCB merupakan perilaku ekstra yang lebih dari biasanya diluar rutinitas waktu yang telah ditetapkan dalam jobdesk karyawan yang memberi kontribusi pada keefektifan serta keefisienan fungsi organisasi. Budaya organisasi yang sudah terinternalisasi akan mempengaruhi munculnya perilaku OCB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dengan OCB pada pegawai, mengetahui tingkat perilaku OCB pada pegawai, mengetahui budaya organisasi pada Dinas Pendidikan Kota Cilegon serta mengetahui seberapa besar peranan budaya organisasi terhadap perilaku OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon. Hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan positif antara budaya organisasi dengan organizational citizenship behavior. Metode penelitian menggunakan kuantitatif dengan 106 responden. Pengukuran menggunakan skala budaya organisasi yang berjumlah 40 aitem dan skala organizational citizenship behaviour yang berjumlah 50 aitem. Teknik analisis data yang digunakan korelasi product moment. Hasil analisis korelasi product moment diperoleh (r) sebesar 0,891 ; p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan positif antara budaya organisasi dengan OCB. Sumbangan efektif budaya organisasi terhadap OCB menunjukkan koefisien determinan (r 2 ) sebesar 0,794, sehingga variabel budaya organisasi memberi sumbangan efektif sebesar 79,4% dalam mempengaruhi OCB pada pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon, sedangkan sisanya 20,6% dipengaruhi oleh variabel lain. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel budaya organisasi mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 95,87 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 75 yang berarti budaya organisasi pada subjek tergolong tinggi. Variabel OCB diketahui rerata empirik (RE) sebesar 125,69 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 100 yang berarti OCB pada subjek tergolong tinggi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat sigifikan antara budaya organisasi dengan OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon. Kata Kunci : Budaya Organisasi, Organizational Citizenship Behaviour (OCB) PENDAHULUAN Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam usaha 1 mempertahankan kelangsungan suatu organisasi, agar dapat bertahan di era globalisasi saat ini. Harus dilakukan

2 perubahan secara eksternal atau yang berkaitan dengan organisasi maupun secara internal yang berkaitan dengan sumber daya manusia. Perubahan internal dalam organisasi salah satunya dengan memperbaiki kualitas SDM dan juga meningkatkan kemampuan bekerja dalam tim. Kinerja SDM di Indonesia secara umum masih dinilai berkualitas rendah, terutama yang bekerja di instansi pemerintahan. Kasus-kasus indisipliner sering terjadi diberbagai instansi pemerintah. Sebanyak 216 dari 6.000 pegawai negeri sipil (PNS) di Pemkot Cilegon atau sekitar lima persennya tidak masuk kerja pada hari pertama setelah libur Lebaran, Senin (12/8). Jumlah pegawai yang tidak masuk kerja itu tersebar di seluruh SKPD di lingkungan Pemkot Cilegon, dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami penambahan jumlah (Irawan, 2013). Hal tersebut merupakan sebagian bukti dari rendahnya kualitas kerja sumber daya manusia di Indonesia, sehingga perlu dilakukan perubahan-perubahan dalam organisasi. Suatu organisasi menuntut perilaku sesuai dari seorang karyawan, akan tetapi perilaku yang dituntut bukan hanya perilaku in-role tetapi juga perilaku extra-role. Perilaku extra-role dalam organisasi juga dikenal dengan istilah Organizational Citizenship Behavior (OCB), dan orang yang menampilkan perilaku OCB disebut sebagai karyawan yang baik ( good citizen). Contoh perilaku yang termasuk dalam OCB antara lain seperti: membantu rekan kerja, sukarela melakukan kegiatan ekstra di tempat kerja, menghindari konflik dengan rekan kerja, melindungi properti organisasi, menghargai peraturan yang berlaku di organisasi, toleransi pada situasi yang kurang ideal atau kurang menyenangkan di tempat kerja, memberi saran-saran yang membangun di tempat kerja, serta tidak membuang-buang waktu di tempat kerja, namun perilaku ini tidak menjadi suatu bagian dari kewajiban kerja formal, namun mendukung berfungsinya organisasi tersebut secara efektif (Robbins, 2008). Tetapi ketika perilaku-perilaku itu tidak muncul maka yang akan terjadi adalah kurangnya atau tidak adanya perilaku OCB. Perilaku OCB yang tinggi dapat meningkatkan kinerja pekerjaan karena perilaku tersebut sebagai pelumas dari mesin sosial di dalam organisasi. Dengan kata lain perilaku tersebut akan memperlancar interaksi sosial diantara para anggota organisasi. Sehingga kemampuan bekerja dalam tim akan meningkat. Kinerja tim pada akhirnya akan dapat meningkatkan performance dan juga efektifitas perusahaan (Wardhani, 2012). Namun yang terjadi di Indonesia saat ini, sulit untuk memiliki pegawai yang memiliki komitmen, loyalitas serta kemampuan kerja yang tinggi terhadap instansi. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah budaya organisasi (organization culture). Budaya organisasi mengarahkan perilaku pegawai untuk meningkatkan kemampuan kerja, komitmen dan loyalitas, serta perilaku extra roll. Budaya organisasi memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan perilaku sumber daya manusia yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja. Manfaat dari penerapan budaya organisasi yang baik adalah dapat meningkatkan jiwa gotong

3 royong, meningkatkan kebersamaan, saling terbuka satu sama lain, meningkatkan jiwa kekeluargaan, membangun komunikasi yang lebih baik, meningkatkan produktivitas kerja, tanggap dengan perkembangan dunia luar, yang sebagian besar merupakan bagian dari OCB (dalam Oemar, 2013). Bila dilihat dari dua sisi kepentingan, yaitu pegawai sebagai individu dan instansi dalam prosesnya adalah saling mengisi, di mana pegawai membutuhkan imbalan dari instansi dan sebaliknya instansi menuntut pegawai agar berprestasi, sehingga timbul keseimbangan pada kepentingan kedua belah pihak. Di sinilah sangat penting untuk disadari bahwa perilaku kerja pegawai harus dapat berjalan dengan baik dan terkontrol sesuai dengan pekerjaan dan bidangnya masing-masing, sehingga perilaku individu dari pegawai dapat terarah sesuai dengan harapan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (dalam Oemar, 2013). Budaya organisasi merupakan seperangkat sistem nilai-nilai ( values), keyakinan-keyakinan ( belief), asumsiasumsi ( assumptions), atau normanorma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya (Killmann, dalam Sutrisno 2010). Organizational citizenship behaviour (OCB) adalah perilaku ekstra yang lebih dari biasanya diluar rutinitas waktu yang telah ditetapkan dalam jobdesk karyawan ( Bateman & Organ, dalam Arif 2012). Didalam budaya organisasi yang kuat, karyawan merasa lebih ingin melakukan pekerjaannya melebihi apa yang telah disyaratkan dalam uraian pekerjaan. Karyawan cenderung melakukan tindakan yang melampaui tanggung jawab mereka apabila mereka: merasa puas dengan pekerjaan, menerima perlakuan yang sportif dan penuh perhatian dari para teman maupun atasan, serta percaya bahwa mereka diperlakukan adil oleh organisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dengan OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon, 2) Untuk mengetahui tingkat perilaku OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon, 3) Untuk mengetahui budaya organisasi pada Dinas Pendidikan Kota Cilegon, 4) Untuk mengetahui seberapa besar peranan budaya organisasi terhadap perilaku OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode angket atau kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon. Tidak ada kriteria untuk menetukan sampel, karena seluruh orang dalam populasi tersebut akan digunakan sebagai sampel penelitian karena adanya keterbatasan jumlah subjek. Analisis yang digunakan adalah analisis product moment. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis product moment dari Pearson diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,891 ; p = 0,000 (p< 0,01) artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan

4 organizational citizenship behaviour. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu adanya hubungan positif yang signifikan menjelaskan bahwa semakin tinggi budaya organisasi maka semakin tinggi pula perilaku OCB, sebaliknya semakin rendah budaya organisasi maka semakin rendah pula perilaku OCB. Menurut Oemar (2013), banyak faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku OCB, salah satunya adalah budaya organisasi (o rganization culture). Manfaat dari penerapan budaya organisasi yang baik adalah dapat meningkatkan jiwa gotong royong, meningkatkan kebersamaan, saling terbuka satu sama lain, meningkatkan jiwa kekeluargaan, membangun komunikasi yang lebih baik, meningkatkan produktivitas kerja, tanggap dengan perkembangan dunia luar, yang sebagian besar merupakan bagian dari OCB. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Organ (Novliadi, 2007) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku OCB yang paling penting adalah budaya organisasi. Budaya organisasi merupakan suatu kondisi awal yang memicu terjadinya OCB. Budaya organisasi dapat menjadi penyebab atas berkembangnya OCB dalam suatu organisasi. Pada umumnya didalam sebuah organisasi yang memiliki budaya organisasi yang kuat, karyawan merasa lebih ingin melakukan pekerjaannya melebihi apa yang telah disyaratkan dalam uraian pekerjaan. Peranan atau sumbangan efektif budaya organisasi terhadap OCB ditunjukkan koefisien determinan (r²) sebesar 79,4%. Hal ini berarti masih terdapat 20,6% faktor-faktor lain yang mempengaruhi OCB diluar variabel budaya organisasi. Faktor tersebut antara lain kepribadian dan suasana hati, persepsi terhadap dukungan organisasional, persepsi terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan, masa kerja, jenis kelamin dan sebagainya (Novliadi, 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi dengan segala aspek yang terkandung didalamnya memang memberikan kontribusi untuk OCB pada pegawai, meskipun OCB tidak hanya dipengaruhi oleh variabel tersebut. Budaya organisasi memberikan kontribusi positif terhadap OCB, yang artinya semakin tinggi budaya organisasi maka akan semakin tinggi pula OCB, sebaliknya semakin rendah budaya organisasi maka akan semakin rendah pula OCB. Sehingga hal ini mencerminkan bahwa memiliki budaya organisasi yang tinggi menjadi salah satu hal yang dapat memunculkan perilaku OCB pada pegawai. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel OCB diketahui rerata empirik sebesar (RE) 125,69 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 100 yang berarti OCB subjek tergolong tinggi. Dari hasil kategorisasi OCB diketahui bahwa tidak terdapat pegawai yang memiliki OCB sangat rendah maupun rendah ditunjukkan dengan skor 0%; skor 8,5% menunjukkan pegawai memiliki OCB yang tergolong sedang; skor 72,6% menunjukkan pegawai memiliki OCB yang tergolong tinggi; skor 18,9% menunjukkan pegawai memiliki OCB yang tergolong sangat tinggi. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa prosentase dan jumlah terbanyak berada pada posisi tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pegawai sudah cukup memenuhi aspek-

5 aspek OCB, yaitu: altruism adalah memiliki inisiatif untuk membantu atau menolong rekan kerja secara sukarela. Courtesy adalah mampu menjaga hubungan baik dengan rekan kerjanya agar terhindar dari perselisihan. Sportmanship adalah bersedia menerima apapun yang ditetapkan oleh instansi meskipun dalam keadaan yang tidak sewajarnya. Conscientiousness adalah memiliki dedikasi yang tinggi pada pekerjaan untuk melebihi standar pencapaian dalam setiap aspek. Civic virtue adalah perilaku yang menunjukkan bahwa pegawai memiliki tanggung jawab untuk terlibat, berpartisipasi, turut serta dan peduli dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh instansi. Variabel budaya organisasi memiliki rerata empirik (RE) = 95,87 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 75, yang berarti budaya organisasi termasuk dalam kategori tinggi. Dari hasil kategorisasi budaya organisasi diketahui bahwa tidak terdapat pegawai yang memiliki budaya organisasi sangat rendah, ditunjukkan dengan skor 0%; skor 0,9% menunjukkan pegawai memiliki budaya organisasi yang tergolong rendah; skor 5,7% menunjukkan pegawai memiliki budaya organisasi yang tergolong sedang; skor 74,5% menunjukkan pegawai memiliki budaya organisasi yang tergolong tinggi; 18,9% menunjukkan pegawai memiliki budaya organisasi yang tergolong sangat tinggi. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa prosentase dan jumlah terbanyak berada pada posisi tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pegawai sudah cukup memenuhi aspekaspek budaya organisasi, yaitu tujuan, konsensus, keunggulan, kesatuan, prestasi, empirik, keakraban serta integritas. Tujuan adalah pegawai telah memahami tujuan instansinya. Konsensus adalah pimpinan memberikan kesempatan kepada pegawainya untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Keunggulan adalah instansi atau pimpinan memberikan motivasi kepada pegawai untuk berprestasi atau menunjukkan performance terbaiknya. Kesatuan adalah pimpinan memperlakukan pegawai secara adil sehingga tidak memunculkan friksifriksi dalam instansi. Prestasi adalah mengakui prestasi kerja yang ditunjukkan oleh pegawai. Empirik adalah memiliki komitmen yang tinggi untuk menggunakan data empirik dalam mengambil keputusan. Keakraban adalah dekatnya hubungan antara pegawai. Integritas adalah pegawai memiliki kesungguhan dalam bekerja. Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa budaya organisasi dan perilaku OCB pegawai termasuk dalam kategori tinggi, hal ini berarti pegawai sudah cukup memenuhi aspek-aspek budaya organisasi maupun aspek-aspek OCB. Pegawai telah memahami tujuan instansinya sehingga akan bersedia menerima apapun yang ditetapkan oleh instansi meskipun dalam keadaan yang tidak sewajarnya serta akan memiliki inisiatif untuk membantu atau menolong rekan kerja secara sukarela. Pimpinan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan serta memiliki komitmen yang tinggi untuk menggunakan data empirik dalam mengambil keputusan, sehingga pegawai akan menunjukkan perilaku memiliki tanggung jawab untuk terlibat, berpartisipasi, turut serta dan peduli dalam berbagai kegiatan yang

6 diselenggarakan oleh instansi. Pimpinan memberikan motivasi kepada pegawai untuk berprestasi atau menunjukkan performance terbaiknya, mengakui prestasi kerja yang ditunjukkan oleh pegawainya, sehingga pegawai memiliki dedikasi yang tinggi pada pekerjaan untuk melebihi standar pencapaian dalam setiap tugasnya. Pimpinan memperlakukan pegawai secara adil serta dekatnya hubungan diantara para pegawai, sehingga akan mampu menjaga hubungan baik antara pegawai sehingga akan terhindar dari perselisihan. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan ada hubungan yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan OCB. Namun ada beberapa keterbatasan pada penelitian ini antara lain: Generalisasi dari hasilhasil penelitian ini terbatas pada populasi tempat penelitian dilakukan sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian. Selain itu metode pengumpulan data yang digunakan hanya angket atau skala sehingga kurang dapat mengungkap secara mendalam gejala psikologis yang tidak tampak dalam diri pegawai, oleh karena itu peneliti selanjutnya perlu melengkapi dengan teknik pengumpulan data yang lain misalnya dengan teknik observasi, maupun yang lain sehingga akan lebih dapat mengungkap secara mendalam kondisi psikologis subjek penelitian. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan budaya organisasi dengan OCB, dapat disimpulkan bahwa : Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon. Tingkat OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon tergolong tinggi. Tingkat budaya organisasi pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon tergolong tinggi. Budaya organisasi memiliki peranan yang cukup penting dalam munculnya perilaku OCB pada pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon, ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) = 0,794 atau 7,94 %. DAFTAR PUSTAKA Arif, Amna dan Chohan Aisha. (2012). How job satisfaction is influence the Organizational Citizenship Behaviour (OCB): a study on employees working in banking sector of Pakistan. International Journal of Contemporary Research in Business Vol.4, No.8. Irawan, Deny. (2013). Di Kota Cilegon 216 PNS tidak masuk kerja, dalam http://www.suarapembaruan.com/ho me/di-kota-cilegon-216-pns-tidakmasuk-kerja/39870. Tempo.com. Jayadi, (2012). Kompetensi guru, spiritual intelligence, self determination theory dan Organization Citizenship Behaviour. Jurnal Humanitas, Vol. IX No. 2. Khan, S. K. (20 12). The mediating effect of organizational commitment in the organizational culture, leadership and organizational justice

7 relationship with Organizational Citizenship Behavior: A study of ademicians in private higher learning institutions in Malaysia. International Journal of Business and Social Science, Vol. 3 no 28, 83-91. Novliadi, F. (2007). Organizational Citizenship Behaviour karyawan ditinjau dari persepsi terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan dan persepsi terhadap dukungan organizational. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Oemar, Yohanes. (2013). Pengaruh budaya organisasi, kemampuan kerja dan komitmen organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pegawai pada BAPPEDA Kota Pekanbaru. Skripsi. Pekanbaru: Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Rini, D.P, Rusdarti dan Suparjo. (2013). Pengaruh komitmen organisasi, kepuasan kerja dan budaya organisasi. Jurnal Ilmiah Dinamika Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 1 No. 1. Robbins, S. P. (2008). Perilaku organisasi (organizational behaviour). Jakarta: Salemba Humanika. Sesen, Harun. Fatin Cetin dan Nejat Basim. (2011). The effect of burnout on Organizational Citizenship Behaviour: the mediating role of job satisfaction. International Journal of Contemporary Economics and Administrative Sciences, Vol.1, No,1, 40-64. Sutrisno, Edy. (2010). Budaya organisasi. Jakarta: Prenada Media Grup. Suyasa, P.T dan Julia A.C. (2004). Sikap terhadap budaya organisasi dan komitmen organisasi. Jurnal Psikologi Vol. 2, No. 1. Triyanto, Agus. dan Cintya Santosa. (2009). Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dan pengaruhnya terhadap keinginan keluar dan kepuasan kerja karyawan. Jurnal Manajemen, Vol. 7, No. 4. Wardani, A.K. dan Miftahun, N.S. (2012). Faktor kepribadian dan Organizational Citizenship Behaviour pada Polisi Pariwisata. Humanitas, Vol.IX, No. 2. Widodo, Tri. (2010). Pengaruh lingkungan kerja, budaya organisasi, kepemimpinan terhadap kinerja. Jurnal Among Makarti, Vol.3, No. 5. Widuri, Rindang. dan Asteria Paramita. (2007). Analisis hubungan peranan budaya perusahaan terhadap penerapan good corporate governance pada PT Aneka Tambang Tbk. Journal The Winners, Vol.8, No. 3.