ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG. Sitanggang, Yanshen Manatap

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Badan Standardisasi Nasional

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang)

IV METODOLOGI PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB

III. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Kamar terjual

Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Gambar 5.2 Skema Pembiayaan Rumah Susun Studi dengan Menggunakan Pola Swasta

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya Ayam Ras Petelur Maya Rolet

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

PENGELOLAAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VII. RENCANA KEUANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN (DICABUT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING

III. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Potong Hewan yang telah dibangun merupakan satu-satunya RPH

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR

Imah Gede. Alun-alun

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE

ANALISA STUDI KELAYAKAN PROYEK STUDI KASUS : PEMBANGUNAN BOOSTER PDAM DI PONTIANAK SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. PT Trikarya Idea Sakti selaku Developer telah

IV. METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan: (1) terdapat UPS pada lokasi

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD

ANALISISS KELAYAKAN INVESTASI PADA THE NEST CONDOTEL NUSA DUA

BAB V PROYEKSI KEUANGAN. Tabel 5.1 Dana Start-Up yang dibutuhkan

Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG

V HASIL DAN PEMBAHASAN


METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

EVALUASI PENGOPERASIAN TERMINAL DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI

ANALISA KELAYAKAN RUMAH KOST DI DAERAH KAMPUS HENDRAJAYA PEMBIMBING : SONNY SITI SONDARI,

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan terdiri dari lima sub bab. Pada bab ini akan dibahas

III. METODOLOGI PENELITIAN

BUSINESS DIGITAL PRINTING (Cuci Cetak Foto)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

Transkripsi:

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG OLEH YANSHEN M SITANGGANG 200110080081 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Hasil dan Pembahasan Keadaan Umum Lokasi Penelitian Sejarah RPH Ciroyom 1906 oleh Haminte Kota Bandung 1933 dibangun RPH Ciroyom 1942-1945 Balatentara 2000 sampai sekarang Dinas Pertanian 1975 Dinas Kesehatan Hewan & Peternakan 1966 Dinas Kehewanan Tenaga Kerja = 2 orang

1. Persyaratan Lokasi Lokasi RPB Ciroyom tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan atau Bagian Wilayah Kota ( RBWK). Tidak berada di daerah padat penduduk dan rawan banjir. Memiliki lahan yang luas untuk pengembangan. Lokasi RPB Ciroyom sudah sesuai dengan SNI

2. Persyaratan Sarana. Memiliki jalan akses yang mudah dilewati kendaraan. Sumber air dan listirk yang tersedia sudah cukup. Memiliki sumber air panas untuk perontokan bulu Persyaratan sarana RPB Ciroyom sudah sesuai dengan SNI

3. Persyaratan bangunan dan tata letak. Memiiki 5 bangunan utama namun beberapa bangunan tidak difungsikan lagi. Bangunan untuk sarana kebersihan karyawan tidak tersedia. Menurut SNI semua bangunan utama harus dimiliki oleh RPB dan dipergunakan dengan baik.

4. Persyaratan peralatan Sarana peralatan pemotongan menggunakan peralatan milik karyawan dari pengusaha babi. Sarana peralatan lain yang tersedia merupakan peninggalan Belanda Perlengkapan standar karyawan belum tersedia. Persyaratan peralatan belum sesuai dengan SNI karena seluruh peralatan seharusnya dimiliki RPB Ciroyom.

5. Persyaratan higiene karyawan. Tidak adanya peraturan terhadap petugas dan pengunjung yang datang agar sanitasi dan higiene RPB tetap terjaga. Hal ini bertentangan dengan SNI dimana seharusnya ada peraturan yang mengatur izin kunjungan ke RPB Ciroyom sehingga tidak pengunjung tidak bebas keluar masuk bangunan utama.

6. Pengawasan kesehatan masyarakat Veteriner Pengawasan serta pemeriksaan antemortem sampai postmortem dilakukan oleh petugas yang ahli namun bukan seorang dokter. Menurut SNI pengawas kesehatan adalah seorang dokter hewan ataupun seorang yang tenaga ahli.

7. Kendaraan pengangkut daging RPB Ciroyom belum memiliki kendaraan pengangkut daging sendiri. Pengangkutan daging dilakukan oleh pengusaha daging babi menggunakan kendaraanya sendiri.

8. Persyaratan ruang pendingin/pelayuan RPB Ciroyom saat ini sudah memiliki ruang pendingin/pelayuan di dalam bangunan pemotongan, namun tidak difungsikan dengan benar karena permintaan konsumen yang mengiginkan daging segar

9. Persyaratan ruang pembeku. Ruang pembeku daging saat ini tidak dimiliki RPB Ciroyom. Ruang pembeku biasanya digunakan untuk RPH tipe A dan tipe B sehingga penggunaan ruang pembeku pada RPB yang bertipe D dinilai tidak efektif.

10. Persyaratan ruang pembagian karkas dan pengemasan daging. Ruang pembagian karkas dan pengemasan RPB Ciroyom sudah ada sejak jaman Belanda. namun tidak dipergunakan dimana pembagian karkas dilakukan di ruang pemotongan. Menurut SNI pembagian karkas harus dilakukan di daerah bersih berdekatan dengan ruang pendinginan.

11. laboratorium. Laboratorium khusus daging babi belum dimilkii RPB Ciroyom. Menurut SNII sebuah RPB harus memiliki laboratorium sederhana.

Analisis Kelayakan Finansial A. Pengeluaran (biaya) Biaya Tetap Tambahan (incremental fixed cost) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk penyesuaian RPB Ciroyom dengan SNI. Biaya penambahan bangunan, biaya penambahan peralatan dan biaya penambahan sarana pelengkap lainya.

Tabel 1. asumsi incremental fixed cost Uraian Satuan kebutuhan Harga satuan (Rp) Biaya (RP) Tempat istirahat Meter 4X4 2.000.000 32.000.000 karyawan Kursi + meja istirahat Paket 2 2.000.000 4.000.000 Loker karyawan Paket 3 1.600.000 4.800.000 Kamar mandi Meter 2 (2x2) 2.000.000 16.000.000 Closet jongkok Buah 2 145.000 290.000 Wastafel Buah 2 200.000 400.000 Pembuatan kompos Unit 2 1.000.000 2.000.000 Pembuatan rumah Meter 8 2.000.000 16.000.000 jaga Pembuatan Meter 2x3 3.000.000 18.000.000 laboratorium Microskop Buah 2 2.000.000 4.000.000 TOTAL 97.490.000

Biaya Operasional Tambahan (incremental variable cost) Biaya Operasional Tambahan adalah biaya operasional yang diperlukan untuk melakukan pengembangan RPB.

Tabel 2. incremental variabel cost A Uraian Satuan Kebutuhan /bulan Karyawan harga satuan (Rp) ahli Orang 6 3.000.000 18.000.000 biasa Orang 4 1.271.000 5.084.000 pengawas Orang 2 3.200.000 6.400.000 Satpam Orang 3 1.000.000 3.000.000 Operasional laboratorium 1 1.000.000 1.000.000 Biaya (Rp) Solar -insenerator Liter 1.200 10.500 12.600.000 -pembakaran air panas Liter 1.800 10.500 18.900.000 Sabun Bungkus 20 3.000 60.000 Wipol Buah 10 8.000 80.000 Total 65.124.000 Sub Total 1 tahun 781.488.000 B Uraian satuan Kebutuhan /tahun Peralatan harga satuan (Rp) palu Buah 2 200.000 400.000 pisau sembelih Buah 10 50.000 500.000 kampak Buah 2 100.000 200.000 -pengasah pisau Buah 10 100.000 1.000.000 Seragam karyawan Buah 10 200.000 2.000.000 Sepatu boat Buah 10 100.000 1.000.000 Perawatan alat triwulan 3 1.000.000 3.000.000 Sub Total 8.100.000 TOTAL A+B 789.588.000 Biaya (Rp)

B. Pendapatan (benefit) Pendapatan Sebelum Pengembangan Pendapatan sebelum pengembangan berasal dari besarnya tarif jasa pemotongan yang dibebankan kepada konsumen pemotongan sebesar Rp18.250 dengan rincian antara lain izin pemotongan Rp2.500, sewa kandang Rp750 dan biaya pemotongan Rp15.000.

Tabel 3. pendapatan sebelum pengembangan Bulan Jumlah Hari Januari 30 31 Februari 28 30 Maret 31 30 April 30 30 Mei 31 30 Juni 30 30 Juli 31 30 Agustus 31 30 September 30 30 Oktober 31 30 November 30 30 Desember 31 30 Total 10.950 Pemotongan Total pemotongan Tarif pemotongan Total pendapatan 930 840 930 900 930 900 930 930 900 930 900 930 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 16.972.500 15.330.000 16.972.500 16.425.000 16.972.500 16.425.000 16.972.500 16.972.500 16.425.000 16.972.500 16.425.000 16.972.500 199.837.500

Perhitungan Biaya Minimal Pemotongan. Biaya minimal pemotongan merupakan penyesusaian biaya pemotongan agar pengembangan usaha tidak mengalami kerugian. Besarnya biaya minimal pemotogan mengggunakan perhitungan Break Even Point sehingga diperoleh hasil biaya minimal pemotongan Rp73.000/ekor.

Pendapatan Tambahan (Incremental Benefit) Pendapatan tambahan merupakan pendapatan yang diperoleh setelah adanya penyesuaian tarif pemotongan. Jumlah tarif pemotongan diperoleh dari penambahan biaya minimal pemotongan dengan sewa kandang, dan izin pemotongan usaha yaitu Rp73.000 +Rp 750 + Rp2.500 menjadi Rp 76.250 tiap ekor

Tabel 4. incremental benefit tahun I Bulan Jumlah Hari Pemotongan Total pemotongan Tarif pengembangan Total pendapatan Januari 31 30 930 0 0 Februari 28 30 840 76.250 64.050.000 Maret 31 30 930 76.250 70.912.500 April 30 30 900 76.250 68.625,000 Mei 31 30 930 76.250 70.912.500 Juni 30 30 900 76.250 68.625.000 Juli 31 30 930 76.250 70.912.500 Agustus 31 30 930 76.250 70.912.500 September 30 30 900 76.250 68.625.000 Oktober 31 30 930 76.250 70.912.500 November 30 30 900 76.250 68.625.000 Desember 31 30 930 76.250 70.912.500 TOTAL 10.950 764.025.000

Pada bulan pertama masih menggunakan tarif pemotongan lama sebelum pengembangan karena dibulan pertama sedang terjadi pembangunan investasi sehingga tidak ada benefit tambahan pada bulan pertama. Penggunaan tarif pengembangan dimulai dari bulan kedua dalam tahun pertama.

Tabel 5 incremental benefit tahun II Bulan Jumlah Hari Pemotongan Total pemotongan Biaya pemotongan Total pendapatan Januari 31 30 930 76.250 70.912.500 Februari 28 30 840 76.250 64.050.000 Maret 31 30 930 76.250 70.912.500 April 30 30 900 76.250 68.625,000 Mei 31 30 930 76.250 70.912.500 Juni 30 30 900 76.250 68.625.000 Juli 31 30 930 76.250 70.912.500 Agustus 31 30 930 76.250 70.912.500 September 30 30 900 76.250 68.625.000 Oktober 31 30 930 76.250 70.912.500 November 30 30 900 76.250 68.625.000 Desember 31 30 930 76.250 70.912.500 TOTAL 10.950 834.937.500

Pada tahun ke-2 incremental benefit sudah menggunakan tarif pengembangan. Asumsi pada tahun ke-3 sampai tahun ke- 10 memiliki total incremental benefit yang sama dengan tahun ke-2 karena jumlah pemotongan dan tarif pemotongan yang sama dengan tahun ke-2.

C. Performa investasi Kelayakan finansial yang ditinjau dari performa investasi dapat diketahui melalui perhitungan BCR, NPV dan IRR Tabel 5.performa investasi Uraian Sebelum Pengembangan Rp 18.250 Pengembangan Rp 76.250 BCR 0,24 1,02 NPV -3.712.388.796 116.697.137 IRR 0 26,8%

D. Performa Keuangan Kelayakan finansial yang ditinjau dari performa keuangan dapat diketahui melalui proyeksi arus kas (cash flow). Hasil proyeksi performa keuangan pada menunjukkan bahwa usaha pengembangan RPB Ciroyom layak dilakukan karena saldo kas akhir tahun proyek bernilai positif yaitu Rp 230.092.500

Perhitungan cashflow T A H U N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A.INFLOW saldo awal tahun Rp (62,053,000) Rp (34,703,500) Rp (6,354,000) Rp 22,995,500 Rp 53,345,000 Rp 84,694,500 Rp117,044,000 Rp150,393,500 Rp184,743,000 modal pinjaman Rp 100,000,000 Rp (17,490,000) pendapatan Rp 764,025,000 Rp 834,937,500 Rp 834,937,500 Rp 834,937,500 Rp 834,937,500 Rp 834,937,500 Rp 834,937,500 Rp834,937,500 Rp834,937,500 Rp834,937,500 TOTAL A Rp 100,000,000.00 Rp 746,535,000 Rp 772,884,500 Rp 800,234,000 Rp 828,583,500 Rp 857,933,000 Rp 888,282,500 Rp 919,632,000 Rp951,981,500 Rp985,331,000 Rp1,019,680,500 B.OUTFLOW incremental fixed cost Rp 97,490,000 incremental variabel cost Rp 789,588,000 Rp 789,588,000 Rp 789,588,000 Rp 789,588,000 Rp 789,588,000 Rp 789,588,000 Rp 789,588,000 Rp 789,588,000 Rp 789,588,000 Rp 789,588,000 bunga pinjaman (10%) Rp 10,000,000.00 Rp 9,000,000.00 Rp 8,000,000.00 Rp 7,000,000.00 Rp 6,000,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 4,000,000.00 Rp 3,000,000.00 Rp 2,000,000.00 Rp 1,000,000.00 Rp - cicilan pinjaman 10 tahun Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp - TOTAL B Rp 117,490,000 Rp 808,588,000 Rp 807,588,000 Rp 806,588,000 Rp 805,588,000 Rp 804,588,000 Rp 803,588,000 Rp 802,588,000 Rp 801,588,000 Rp 800,588,000 Rp 789,588,000 C.SALDO AKHIR TOTAL A-TOTAL B Rp (17,490,000.00) Rp (62,053,000) Rp (34,703,500) Rp (6,354,000) Rp 22,995,500 Rp 53,345,000 Rp 84,694,500 Rp 117,044,000 Rp 150,393,500 Rp 184,743,000 Rp 230,092,500 TAHUN

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a) RPB Ciroyom secara teknis belum sesuai dengan Standar Nasional Indonesia karena sarana dan prasarana yang belum lengkap dan tidak difungsikannya sebagian peralatan. b) Usaha pengembangan Rumah Pemotongan Babi Ciroyom agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-6159-1999) secara finansial layak dilakukan dengan adanya penyesuaian tarif pemotongan. Saran a) RPB Ciroyom harus melakukan penyesuaian dengan SNI karena fungsinya sebagai sarana pelayanan masyarakat yang harus menjamin kesehatan masyarakat veteriner b) Pengembangan RPB Ciroyom secara finansial harus disesuaikan dengan peningkatan biaya pemotongannya

Proses pemotongan babi

Sekian dan Terima Kasih