Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

dokumen-dokumen yang mirip
Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

IMPROVEMENT PLAN TO MINIMIZE MOTION WASTE ON PRODUCTION PROCESS OF BOLT-ON TYPE GUITARS USING LEAN MANUFACTURING APPROACH IN PT GENTA TRIKARYA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE 5S UNTUK MEMINIMASI WASTE MOTION PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET)

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2468

RANCANGAN USULAN PERBAIKAN UNTUK MENGURANGI WAITING TIME

41 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

USULAN PERBAIKAN PROSES PRODUKSI KEMEJA UNTUK MEMINIMASI WASTE MOTION DI PT. PRONESIA DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

DESIGN IMPROVEMENT MACHINING AREA COMPONENTS ISOLATING COCK IN PT PINDAD (PERSERO) TO MINIMIZE WASTE USING 5S METHODE WITH LEAN MANUFACTURING APPROACH

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4630

USULAN PERBAIKAN PROSES PRODUKSI KAIN GREY DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI WASTE MOTION DI PT. BUANA INTAN GEMILANG

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

USULAN PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI SANDAL UNTUK MENGURANGI WASTE MOTION DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI CV. ASJ

BAB I PENDAHULUAN I.1

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Tabel I. 1 Data Pengiriman CV.ASJ kepada PT.A. Tanggal Keterlambatan Pengiriman

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

RANCANGAN PROSES PRODUKSI UNTUK MENGURANGI PEMBOROSAN DENGAN PENGGUNAAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI PT. MIZAN GRAFIKA SARANA*

Kata kunci : Lean Manufacturing, Cover buku, Waste Defect, Value Stream Mapping, Process Activity Mapping, Pokayoke.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4562

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

USULAN PERBAIKAN PROSES DAUR ULANG ALUMINIUM MENJADI DUDUKAN BENANG DI ART ALUMINIUM CASTING

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2858

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

IMPROVEMENT PROPOSAL OF MOTIFS PRINTING PROCESSING AT PT KHARISMA PRINTEX FOR MINIMIZING WASTE TRANSPORTATION USING LEAN MANUFACTURING APPROACH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEREDUKSI TIME WASTE PADA PROSES PRODUKSI DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA TUGAS SARJANA

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMIZE WASTE PADA PROSES PERAKITAN PLASTIC BOX 260 MENGGUNAKAN METODE VSM

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

USULAN PENGURANGAN WASTE PROSES PRODUKSI MENGGUNAKAN WASTE ASESSMENT MODEL DAN VALUE STREAM MAPPING DI PT. X

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

USULAN PENERAPAN METODE LEAN MANUFACTURING

PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2689

BAB I PENDAHULUAN I.1.

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

BAB I PENDAHULUAN I.1

USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI CV.X*

Avissa Bonita, Rispianda Gita Permata Liansari. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

USULAN RANCANGAN PERBAIKAN PROSES PRODUKSI DOOR FS ROOT A320 UNTUK MEMINIMASI WASTE WAITING PADA WORKSTATION CMM INSPECTION

MINIMASI WASTE PADA PT. PETROKIMIA KAYAKU MENGGUNAKAN ANALISIS LEAN MANUFACTURING

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

MINIMASI WASTE MOTION PADA PROSES PRODUKSI DISTRIBUTOR VALVE DI PT PINDAD DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA

Ambar Rukmi Harsono, Sugih Arijanto, Fuady Azlin

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... SURAT KETERANGAN PENELITIAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...

PERANCANGAN PERBAIKAN SISTEM SUPPLY CHAIN DENGAN LEAN MANUFACTURING PADA PT. CAKRA COMPACT ALUMINIUM INDUSTRIAL TUGAS SARJANA.

BAB I PENDAHULUAN I.1

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEREDUKSI WASTE PADA PROSES VULKANISIR BAN DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Meminimasi Lead Time Produksi Menggunakan Pendekatan Lean Manufacturing di PT Indofarma (Persero) Tbk (dengan Studi Kasus Kapsul Piroxicam 20 mg)

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit USAKTI 01 (01), 2016

ANALISA PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DENGAN METODE VSM (VALUE STREAM MAPPING) UNTUK MENGURANGI PEMBOROSAN WAKTU (STUDI KASUS UD.

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

Designing Work Standards to Reduce Lead Time Delivery using Value Stream Mapping Method: A Case Study

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

repository.unisba.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IMPROVEMENT PROPOSAL AT PRINTING PRODUCTION FLOOR PROCESS TO MINIMIZE INVENTORY WASTE AT PT. KHARISMA PRINTEX USING LEAN MANUFACTURING APPROACH

Analisis Penerapan Lean Manufacturing untuk Menghilangkan Pemborosan di Lini Produksi PT Adi Satria Abadi

Usulan Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Pemborosan Pada PT. Perkebunan Nusantara VIII

RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Kajian Pendahuluan. Identifikasi & Perumusan masalah. Penetapan Tujuan & batasan penelitian

IDENTIFIKASI PENYEBAB KETERLAMBATAN WAKTU PERBAIKAN MESIN PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DI PERUSAHAAN PENGOLAHAN SUSU

Transkripsi:

RANCANGAN PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG MENGGUNAKAN 5-S SYSTEM DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE MOTION (STUDI KASUS: DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET PT AGRONESIA) 1 Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1 mayaanastasya@gmail.com, 2 pratya@telkomuniversity.ac.id, 3 mira.rahayu82@gmail.com Abstrak PT Agronesia (Divisi Industri Teknik Karet) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang mem beberapa jenis produk berbahan baku karet baik sintesis maupun alami, salah satu produk yang dihasilkan adalah produk rubber step aspira belakang. Pada proses rubber step aspira belakang masih terdapat beberapa aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, salah satunya adalah adanya pergerakan yang tidak diperlukan atau dapat disebut waste motion. Dalam upaya meminimasi waste motion tersebut maka dilakukan pendekatan lean manufacturing. Langkah awal yang dilakukan adalah mengumpulkan data primer yang diolah dalam current state mapping melalui value stream activity dan process activity mapping untuk memetakan aliran proses yang terjadi dan diketahui bahwa waktu dari aktivitas non value added sebesar 394,21. Tahap selanjutnya mencari penyebab terjadinya waste dengan menggunakan fishbone diagram dan mencari akar penyebab terjadinya waste dengan menggunakan 5 why. Berdasarkan analisis menggunakan tools tersebut, dilakukan tahap perancangan usulan perbaikan dengan menggunakan 5-S System sehingga dapat meminimasi waste motion dan mengurangi nilai serta presentase dari value added time. Kata kunci: Lean Manufacturing, Waste Motion, 5-S System I. PENDAHULUAN Lean adalah aktivitas yang dilakukan dengan berkelanjutan dan bertujuan untuk menghilangkan pemborosan dan mengeliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah. Lean dapat diterapkan pada berbagai jenis perusahaan baik dalam jenis perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa. Untuk lean yang diterapkan dalam perusahaan manufaktur disebut sebagai Lean Manufacturing [1]. PT Agronesia menjalankan proses nya dengan membaginya ke dalam dua tipe proses, yaitu job order production dan mass production. Permintaan pada mass production lebih stabil karena selalu adanya pesanan pada setiap bulannya dibandingkan dengan permintaan pada job order production yang berubah-ubah jenisnya setiap dipesan, sehingga penelitian dilakukan pada salah satu produk yang terdapat pada mass production. Jumlah permintaan dan jumlah berdasarkan data historis perusahaan pada periode Agustus 2014 hingga Agustus 2015 ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1 Permintaan dan Produksi Rubber Step Motor Berdasarkan Gambar 1 jumlah permintaan paling banyak terdapat pada jenis produk aspira belakang yaitu sebesar 570.000 unit namun perusahaan hanya dapat mem 320.586 unit dari total permintaan, sehingga terjadi gap sebesar 43,76%. Gap yang besar tersebut disebabkan oleh masih adanya waste pada proses nya. Identifikasi awal terdapatnya waste pada proses rubber step aspira belakang dibuat dalam kuesioner berdasarkan hasil pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti dan semua kepala departemen yang ada di PT Agronesia. Hasil dari pengolahan kuesioner untuk identifikasi Waste ditunjukkan pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2 didapatkan tiga waste yang paling sering terjadi dan paling berpengaruh terhadap proses rubber step aspira belakang yaitu waste waiting (16%), waste defect (15%), dan waste motion (14%). Penelitian ini dilakukan bersama tim, sehingga dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap ketiga waste dominan tersebut. Pada penelitian ini difokuskan untuk meminimasi waste motion. Waste motion adalah adanya suatu pergerakan dari pe ataupun mesin yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk 26 Rancangan Perbaikan pada Proses Produksi Rubber Step Aspira Belakang Menggunakan 5-S System dengan Pendekatan Lean Manufacturing untuk Meminimasi Waste Motion (Studi Kasus: Divisi Industri Teknik Karet PT Agronesia)

namun hanya menambah biaya dan waktu pada proses nya [1]. Melihat permasalahan yang ada, diperlukan suatu rancangan perbaikan dengan pendekatan lean manufacturing untuk meminimasi waste motion yaitu dengan metode 5-S System. yang terdiri dari adanya kegiatan training untuk operator dan perbaikan instruksi [5]. Metode 5-S dapat digunakan untuk mengurangi waste motion karena dengan menggunakan metode tersebut dapat membantu perusahaan dalam mengeliminasi gerakan yang tergolong waste motion dengan cara memperbaiki kondisi lingkungan seperti adanya penambahan beberapa alat bantu dan penggunaan display untuk alat pengingat. II. METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tahapan penelitian yang mencakup model konseptual sebagai gambaran tata cara dan tools yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, dijelaskan juga sistematika penyelesaian masalah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah penelitian sesuai dengan tujuan yang berfungsi sebagai kerangka berfikir utama dalam menjaga penelitian agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara terstruktur. Gambar 2 Hasil Rekapitulasi Identifikasi Waste Telah ada penelitian terdahulu yang menggunakan metode 5-S System. Dalam penelitian tersebut, lean manufacturing digunakan untuk dapat menyeselaikan masalah pada industri garment yang memiliki masalah keterlambatan pengiriman. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi waste menggunakan VSM dan mengurutkan tingkatan waste dengan menggunakan diagram pareto dan diagram fishbone. Selanjutnya diberikan usulan yaitu adanya penggunaan kanban, perbaikan layout, dan melakukan 5-S A. Model Konseptual Model konseptual memberikan gambaran tentang data yang dibutuhkan pada penelitian ini, proses yang dilalui oleh semua data tersebut dan keluaran yang dihasilkan dari data yang telah diproses. Model konseptual ditunjukkan pada Gambar 3. Kegiatan penelitian dimulai dengan menyebarkan kuesioner kepada top managerial departemen, mengamati gerakan pe, serta melakukan pengamatan pada layout stasiun yang nantinya semua hasil data tersebut dapat membantu dalam mengidentifikasi waste. Selanjutnya melakukan pemetaan kondisi awal menggunakan VSM Current State serta PAM Current State berdasarkan data permintaan dan data, waktu siklus, data peralatan, data jumlah operator dan jumlah mesin, dan juga data alur proses. Kuesioner Data Gerakan Pe Layout Stasiun Kerja Data Permintaan & Data Produksi Waktu SIklus Data Peralatan yg Dibutuhkan Data Jumlah Operator & Jumlah Mesin Alur Proses Produksi Konsep Lean Manufacturing Current State Value Stream Process Activity Identifikasi EDOWNTIME waste Waste Motion Fishone Diagram 5 Whys Future State Value Stream Process Activity Anthropometri Display Usulan Perbaikan Untuk Meminimasi Waste Motion 5 S System Gambar 3 Model Konseptual Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 3, Nomor 3, Juli 2016 27

Setelah mendapatkan hasil waste, selanjutnya dilakukan analisis terhadap akar penyebab terjadinya waste motion. Untuk mencari akar penyebab terjadinya waste motion digunakan tools fishbone diagram dan 5 whys. Kemudian memetakan kondisi usulan dengan VSM Future State dan PAM Future State untuk mendapatkan keadaan proses setelah diberikan beberapa tools lean manufacturing seperti 5-S System, Anthropometri, dan Display. B. Sistematika Penyelesaian Masalah Sistematika penyelesaian masalah dibagi menjadi dua tahapan yaitu: tahapan pengumpulan dan pengolahan data dan tahapan usulan perbaikan dan analisis usulan perbaikan. 1. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahapan ini data-data dikumpulkan dan diolah untuk dapat memetakan proses kondisi awal dengan VSM Current State dan PAM Current State. Setelah dilakukan pengolahan VSM dan PAM current state selanjutnya dilakukan analisis akar penyebab terjadinya waste motion pada proses dengan menggunakan fishbone diagram dan 5 Whys. Fishbone diagram digunakan untuk mencari penyebab dari waste motion yang terjadi. Setelah didapatkan penyebab terjadinya waste motion kemudian dianalisis kembali menggunakan 5 Whys untuk mendapatkan akar penyebabnya. 2. Tahap Usulan Perbaikan dan Analisis Usulan Perbaikan Tahap selanjutnya adalah tahap usulan perbaikan dan analisis usulan perbaikan yang memberikan hasil usulan perbaikan. Usulan perbaikan dilakukan terhadap hasil analisis akar penyebab terjadinya waste motion dengan menggunakan 5-S System dengan bantuan ilmu Anthropometri dan display. Setelah merancang usulan perbaikan, maka usulan perbaikan tersebut dicantumkan kedalam peta proses kondisi usulan yaitu VSM Future State dan PAM Future State yang dirancang untuk mengetahui gambaran keadaan usulan yang ingin dicapai. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dipaparkan data umum dan beberapa data lainnya yang dapat mendukung pengerjaan di dalam penelitian ini sesuai dengan metodologi yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. A. Value Stream Current State Value Stream adalah alat yang menyajikan aliran material dan informasi secara visual [2]. Penggambaran VSM current state menggambarkan keadaan aktual. Berdasarkan Gambar 5, proses rubber step aspira belakang melibatkan tiga area, yaitu area pemotongan, area penimbangan, dan area pencetakan dengan lead time selama 5915,07 (1,64 jam) per produk dan total value added time yang dihasilkan adalah 1131,47 atau 19,13% dari total lead time. B. Process Activity Current State Process Activity adalah suatu alat untuk menunjukkan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses [3]. Tabel I merupakan ringkasan dari PAM current state. TABEL I RINGKASAN PAM CURRENT STATE Lead Time 5915,07 dtk Total Value Added Time 1131,47 dtk % Value Added 19,13 % Total Neccessary Non Value Added Time 4389,39 dtk % Neccessary Non Value Added Time 74,21 % Total Non Value Added Time 394,21 dtk % Non Value Added Time 6,66 % Berdasarkan Tabel I, proses memiliki lead time sebesar 5915,07 (98,58 menit). Total value added time sebesar 1131,47 dari lead time, total non-value added time sebesar 394,21 dari lead time dan total necessary non-value added time sebesar 4389,39 dari lead time. Gudang Bahan Baku Scheduled based on PK Production Control PT. Agronesia Information Gudang Bahan Jadi 299,51 51,75 Pemotongan Penimbangan C/T : 266,10 Operator : 2 Equipment : Cutter dan Alat Pemotong 525,61 125,31 0 C/T : 54,69 Equipment : Timbangan Digital 54,69 54,69 9,42 9,42 Gambar 5 VSM Current State C/T : 5273,60 Equipment : Sarung Tangan dan Obeng Machine : Automatic Panstone 5273,60 951,48 51,75 Lead Time: 5915,07 Total VA Time: 1131,47 28 Rancangan Perbaikan pada Proses Produksi Rubber Step Aspira Belakang Menggunakan 5-S System dengan Pendekatan Lean Manufacturing untuk Meminimasi Waste Motion (Studi Kasus: Divisi Industri Teknik Karet PT Agronesia)

Dari seluruh kegiatan yang telah didata pada tabel PAM, maka beberapa kegiatan yang tergolong dalam jenis kegiatan waste motion dipaparkan pada Tabel II. TABEL II KEGIATAN WASTE MOTION PADA PROSES PRODUKSI No. Kegiatan Area Jenis Kegiatan 1 Berjalan mengambil alat Pemotongan NVA kebersihan 2 Berjalan mengambil cutter Pemotongan NVA 3 Berjalan mengambil obeng NVA 4 Berjalan mengambil sarung NVA tangan 5 Berjalan mengambil plastik pengepakan NVA Berdasarkan Tabel II didapatkan lima kegiatan yang merupakan kegiatan waste motion yang termasuk pada golongan nonvalue added. Kegiatan tersebut digolongkan dalam kegiatan nonvalue added karena kegiatan tersebut tidak memberikan nilai tambah pada proses, namun hanya menambah waktu karena jarak yang ditempuh dalam melakukan kegiatan tersebut. Oleh karena itu, apabila kegiatan berjalan tersebut dihilangkan maka akan menghilangkan waktu yang tidak dibutuhkan. C. Identifikasi Akar Penyebab Waste Motion Identifikasi akar penyebab waste motion dilakukan dengan tools fishbone diagram dan 5 whys. Fishbone diagram adalah metode yang dapat digunakan untuk mencari akar permasalahan dengan cara menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat dari suatu masalah yang ada [4]. Hasil dari fishbone diagram digambarkan pada Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6 faktor utama penyebab waste motion adalah man, method, dan environtment. Selanjutnya, faktor penyebab tersebut dicari akar masalahnya dengan menggunakan 5 whys. 5 whys adalah metode yang digunakan untuk mencari akar permasalahan dengan mengulang-ulang pertanyaan mengapa sebanyak 5 kali sampai ditemukan masalah yang dapat diperbaiki [2]. Hasil 5 whys dijelaskan pada Tabel III. TABEL III HASIL 5 WHYS Faktor Permasalahan Akar Penyebab Method Man Environtment Adanya kegiatan berjalan untuk mengambil alat Adanya kegiatan berjalan untuk mengambil alat kebersihan Operator mencari alat Adanya ketidakseimbangan beban tangan kanan dan tangan kiri Daerah kotor Perusahaan belum memfasilitasi tempat penyimpanan alat di area penyimpanan alat kebersihan di area penyimpanan untuk alat di area Perusahaan tidak menyediakan alat yang lebih praktis untuk digunakan di area pemotongan Tidak adanya tempat sampah khusus sisa pencetakan di dekat mesin pencetakan Lantai kotor Environment Operator tidak disiplin dalam menyimpan alat Harus adanya kegiatan berjalan untuk mengambil alat Gambar 6 Fishbone Diagram D. Rancangan Usulan Perbaikan Berdasarkan identifikasi dan analisis akar penyebab waste motion terdapat aktivitas yang tidak bernilai tambah bagi produk, oleh karena itu dilakukanlah tindakan perbaikan pada seluruh departemen dengan menggunakan lean manufacturing tools yaitu menggunakan metode 5-S. Rancangan usulan perbaikan dapat dilihat pada Tabel IV. Akar Penyebab Perusahaan belum memfasilitasi tempat penyimpanan alat di area penyimpanan alat kebersihan di area penyimpanan untuk alat di area Perusahaan tidak menyediakan alat yang lebih praktis untuk digunakan di area pemotongan Tidak adanya tempat sampah khusus sisa pencetakan di dekat mesin pencetakan Method TABEL IV RANCANGAN USULAN PERBAIKAN Operator mencari alat Waste Motion Usulan Perbaikan (Merancang tempat penyimpanan alat pada tahap Seiton) (Merancang tempat penyimpanan alat kebersihan pada tahap Seiton) (Merancang tempat penyimpanan alat pada tahap Seiton) Merancang alat pemotong compound (Merancang tempat sampah untuk sisa pencetakan pada tahap SeISO) 1. 5-S Lingkungan yang bersih, nyaman, dan teratur berpengaruh pada kondisi operator dalam melakukan proses nya maka dari itu dilakukan tindakan evaluasi dan perbaikan kondisi lantai dengan menerapkan 5-S. 5-S System adalah suatu prinsip yang diterapkan pada lingkungan untuk dapat melakukan peningkatan secara terus menerus dengan cara menciptakan dan memelihara lingkungan agar menjadi teratur, bersih, aman, dan memiliki kinerja yang tinggi [1]. a. Seiri Seiri adalah aktivitas memisahkan barang atau mesin yang masih dibutuhkan dengan yang sudah tidak dibutuhkan lagi [1].. Dalam merancang seiri dibutuhkan data barang yang digunakan, jumlah barang yang digunakan, kondisi barang yang digunakan dan frekuensi penggunaannya di area. Pengambilan data ini dilakukan untuk melihat barang yang masih dapat digunakan dan barang yang rusak. Untuk barang yang rusak belum memiliki tempat penyimpanan karena barang ini harus disimpan hingga adanya kegiatan stock opname, maka dirancanglah broken area. Selain itu, dirancang juga red tag. Red Tag ditempelkan pada barang yang tidak diperlukan lagi namun masih berada di area. Man Harus adanya kegiatan berjalan untuk mengambil alat kebersihan Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 3, Nomor 3, Juli 2016 29

b. Seiton Seiton adalah aktivitas menyimpan alat yang memang diperlukan pada tempat yang tepat dan tempat yang mudah dijangkau [1]. Dengan melakukan penataan maka diharapkan tidak ada lagi pergerakan mencari barang yang dibutuhkan oleh operator saat sedang melakukan proses. Untuk melakukan penataan, pertama-tama dilakukan pendataan terhadap kelompok alat berdasarkan fungsi dan area, selanjutnya dibuat rancangan tempat penyimpanan sesuai dengan fungsi dan area nya. TABEL V RANCANGAN USULAN SEITON Area Kerja Alat Kerja Rancangan Usulan Pemotongan Cutter Tempat penyimpanan cutter Obeng dan sarung Tempat penyimpanan obeng tangan Plastik pengepakan dan sarung tangan Tempat penyimpanan plastik pengepakan c. SeISO SeISO adalah kegiatan mempertahankan lingkungan agar tetap selalu bersih dan rapi [1]. Salah satu syarat untuk menciptakan lingkungan yang bersih adalah dengan menyediakan alat kebersihan yang cukup dan memadai. Dan beberapa usulan lain dijelaskan pada Tabel VI. TABEL VI RANCANGAN USULAN SEISO Rancangan Usulan Fungsi Penyimpanan Alat Kebersihan Jadwal piket harian dan lembar checklist kegiatan piket harian Tempat sampah sisa pencetakan Agar operator memiliki tempat penyimpanan tetap untuk alat kebersihan sehingga operator tidak perlu mencari alat kebersihan saat membutuhkannya. Agar operator memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam menjaga kebersihan area dan menaati semua kegiatan yang ditetapkan. Untuk menampung semua sampah sisa pencetakan agar tidak berceceran di lantai area pencetakan. d. Seiketsu Seiketsu adalah aktivitas standarisasi (menciptakan aturan) agar praktek 3-S sebelumnya selalu berjalan [1]. seiketsu ditunjukkan pada Tabel VII. Rancangan Usulan Aturan Kerja Annual Cleaning Event Display TABEL VII RANCANGAN USULAN SEIKETSU Fungsi Aturan digunakan untuk memberikan informasi tentang tindakan yang harus dilakukan oleh operator dalam menjaga pelaksanaan 3-S di area agar tidak adanya kesalahan yang dilakukan oleh operator. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan setahun sekali dalam satu hari penuh pada hari minggu. Dengan kegiatan ini seluruh elemen perusahaan akan saling be sama dalam menjaga kebersihan Adanya display akan berguna sebagai pemberitahuan dan himbauan kepada operator agar selalu membudayakan 5- S System di seluruh area setiap saat e. Shitsuke Shitsuke adalah kegiatan mendisiplinkan seluruh elemen di lingkungan agar selalu mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan [1]. Dalam mengukur keberhasilan dari program 5-S maka perlu dijalankannya evaluasi 5-S sehingga dapat diketahui perkembangan dari program 5-S dan perbaikan yang dibutuhkan. Setelah dilakukan evaluasi dengan menggunakan formulir evalusi maka selanjutnya hasil dari evaluasi tersebut akan dimasukkan kedalam peta radar agar dapat diketahui pada bagian mana yang masih membutuhkan perbaikan. 2. Alat Pemotong Compound Selain penerapan 5-S terdapat juga usulan rancangan alat pemotong compound agar alat potong tidak konvensional dan tidak melakukan proses pemotongan sebanyak 2 kali. Gambar 7 Rancangan Alat Pemotong Compound Berdasarkan Gambar 7 alat pemotong compound dilengkapi dengan tambahan pokayoke ukuran compound. Pokayoke yang dirancang pun tidak hanya bisa digunakan untuk rubber step jenis aspira belakang saja namun dapat digunakan untuk jenis lainnya karena pokayoke dapat digeser sesuai dengan ukuran pemotongan yang digunakan. 3. Layout Rancangan Usulan Perbaikan Setelah merancang beberapa usulan perbaikan pada area maka dilakukan perancangan lokasi penyimpanan dari usulan perbaikan tersebut. Penentuan lokasi penyimpanan ini ditunjukan agar operator mudah untuk menggunakannya. Layout rancangan usulan perbaikan dapat dilihat pada lampiran. 4. Pemetaan Future State Setelah dilakukan rancangan usulan perbaikan, maka aktivitas gerakan operator yang tidak diperlukan dapat diminimasi sehingga lead time pada proses rubber step aspira belakang berkurang. Reduksi waktu yang dilakukan digunakan melakukan perhitungan waktu tidak langsung. Pemetaan VSM future state ditunjukkan pada Gambar 8. Berdasarkan pemetaan VSM dan PAM future state pengurangan lead time setelah dilakukan rancangan usulan perbaikan yaitu sebesar 5661,83 (94,36 menit). Pengurangan waktu tersebut diperoleh dari penghilangan aktivitas gerakan yang tidak bernilai tambah akibat adanya waste motion selama proses berlangsung. 30 Rancangan Perbaikan pada Proses Produksi Rubber Step Aspira Belakang Menggunakan 5-S System dengan Pendekatan Lean Manufacturing untuk Meminimasi Waste Motion (Studi Kasus: Divisi Industri Teknik Karet PT Agronesia)

Gudang Bahan Baku Scheduled based on PK Production Control PT. Agronesia Information Gudang Bahan Jadi 299,51 51,75 Tempat Penyimpanan Cutter Pemotongan Alat Bantu Pemotongan Penimbangan Tempat Alat Kebersihan Tempat Penyimpanan Obeng dan Sarung Tangan C/T : 158,90 Operator : 2 Equipment : Cutter dan Alat Pemotong Penerapan 5 S C/T : 54,69 Equipment : Timbangan Digital 9,42 Penambahan Peralatan Kebersihan C/T : 5087,55 Equipment : Sarung Tangan dan Obeng Tempat Machine : Automatic Panstone Sampah Sisa 458,41 0 54,69 9,42 5086,55 51,75 Lead Time: 5660,82 117,62 54,69 951,48 Total VA Time: 1123,79 Gambar 8 VSM Future State TABEL VIII RINGKASAN PAM FUTURE STATE Lead Time Total Value Added Time 5660,82 dtk 1123,79 dtk % Value Added 19,85 % Total Neccessary Non Value Added Time 44389,39 dtk % Neccessary Non Value Added Time 77,54 % Total Non Value Added Time 147,64 dtk % Non Value Added Time 2,61 % Berdasarkan Tabel VIII dapat dilihat bahwa setelah dilakukan usulan perbaikan lead time berkurang sebesar 254,26 atau sebesar 4,24 menit dan total nonvalue added time berkurang sebesar 246,57 atau sebesar 4,11 menit. IV. KESIIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa akar penyebab terjadinya waste motion pada proses rubber step aspira belakang di PT Agronesia adalah perusahaan belum memfasilitasi tempat penyimpanan alat di area, tidak tersedianya tempat penyimpanan alat kebersihan di area, perusahaan tidak menyediakan alat yang lebih praktis untuk digunakan di area pemotongan, dan tidak adanya tempat sampah khusus sisa pencetakan di dekat mesin pencetakan. Dalam upaya meminimasi waste motion pada proses rubber step aspira belakang di PT Agronesia maka dibuat rancangan usulan perbaikan dengan menggunakan pendekatan lean manufacturing yaitu dengan menggunakan penerapan 5-S System di area mass production. 5-S dengan melakukan perancangan seiri (perancangan broken area untuk alat yang rusak dan pembuatan red tag untuk menandai alat yang sudah tidak digunakan lagi), seiton (perancangan tempat penyimpanan cutter, perancangan tempat penyimpanan obeng dan sarung tangan, dan perancangan tempat penyimpanan plastik pengepakan), seiso (penambahan peralatan kebersihan, perancangan tempat penyimpanan peralatan kebersihan, pembuatan jadwal piket harian serta lembar checklist kegiatan piketharian dan perancangan tempat sampah sisa pencetakan), seiketsu (perancangan aturan, usulan kegiatan annual cleaning event, dan perancangan display), dan shitsuke (perancangan lembar evaluasi dan peta radar). Serta merancang alat pemotong compound. Seluruh perancangan usulan perbaikan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau oleh operator sehingga memudahkan proses nya. Hasil dari rancangan usulan perbaikan dapat mengurangi lead time 254,26 atau sebesar 4,24 menit dan total non value added time berkurang sebesar 246,57 atau sebesar 4,11 menit. DAFTAR PUSTAKA [1] Gasperz, V., & Fontana, A., Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries, 2011. [2] Liker, J. K., & Meier, D., The Toyota Way Fieldbook, Jakarta, 2007. [3] Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., & Tjakraatmadja, J. H., Teknik Sistem Kerja, Bandung, 2006. [4] Tague, N. R., The Quality Toolbox, Milwaukee, 2005. [5] Sobuj, K.M Mostafizur Rahman., Study and Analysis of the Scope of Value Stream (VSM) Technique Application in a Selected Garment Factory of Bangladesh, International Journal of Engineering Research and General Science, Volume 3, Issue 2, 2015, pp 998-1007. Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 3, Nomor 3, Juli 2016 31

3m 1m LAMPIRAN Lampiran A. Layout Rancangan Usulan Perbaikan 2m 6m 2m SALURAN AIR 3m A B C D E F 6m G 9m N 1m 4m 4m 4m M 4m L K J 27m I H KETERANGAN A = Tempat Pembuangan Sampah G = Ruang Operator M = Tempat PenyimpananMatress = Poster 5 S B = Mesin Injection Mold H = Tempat Penyimpanan Spare Part N = Jalur Material Handling = Tempat Sampah Sisa C = Area Pemotongan I = Mesin Automatic Panstone = Broken Area = Alat Pemotong Compound D = Area Penimbangan J = Mesin Automatic Panstone = Tempat Penyimpanan Cutter E = Mesin Injection Mold K = Mesin Automatic Panstone = Tempat Penyimpanan Obeng & Sarung Tangan F = Tempat Penyimpanan Barang Jadi L = Tempat Penyimpanan Matress = Tempat Penyimpanan Alat Kebersihan 32 Rancangan Perbaikan pada Proses Produksi Rubber Step Aspira Belakang Menggunakan 5-S System dengan Pendekatan Lean Manufacturing untuk Meminimasi Waste Motion (Studi Kasus: Divisi Industri Teknik Karet PT Agronesia)