internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

dokumen-dokumen yang mirip
bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam usahanya menegakkan

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tidak lagi menjadi isu-isu utama yang dihadapi oleh negara-negara sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui

HUBUNGAN INTERNASIONAL

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

1. KBRI-Kuala Lumpur tidak optimal dalam menjalankan fungsi dan misi diplomatik dalam situasi perundingan/negosiasi terkait penyelesaian kasus

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

BAB V PENUTUP. Tibet yang berusaha melawan Tiongkok. Setelah diasingkan ke Dharamsala, Dalai

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. pada permintaan tebusan dalam pembebasan sandera. Namun hal tersebut ditolak

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas)

KEPPRES 108/2003, ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. pada hukum internasional tidak ada badan-badan seperti legislatif, eksekutif dan

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH

MENEGAKKAN KEDAULATAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN MENUJU NEGARA MARITIM YANG BERMARTABAT (KOMISI KEAMANAN) (Forum Rektor Indonesia 2015)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1. Mengelola penyampaian bantuan

BAB III KESIMPULAN. Di dalam sebuah pemberitaan terdapat sebuah proses yang mengandung


Bantuan Hibah Grassroots Untuk Kemanusiaan

RGS Mitra 1 of 8 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TANGGAL 31 DESEMBER 2003

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP INTERVENSI PIHAK ASING ATAS KONFLIK INTERNAL LIBYA BERDASARKAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB SKRIPSI

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. manusia menjadi semakin beragam dan kompleks sifatnya. Berbagai hal sebisa

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu tentang bagaimana Kanada menerapkan norma keamanan manusia dalam keterlibatannya di Afghanistan. Sebagai norm entrepreneur dari keamanan manusia ada kewajiban dan standar kepantasan yang baru bagi perilaku Kanada. Kanada harus memprioritaskan keamanan manusia dalam tindakannya, dan Kanada juga memiliki tanggung jawab tidak hanya bagi keamanan manusia rakyatnya tetapi juga bagi keamanan manusia rakyat yang berada di negara lain, terutama rakyat yang berada dalam failed dan failing states. Dalam kasus Afghanistan, Kanada pun harus berlaku sama, menjalankan nilai-nilai yang selama ini telah mereka usung di atas panggung internasional. Terutama karena Afghanistan sedang menjadi pusat perhatian internasional pada saat itu. Meski pada awalnya keterlibatan Kanada di Afghanistan lebih karena alasan politik dalam interaksinya sebagai tetangga Amerika dan anggota NATO, namun tetap saja nilai-nilai yang tertanam selama ini dalam kebijakan luar negeri Kanada tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena jika Kanada mulai melenceng dari perannya selama ini, besar peluang Kanada untuk kehilangan identitas dan statusnya tersebut. Sebagai norm entrepreneur norma keamanan manusia, Kanada telah mendapatkan reputasi tersendiri di mata komunitas internasional atas perannya di bidang keamanan manusia. Identitas Kanada sebagai norm entrepreneur ini merupakan sesuatu yang membanggakan bagi Kanada, karena telah berhasil memberikan peluang bagi Kanada memegang peran kepemimpinan dalam isu-isu internasional yang berkaitan dengan keamanan manusia, kemanusiaan dan perdamaian. Dengan terbentuknya identitas baru ini telah memberikan sebuah persepsi yang baru juga bagi Kanada, bahwa sekarang perilaku dan tindakannya harus mengikuti prinsip-prinsip normatif dari keamanan manusia. Hal ini untuk menjaga pengaruh Kanada dalam bidang kemanusiaan dan perdamaian 99

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan yang dilihat banyak pihak sebagai wujud kembalinya prinsip keamanan tradisional, Kanada kembali kepada norma keamanan manusia dengan menerapkan kembali konsep ini dalam kebijakannya di Afghanistan. Dengan alasan keamanan manusia, Kanada bisa mengakomodir beberapa kepentingannya sekaligus, menjaga hubungan baik dengan Amerika dan NATO serta mempertahankan statusnya sebagai norm entrepreneur keamanan manusia. Beberapa perjanjian dan kerjasama yang dibentuk Kanada bersama komunitas internasional menjadi panduan Kanada mengenai praktek apa yang harus dijalankan di Afghanistan. Contohnya karena Kanada telah berhasil menggalang kesepakatan internasional mengenai pelarangan penggunaan ranjau darat dalam Ottawa Process, maka Kanada harus juga menerapkan hasil dan kesepakatan Ottawa Process ini di Afghanistan, negara yang selama masa konfliknya menggunakan ranjau darat sebagai senjata perang. Keberadaan ranjau darat di wilayah Afghanistan adalah salah satu wujud ancaman terhadap keamanan manusia rakyat Afghan. Keberhasilan Kanada dalam Ottawa Process membawa suatu tanggung jawab baru bahwa Kanada harus menerapkan upayaupaya pengurangan, penghentian penggunaan ranjau darat dalam misinya di mana pun, termasuk Afghanistan. Program pembersihan ranjau darat pun menjadi salah satu misi Kanada di Afghanistan. Jadi alasan mengapa Kanada menggunakan keamanan manusia dalam keterlibatannya di Afghanistan adalah untuk mengembalikan perilakunya agar kembali sesuai dengan norma. Meskipun sebelumnya Kanada telah ikut terlibat dalam sebuah invasi. Dengan adanya norma keamanan manusia yang mengatur dan memberikan petunjuk bagaimana suatu aktor (yang menerima norma tersebut) bertindak terhadap negara atau rakyat negara lain, telah memengaruhi tindakan Kanada terhadap Afghanistan. Hal ini termasuk jenis pendekatan seperti apa yang harus digunakan oleh Kanada untuk mengatasi masalah ketidakamanan manusia di Afghanistan. Beserta apa saja jenis program yang harus dijalankan oleh Kanada dalam misinya. 100

Sementara untuk pertanyaan kedua mengenai bagaimana Kanada menerapkan norma keamanan manusia dalam keterlibatannya di Afghanistan, jawabannya adalah sebagai berikut : Kebijakan keamanan manusia Pemerintah Kanada di Afghanistan masih tetap didominasi oleh paradigma freedom from fear. Pemerintah Kanada menggunakan pendekatan 3D (Defense, Development dan Diplomacy) atau whole of government. Pendekatan yang mengintegrasikan bidang-bidang penting seperti defense, development dan diplomacy diharapkan sebagai cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan keamanan manusia yang kompleks di dalam failed states seperti Afghanistan. Dengan mengambil alih PRT Kandahar di daerah selatan, tantangan yang dihadapi Pemerintah Kanada semakin berat karena daerah ini merupakan sarang Taliban. Kondisi keamanan merupakan tantangan terbesar dalam misi Kanada di Kandahar. Kondisi keamanan ini jugalah yang merubah bentuk misi militer Kanada yang menjadi bagian dari ISAF dari yang tadinya merupakan defensive operation menjadi combat operation. Penerapan pendekatan 3D atau whole of government secara teori memang terdengar sangat pas bagi kondisi pasca konflik Afghanistan. Pola pikir dari pendekatan ini adalah bahwa keamanan harus terbentuk lebih dahulu baru kemudian pembangunan bisa dilaksanakan. Ternyata terdapat banyak kelemahan dalam penerapan pendekatan 3D atau whole of government ini di lapangan. Terutama karena kemudian pihak militerlah yang mendominasi misi dan cenderung menyulitkan program development dalam pelaksanaan pemberian bantuan kemanusiaan dan pembangunan. Prinsip netralitas dan imparsial yang menjadi prinsip dasar bidang humanitarian menjadi terganggu dengan kehadiran militer, inilah yang menjadi keberatan pihak-pihak pekerja pembangunan dan organisasi humanitarian. Selain itu selama misinya di Afghanistan, combat operation yang dijalankan pihak militer Kanada telah banyak menimbulkan kerugian materi dan jatuhnya korban dari pihak sipil Afghanistan, bahkan pasukan Kanada sendiri banyak yang gugur selama bertugas di Afghanistan. Banyak kelemahan dari pendekatan 3D atau whole of government yang mengakibatkan 101

misi Kanada tidak berhasil. Terutama dengan memprioritaskan sektor militer (defense) sebagai upaya pengejaran tujuan-tujuan yang bersifat keamanan manusia yang pada akhirnya malah mengabaikan sektor-sektor lainnya yang juga vital. Selain itu kurangnya komunikasi dari Pemerintah Kanada kepada publiknya di dalam negeri mengenai misi mereka di Afghanistan ikut berkontribusi pada semakin tidak populernya misi ini. Rakyat Kanada selama bertahun-tahun tidak mendapat gambaran yang jelas mengenai aktivitas apa saja yang telah dilakukan pemerintahnya di Afghanistan. Laporan-laporan mengenai program, tujuan, pendanaan dan lain-lain tidak disampaikan dengan jelas kepada publik. Tidak adanya transparansi mengenai misi Kanada menyebabkan rakyat mempertanyakan keterlibatan Kanada di Afghanistan. Belum lagi dengan banyaknya korban yang jatuh dari pihak Kanada. Suatu misi yang memperjuangkan keamanan manusia di negara lain dengan mengorbankan banyaknya tentara sendiri harus lah mendapatkan penjelasan mengenai apa tujuan dan bagaimana misi tersebut dijalankan. Pemerintah Kanada gagal meyakinkan rakyatnya padahal dukungan rakyat adalah salah satu faktor penting keberlanjutan suatu misi. Kebijakan dan tindakan Kanada di Afghanistan tidak selalu berjalan sesuai dengan prinsip keamanan manusia. Kanada juga tidak berhasil membawa perubahan yang signifikan terhadap kondisi keamanan manusia rakyat Afghan selama hampir sepuluh tahun menjalankan misinya, meskipun telah menerjunkan ribuan pasukan militer dan staf sipil serta menghabiskan milyaran juta dolar, baik itu untuk dana bantuan maupun untuk mendanai misi. Meski secara keseluruhan tidak bisa dikatakan sukses, tapi program-program yang telah dijalankan Kanada di Afghanistan juga tidak bisa diabaikan sebagai suatu pencapaian Kanada, terutama mengingat situasi dan kondisi konflik di Afghanistan yang sangat menyulitkan pelaksanaan misi. 102

Kanada telah berhasil memilih spesialisasi di bidang keamanan manusia dan memanfaatkan peluang untuk menjadi promotor bagi norma keamanan manusia dan memberikannya reputasi tersendiri di mata komunitas internasional. Peluang ini seharusnya juga bisa digunakan oleh negara-negara seperti Indonesia untuk mendapatkan posisi penting dalam komunitas internasional terutama dalam bidang perdamaian dan kemanusiaan. Tetapi meski berhasil menjadi promotor keamanan manusia tidak selamanya misi (keamanan manusia) yang diusungnya berhasil. Banyak kendala dan kelemahan dalam pelaksanaan norma ini di lapangan, setidaknya hal ini bisa dilihat dari misi Kanada di Afghanistan. Dari pengalaman Kanada dalam menerapkan norma keamanan manusia di Afghanistan dengan menggunakan pendekatan 3D (development, defence, diplomacy) ada beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran. Pertama, bahwa dalam pelaksanaan pendekatan 3D yang mengombinasikan kekuatan militer, pembangunan dan diplomasi, harus ada komposisi yang sesuai dari ketiga bagian ini. Jangan ada dominasi berlebihan dari salah satu bagian yang dalam kasus Kanada adalah dominasi militer terhadap keseluruhan misi Kanada di Afghanistan. Penyediaan keamanan memang penting, tetapi begitu juga hal nya dengan upaya-upaya rekonstruksi, penataan institusiinstitusi pemerintahan, penyediaan lapangan pekerjaan yang berkelanjutan, pembangunan sarana kesehatan dan pendidikan terutama lagi pemberian bantuan kemanusiaan yang mendesak dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat lokal. Kebijakan atau tindakan yang dijalankan untuk mengatasi masalah keamanan manusia harusnya terintegrasi dan dari segala sisi. Tujuannya pun tidak bisa terpenuhi atau dicapai dalam jangka waktu yang singkat karena kebijakan keamanan manusia harus bersifat berkelanjutan untuk memastikan bahwa keamanan yang didapat hari ini tidak akan hilang keesokan harinya. Selain itu pemberian bantuan pun harus tetap dijaga kenetralannya, tidak digunakan untuk mendapatkan keuntungan bagi militer. Upaya-upaya negara asing dalam memberantas pemberontak atau teroris harusnya juga tidak melupakan kepentingan rakyat sipil. Ketika misi-misi pengejaran teroris atau 103

pemberontak kemudian malah menimbulkan banyak kerugian bagi rakyat, maka misi tersebut pun bisa menjadi ancaman keamanan bagi rakyat. Perhitungan yang matang perlu dilakukan oleh pihak manapun yang terlibat dalam upaya pemberantasan teroris atau pemberontak (pihak-pihak yang dianggap musuh) agar tidak menjadi ancaman berikutnya bagi keamanan manusia. Hal ini juga untuk menjaga agar jangan sampai muncul sikap antipati dari warga lokal terhadap pihak asing yang nantinya akan berpengaruh terhadap keberhasilan misi. Berikutnya yaitu pentingnya koordinasi dan kerjasama antar pihak-pihak yang terlibat. Walaupun kondisi penerjunan misi sering kali terjadi dalam waktu yang singkat dikarenakan sifat dan kondisi dari konflik atau keadaan darurat yang membutuhkan penanganan yang cepat pula, setidaknya harus ada semacam pedoman dasar koordinasi dan manajemen kerjasama yang bisa digunakan sebagai panduan awal penerjunan misi. Terutama jika suatu misi tidak hanya melibatkan agensi-agensi dalam satu negara tetapi juga dari banyak negara dan dari organisasi-organisasi internasional lainnya. Suatu negara yang akan terlibat dalam satu misi di negara lain, hendaknya memantapkan koordinasi antar agensi dalam negerinya terlebih dahulu agar memudahkan koordinasi dengan negara lain. Nantinya pedoman ini bisa disesuaikan lagi dengan kondisi dan situasi di lapangan. Peran organisasi internasional seperti PBB sangat diperlukan dalam mengatur koordinasi antar negara dan organisasi internasional. Pembelajaran terus menerus dari komunitas internasional untuk mencari cara yang tepat dalam mengatasi suatu masalah ketidakamanan manusia di dalam failed states juga sangat diperlukan. Ancaman terhadap keamanan manusia mempunyai bentuk yang beragam, konflik Afghanistan adalah salah satu wujud ketidakamanan manusia yang memiliki jenis ancaman yang kompleks. Dari sini nkomunitas internasional bisa bercermin dari keseluruhan misi yang sudah berlangsung sejak lama, bahkan sebelum invasi pada 2001, agar bisa menemukan kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi penyebab tidak berhasilnya misi. Lalu memperbaiki hal tersebut agar misi yang sudah dijalankan bisa mencapai tujuan yang diinginkan yaitu menciptakan kondisi suatu negara yang bisa 104

menyediakan keamanan bagi rakyatnya. Dalam hal ini keamanan tidak sebatas hanya pada keamanan fisik lagi. Sifat fleksibel dari konsep keamanan manusia memungkinkan semua pihak untuk terus mengembangkan, menggali dan mencari cara-cara terbaik dalam mengatasi ketidakamanan. Oleh karena itu penting sekali adanya kegiatan pemonitoran dan evaluasi secara berkala dari tiap misi agar bisa didapatkan pembelajaran dan perbaikan ke arah yang konstruktif bagi perkembangan konsep keamanan manusia. 105