BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. pula ada bahasa tanpa masyarakat, karena bahasa merupakan alat penghubung

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

ANALISIS SEMANTIS IDIOM BAHASA JEPANG YANG MEMAKAI BAGIAN TUBUH KAKI. Rohmadoni, Surono 1, Elizabeth I.H.A.N.R 2

ANALISIS MAKNA KANYOUKU YANG MENGGUNAKAN KANJI KUCHI DALAM KODANSHA S DICTIONARY OF BASIC JAPANESE IDIOMS

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Oleh karena itu, memahami kosakata adalah hal yang terpenting

Bab 1. Pendahuluan. Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa di dunia yang memiliki ciri dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam tataran komunikasi, makna merupakan objek tuturan yang disampaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1983:3). Dalam bahasa Jepang, adjektiva disebut keiyoushi. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. kita rasakan baik di dalam hati maupun pikiran. Begitu pula menurut Walija (1996 : 4),

BAB I PENDAHULUAN. makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal (Chaer 2003:296).

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari dan menggungkapkan suatu keinginannya. Menurut Chaer (2003: 4) bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang telah banyak berkembang. dari zaman ke zaman. Bahasa juga merupakan bagian penting di dalam

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Dengan bahasa, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki lebih dari satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata majemuk diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan,

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. tukar informasi dengan manusia lainnya. Dalam hal ini, keberadaan suatu bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

2015 ANALISIS MAKNA KANYOUKU DALAM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN KATA MIZU

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa asing dengan baik, salah satu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jika di Jepang juga terdapat bahasa daerah atau dialek. Pada awalnya penulis. yang sedang penulis pelajari di dalam perkuliahan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kepada responden, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Kemampuan mahasiswa tingkat III dalam menggunakan kakujoshi no

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa nasionalnnya. (Sudjianto dan Dahidi Ahmad, 2009: 11). Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Jepang sebagai bahasa asing pada tingkat SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, sebab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penguasaan terhadap bahasa asing sangat dibutuhkan. Bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Baik dalam hal pelafalan, intonasi, kosakata, pola kalimat, maupun tata

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian bunyi yang memiliki makna tertentu. Rangkaian bunyi tersebut kita

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa asing, tata bahasa, kosakata dan huruf adalah

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

Bab 1. Pendahuluan. digunakan dalam berkomunikasi pada saat bersosialisasi dengan orang lain sehingga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Wihartini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari sebuah bahasa, termasuk bahasa Jerman, pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang dapat berdiri sendiri dan dipakai untuk

Bab 1. Pendahuluan. Dalam berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya, manusia membutuhkan bahasa. Bahasa

Bab 1. Pendahuluan. tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa asing bukanlah suatu hal yang mudah. Perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang (goi) terbagi atas wago,

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Menurut Haviland (dalam Fahrin, 2012), bahasa adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam. kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi manusia bisa saling berinteraksi. Salah satu alat komunikasi manusia adalah bahasa. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan kalimat, dan sejalan dengan itu kata dan kalimat berubah terus, maka dengan sendirinya maknanya pun berubah. Seseorang kadang tidak hanya menguasai satu bahasa saja. Karena adanya keinginan atau kebutuhan, seseorang dapat menguasai bahasa asing. Dalam mempelajari sebuah bahasa, akan dihadapi berbagai kendala, seperti kata-kata yang memiliki makna tertentu dalam sebuah bahasa asing, belum tentu memiliki makna yang sama jika memakai kata yang sama dalam bahasa ibu. Dalam hal ini, idiom menjadi salah satu potensi penyebab kendala tersebut, karena makna idiom sangat berbeda dengan makna gramatikalnya. Banyak idiom bahasa jepang yang bila diartikan setiap unsurnya akan menghasilkan sebuah makna yang sama sekali tidak dimaksud oleh penuturnya. Dalam buku Semantik Leksikal (Edisi Kedua), Pateda mengungkapkan bahwa salah satu contoh kasus bahasa yang mengalami perubahan i

makna adalah idiom karena makna unsur-unsur dari idiom sering menjadi kabur (2001:230). Idiom memiliki arti sebagai berikut; (1) Bentuk bahasa berupa gabungan kata yang makna katanya tidak dapat dijabarkan dari makna unsur gabungan. (2) Kebiasaan khusus dalam suatu bahasa Idiom adalah bahasa yang telah teradatkan, artinya, bahasa yang sudah biasa dipakai seperti itu dalam suatu bahasa oleh para pemakainya (Badudu, 1989:47). Sementara menurut Harimurti Kridalaksana, idiom adalah 1. (a) Konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama dengan yang lain, (b) kontruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. (1983:62-63). Definisi idiom dalam buku Kan'youku no Imi to Youhou adalah sebuah bentuk kombinasi atau pasangan kata yang terdiri dari dua kata atau lebih, yang kombinasinya relatif ketat, yang keseluruhannya membentuk satu makna yang telah ditetapkan menjadi pemahaman umum (Miyaji, 1982:238). Idiom dalam bahasa Jepang memiliki banyak variasi. Di antaranya adalah idiom yang menggunakan bagian tubuh, seperti kepala, muka, tangan, perut, dada, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, penulis akan membahas idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem kaki atau ashi. Contoh idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem kaki dan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah ii

足を引っ張る (ashi o hipparu). Idiom ashi o hipparu terdiri dari nomina ashi 'kaki', partikel o, dan verba hipparu 'menarik'. Makna gramatikal ashi o hipparu adalah 'menarik kaki'. Namun, makna idiom ini tidak sama dengan makna kata-kata pembentuknya. Hal ini bisa dilihat dari data di bawah: (1) Karera wa tanin no ashi o hipparu (http://ejje.weblio.jp/) 'mereka mengganggu pekerjaan orang lain' Pada data (1) dapat dipahami idiom ashi o hipparu akan memiliki makna mengganggu atau membuat masalah, maka bila diartikan secara keseluruhan, makna kalimat di atas adalah 'mereka mengganggu pekerjaan orang lain' atau 'mereka membuat masalah kepada orang lain'. Dapat dipahami bahwa idiom ashi o hipparu yang apabila data (1) diartikan dengan makna gramatikalnya akan bermakna 'mereka menarik kaki orang lain', yang sebagai catatan merupakan kegiatan yang mengganggu seseorang. Maka dari itu dapat dipahami bahwa ashi o hipparu memiliki makna idiom yang selaras dengan makna gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, terdapat beberapa rintangan yang mempersulit dalam memahami bahasa Jepang, idiom adalah merupakan salah satunya. Tidak hanya dalam bahasa Jepang, bahasa asing apapun akan memiliki idiom. Karena makna unsur-unsurnya tidak bisa menentukan makna dari sebuah idiom atau ungkapan. Seperti contoh ashi o hipparu diatas, apabila diartikan tanpa pemahaman mengenai iii

idiom bahasa Jepang, tentunya akan mengalami kesalahpahaman di antara pembicara dan pendengar. Kata ashi 'kaki' dalam bahasa Jepang yang diketahui secara luas bermakna 'kaki', memiliki makna yang berbeda saat menjadi satu unsur pada idiom. Kata ashi sendiri memiliki tiga jenis makna, yaitu makna leksikal, makna idiom, dan makna metafora. Perubahan makna kata ashi tersebut diungkapkan oleh beberapa linguis Jepang, di antaranya adalah Shinmura Izuru dalam Koojien. Data di bawah merupakan contoh idiom ashi yang memiliki makna yang tidak dapat diramalkan dari unsur yang membentuknya. (2) Kono shina wa igai ni ashi ga hayai nee. Zaikoo no hoo wa mada daijoobukai. (RKJ:466) Di luar dugaan, barang ini cepat busuk ya? Bagaimana dengan persediaan yang ada? Pada data (2) ashi ga hayai memiliki makna gramatikal 'kakinya cepat', maka dari itu kalimat kono shina wa igai ni ashi ga hayai nee pada data (2) akan bermakna 'barang ini di luar dugaan memiliki kaki yang cepat ya', dapat dilihat makna kalimat tersebut tidak masuk akal. Maka dapat dilihat makna idiom ashi ga hayai tidak memiliki keselarasan dengan makna gramatikalnya. Hal ini menarik perhatian penulis, seperti contoh ashi o hipparu di atas, terdapat idiom ashi yang maknanya memiliki keselarasan dengan unsur pembentuknya, namun memiliki makna yang lebih dalam. Sedangkan ashi ga hayai iv

tidak memiliki keselarasan sama sekali dengan makna gramatikalnya. Berdasarkan hal ini penulis ingin meneliti perubahan makna ashi pada idiom beserta mengklasifikasi makna yang terkandung dalam idiom ashi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah klasifikasi makna idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem kaki. Idiom ashi memiliki makna yang beragam, dari makna yang dapat diramalkan dari unsur pembentuk, seperti ashi o hipparu, sehingga idiom dengan makna yang tidak dapat diramalkan dari unsur pembentuknya, seperti ashi ga hayai. Penulis ingin meneliti apakah dengan makna yang beragam, apakah makna idiom ashi dapat dirangkum menjadi beberapa klasifikasi yang menyempit. 1.3. Ruang Lingkup Penelitian Dalam bahasa Jepang, terdapat banyak idiom yang menggunakan leksem bagian tubuh, dari kepala sampai kaki. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem bagian tubuh ashi 'kaki'. Dalam bahasa Jepang, kata ashi memiliki makna yang berbeda tergantung dari huruf kanji yang digunakan, diantaranya adalah 足 dan 脚, dalam penelitian ini, ashi yang dipakai adalah ashi yang memakai huruf kanji 足. v

1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan ruang lingkup penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengklasifikasi makna idiom ashi menjadi beberapa kelompok kata dengan makna yang menyempit. 1.5. Tinjauan Pustaka Penelitian ini tentu tidak lepas dari buku dan penelitian yang sudah ada sebelumnya, baik yang dalam bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia. Pustakapustaka tersebut yang dijadikan acuan dan referensi peneliti dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan Miyaji Yutaka, dalam buku Kan'youku no Imi to Youhou, membedakan idiom menjadi beberapa jenis berdasarkan jenis katanya, perbendaharaan katanya, dan bentuknya. Pembagian idiom berdasarkan perbendaharaan katanya salah satunya adalah shintaigoi no kan'youku (idiom yang menggunakan bagian tubuh). Yaitu idiom yang menggunakan nama bagian tubuh sebagai salah satu pembentuknya (1982:247). Jeffrey G. Garrison (2006) dalam bukunya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa indonesia yang berjudul Idiom Bahasa Jepang: Memakai Nama-Nama Bagian Tubuh. Dalam buku tersebut, Garrison menjelaskan idiom-idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem anggota tubuh manusia beserta contohnya. vi

Dalam buku Nihon'go no Goi to Hyougen, Suzuki Takao menyatakan bahwa idiom yang menggunakan nama bagian tubuh merupakan suatu ungkapan yang tidak hanya menunjuk secara langsung keadaan atau kerja bagian tersebut, tetapi secara tidak langsung juga mengiaskan keadaan atau aktivitas yang terdapat dalam jiwa manusia (1990:155). Ciri khasnya adalah bahwa idiom ini tidak berhenti hanya memberikan gambaran secara nyata tentang keadaan atau peristiwa yang bersifat formal ataupun fungsional, tetapi secara langsung mengungkapkan suatu hal yang menyebabkan keadaan atau peristiwa tersebut (1990:156). Danny Minn via Noviyanti (7:2011) dalam penelitiannya yang berjudul A Study of Japanese Idiom for Learners and Teachers of Japanese: A Corpus-Based Approach Idiom Reference menyebutkan beberapa alasan mengapa idiom bahasa Jepang menjadi salah satu bagian yang sulit dipahami oleh penutur asing, yaitu antara lain: (1) idiom terdiri dari dua atau lebih kata yang memiliki makna tertentu yang tidak bisa dipahami hanya berdasar pada makna leksikal masing-masing katakata yang menyusunnya. (2) makna idiom berkaitan dengan budaya, sejarah, dan adat-istiadat sosial masyarakat, (3) penutur asing tidak tahu idiom-idiom mana saja yang paling sering digunakan sehingga mereka tidak tahu dimana harus memulai untuk belajar tentang idiom Jepang. Kemudian ada beberapa skripsi yang meneliti idiom bahasa Jepang yang menggunakan nama bagian tubuh. Yang pertama adalah Analisis Semantik Idiom Bahasa Jepang yang Menggunakan Leksem Tangan karya Ita Fitriana (2010). vii

Dalam penelitiannya Fitriana meneliti idiom-idiom bahasa Jepang yang menggunakan bagian tubuh tangan berdasarkan struktur sintaksisnya, keterkaitan antara makna leksikal dengan makna kiasannya, serta mengklasifikasi idiom berdasarkan situasi, hal, atau keadaan yang digunakan pada masing-masing idiom. Galih Dhiah Noviyanti (2011) menulis Analisis Semantik Idiom Bahasa Jepang yang Menggunakan Leksem Mata. Noviyanti meneliti idiom-idiom bahasa Jepang yang menggunakan bagian tubuh mata berdasarkan struktur sintaksisnya dan keterkaitannya antara makna gramatikal dengan makna kiasannya. Adisty Nadya Dhamarani (2015) dalam skripsinya Analisis Kontrastif Idiom yang Menggunakan Leksem Mulut dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang membahas tentang idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem mulut dan idiom bahasa Indonesia yang menggunakan leksem mulut kemudian menganalisa persamaan dan perbedaan struktur, beserta maknanya. Maria Magdalena Pramasti (2003) yang menulis Analisis Semantik idiom Bahasa Jepang yang Menggunakan Leksem Kepala, meneliti idiom-idiom bahasa Jepang yang mengguanakn bagian tubuh kepala berdasarkan struktur sintaksisnya, keterkaitan antara makna leksikal dengan makna kiasannya, serta mengklasifikasi idiom berdasarkan situasi, hal, atau keadaan yang digunakan pada masing-masing idiom. viii

Skripsi dari Universitas Negeri Semarang tahun 2013, Iko Setyowati dari Semarang membahas idiom bahasa Jepang yang menggunakan leksem kao atau muka. Dalam skripsi ini Setyowati menjelaskan perbedaan makna unsur leksem muka dalam idiom beserta maknanya. Dari penelitian-penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, leksem yang menjadi objek penelitian bermacam-macam. Dari penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2013), Pramasti (2003), Noviyanti (2011), dan Fitriana (2010), metode yang digunakan adalah membandingkan makna leksikal, makna gramatikal, dan makna idiom pada sebuah idiom. Pada penelitian ini, penelitian akan dilakukan dengan mengklasifikasi makna idiom menjadi beberapa golongan makna. 1.6. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode penelitiannya adalah metode deskriptif. Penelitian kualitatif mengutamakan uraian disertai alasan, serta kemampuan mengungkapkan penelitian dalam bahasa berdasarkan data. Metode deskriptif adalah metode yang menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan berupa paparan bahasa seperti apa adanya. Penelitian ini dilaksanakan dengan menempuh dua tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pada tahap ix

penyediaan data, dikumpulkan idiom-idiom yang menggunakan kata 'kaki' sebagai pembentuknya. Data penelitian dikumpulkan dengan metode pustaka dan diperoleh dari sumber tulisan berupa kamus, yaitu Koojien 'Kamus Koojien', Gakken Kokugo Daijiten 'Kamus Besar Penelitian Bahasa Nasional', Koojirin, 'Kamus Koojirin', Kan'youku no Imi to Youhou 'Arti dan Penggunaan Idiom Bahasa Jepang', Reikai Shinkokugo Jiten 'Kamus Penggunaan Bahasa Nasional Baru'. Data yang terkumpul kemudian diklasifikasi berdasarkan struktur sintaksisnya. Contoh penggunaan idiom dalam kalimat diperoleh dari sumber berupa kamus, atau buku acuan yang lain. Setelah data terpenuhi, tahap selanjutnya adalah menganalisis data sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Metode yang digunakan adalah metode padan, yaitu metode yang digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Alat penentu yang dimaksud dan akan digunakan dalam penelitian ini adalah referensial, yaitu alat penentu yang berupa kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa (contoh : penentuan bahwa nomina itu adalah menyatakan benda-benda; penentuan bahwa verba itu adalah menyatakan tindakan tertentu) (Sudaryanto, 1993:15). Analisis data dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama adalah membandingkan makna leksikal masing-masing data dengan makna idiomatisnya. x

Tahap analisis pertama ini menggunakan teknik hubung banding menyamakan dengan membandingkan situasi yang diungkapkan makna kiasan dengan arti katakata yang membentuk makna leksikal, untuk menemukan ciri-ciri kesamaan dan keterkaitan antara makna leksikal masing-masing data dengan makna kiasannya. Selain itu, teknik ganti digunakan untuk menemukan perubahan makna ashi 'kaki' pada masing-masing data. Analisis perubahan makna kata ashi 'kaki' didasarkan pada perubahan makna kata ashi 'kaki menurut linguis yang tercantum sumber tulisan. Tahap analisis kedua adalah mengklasifikasikan data berdasarkan keterkaitan antara makna idiomatis yang dimiliki oleh idiom yang diperoleh dalam data. 1.7. Sistematika Penyajian Penelitian ini akan dipaparkan menjadi 4 bab. Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan landasan teori mengenai teori semantik, pengertian idiom, perubahan makna leksem kaki, dan struktur idiom bahasa Jepang yang digunakan dalam penelitian. Bab III mengenai analisis data yang mencakup pengelompokan makna pada idiom ashi, pembahasan mengenai idiom ashi, dan memaparkan makna yang dimiliki leksem ashi. Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan. xi