BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1983:3). Dalam bahasa Jepang, adjektiva disebut keiyoushi. Menurut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1983:3). Dalam bahasa Jepang, adjektiva disebut keiyoushi. Menurut"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda (Kridalaksana, 1983:3). Dalam bahasa Jepang, adjektiva disebut keiyoushi. Menurut Kitahara via Dahidi dan Sudjianto (2004:154) keiyoushi adalah kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan berbagai keadaan, berfungsi sebagai predikat dan atribut. Keadaan yang dimaksud pada kalimat tersebut dapat berupa keadaan benda dan perasaan. Menurut Hayashi dkk (2000:343) dalam bahasa Jepang, berdasarkan bentuknya besar dan yasashii baik. Contoh na-keiyoushi adalah kireida cantik, genkida sehat, yumeida terkenal. Dari berbagai macam adjektiva yang ada, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, terdapat adjektiva yang memiliki arti yang sama atau hampir sama dengan adjektiva yang lain. Kemiripan makna suatu kata dengan kata yang lain dapat kita jumpai pada adjektiva dalam bahasa Jepang baik dalam i-keiyoushi maupun nakeiyoushi. Adjektiva utsukushii, kireida, dan kawaii, jika diartikan dalam bahasa Indonesia adjektiva tersebut berarti cantik (Matsuura, 2005:81, 199, 250). Adanya kata yang berbeda, namun memiliki arti yang sama dalam bahasa Indonesia disebut sinonim. Verhaar (2004:394) menjelaskan bahwa sinonim adalah hubungan semantik

2 2 yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satuan ujaran dengan satuan ujaran yang lainnya. Dalam bahasa Jepang sinonim disebut ruigigo. Adapun pengertian ruigigo adalah katachi wa chigau ga, arawasu imi ga daitai nikayotteiru tango. Tatoeba jikan to jikoku...nado. sinonim adalah kata yang memiliki bentuk berbeda tapi mengandung arti atau makna yang hampir sama, misalnya kata jikan waktu, dengan jikoku waktu, dan sebagainya. (Hayashi, 1988:968). Dalam Kamus Lengkap Jepang-Indonesia (Tim Kashiko, 1999:178) utsukushii berarti cantik/indah (Tim Kashiko,1999:393). Kireida berarti cantik/indah, dan kawaii yang berarti cantik/manis (Tim Kashiko, 1999:163). Kemiripan arti antara adjektiva utsukushii, kawaii dan kireida tersebut mengakibatkan pembelajar Bahasa Jepang mengalami kesulitan dalam memahami makna dan penggunaan ketiga adjektiva tersebut dalam kalimat. Ketika hendak membuat frasa atau kalimat dengan kata utsukushii, kawaii, dan kireida sering kali muncul pertanyaan kata mana yang tepat untuk digunakan. Dalam hal ini, penggunaan adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida tidak hanya berhadapan dengan persoalan makna kata tersebut, namun juga pemakaian kata secara tepat dalam frasa maupun klausa. Walaupun memiliki arti yang sama, namun jika diuraikan lebih lanjut ketiganya memiliki makna dan penggunaan yang berbeda-beda. Dalam beberapa kalimat juga menyebutkan ketiga kata tersebut memiliki kemiripan makna dalam menyatakan penilaian terhadap keindahan atau kecantikan subjek ataupun objek.

3 3 Ternyata, meskipun ketiganya memiliki makna yang hampir sama, pemakaiannya tidak selalu dapat bersubstitusi. Berikut ini merupakan contoh adjektiva utsukushii, kireida, dan kawaii yang memiliki makna yang hampir sama, namun pemakaiannya di dalam kalimat tidak selalu dapat bersubstitusi. (1) Sakura wa kireina hana desu. (SN:46) Sakura adalah bunga yang cantik. (2) Kawaiii inu ga iru yo. (IT) Ada anjing yang cantik. (3) Ano hen kara Fujisan ga utsukushiiku miemasune. (AMAUK:52) Dari sekitar situ gunung Fuji terlihat cantik/indah. Apabila unsur adjektiva pada masing-masing kalimat disubstitusikan, maka akan menjadi seperti di bawah ini. (1.a) Sakura wa utsukushiii hana desu. Sakura adalah bunga yang cantik. (1.b) Sakura wa kawaiii hana desu. Sakura adalah bunga yang cantik. (2.a) Kireina inu ga iruyo. Ada anjing cantik. (2.b) Utsukushiii inu ga iruyo. Ada anjing cantik. (3.a)* Ano hen kara Fujisan ga kireini miemasune. Dari sekitar situ gunung Fuji terlihat cantik. (3.b)* Ano hen kara Fujisan ga kawaiiku miemasune. Dari sekitar situ gunung Fuji terlihat cantik.

4 4 Dengan mengamati beberapa kalimat di atas, dapat dikatakan bahwa masingmasing adjektiva tersebut memiliki unsur makna yang berbeda sehingga tidak dapat bersubstitusi seperti pada kalimat nomor, (3.a) dan (3.b). Sementara pada kalimat nomor (1.a), (1.b), (2.a) dan (2.b) dinilai sebagai pilihan atau bisa hadir tergantung pada konteks keadaan tertentu. Hal ini menunjukan selain memiliki perbedaan makna, pemakaian ketiga adjektiva tersebut juga berhubungan dengan konteks kalimat yang menyertainya. Hayakawa via Nurlima (2003:5) menyatakan bahwa untuk menemukan arti sebuah kata bukanlah dengan mencari arti kata tersebut di dalam kamus sebab arti atau definisi di dalam kamus hanya menyajikan arti secara leksikal. Untuk menemukan arti sebuah kata kita harus mengamati bagaimana kata itu dipergunakan dalam berbagai teks. Hubungan makna kata dengan konteks kalimat juga bisa dilihat ketika ketiganya berfungsi sebagai atribut dalam frasa nomina dan frasa verba seperti berikut. (4) Kireina hana. (RSJ:179) Bunga yang cantik. (4.a) Utsukushiii hana. Bunga yang cantik. (4.b) Kawaiii hana. Bunga yang cantik. Makna adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida pada ketiga kalimat tersebut terlihat sama apabila diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia. Adapun

5 5 kesamaan dari kalimat tersebut yaitu adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida dapat digunakan sebagai atribut untuk nomina hana bunga. Hal ini terjadi karena makna yang diuraikan tersebut adalah makna leksikal, yaitu makna suatu kata ketika kata itu berdiri sendiri terlepas dari penggunaannya di dalam suatu kalimat. Untuk melihat adanya ketidaksamaan makna antara adjektiva kireida, utsukushii dan kawaii dapat kita lihat dari kalimat berikut ini (5) Kireini soujisuru. (RSJ:251) Membersihkan hingga bersih. (5.b)* Utsukushiiku soujisuru. (5.c)* Kawaiiku soujisuru. Pada kalimat (5) adjektiva kireida bisa hadir menjadi atribut verba souji suru membersihkan. Adjektiva utsukushii dan kawaii tidak dapat digunakan sebagai atribut untuk verba tersebut.. Berdasarkan alasan yang dijelaskan di atas, analisis makna dan konteks penggunaan adjektiva utsukushii, kireida, dan kawaii perlu untuk dilakukan. Hal tersebut dikarenakan ketiga adjektiva tersebut memiliki makna yang sama namun, pada penggunaan dalam frasa maupun kalimat tidak selalu dapat bersubstitusi.

6 6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana persamaan dan perbedaan makna adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida? 2. Bagaimana nuansa adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida dalam kalimat? 3. Bagaimana hubungan makna adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagaiberikut. 1. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan makna adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida. 2. Mendeskripsikan nuansa adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida dalam kalimat. 3. Mendeskripsikan hubungan makna adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida. Dengan mengacu pada tujuan tersebut, diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai referensi bagi pembelajar bahasa Jepang agar bisa membuat kalimat yang sesuai dengan aturan tata bahasa Jepang. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida. Ketiganya merupakan adjektiva yang memiliki makna cantik. Adjektiva tersebut akan

7 7 dianalisis berdasarkan makna kata itu sendiri dan makna dalam kalimat. Kemudian adjektiva tersebut juga akan dianalisis dalam hubungannya dengan konteks dan penggunaanya pada dalam kalimat. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai analisis makna adjektiva yang bersinonim pernah dilakukan Nurlima (2003) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Makna dan Penggunaan Adjektiva Ureshii, Tanoshii, Yorokobashii. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa pemakaian adjektiva ureshii, tanoshii dan yorokobashii dipengaruhi oleh faktor hubungan si penutur dan si perasa dengan tindakan dan kualitas perasaan. Makna adjektiva tersebut diuraikan melalui penggunaannya dalam frasa dan kalimat. Dengan cara itu juga dapat diketahui konteks dan penggunaan ureshii, tanoshii dan yorokobashii dalam berbagai frasa dan kalimat. Penelitian tentang adjektiva yang bersinonim, khususnya pada adjektiva utsukushii dan kireida juga pernah dilakukan beberapa kali. Pada tahun 2001 Otoya dkk dalam Nihongo no Kokoro Tsutaeru Keiyoushi menganalisis makna adjektiva utsukushii dan kireida dengan menyebutkan lawan kata kedua adjektiva tersebut. Lawan kata dari adjektiva utsukushii adalah minikui yang berarti jelek, sedangkan lawan kata kireida adalah kitanai kotor. Dalam analisis tersebut dijelaskan bahwa adjektiva utsukushii menyatakan baik untuk bunyi dan apapun yang dilihat dan menyatakan kesan yang baik terhadap perilaku atau perasaan. Sedangkan adjektiva kireida menyatakan baik untuk bunyi dan apa-apa yang dilihat, menyatakan sesuatu

8 8 yang tidak kotor, menyatakan baik atau benar. Penjelasan Midorikawa dkk tidak disertai metode substitusi dan tidak dijelaskan tentang perbedaan makna kedua adjektiva tersebut jika digunakan pada objek atau konteks yang sama. Izuhara dkk (1998:23) dalam Ruigigo Tsutaiwake Jiten membahas adjektiva utsukushii dan kireida sebagai adjektiva yang bersinonim. Dalam pembahasannya mereka memaparkan secara umum adjektiva utsukushii memiliki makna suatu keadaan yang menyatakan rasa senang karena timbulnya perasaan kagum terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan indera penglihatan, indera pendengaran, perasaan hati dan etika. Adjektiva kireida secara umum memiliki makna suatu keadaan yang menyatakan keselarasan dan keseimbangan terhadap suatu hal yang berhubungan dengan kebersihan atau perbuatan terpuji. Menurut Tian dkk (1998) via Putri (2010:20) adjektiva utsukushii merupakan bahasa tulis yang sering digunakan untuk mengekspresikan keindahan dan sering digunakan dalam puisi. Adjektiva kireida merupakan bahasa sehari-hari yang menyatakan keselarasan terhadap suatu hal yang berhubungan dengan kebersihan dan perbuatan terpuji. Kedua adjektiva tersebut dapat saling menggantikan dalam suatu kalimat apabila kondisinya menyatakan kesan positif terhadap suatu objek yang berkaitan dengan pendengaran dan penglihatan. Dalam hasil penelitian Tian dkk belum ada penjelasan mengenai perbedaan nuansa yang ditimbulkan jika kedua adjektiva tersebut saling menggantikan dalam sebuah kalimat.

9 9 Sasaki dkk (1996:86) dalam Aimaigo Jiten menyatakan bahwa adjektiva utsukushii dan kireida memiliki keterkaitan makna, sehingga kedua adjektiva tersebut dapat saling menggantikan jika digunakan dalam kalimat, yang membedakan hanyalah nuansa yang timbul dari kedua adjektiva tersebut. Namun, Sasaki dkk tidak menjelaskan perbedaan nuansa yang terjadi jika adjektiva utsukushii dan kireida saling menggantikan. Sasaki dkk menjelaskan utsukushii merupakan kesan indah/cantik sebagai hasil penilaian secara umum, sedangkan kireida merupakan kesan cantik yang diungkapkan si pembicara dan merupakan selera pribadi si pembicara itu sendiri. Secara lebih rinci adjektiva utsukushii dijelaskan memiliki makna menyatakan hubungan yang hangat diantara teman dan menyatakan perilaku yang bermoral tinggi. Adapun makna adjektiva kireida adalah menyatakan suatu kondisi yang indah dan bersih, menyatakan keadaan yang sama sekali tidak bersisa, menyatakan tindakan yang tidak mengandung unsur-unsur negatif. Morita via Putri (2010:31) menyebutkan bahwa di Jepang konsep keindahan berkembang dari masa ke masa. Konsep-konsep keindahan tersebut diantaranya adalah uruwashii, utsukushii, kawaii, airashii, manamekashii, adayaka, taoyaka, routaketa, adana, adappoi, hade, kebakebashii, kireida, inase, mukutsukeki, shidokenai, araremonai, misuborashii, dan jimi. Adjektiva utsukushii merupakan perkembangan dari uruwashii dan mengandung kawaii dan airashi yang dalam bahasa Indonesia berarti manis, cantik, lucu, mungil dan jelita. Utsukushii merupakan konsep keindahan yang mengandung unsur-unsur yang menyenangkan. Utsukushii digunakan sebagai ungkapan perasaan hati yang digunakan antara

10 10 bawahan kepada atasan, suami kepada istri, orang tua kepada anak. Selain nilai keindahan, utsukushii juga memiliki nilai kebaikan. Adjektiva kireida merupakan perkembangan dari miyabiyaka dan miyabina untuk mengungkapkan keindahan pada zaman dahulu. Kireida digunakan sebagai penilaian untuk sesuatu yang indah tergantung pada raut muka, penampilan dan karakter yang dimiliki seseorang. Penelitian mengenai adjektiva utsukushii dan kireida pernah dilakukan oleh Putri Dwi Dahidi Putri (2010) dalam skripsi yang berjudul Analisis Adjektiva Utsukushii dan Kireida sebagai Sinonim. Dalam penelitian tersebut dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan adjektiva utsukushii dan kireidaeda sebagai sinonim. Putri menganalisis adjektiva utsukushii dan kireida melalui beberapa tahapan. Mula-mula dilakukan analisis terhadap bentuk kanji adjektiva utsukushii dan kireida. Kemudian makna leksikal dari adjektiva tersebut dianalisis. Dalam pembahasan juga dituliskan lawan kata dari adjektiva utsukushii dan kireida. Putri juga menjelaskan perubahan dan pemakaian adjektiva utsukushii dan kireida pada saat menjadi predikat ataupun atribut. Metode yang digunakan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan adjektiva utsukushii dan kireida dalam frasa ataupun kalimat adalah metode substitusi. Hasil dari penelitian yang dilakukan Putri adalah adjektiva utsukushii dan kireida memiliki persamaan, yakni dapat dipadankan dengan kata indah, cantik, bagus, baik, nyaring/merdu dalam bahasa Indonesia sesuai pada konteks kalimatnya. Kedua adjektiva tersebut digunakan untuk menyatakan bentuk penilaian terhadap suatu objek yang dapat dilihat atau didengar. Adapun perbedaan dari adjektiva utsukushii dan kireida adalah utsukushii dapat dipadankan dengan kata harmonis

11 11 untuk menjelaskan nomina abstrak yang berupa hubungan kerjasama antar individu atau kelompok. Adjektiva kireida mengandung makna keadaan yang tidak kotor, yaitu keadaan yang terbebas dari polusi. Bersihnya suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia.suatu keadaan yang diperoleh dengan cara sah. Adjektiva kireida juga mengandung makna keadaan yang tidak curang. Sampai dengan skripsi ini ditulis, belum ada yang membahas makna dan penggunaan adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida. Walaupun penelitian mengenai adjektiva utsukushii dan kireida pernah dilakukan oleh Putri, namun dalam penelitian tersebut belum mencantumkan kawaii sebegai kata yang memiliki arti yang sama dengan adjektiva utsukushii dan kireida. Adjektiva kawaii juga memiliki arti yang hampir sama utsukushii dengan kireida. dan Hal ini dibuktikan oleh Hayashi (1988:193) yang menyatakan bahwa kawaii memiliki arti sesuatu yang kecil dan indah. Adjektiva ini juga memiliki lawan kata yang sama dengan utsukushii yaitu nikurashii yang berarti jelek. Penjelasan mengenai makna adjektiva kireida dan utsukushii dalam skripsi milik Putri juga dirasa kurang mendalam, terutama pada konteks pemakaian adjektiva tersebut dalam frasa maupun kalimat. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dilakukan kajian secara lebih mendalam mengenai makna dan konteks penggunaan adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida dalam kalimat.

12 Metode dan Tahap Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus dilakukan agar dapat menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode agih dimana alat penentunya adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan. Dalam metode agih ini menggunakan metode dasar berupa teknik bagi unsur langsung (BUL), yaitu dengan membagi data satuan lingual menjadi beberapa bagian atau unsur dan unsur-unsur tersebut dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:31). Teknik lanjutan yang digunakan dalam metode agih adalah teknik perluasan yang digunakan untuk menentukan segi-segi kemaknaan (aspek semantis) satuan lingual tertentu. Sedangkan teknik ganti (substitusi) digunakan untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur pengganti. Dalam hal ini tenik ganti digunakan untuk mengetahui kadar kesamaan dan perbedaan makna adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida dalam kalimat (Sudaryanto, 1993:48-55) Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jitsurei. Jitsurei merupakan contoh penggunaan adjektiva yang diteliti, berupa kalimat dalam teks kongkrit seperti dalam tulisan ilmiah, novel, dan sebagainya (Sutedi, 2004:118). Data yang digunakan diambil dari Aimaigo Jiten, Analisis Makna Adjektiva Uktsukushii dan Kireida,

13 13 Gaigokujin no tame no Tanoshii Nihongo Jiten, Gendai Keiyoushi Youhou Jiten, Japanese Language Pattern I, Japanese Language Pattern II, Kiso Nihongo Bunpou, Nihongo Shoho, Nihongo II, Nihongo Bunpou Jiten, Reigai Shinkokugo Jiten, Shin Nihongo no Kiso, Shougakkou Kokugo Jiten, Analisis Makna Adjektiva Utsukushii dan Kireida dan dari Internet Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Pada tahap persiapan dilakukan penggumpulan data dari berbagai literatur yang memuat informasi tentang adjektiva utsukushii, kawaii dan kireida. Setelah dipilah, data dicatat pada kartu data dan komputer (Sudaryanto, 1993:48-55) Kemudian pada tahap pelaksanaan data yang telah diolah kemudian dianalisis menggunakan teknik perluasan dan substitusi. Tahap pelaksanaan dibagi menjadi dua langkah, yaitu mula-mula data dianalisis dengan teknik perluasan untuk mengetahui makna dari adjektiva utsukushii, kawaii, dan kireida. Kemudian data dianalisis dengan teknik substitusi untuk mengetahui persamaan, perbedaan dan konteks penggunaan adjektiva tersebut dalam frasa maupun kalimat. Tahap pelaporan merupakan tahap akhir yang berisi laporan hasil penelitain terhadap adjektiva utsukushii, kawaii dan kireida yang dilakukan dengan cara deskripsi.

14 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini terbagi menjadi empat bab. Bab I adalah Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, Kajian Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II yaitu Landasan Teori. Bab III berisi Analisis Makna Adjektiva Kireida, Utsukushii, dan Kawaii. Bab IV adalah Penutup yang berisi Kesimpulan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada dasarnya penelitian bertujuan untuk memecahkan atau mencari jalan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada dasarnya penelitian bertujuan untuk memecahkan atau mencari jalan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya penelitian bertujuan untuk memecahkan atau mencari jalan keluar dari masalah-masalah yang sedang dihadapi. Berhasil atau tidaknya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat komunikasi yang mengandung suatu makna. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi merupakan saluran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini penulis bermaksud melakukan penelitian kontrastif, yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini penulis bermaksud melakukan penelitian kontrastif, yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini penulis bermaksud melakukan penelitian kontrastif, yaitu aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki aturan dalam penggunaannya. Misalnya, setiap kata

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki aturan dalam penggunaannya. Misalnya, setiap kata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki aturan dalam penggunaannya. Misalnya, setiap kata mempunyai makna dan arti tersendiri. Apabila suatu kata ditambah dengan bentuk satuan bahasa lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa adalah suatu simbol bunyi yang dihasilkan oleh indera pengucapan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi sangat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa asing dengan baik, salah satu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa asing dengan baik, salah satu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menguasai suatu bahasa asing dengan baik, salah satu proses yang harus dilalui adalah mempelajari tata bahasa asing tersebut. Dalam bahasa Jepang, terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2).

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan alat vital dalam berkomunikasi. Maka sangatlah penting untuk mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi manusia bisa saling berinteraksi. Salah satu alat komunikasi manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. termasuk dalam disiplin ilmu karena dengan kegiatan penelitian dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. termasuk dalam disiplin ilmu karena dengan kegiatan penelitian dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian sangat penting untuk mencapai kemajuan dalam hal apapun termasuk dalam disiplin ilmu karena dengan kegiatan penelitian dapat menciptakan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Wihartini, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Wihartini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joshi termasuk ke dalam Fuzokugo yang dipakai setelah suatu kata untuk menunjukkan hubungan dengan kata lain untuk menambah arti kata tersebut agar lebih jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Baik dalam hal pelafalan, intonasi, kosakata, pola kalimat, maupun tata

BAB I PENDAHULUAN. Baik dalam hal pelafalan, intonasi, kosakata, pola kalimat, maupun tata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bahasa memiliki keunikan dan dan kekhassannya masing-masing. Baik dalam hal pelafalan, intonasi, kosakata, pola kalimat, maupun tata bahasanya. Begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Robert Sibarani (1997: 65) mengemukakan, bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Oleh karena itu, memahami kosakata adalah hal yang terpenting

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Oleh karena itu, memahami kosakata adalah hal yang terpenting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosakata merupakan unsur dasar yang terdapat dalam suatu bahasa. Tanpa mengetahui kosakata, seseorang tidak akan bisa berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula ada bahasa tanpa masyarakat, karena bahasa merupakan alat penghubung

BAB I PENDAHULUAN. pula ada bahasa tanpa masyarakat, karena bahasa merupakan alat penghubung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Badudu (1989:3), bukan hal yang baru lagi jika dikatakan bahwa bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Tidak mungkin ada masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 86 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, maka selanjutnya penelitian ini dilaksanakan dengan menggunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat komunikasi karena dengan bahasa kita dapat bertukar pendapat, gagasan dan ide yang kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa di dunia yang memiliki ciri dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa di dunia yang memiliki ciri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa di dunia yang memiliki ciri dan perbedaan. Baik dari segi struktur (sintaksis) maupun makna (semantik). Sehingga tidak mengherankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bahasa memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan bahasa tersebut dengan bahasa-bahasa lainnya. Ciri khas itulah yang menjadikan setiap bahasa itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan,

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari aspek-aspek kebahasaannya, bahasa Jepang memiliki karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan, gramatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dan dunia sekitarnya (Sudaryanto, 1990:65 via Hidayati, 2004:1).

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dan dunia sekitarnya (Sudaryanto, 1990:65 via Hidayati, 2004:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat sebagai salah satu satuan bahasa dapat digunakan untuk menyatakan ide atau pengalaman kita tentang proses, orang, objek, kualitas keadaan, dan hubungan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhan jasmani dan rohani dapat terpenuhi. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhan jasmani dan rohani dapat terpenuhi. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat komunikasi yang mengandung suatu makna. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perkembangan bahasa (Putrayana, 2008: 1). Bahasa digunakan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perkembangan bahasa (Putrayana, 2008: 1). Bahasa digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat yang sedang berkembang pada segala bidang kehidupannya seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya, biasanya akan diikuti pula oleh perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Metode Penelitian Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah sistematis, logis dan empiris. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, penelitian dapat dilakukan dengan dua pendekatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendampingi numeralia atau preposisi dalam kalimat. Adverbia dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendampingi numeralia atau preposisi dalam kalimat. Adverbia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adverbia merupakan kata yang dipakai untuk menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia lain. Disamping itu, adverbia termasuk kategori yang dapat mendampingi numeralia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang (2012) Sumber: Japan Foundation (2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang (2012) Sumber: Japan Foundation (2012) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang merupakan bahasa nasional yang digunakan secara resmi di negara Jepang oleh kurang lebih 125 juta penutur. (Parkvall, 2010) Bahasa Jepang juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari karakteristik gramatikalnya, kata-kata dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari karakteristik gramatikalnya, kata-kata dalam bahasa Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ditinjau dari karakteristik gramatikalnya, kata-kata dalam bahasa Jepang dapat dikelompokan menjadi sebelas kelas kata. Kesebelas kata tersebut yaitu : doushi (verba),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting sebagai alat komunikasi

Lebih terperinci

UNGKAPAN MAKNA VERBA SHIKARU DAN OKORU SEBAGAI SINONIM

UNGKAPAN MAKNA VERBA SHIKARU DAN OKORU SEBAGAI SINONIM UNGKAPAN MAKNA VERBA SHIKARU DAN OKORU SEBAGAI SINONIM Nandi S. Departemen sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jepang sebagai bahasa asing tentu memiliki banyak perbedaan dengan bahasa ibu pembelajar. Perbedaan tersebut diantaranya meliputi kosakata, bunyi, intonasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut hasil penelitian The Japan Foundation tahun 2006 tentang kelembagaan bahasa Jepang di dunia diketahui bahwa Indonesia menduduki peringkat IV di dunia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sesuai dengan yang disepakati oleh masyarakat pengguna bahasa itu sendiri. Pada hakikatnya, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Banyak orang mempelajari bahasa asing selain bahasa ibu atau bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang dipelajari adalah bahasa Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Materi utama dalam pengajaran bahasa Jepang ada tiga macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Materi utama dalam pengajaran bahasa Jepang ada tiga macam, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi utama dalam pengajaran bahasa Jepang ada tiga macam, yaitu huruf kanji, pola kalimat dan kosakata (Sutedi, 2005 : 78). Ketiga materi tersebut sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk menyampaikan suatu informasi dari pembicara sebagai pemberi

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk menyampaikan suatu informasi dari pembicara sebagai pemberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memiliki peranan yang sangat penting untuk menyampaikan suatu informasi dari pembicara sebagai pemberi informasi ke pendengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain dan berperan dalam perkembangan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar informasi dengan manusia lainnya. Dalam hal ini, keberadaan suatu bahasa

BAB I PENDAHULUAN. tukar informasi dengan manusia lainnya. Dalam hal ini, keberadaan suatu bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan untuk saling berinteraksi dan saling tukar informasi dengan manusia lainnya. Dalam hal ini, keberadaan suatu bahasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kepada responden, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Kemampuan mahasiswa tingkat III dalam menggunakan kakujoshi no

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kepada responden, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Kemampuan mahasiswa tingkat III dalam menggunakan kakujoshi no BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari analisis data yang diperoleh dari soal tes dan angket yang diberikan kepada responden, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Kemampuan mahasiswa tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan persamaan atau perbedaan antara diatesis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan persamaan atau perbedaan antara diatesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan persamaan atau perbedaan antara diatesis pasif bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, metode yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan. Sedangkan metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan. Sedangkan metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arifin (2011: 2), penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang sulit untuk dipelajari.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang sulit untuk dipelajari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang sulit untuk dipelajari. Salah satu alasannya adalah karena banyaknya pola kalimat yang memilliki kemiripan bentuk dan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Bab 1. Pendahuluan. antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Objek linguistik adalah bahasa. Menurut Keraf (1994:1), bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Lebih terperinci

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam. kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam. kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang membantu mereka untuk berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari ketertarikan penulis dengan keunikan huruf dan cara pengucapan bahasa Jepang, penulis memperdalam bahasa Jepang dengan mempelajari tata bahasanya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi dan interaksi diantara dua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi dan interaksi diantara dua BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi dan interaksi diantara dua orang atau lebih, yang berfungsi untuk menyampaikan suatu pesan, pemikiran, kehendak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN 1.1.1 LATAR BELAKANG Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10 bagian yaitu doushi (verba), i-keiyoushi (adjektiva),

Lebih terperinci

FUNGSI DAN MAKNA YAHARI/YAPPARI DALAM NOVEL RYUSEI NO KIZUNA KARYA KEIGO HIGASHINO (SUATU TINJAUAN DESKRIPTIF) Abstract

FUNGSI DAN MAKNA YAHARI/YAPPARI DALAM NOVEL RYUSEI NO KIZUNA KARYA KEIGO HIGASHINO (SUATU TINJAUAN DESKRIPTIF) Abstract FUNGSI DAN MAKNA YAHARI/YAPPARI DALAM NOVEL RYUSEI NO KIZUNA KARYA KEIGO HIGASHINO (SUATU TINJAUAN DESKRIPTIF) oleh Ida Ayu Kade Raga Adiputri 1001705019 Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

Bab 1. Latar Belakang. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan

Bab 1. Latar Belakang. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan Bab 1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat luas dan dapat juga membantu seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat luas dan dapat juga membantu seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu alat komunikasi antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat luas dan dapat juga membantu seseorang untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian terdiri atas beberapa jenis, diantaranya adalah penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian terdiri atas beberapa jenis, diantaranya adalah penelitian yang 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian terdiri atas beberapa jenis, diantaranya adalah penelitian yang berhubungan dengan dunia pendidikan yang disebut dengan penelitian pendidikan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa lepas dari yang disebut komunikasi, Miftah (2012:1) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup yang selalu berdampingan dan tidak dapat hidup sendiri, perlu adanya suatu komunikasi dalam menjalani kehidupannya. Menurut Widjono (2007:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Sudjianto dan Dahidi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Sudjianto dan Dahidi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ragam bahasa Jepang yang dilihat dari segi penuturnya, yaitu ragam bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Sudjianto dan Dahidi mengatakan danseigo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui kelas kata dalam gramatika bahasa Jepang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui kelas kata dalam gramatika bahasa Jepang dibagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui kelas kata dalam gramatika bahasa Jepang dibagi menjadi sepuluh bagian, yaitu: doushi (verba), keiyoushi (ajektiva-i), keiyoudoushi (ajektiva-na),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, untuk berinteraksi antara satu sama lain selalu dibutuhkan komunikasi. Bahasa adalah alat komunikasi yang dimiliki setiap orang untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini terdapat beragam bahasa. Bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Kridalaksana (2008:24) menyatakan bahwa bahasa

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Pemakaian

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Bab 1. Pendahuluan. tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, (baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat yang ampuh untuk menghubungkan dunia seseorang dengan dunia di luar diri kita, dunia seseorang dengan lingkungannya, dunia seseorang dengan alamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di berbagai belahan dunia selain bahasa inggris. Dalam bahasa Jepang terdapat banyak ragam huruf, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat komunikasi. Dengan adanya bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan baik untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara lain yang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. negara lain yang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Jepang adalah bahasa yang unik karena tidak ada masyarakat negara lain yang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya (Sudjianto dan Dahidi,

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam konteks Bahasa Jepang sebagai bahasa asing, tentu memiliki banyak perbedaan dengan bahasa ibu. Perbedaan tersebut diantaranya meliputi kosakata, bunyi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

KAKUJOSHI NI IN JAPANESE SENTENCES

KAKUJOSHI NI IN JAPANESE SENTENCES 1 KAKUJOSHI NI IN JAPANESE SENTENCES Suci Ramdani, Hana Nimashita, Nana Rahayu ramdanijantapan@gmail.com, hana_nimashita@yahoo.co.id, nana_rh12@yahoo.com Number Phone: 085272517366 Japanese Language Study

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dengan adanya suatu proses penelitian, maka manusia dapat memecahkan masalah yang terjadi di lingkungannya, Penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Joshi dalam bahasa Indonesia biasa disebut partikel merupakan kata bantu dalam bahasa Jepang. Partikel adalah suatu kesatuan yang berdiri sendiri dan hanya akan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam tataran komunikasi, makna merupakan objek tuturan yang disampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam tataran komunikasi, makna merupakan objek tuturan yang disampaikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam tataran komunikasi, makna merupakan objek tuturan yang disampaikan dari satu individu kepada individu lainnya. Berhubungan dengan itu, struktur kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami bahasa asing tersebut dibandingkan

Lebih terperinci

dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan

dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan BAB I PENDAHULLUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sarana penting dalam berkomunikasi guna menjalin hubungan baik dengan orang lain. Bahasa bersifat dinamis yaitu berkembang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem lambang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi, sehingga komunikasi yang

Bab 1. Pendahuluan. tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi, sehingga komunikasi yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi, sehingga komunikasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju di Asia Timur yang dikenal memiliki berbagai macam budaya dan keunikan tersendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Istilah Metode Penelitian terdiri dari dua kata, yaitu kata metode dan kata

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Istilah Metode Penelitian terdiri dari dua kata, yaitu kata metode dan kata BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Istilah Metode Penelitian terdiri dari dua kata, yaitu kata metode dan kata penelitian. Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia terdapat beraneka ragam jenis bahasa. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Bahasa merupakan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Linguistik merupakan dasar dalam mempelajari keahlian berbahasa, atau biasa disebut dengan ilmu bahasa. Linguistik berasal dari kata Latin Lingua yang artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak dikenal adanya kata serapan (gairaigo). Banyaknya pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak dikenal adanya kata serapan (gairaigo). Banyaknya pemakaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata serapan merupakan kosakata dari bahasa asing yang sudah diakulturasi ke dalam bahasa lain. Bahasa Jepang, seperti bahasa-bahasa lain di dunia, merupakan bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode yang tepat akan mengarahkan penelitian pada tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN.1. Latar Belakang Masalah Dalam tugas sehari-hari, baik sebagai guru bahasa, sebagai penerjemah, sebagai pengarang, sebagai penyusun kamus, sebagai wartawan, atau sebagai apapun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Giovanni (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perubahan Makna

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Giovanni (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perubahan Makna BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa skripsi maupun jurnal penelitian, ditemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia seperti halnya air, karena dengan bahasa lah kita dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Menurut

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Dalam The New Oxford Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Angella, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Angella, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jepang merupakan mata pelajaran pilihan (muatan lokal) di sekolah yang berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa karena bahasa merupakan alat penghubung atau alat untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Creswell (2010: 4-5), metode ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan memaknai segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan unsur terpenting dalam komunikasi. Bahasa digunakan oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Sehingga bahasa menjadi

Lebih terperinci