PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi dengan teman-teman, guru, dan yang lainnya. Sekolah juga merupakan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, pendekatan dan desain penelitian, definisi operasional variabel,

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menjalani kehidupan bermasyarakat individu dihadapkan dengan pola interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

Ketegasan. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dengan baik terhadap orang lain. bersosialisasi dengan orang lain, baik itu keluarga, teman, ataupun guru di

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Asertivitas adalah kemampuan mengkomunikasikan keinginan, perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pergeseran pola penyebab tindak kriminalitas. World Health

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa inggris to assert, yang diartikan sebagai ungkapan sikap positif, yang

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

BAB I PENDAHULUAN. individu yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan

BAB I A. LATAR BELAKANG MASALAH. Etika merupakan refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

PENGARUH BUDAYA JAWA DAN HARGA DIRI TERHADAP ASERTIVITAS PADA REMAJA SISWA KELAS XDI SMA NEGERI 3 PONOROGO

Hubungan antara Perilaku Asertif dengan Penyesuaian Diri pada Siswa Kelas X Asrama SMA MTA Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia biasanya dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA. Bimbingan dan

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua.

HUBUNGAN PERILAKU ASERTIF DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP NEGERI 6 KOTA TEBING TINGGI Marlise Butar Butar Surel :

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Perilaku Asertif dalam Bimbingan Sosial. untuk mencapai perkembangan optimal. Jamal Ma mur (dalam Ratnawati,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

UPAYA MENINGKATKAN ASERTIVITAS MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 KANDEMAN KABUPATEN BATANG

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

BAB IV ANALISIS DATA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. diimajinasikan oleh individu atau kelompok. Pendapat tersebut diartikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal

Human Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dewasa ini, setiap manusia harus dituntut untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial, adanya kecenderungan perilaku asertif sangat membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu lain yang sangat dibutuhkan guna meningkatkan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Asertif berasal dari kata assert yang berarti menegaskan, yang mengandung satu atau lebih hal seperti; hak asasi manusia, kejujuran, atau ekspresi emosi yang tepat. Istilah asertif menunjukan pada suatu tingkah laku. Remaja yang memiliki perilaku asertif sangat menentukan kelancaran aktifitas yang akhirnya akan mempengaruhi kualitas pertemanan. Sedangkan jika remaja kurang memiliki perilaku asertif akan menimbulkan salah komunikasi, lambatnya pengambilan keputusan dan cara menindak lanjuti persoalan yang terjadi, mengganggu aktifitas kelompok, kurangnya suasana diantara teman-teman, yang selanjutnya berdampak pada retaknya hubungan pertemanan. Seseorang yang asertif mampu menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa memaksakannya kepada orang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah tingkah laku interpersonal yang mengungkap emosi secara terbuka, jujur, tegas dam langsung pada tujuan sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi dan dilakukan dengan penuh keyakinan diri dan sopan.

2 Dalam perilaku asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya. Seseorang dikatakan besikap tidak asertif, jika ia gagal mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan/keyakinanannya; atau jika orang tersebut mengekspresikannya sedemikian rupa hingga orang lain malah memberikan respon yang tidak dikehendaki atau negative. Menurut Suterlinah Sukaji (dalam Abidin, 130:2011) Perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relatif terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Menurut Albert dan Emmons (dalam Abidin, 134:2011) mendefinisikan asertivitas sebagai pernyataan diri yang positif yang menunjukan sikap menghargai orang lain. Asertivitas diartikan sebagai perilaku yang mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia yang memungkinkan setiap individu untuk bertindak menurut kepentingannya sendiri, membela diri tanpa kecemasan, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, dan menerapkan hak-hak pribadi tanpa mengabaikan hak-hak orang lain. Sikap asertif salah satunya dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk berkata tidak dengan tegas. Menurut Rini (dalam Marini dan Andriani, 47:2005) yaitu bahwa asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan

3 dan dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Menurut Stein dan Howard (dalam Marini dan Andriani, 47:2005) Asertif atau asertivitas berasal dari bahasa inggris to assert, yang diartikan sebagai ungkapan sikap positif, yang dinyatakan dengan tegas dan terus terang. Asertivitas berarti kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, spesifik, dan, sekaligus tetap peka terhadap kebutuhan orang lain dan reaksi mereka dalam setiap peristiwa. French (dalam Syukri dan Zulkarnain,57:2005) mengatakan dengan bersikap asertif, rasa cemas dan khawatir yang tidak beralasan dapat dihilangkan. Individu menjadi yakin dengan dirinya, jika yang dilakukan adalah benar. Oleh karena itu mengungkapkan keinginan dan hak dengan asertif perlu untuk kelangsungan sebuah kerja team dalam perusahaan atau organisasi. Dari beberapa pendapat dari para ahli penulis dapat menyimpulkan bahwa perilaku asertif adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pendapat, secara bebas dan terbuka kepada orang lain tanpa menyakiti perasaan orang lain. Asertif lebih pada ketegasan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dengan tetap menghargai orang lain. Relevansi perkembangan dan pemahaman perilaku asertif terhadap individu khususnya pada siswa sekolah menengah pertama (SMP) sendiri terlihat sangat nyata, sebab pada masa remaja awal yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju pada masa remaja,siswa sebagai objek utama hendaklah

4 memahami makna perilaku asertif dengan baik agar siswa mampu menanamkan perilaku asertif yang positif dalam dirinya. Perilaku asertif yang positif akan membentuk siswa menjadi individu yang mampu berkomunikasi dengan baik tanpa menyakiti perasaan orang lain. Siswa yang perilaku asertif cenderung tegas tanpa menyinggung perasaan orang lain. Hal ini berbanding terbalik dengan siswa yang memiliki perilaku asertif yang negative biasanya cenderung kasar. Siswa yang memiliki konsep diri negatif biasanya selalu menyinggung perasaan orang lain, sulit dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perilaku asertif di smp negeri 7 kota gorontalo kedepannya diharapkan dapat memberikan dampak yang positif agar siswa mampu berperilaku asertif dengan baik tanpa menyinggung perasaan orang lain. Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, penulis menjumpai adanya 75% siswa yang belum mampu mengemukakan pendapatnya secara bebas dan terbuka kepada orang lain. Ketika proses pelaksanaan layanan berlangsung kebanyakan siswa tidak dapat mengemukakan pendapat dengan baik, sebagian siswa diam saja, terkesan takut, malu, apabila ada salah satu siswa yang bertanya maka yang lain hanya menertawakan. Ada juga siswa yang menjawab dan bertanya akan tetapi terkesan tidak sopan. Jawaban dan pertanyaan yang diberikan cenderung menyinggung perasaan orang lain. Kondisi ini memerlukan pemahaman,

5 bahkan kajian yang mendalam guna mengetahui akar permasalahan dan penyebab perilaku asertif siswa. Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan merumuskan judul Deskripsi Perilaku Asertif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Siswa belum mampu mengungkapkan pendapatnya dengan baik. 2. Siswa cenderung takut menjawab pertanyaan guru maupun teman. 3. Siswa menyampaikan tanggapan cenderung menyinggung orang lain (terkesan tidak sopan). 4. Siswa malu bertanya kepada teman maupun guru. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah perilaku asertif siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang bersifat valid tentang Deskripsi perilaku asertif siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo.

6 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis; dapat memperkaya kajian tentang deskripsi perilaku asertif siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. 2. Manfaat Praktis; Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang perilaku asertif siswa,serta sebagai bahan masukan bagi semua siswa, khususnya kalangan siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo.