28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada purposive judgment sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative. Adapun kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel sebagai berikut : a) Merupakan perusahaan sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2009 dan 2012. b) Memiliki kelengkapan informasi laporan keuangan dan laporan tahunan yang dibutuhkan dalam penelitian yang telah diaudit dan dipublikasikan dan dapat diakses melalui internet. c) Sampel adalah emiten yang memiliki tahun buku per 31 Desember. d) Perusahana sample tidak mengalami delisting selama periode pengamatan. Hasil pemilihan sampel berdasarkan kriteria tersebut sebesar 17 perusahaan.
Secara detail proses pemilihan sampel tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Proses dan Hasil Pemilihan Sampel No Keterangan Jumlah 1 Total perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012 451 2 Perusahaan bukan sektor manufaktur (320) 3 Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan informasi (108) laporan tahunan dan tidak dapat diakses melalui internet 4 Perusahaan yang memiliki tahun buku tidak per 31 (2) Desember 5 Perusahaan yang delisting tahun 2009 2012 (4) 29 Total perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian Sumber: www.sahamok.com 17 Adapun 17 perusahaan manufaktur yang merupakan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: N0 Tabel 3.2 17 Perusahaan Manufaktur Sebelum Dan Sesudah Penerapan PSAK berbasis IFRS Nama perusahaan Kode perusahaan No Nama Perusahaan Kode Perusahaa n 1 PT Astra Internasional Tbk ASII 1 PT Astra Internasional Tbk ASII 2 PT Gudang Garam Tbk GGRM 2 PT Unilever Indonesia Tbk UNVR 3 PT Holcim Indonesia Tbk SMCB 3 4 PT Astra Otoparts Tbk AUTO 4 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk ICBP INDF 5 PT Kimia Farma Tbk KLBF 5 PT Mayora Indah Tbk MYOR
6 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 6 PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 30 ROTI 7 PT Sepatu Bata Tbk BATA 7 PT Gudang Garam Tbk GGRM 8 PT Budi Acid Jaya Tbk BUDI 8 9 PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk 10 PT Berlina Tbk BRNA 10 11 PT Fajar Surya Wisesa Tbk FASW 11 12 PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk 13 PT Kedaung Indah Can Tbk KICI 13 PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP GDST 9 PT Kimia Farma Tbk KLBF PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk CPIN JPFA INTP 12 PT Malindo Feedmill Tbk MAIN PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP 14 PT Merck Tbk MERK 14 PT Holcim Indonesia Tbk SMCB 15 PT Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL 15 16 PT Indofarma Tbk INAF 16 17 PT Beton Jaya Manunggal Tbk PT Semen Indonesia (persero) Tbk PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk SMGR GDST BTON 17 PT Sepatu Bata Tbk BATA 3.2. Jenis dan Sumber Data Sumber data diperoleh melalui IDX Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id atau dari literature lainnya yang masih erat kaitannya dalam penelitian ini. Data yang diperoleh adalah data sekunder yang berupa laporan tahunan. 3.3. Definisi dan Pengukuran Variabel Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan wajib, dan tingkat pengungkapan sukarela.
31 3.3.1. Tingkat Pengungkapan Wajib ( Mandatory Disclosure ) Merupakan pengungkapan minimum yang harus diungkapkan atau disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (kewajiban perusahaan). Perusahaan memperoleh manfaat dari menyembunyikan, sementara yang lain dengan mengungkapkan informasi. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan secara sukarela maka pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. Pengungkapan wajib yang diwajibkan oleh keputusan BAPEPAM No. Kep-347/BL/2012 memuat 239 butir pengungkapan informasi laporan tahunan untuk tahun sampel 2012, seperti dalam lampiran 2.Sedangkan yang harus diungkapkan oleh keputusan BAPEPAM No. Kep-06/PM/2000 memuat 217 butir pengungkapan informasi laporan tahunan untuk tahun sampel 2009, seperti dalam lampiran 1. 3.3.2. Tingkat Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure ) Merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan peraturan, dimana perusahaan bebas memilih jenis informasi yang akan diungkapkan yang sekiranya dapat mendukung dalam pengambilan keputusan. Pengungkapan ini berupa butir-butir yang dilakukan sukarela oleh perusahaan. Menurut Global Reporting Initiative (GRI) tahun 2012 butir pengungkapan sukarela terdiri dari 91 butir informasi yang diungkap atau sisanya dari yang wajib diungkapkan, seperti dalam
32 lampiran 3. Dalam penelitian ini, indeks pengungkapan sukarela dibangun berdasarkan pengembangan indeks pengungkapan sukarela yang bersumber dari Global Reporting Initiative (GRI) tahun 2012. Tabel 3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Deskripsi Skala/Indikator Mandatory Disclosure Pengungkapan wajib yang diwajibkan oleh Bapepam No.Kep-347/BL/2012 memuat 239 butir pengungkapan informasi laporan tahunan untuk tahun sampel 2012, seperti dalam lampiran 2 dan Bapepam No. Kep- 06/PM/2000 memuat 217 butir pengungkapan informasi laporan tahunan untuk tahun sampel 2009, seperti dalam Persentase/rasio Voluntary Disclosure lampiran 1 Butir pengungkapan sukarela terdiri dari 91 butir informasi yang diungkap atau sisanya dari yang wajib diungkapkan bedasarkan Global Reporting Initiative (GRI) tahun 2012 seperti dalam lampiran 3. Persentase/rasio Dalam membuat indeks kelengkapan dan luas pengungkapan dibutuhkan suatu instrumen yang dapat mencerminkan informasiinformasi yang diinginkan secara detail pada masing-masing butir laporan keuangan yang telah ditentukan. Dalam menghitung indeks, penulis menggunakan indeks Wallace yang mengungkapkan perbandingan antara jumlah butir yang diungkap dengan jumlah butir yang seharusnya diungkap. Rumus untuk mengukur luas pengungkapan menggunakan angka indeks pengungkapan yang dipakai oleh Cooke (1992) dalam Wallace (1997), yaitu: Indeks = n/k n: jumlah butir pengungkapan yang dipenuhi
33 k: menunjukkan jumlah butir pengungkapan yang mungkin dipenuhi Untuk mengukur kelengkapan pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk Indeks Kelengkapan Pengungkapan. Indeks pengungkapan untuk setiap perusahaan sampel diperoleh dengan cara sebagai berikut : 1. Memberi skor untuk setiap butir pengungkapan secara dikotomi, dimana jika suatu butir diungkapkan diberi nilai satu dan jika tidak diungkapkan akan diberi nilai nol. 2. Skor yang diperoleh setiap perusahaan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total. 3. Menghitung indeks kelengkapan pengungkapan dengan cara membagi total skor yang diperoleh dengan total skor yang diharapkan dapat diperoleh oleh perusahaan 3.4. Metode Analisis Data Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan analisis statistik inferen parametrik dengan uji Independent sample T Test dan uji Paired Sample T Test. Kedua uji beda ini untuk menguji signifikan beda ratarata dari dua kelompok yang diambil secara acak untuk Independent sample T Test dan dua kelompok yang berpasangan untuk Paired Sample T Test. (Gujarati: 2005).
34 Ketentuan diterima atau tidak hipotesis dari kedua alat uji sama yaitu sebagai berikut : Ho diterima, apabila P value > 0,05 Ho ditolak, apabila P value < 0,05