BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu tentang bagaimana Kanada menerapkan norma keamanan manusia dalam keterlibatannya di Afghanistan. Sebagai norm entrepreneur dari keamanan manusia ada kewajiban dan standar kepantasan yang baru bagi perilaku Kanada. Kanada harus memprioritaskan keamanan manusia dalam tindakannya, dan Kanada juga memiliki tanggung jawab tidak hanya bagi keamanan manusia rakyatnya tetapi juga bagi keamanan manusia rakyat yang berada di negara lain, terutama rakyat yang berada dalam failed dan failing states. Dalam kasus Afghanistan, Kanada pun harus berlaku sama, menjalankan nilai-nilai yang selama ini telah mereka usung di atas panggung internasional. Terutama karena Afghanistan sedang menjadi pusat perhatian internasional pada saat itu. Meski pada awalnya keterlibatan Kanada di Afghanistan lebih karena alasan politik dalam interaksinya sebagai tetangga Amerika dan anggota NATO, namun tetap saja nilai-nilai yang tertanam selama ini dalam kebijakan luar negeri Kanada tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena jika Kanada mulai melenceng dari perannya selama ini, besar peluang Kanada untuk kehilangan identitas dan statusnya tersebut. Sebagai norm entrepreneur norma keamanan manusia, Kanada telah mendapatkan reputasi tersendiri di mata komunitas internasional atas perannya di bidang keamanan manusia. Identitas Kanada sebagai norm entrepreneur ini merupakan sesuatu yang membanggakan bagi Kanada, karena telah berhasil memberikan peluang bagi Kanada memegang peran kepemimpinan dalam isu-isu internasional yang berkaitan dengan keamanan manusia, kemanusiaan dan perdamaian. Dengan terbentuknya identitas baru ini telah memberikan sebuah persepsi yang baru juga bagi Kanada, bahwa sekarang perilaku dan tindakannya harus mengikuti prinsip-prinsip normatif dari keamanan manusia. Hal ini untuk menjaga pengaruh Kanada dalam bidang kemanusiaan dan perdamaian 99
internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan yang dilihat banyak pihak sebagai wujud kembalinya prinsip keamanan tradisional, Kanada kembali kepada norma keamanan manusia dengan menerapkan kembali konsep ini dalam kebijakannya di Afghanistan. Dengan alasan keamanan manusia, Kanada bisa mengakomodir beberapa kepentingannya sekaligus, menjaga hubungan baik dengan Amerika dan NATO serta mempertahankan statusnya sebagai norm entrepreneur keamanan manusia. Beberapa perjanjian dan kerjasama yang dibentuk Kanada bersama komunitas internasional menjadi panduan Kanada mengenai praktek apa yang harus dijalankan di Afghanistan. Contohnya karena Kanada telah berhasil menggalang kesepakatan internasional mengenai pelarangan penggunaan ranjau darat dalam Ottawa Process, maka Kanada harus juga menerapkan hasil dan kesepakatan Ottawa Process ini di Afghanistan, negara yang selama masa konfliknya menggunakan ranjau darat sebagai senjata perang. Keberadaan ranjau darat di wilayah Afghanistan adalah salah satu wujud ancaman terhadap keamanan manusia rakyat Afghan. Keberhasilan Kanada dalam Ottawa Process membawa suatu tanggung jawab baru bahwa Kanada harus menerapkan upayaupaya pengurangan, penghentian penggunaan ranjau darat dalam misinya di mana pun, termasuk Afghanistan. Program pembersihan ranjau darat pun menjadi salah satu misi Kanada di Afghanistan. Jadi alasan mengapa Kanada menggunakan keamanan manusia dalam keterlibatannya di Afghanistan adalah untuk mengembalikan perilakunya agar kembali sesuai dengan norma. Meskipun sebelumnya Kanada telah ikut terlibat dalam sebuah invasi. Dengan adanya norma keamanan manusia yang mengatur dan memberikan petunjuk bagaimana suatu aktor (yang menerima norma tersebut) bertindak terhadap negara atau rakyat negara lain, telah memengaruhi tindakan Kanada terhadap Afghanistan. Hal ini termasuk jenis pendekatan seperti apa yang harus digunakan oleh Kanada untuk mengatasi masalah ketidakamanan manusia di Afghanistan. Beserta apa saja jenis program yang harus dijalankan oleh Kanada dalam misinya. 100
Sementara untuk pertanyaan kedua mengenai bagaimana Kanada menerapkan norma keamanan manusia dalam keterlibatannya di Afghanistan, jawabannya adalah sebagai berikut : Kebijakan keamanan manusia Pemerintah Kanada di Afghanistan masih tetap didominasi oleh paradigma freedom from fear. Pemerintah Kanada menggunakan pendekatan 3D (Defense, Development dan Diplomacy) atau whole of government. Pendekatan yang mengintegrasikan bidang-bidang penting seperti defense, development dan diplomacy diharapkan sebagai cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan keamanan manusia yang kompleks di dalam failed states seperti Afghanistan. Dengan mengambil alih PRT Kandahar di daerah selatan, tantangan yang dihadapi Pemerintah Kanada semakin berat karena daerah ini merupakan sarang Taliban. Kondisi keamanan merupakan tantangan terbesar dalam misi Kanada di Kandahar. Kondisi keamanan ini jugalah yang merubah bentuk misi militer Kanada yang menjadi bagian dari ISAF dari yang tadinya merupakan defensive operation menjadi combat operation. Penerapan pendekatan 3D atau whole of government secara teori memang terdengar sangat pas bagi kondisi pasca konflik Afghanistan. Pola pikir dari pendekatan ini adalah bahwa keamanan harus terbentuk lebih dahulu baru kemudian pembangunan bisa dilaksanakan. Ternyata terdapat banyak kelemahan dalam penerapan pendekatan 3D atau whole of government ini di lapangan. Terutama karena kemudian pihak militerlah yang mendominasi misi dan cenderung menyulitkan program development dalam pelaksanaan pemberian bantuan kemanusiaan dan pembangunan. Prinsip netralitas dan imparsial yang menjadi prinsip dasar bidang humanitarian menjadi terganggu dengan kehadiran militer, inilah yang menjadi keberatan pihak-pihak pekerja pembangunan dan organisasi humanitarian. Selain itu selama misinya di Afghanistan, combat operation yang dijalankan pihak militer Kanada telah banyak menimbulkan kerugian materi dan jatuhnya korban dari pihak sipil Afghanistan, bahkan pasukan Kanada sendiri banyak yang gugur selama bertugas di Afghanistan. Banyak kelemahan dari pendekatan 3D atau whole of government yang mengakibatkan 101
misi Kanada tidak berhasil. Terutama dengan memprioritaskan sektor militer (defense) sebagai upaya pengejaran tujuan-tujuan yang bersifat keamanan manusia yang pada akhirnya malah mengabaikan sektor-sektor lainnya yang juga vital. Selain itu kurangnya komunikasi dari Pemerintah Kanada kepada publiknya di dalam negeri mengenai misi mereka di Afghanistan ikut berkontribusi pada semakin tidak populernya misi ini. Rakyat Kanada selama bertahun-tahun tidak mendapat gambaran yang jelas mengenai aktivitas apa saja yang telah dilakukan pemerintahnya di Afghanistan. Laporan-laporan mengenai program, tujuan, pendanaan dan lain-lain tidak disampaikan dengan jelas kepada publik. Tidak adanya transparansi mengenai misi Kanada menyebabkan rakyat mempertanyakan keterlibatan Kanada di Afghanistan. Belum lagi dengan banyaknya korban yang jatuh dari pihak Kanada. Suatu misi yang memperjuangkan keamanan manusia di negara lain dengan mengorbankan banyaknya tentara sendiri harus lah mendapatkan penjelasan mengenai apa tujuan dan bagaimana misi tersebut dijalankan. Pemerintah Kanada gagal meyakinkan rakyatnya padahal dukungan rakyat adalah salah satu faktor penting keberlanjutan suatu misi. Kebijakan dan tindakan Kanada di Afghanistan tidak selalu berjalan sesuai dengan prinsip keamanan manusia. Kanada juga tidak berhasil membawa perubahan yang signifikan terhadap kondisi keamanan manusia rakyat Afghan selama hampir sepuluh tahun menjalankan misinya, meskipun telah menerjunkan ribuan pasukan militer dan staf sipil serta menghabiskan milyaran juta dolar, baik itu untuk dana bantuan maupun untuk mendanai misi. Meski secara keseluruhan tidak bisa dikatakan sukses, tapi program-program yang telah dijalankan Kanada di Afghanistan juga tidak bisa diabaikan sebagai suatu pencapaian Kanada, terutama mengingat situasi dan kondisi konflik di Afghanistan yang sangat menyulitkan pelaksanaan misi. 102
Kanada telah berhasil memilih spesialisasi di bidang keamanan manusia dan memanfaatkan peluang untuk menjadi promotor bagi norma keamanan manusia dan memberikannya reputasi tersendiri di mata komunitas internasional. Peluang ini seharusnya juga bisa digunakan oleh negara-negara seperti Indonesia untuk mendapatkan posisi penting dalam komunitas internasional terutama dalam bidang perdamaian dan kemanusiaan. Tetapi meski berhasil menjadi promotor keamanan manusia tidak selamanya misi (keamanan manusia) yang diusungnya berhasil. Banyak kendala dan kelemahan dalam pelaksanaan norma ini di lapangan, setidaknya hal ini bisa dilihat dari misi Kanada di Afghanistan. Dari pengalaman Kanada dalam menerapkan norma keamanan manusia di Afghanistan dengan menggunakan pendekatan 3D (development, defence, diplomacy) ada beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran. Pertama, bahwa dalam pelaksanaan pendekatan 3D yang mengombinasikan kekuatan militer, pembangunan dan diplomasi, harus ada komposisi yang sesuai dari ketiga bagian ini. Jangan ada dominasi berlebihan dari salah satu bagian yang dalam kasus Kanada adalah dominasi militer terhadap keseluruhan misi Kanada di Afghanistan. Penyediaan keamanan memang penting, tetapi begitu juga hal nya dengan upaya-upaya rekonstruksi, penataan institusiinstitusi pemerintahan, penyediaan lapangan pekerjaan yang berkelanjutan, pembangunan sarana kesehatan dan pendidikan terutama lagi pemberian bantuan kemanusiaan yang mendesak dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat lokal. Kebijakan atau tindakan yang dijalankan untuk mengatasi masalah keamanan manusia harusnya terintegrasi dan dari segala sisi. Tujuannya pun tidak bisa terpenuhi atau dicapai dalam jangka waktu yang singkat karena kebijakan keamanan manusia harus bersifat berkelanjutan untuk memastikan bahwa keamanan yang didapat hari ini tidak akan hilang keesokan harinya. Selain itu pemberian bantuan pun harus tetap dijaga kenetralannya, tidak digunakan untuk mendapatkan keuntungan bagi militer. Upaya-upaya negara asing dalam memberantas pemberontak atau teroris harusnya juga tidak melupakan kepentingan rakyat sipil. Ketika misi-misi pengejaran teroris atau 103
pemberontak kemudian malah menimbulkan banyak kerugian bagi rakyat, maka misi tersebut pun bisa menjadi ancaman keamanan bagi rakyat. Perhitungan yang matang perlu dilakukan oleh pihak manapun yang terlibat dalam upaya pemberantasan teroris atau pemberontak (pihak-pihak yang dianggap musuh) agar tidak menjadi ancaman berikutnya bagi keamanan manusia. Hal ini juga untuk menjaga agar jangan sampai muncul sikap antipati dari warga lokal terhadap pihak asing yang nantinya akan berpengaruh terhadap keberhasilan misi. Berikutnya yaitu pentingnya koordinasi dan kerjasama antar pihak-pihak yang terlibat. Walaupun kondisi penerjunan misi sering kali terjadi dalam waktu yang singkat dikarenakan sifat dan kondisi dari konflik atau keadaan darurat yang membutuhkan penanganan yang cepat pula, setidaknya harus ada semacam pedoman dasar koordinasi dan manajemen kerjasama yang bisa digunakan sebagai panduan awal penerjunan misi. Terutama jika suatu misi tidak hanya melibatkan agensi-agensi dalam satu negara tetapi juga dari banyak negara dan dari organisasi-organisasi internasional lainnya. Suatu negara yang akan terlibat dalam satu misi di negara lain, hendaknya memantapkan koordinasi antar agensi dalam negerinya terlebih dahulu agar memudahkan koordinasi dengan negara lain. Nantinya pedoman ini bisa disesuaikan lagi dengan kondisi dan situasi di lapangan. Peran organisasi internasional seperti PBB sangat diperlukan dalam mengatur koordinasi antar negara dan organisasi internasional. Pembelajaran terus menerus dari komunitas internasional untuk mencari cara yang tepat dalam mengatasi suatu masalah ketidakamanan manusia di dalam failed states juga sangat diperlukan. Ancaman terhadap keamanan manusia mempunyai bentuk yang beragam, konflik Afghanistan adalah salah satu wujud ketidakamanan manusia yang memiliki jenis ancaman yang kompleks. Dari sini nkomunitas internasional bisa bercermin dari keseluruhan misi yang sudah berlangsung sejak lama, bahkan sebelum invasi pada 2001, agar bisa menemukan kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi penyebab tidak berhasilnya misi. Lalu memperbaiki hal tersebut agar misi yang sudah dijalankan bisa mencapai tujuan yang diinginkan yaitu menciptakan kondisi suatu negara yang bisa 104
menyediakan keamanan bagi rakyatnya. Dalam hal ini keamanan tidak sebatas hanya pada keamanan fisik lagi. Sifat fleksibel dari konsep keamanan manusia memungkinkan semua pihak untuk terus mengembangkan, menggali dan mencari cara-cara terbaik dalam mengatasi ketidakamanan. Oleh karena itu penting sekali adanya kegiatan pemonitoran dan evaluasi secara berkala dari tiap misi agar bisa didapatkan pembelajaran dan perbaikan ke arah yang konstruktif bagi perkembangan konsep keamanan manusia. 105