BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. paling parah dan paling lama tingkat pemulihannya akibat krisis keuangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Architecture Net, Simple Neural Net

PERBANDINGAN METODE KLASIFIKASI REGRESI LOGISTIK DAN JARINGAN SARAF TIRUAN PADA KASUS PENGKLASIFIKASIAN DATA DEMOGRAFI SKRIPSI

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

BAB 2 LANDASAN TEORI

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa Pasca Sarjana ITS dengan Regresi Logistik dan Neural Network

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu diketahui, yang disebut sebagai variabel. Variabel adalah sebuah

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE BERBASIS ANDROID MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dengan kasus atau metode yang akn diteliti. Pemanfaatan metode multilayer

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran berkomunikasi radio sangat ditentukan oleh keadaan lapisan E

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

PENGGUNAAN METODE ANALISIS DISKRIMINAN, REGRESI LOGISTIK, NEURAL NETWORK, DAN MARS UNTUK ANALISIS PERMASALAHAN KLASIFIKASI DATA HBAT DAN DATA IRIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, tiruan dan machinelearning

PENDUGAAN PARAMETER REGRESI LOGISTIK DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN. Anik Djuraidah Jurusan Statistika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

NEURAL NETWORK BAB II

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Jaringan Saraf Tiruan Model Perceptron Pada Pengenalan Pola Pulau di Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

PENYELESAIAN PERSAMAAN NONLINEAR BERDERAJAT DUA MENGGUNAKAN METODE HOPFIELD MODIFIKASI

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

BAB I PENDAHULUAN. akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ESTIMASI EROR STANDAR PARAMETER REGRESI LOGISTIK MENGGUNAKAN METODE BOOTSTRAP

Jaringan Syaraf Tiruan

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

METODOLOGI PENELITIAN

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

BAB III REGRESI LOGISTIK BINER DAN CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (CART) Odds Ratio

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

Gambar 2.1 Neuron biologi manusia (Medsker & Liebowitz, 1994)

PEMILIHAN WARNA LIPSTIK BERDASARKAN INFORMASI USIA DAN WARNA KULIT DENGAN MENGGUNAKAN METODA ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

IMPLEMENTASI JARINGAN SARAF TIRUAN HAMMING DALAM KASUS PENGENALAN POLA ANGKA DAN HURUF. Oleh : M. Husaini., S.T., M.T Dosen IAIN Bandar Lampung

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG)

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN REGRESI LOGISTIK BINER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

Research of Science and Informatic BROILER CHICKENS WEIGHT PREDICTION BASE ON FEED OUT USING BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011)

BAB III METODA PENELITIAN. sekunder, yaitu laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan non keuangan

JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI PENYAKIT LUDWIG ANGINA

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I 2 PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dalam penelitian

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengklasifikasian merupakan salah satu metode statistika untuk mengelompok atau menglasifikasi suatu data yang disusun secara sistematis. Masalah klasifikasi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu pengklasifikasian data pada bidang akademik, sosial, pemerintahan, maupun pada bidang lainnya. Masalah klasifikasi ini muncul ketika terdapat sejumlah ukuran yang terdiri dari satu atau beberapa kategori yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung tetapi harus menggunakan suatu ukuran. Dalam banyak kasus pengklasifikasian dapat diasumsikan sebagai banyaknya kategori atau populasi dari suatu individu yang ada dan setiap populasi dikarakteristikkan dengan ukuran distribusi probabilitasnya (Anderson,1984). Sebagai contoh yakni: pengklasifikasian siswa yang akan mengikuti ujian masuk di suatu universitas. pengklasifikasian didasarkan atas jurusan yang akan dipilih. Dalam hal ini yang menjadi ukuran ialah jurusan yang dipilih. Pengklasifikasian yang ada terdiri dari tiga klasifikasi yakni IPA, IPS, dan IPC yang memilih IPA dan IPS. Bisa saja siswa tersebut masuk ke dalam kelompok IPA, IPS, ataupun IPC. Dalam statistika ada beberapa metode klasifikasi yang digunakan untuk melakukan klasifikasi data seperti: analisis diskriminan, regresi logistik dan artificial neural network yang biasa disebut dengan jaringan saraf tiruan. Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Artificial Neural Network (ANN) tidak lebih baik dibandingkan regresi logistik dan analisis diskriminan dalam hal efisiensi waktu pada proses analisisnya (Manel et al, 1999). Namun jika dibanding

dengan analisis diskriminan, regresi logistik merupakan metode klasifikasi yang cukup baik, setidaknya pada saat ada variabel independen berskala kuantitatif maupun kualitatif ataupun keduanya (Kurt et al, 2006). Dalam penelitian ini yang akan dibahas ialah metode klasifikasi regresi logistik dan jaringan saraf tiruan (Artificial Neural Network). Regresi logistik adalah salah satu pendekatan model matematis yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara satu atau beberapa variabel independen yang bersifat kontinu maupun biner dengan satu variabel dependen yang bersifat dikotomus (biner). Misalkan variabel dependen adalah Y dan variabel independen adalah X. Dalam hal ini regresi logistik tidak memodelkan secara langsung variabel dependen Y dengan variabel independen X, melainkan melalui transformasi variabel dependen ke variabel logit yang merupakan natural log dari odds rasio. Satu hal penting untuk menghasilkan prosedur klasifikasi ialah dengan menghitung tingkat error atau probabilitas misklasifikasi. Salah satu ukuran yang dapat digunakan adalah APER. Ukuran ini disebut dengan apparent error rate (APER) yang didefenisikan sebagai fraksi observasi dalam sampel yang salah diklasifikasikan pada fungsi klasifikasi (Johnson et al,2007). APER digunakan dalam perhitungan ini karena mudah untuk dihitung, dan untuk sampel yang lebih sedikit APER dapat dipergunakan. Disamping itu hasil pengukuran dengan APER tidak bergantung pada distribusi populasi dan dapat dihitung untuk setiap prosedur klasifikasi. Perhitungan APER dapat dilakukan dengan terlebih dahulu membuat tabel klasifikasi, observasi dari dan observasi dari. Actual Group Tabel 1: Klasifikasi Actual dan Predicted Group Predicted group Dari tabel diperoleh: (Johnson et al, 2007)

Dengan: n 1A : Jumlah pengamatan dari π 1 tepat diklasifikasikan sebagai π 1. n 1B : Jumlah pengamatan dari π 1 salah diklasifikasikan sebagai π 2. n 2B : Jumlah pengamatan dari π 2 salah diklasifikasikan sebagai π 1. n 2A : Jumlah pengamatan dari π 2 tepat diklasifikasikan sebagai π 2. Dalam evaluasi fungsi klasifikasi, khususnya pada regresi logistik ialah dengan terlebih dahulu membuat tabulasi antara actual group dan predicted group yang diperoleh dari fungsi logistik. Kemudian dihitung proporsi pengamatan yang salah diklasifikasikan. Diharapkan proporsi pengamatan misklasifikasi tersebut bisa minimum. Selain regresi logistik, klasifikasi juga dapat dilakukan menggunakan jaringan saraf tiruan (artificial neural network). Jaringan saraf tiruan merupakan suatu sistem pemrosesan data yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan biologis, baik cara kerjanya maupun susunannya juga meniru jaringan saraf biologis. Jaringan saraf tiruan (artificial neural network) bisa dibayangkan seperti otak buatan di dalam cerita-cerita fiksi. Otak buatan ini dapat berpikir seperti manusia dan juga sepandai manusia dalam menyimpulkan sesuatu dari potongan-potongan informasi yang diterima dan jaringan saraf tiruan ini juga dikatakan mengambil ide dari cara kerja jaringan saraf biologis. Salah satu contoh pengambilan ide dari jaringan saraf tiruan ini ialah adanya elemen-elemen pemrosesan pada jaringan saraf tiruan yang saling terhubung dan beroperasi secara paralel. Ini meniru jaringan saraf biologis yang tersusun dari sel-sel saraf neuron. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa jaringan saraf tiruan cara kerjanya tidak diprogram untuk menghasilkan suatu keluaran tertentu tetapi semua keluaran ataupun kesimpulan yang ditarik oleh jaringan didasarkan pengalamannya selama mengikuti proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran, ke dalam jaringan saraf tiruan dimasukkan pola-pola input dan output lalu jaringan akan diajari untuk memberikan jawaban yang bisa diterima (Diyah, 2006).

Masalah yang umum dijumpai pada sistem klasifikasi pola adalah cara menemukan data ciri yang tepat bisa membedakan satu objek dengan objek lainnya. Cara membedakan atau dikenal dengan metode klasifikasi pola juga harus dipertimbangkan. Algoritma artificial neural network banyak digunakan untuk mengatasi masalah-masalah penyimpangan dan pemanggilan data, klasifikasi dan identifikasi pola, pemetaan pola input dan output, pengelompokan pola, hingga pada pencarian nilai-nilai optimasi. Dalam hal melakukan perbandingan metode yang dinyatakan terbaik ialah metode yang memiliki tingkat error lebih kecil. Error dapat diketahui dari hasil akhir perhitungan masing-masing metode klasifikasi. Untuk lebih jelasnya bagaimana regresi logistik dan jaringan saraf tiruan bekerja dan metode klasifikasi yang manakah lebih baik dalam proses pengklasifikasian maka penulis mengambil contoh pada data demografi. Data demografi yang diambil merupakan data tentang kependudukan Indonesia pada 30 provinsi yang diambil secara garis besarnya saja atau secara umum. 1.2. Perumusan Masalah Pada bagian sebelumnya telah diuraikan secara singkat mengenai perbandingan metode klasifikasi regresi logistik dan Jaringan Saraf Tiruan. Namun, yang akan dibahas ialah bagaimana melakukan pengklasifikasian pada data demografi jumlah penduduk 30 provinsi di Indonesia secara umum dengan menggunakan metode klasifikasi regresi logistik dan jaringan saraf tiruan (artificial neural network) dan kemudian membandingkan kedua metode tersebut.

1.3. Pembatasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada data demografi jumlah penduduk 30 provinsi di Indonesia secara umum yang diklasifikasikan dengan menggunakan metode klasifikasi regresi logistik dan jaringan saraf tiruan (artificial neural network). 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah untuk membandingkan hasil metode klasifikasi regresi logistik dengan jaringan saraf tiruan (artificial neural network) pada data demografi kemudian memilih metode klasifikasi yang manakah lebih baik dalam pengklasifikasian. 1.5. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan studi literatur dan mencari bahan dari internet yang membahas mengenai regresi logistik dan artificial neural network (jaringan saraf tiruan). Kemudian mengambil sampel data demografi di 30 provinsi di Indonesia dari internet. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Menguraikan penyelesaian pengklasifikasian dengan menggunakan metode klasifikasi regresi logistik dan artificial neural network (jaringan saraf tiruan). b. Melakukan pengklasifikasian data demografi dengan bantuan komputer spss17 c. Membandingkan kedua metode klasifikasi regresi logistik dan artificial neural network (jaringan saraf tiruan). d. Menyimpulkan hasil pengklasifikasian, metode klasifikasi yang dianggap terbaik adalah metode klasifikasi yang memberikan kesalahan terkecil.

1.6. Tinjauan Pustaka Berikut diberikan tinjauan pustaka tentang pengklasifikasian dengan metode regresi logistik dan neural artificial network (jaringan saraf tiruan). Untuk itu dalam hal pengklasifikasian di ambil sampel data demografi jumlah penduduk Indonesia dari 30 provinsi secara umum. 1.6.1. Regresi Logistik Regresi logistik merupakan salah satu metode klasifikasi yang sering digunakan. Regresi logistik biner digunakan saat variabel dependen merupakan variabel dikotomus. Regresi logistik multinomial digunakan pada saat variabel dependen adalah variabel kategorik dengan lebih dari 2 kategori. Secara umum model regresi logistik multivariate adalah: (Hosmer et al, 1989) dimana merupakan nilai probabilitas sehingga, yang berarti bahwa regresi logistik menggambarkan suatu probabilitas. Dengan mentransformasikan pada persamaan di atas dengan transformasi logit, dimana: (Hosmer et al, 1989) maka diperoleh bentuk logit: (Hosmer et al, 1989) Untuk memperoleh estimasi dari parameter regresi logistik dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara Maximum Likelihood Estimation dan metode iterasi newton rhapson. Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989), metode estimasi maximum likelihood digunakan untuk mengestimasi parameter-parameter dalam regresi logistik.

Pada dasarnya metode maximum likelihood memberikan nilai estimasi memaximumkan fungsi likelihoodnya. dengan Dalam melakukan evaluasi fungsi klasifikasi dilakukan dengan membagi data menjadi 2 bagian. Bagian pertama akan dipergunakan sebagai training set, yang diperlukan untuk membentuk model klasifikasi regresi logistik. Berikutnya, bagian kedua akan dipergunakan sebagai validasi set, yang berfungsi sebagai cross-validasi fungsi klasifikasi regresi logistik. Dalam melakukan pengklasifikasian diharapkan untuk meminimalkan kesalahan klasifikasi atau meminimalkan rata-rata efek buruk dari kesalahan klasifikasi. 1.6.2. Jaringan Saraf Tiruan Jaringan saraf tiruan merupakan model tiruan bagaimana makhluk hidup memahami dan mengenali informasi disekitarnya (eka et al, 2006). Secara sederhana, jaringan saraf tiruan adalah sebuah alat pemodelan data statistik non-linier. Jaringan saraf tiruan dapat digunakan untuk memodelkan hubungan yang kompleks antara input dan output untuk menemukan pola-pola pada data (Wikipedia, 2010). Jaringan saraf tiruan ini disusun oleh elemen-elemen pemroses yang berada pada lapisan-lapisan yang berhubungan dan diberi bobot. Dengan serangkaian inputan diluar sistem yang diberikan kepadanya jaringan ini dapat memodifikasi bobot yang akan dihasilkannya, sehingga akan menghasilkan output yang konsisten sesuai dengan input yang diberikan kepadanya. Ada pun langkah-langkah klasifikasi data pada jaringan saraf tiruan diantaranya ialah : a. Pembangunan model dari set data pelatihan atau pembelajaran. Dalam hal ini dilakukan pembentukan jaringan dan penghitungan nilai-nilai parameter jaringan (bobot, bias, dll).

b. Penggunaan model untuk mengklasifikasikan data baru. Dalam hal ini, sebuah record diumpankan ke model, dan model akan memberikan jawaban kelas hasil perhitungannya. Jaringan Saraf Tiruan dibagi ke dalam 3 macam arsitektur, yaitu: a. Jaringan Lapis Tunggal Jaringan yang memiliki arsitektur jenis ini hanya memiliki satu buah lapisan bobot koneksi. Jaringan lapisan tunggal terdiri dari unit-unit input yang menerima sinyal dari dunia luar, dan unit-unit output dimana kita bisa membaca respons dari jaringan saraf tiruan tersebut. w 2m Lapisan input w 11 w 1m w 21 w n1 w nm bobot Lapisan output Gambar 1.1: Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan Dengan Satu Jaringan Lapis Tunggal b. Jaringan Multilapis Merupakan jaringan dengan satu atau lebih lapisan tersembunyi. Multilayer net ini memiliki kemampuan lebih dalam memecahkan masalah bila dibandingkan dengan single layer net, namun pelatihannya mungkin lebih rumit.

Lapisan input v n1 v 1m v 21 v 2m v nm v 11 Lapisan tersembunyi w m1 w mn w 11 Y 1 w 1n Y n Lapisan output Gambar 1.2: Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan Dengan Jaringan Multilapis c. Jaringan Kompetitif Pada jaringan ini sekumpulan neuron bersaing untuk mendapatkan hak menjadi aktif. A 1 A m 1 -µ 1 -µ -µ -µ -µ 1 Ai -µ A 1 Gambar 1.3: Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan Dengan Jaringan Kompetitif

Secara umum, tiap unit pada lapisan (layer) yang sama atau dapat juga disebut neuron mempunyai tingkah laku yang sama untuk pemrosesan sinyal data. Hanya hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah penentuan penggunaan jenis fungsi aktifasi pada masing-masing unit pada lapisan tersebut dan pola koneksi antar lapisan.