VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

No Keterangan Jumlah Satuan

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

Biaya Investasi No Uraian Unit

IV. METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

IV METODE PENELITIAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

VII. RENCANA KEUANGAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

ASPEK FINANSIAL Skenario I

III. METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

Pematangan Gonad di kolam tanah

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan 5.2 Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok tani LPPMPU memperoleh keuntungan secara finansial. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteriakriteria penilaian investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP). Untuk menganalisis empat kriteria tersebut, digunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh setiap anggota LPPMPU selama umur proyek yaitu 10 tahun. Penentuan umur proyek tersebut berdasarkan umur ekonomis dari kolam yang digunakan untuk kegiatan produksi ikan lele, karena kolam merupakan aset yang paling penting untuk menjalankan pengusahaan ikan lele tersebut. 7.1. Arus Pengeluaran dan Arus Penerimaan Pada analisis kelayakan pengusahaan ikan lele pada Kelompok Tani LPPMPU tersebut perlu menghitung manfaat dan biaya yang digunakan dalam pengusahaan ikan lele. Dalam perhitungan manfaat dan biaya pada analisis finansial menggunakan harga pasar yang berlaku di daerah tempat penelitian. 7.1.1. Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran dalam analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Analisis biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaranpengeluaran yang akan terjadi selama masa proyek atau usaha yang dilaksanakan. 7.1.2. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih, sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun kemudian. Jadi biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk memperoleh beberapa kali manfaat sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu

tidak menguntungkan lagi. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan pengusahaan ikan pada kelompok tani LPPMPU. Biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele LPPMPU meliputi lahan yang merupakan lahan sendiri, dan induk ikan lele. Biaya investasi lain yang diperlukan adalah bak penampungan air, serokan, pipa paralon, selang, mesin pompa, ember, genteng dan kayu. Sementara itu biaya investasi yang diperlukan dalam pengusahaan pemesaran ikan lele adalah lahan, kolam semen, serokan, mesin pompa, blower, pipa paralon, selang dan ember. Adapun rincian biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No Uraian Jumlah Satuan Umur Ekonomis (Tahun) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Lahan 200 Meter - 250,000.00 50,000,000.00 2 Kolam : - - - a) Kolam induk (Uk. 4 x 5 m 2 ) 1 10 3,100,000.00 3,100,000.00 b) Kolam semen (Uk. 2 x 3 m 2 ) 3 Buah 10 1,500,000.00 4,500,000.00 c) Kolam terpal (Uk. 2 x 4 m 2 ) 8 1 675,000.00 5,400,000.00 3 Induk Ikan Lele 50 Ekor 2 45,000.00 2,250,000.00 4 Bak penampungan air 1 Buah 5 2,250,000.00 2,250,000.00 5 Serokan : a) Serokan besar 2 Buah 2 25,000.00 50,000.00 b) Serokan kecil 2 Buah 2 15,000.00 30,000.00 6 Pipa Paralon : a) Pipa (Uk. 0.5 inchi) 2 Batang 5 75,000.00 150,000.00 b) Pipa (Uk. 3/4 inchi) 2 Batang 5 15,000.00 30,000.00 7 Selang 25 Meter 2 5,000.00 125,000.00 8 Mesin pompa 1 Unit 5 450,000.00 450,000.00 9 Ember 3 Buah 2 15,000.00 45,000.00 10 Genteng 1.000 Buah 10 500.00 500,000.00 11 Kayu 60 Batang 10 15,000.00 900,000.00 Sumber : Data di olah (2009) Total Biaya Investasi 69,780,000.00 Investasi awal yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp 69,780,000.00, sedangkan investasi awal yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp 94,590,000.00 (Tabel

6). Umur ekonomis dari pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU adalah 10 tahun, hal ini dilihat dari peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi yang diperkirakan memiliki ketahanan 10 tahun. Tabel 6. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No Uraian Jumlah Satuan Umur Ekonomis (Tahun) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Lahan 255 Meter 10 250,000.00 63,750,000.00 2 Kolam : - - a) Kolam semen (Uk 4 x 10 m 2 ) 5 3,900,000.00 19,500,000.00 b) Kolam semen (Uk 13 x 12 m 2 ) 1 Buah 10 4,600,000.00 4,600,000.00 c) Kolam semen (Uk 4 x 4 m 2 ) 2 2,400,000.00 4,800,000.00 3 Serokan 3 Buah 2 25,000.00 75,000.00 4 Mesin pompa 1 Unit 5 450,000.00 450,000.00 5 Blower 1 Unit 10 850,000.00 850,000.00 6 Pipa Paralon : 7 a) Pipa (Uk. 4 inchi) Batang 5 45,000.00 315,000.00 b) Pipa (Uk. 3/4 inchi) 6 15,000.00 90,000.00 7 Selang 23 Meter 2 5,000.00 115,000.00 8 Ember 3 Buah 2 15,000.00 45,000.00 Sumber : Data di olah (2010) Total Biaya Investasi 94,590,000.00 Biaya investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dikeluarkan pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan, seperti untuk mengganti peralatan atau komponen investasi yang umurnya sudah habis namun operasional bisnisnya masih berjalan. Biaya investasi yang dikeluarkan tersebut disebut reinvestasi. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah plastik terpal, induk ikan lele, serokan, pipa paralon, selang, mesin pompa, dan ember, sedangkan biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran adalah serokan, mesin pompa, pipa paralon, ember dan selang. Adapun rincian biaya reinvestasi pada kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada Lampiran 2.

7.1.3. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari pengusahaan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU. Biaya tersebut dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut berjalan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 7.1.3.1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan selama satu tahun dengan ada atau tidaknya produksi yang dilakukan. Biaya tetap yang dikeluarkan tidak berubah walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap yang dikeluarkan pada masing-masing anggota LPPMPU yaitu biaya gaji tenaga kerja, biaya perawatan peralatan yang digunakan, biaya abodemen listrik, dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele adalah Rp 14.075.000,00, sedangkan biaya tetap yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah Rp 14. 511.750,00. Biaya tetap yang dikeluarkan pada masing-masing anggota kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No Uraian Jumlah Harga Pembenihan Pembesaran Ikan (Rp/bulan) ikan Lele Lele 1. Gaji tenaga kerja 1 orang 1.100.000,00 13.200.000,00 13.200.000,00 2. Abodemen listrik - 50.000,00 600.000,00 600.000,00 3. Perawatan - 205.000,00 605.000,00 4. PBB - 70.000,00 106.750,00 Total (Rp) 14.075.000,00 14.511.750,00 7.1.3.2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah suatu biaya yang harus dikeluarkan seiring dengan bertambah atau berkurangnya produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan jika volume produksi berubah, beberapa biaya variabel yang sangat berpengaruh adalah hormon ovaprim dan ketersediaannya pakan. Biaya variabel yang dikeluarkan dari setiap kelompok tani LPPMPU berbeda-beda, hal ini dikarenakan pada pengusahaan ikan lele LPPMPU melakukan jenis kegiatan yang berbeda-beda.

Biaya variabel yang dikeluarkan pada masing-masing anggota LPPMPU diantaranya, pembelian benih untuk kegiatan pembesaran, pembelian pakan, pupuk kandang, garam, hormon ovaprim, aqua destilata, plastik packing, karet, suntikan, telur ayam, bambu, kakaban, busa spons, dan sikat. Total biaya variabel yang dikeluarkan pada kelompok tani LPPMPU dalam satu tahun yaitu pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp 12.163.020,00, sedangkan biaya yang dikeluarkan dalam pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp 18.300.400,00 (Tabel 8). a. Biaya Pakan Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan induk adalah untuk memenuhi kebutuhan ikan tersebut, serta merangsang pertumbuhan gonad sehingga induk ikan dapat dengan cepat menghasilkan telur dan siap untuk dipijahkan. Jenis pakan yang diberikan untuk induk ikan lele adalah pelet dan keong, sedangkan pakan yang diberikan kepada benih ikan lele adalah cacing sutra dan pelet halus. Pakan pelet yang diberikan kepada induk adalah berupa pelet kasar merk Hiprovit. Kebutuhan pakan untuk pemeliharaan induk adalah sebanyak 5 karung dengan berat 30 kilogram per karung dengan harga Rp 4.500,00 per kilogram, sehingga total biaya pakan induk sebesar Rp 675.000,00 pada pengusahaan pembenihan ikan lele, sedangkan biaya pakan yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp 6.854.400,00. Selain pakan pelet kasar, induk ikan lele diberi pakan tambahan yaitu berupa keong. Kebutuhan pakan tambahan yaitu keong yang diberikan dalam pemeliharaan induk ikan lele menghabiskan keong sebanyak 405 kilogram dengan harga keong per kilogram adalah Rp 1.000,00, sehingga total biaya pakan keong yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 405.000,00. Sementara itu dalam pemeliharaan benih ikan lele agar benih dapat berkembang dengan cepat maka benih ikan lele diberi pakan alami yaitu cacing sutra. Kebutuhan pakan cacing sutra dalam pemeliharaan benih ikan lele membutuhkan pakan sebanyak 504 liter dengan harga per liter adalah Rp 5.000,00, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan cacing sutra adalah Rp 2.520.000,00. Untuk benih yang sudah berukuran besar yaitu berumur 17 hari jenis pakan yang diberikan adalah pelet halus atau pelet 99 yang

bermerek Hiprovit. Jumlah pakan yang diberikan untuk pemeliharaan benih ikan lele adalah 1.463,56 kilogram dengan harga per kilogram adalah sebesar Rp 4.500,00, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pelet halus adalah Rp 6.586.020,00. Pada pengusahaan ikan lele dalam kegiatan pembesaran ikan lele, jenis pakan yang diberikan berbeda dengan jenis pakan sebelumnya. Jenis pakan yang diberikan adalah pelet 782 yang ukurannya lebih besar dari pelet halus, hal ini dikarenakan jenis pakan yang diberikan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan lele. Jumlah pakan yang diberikan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebanyak 560 kilogram dengan harga per kilogramnya adalah Rp 6.500,00, sehingga total biaya pakan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.640.000,00. b. Biaya Karet, Plastik, dan Jarum Suntik Benih ikan lele yang siap panen akan dikemas dengan menggunakan kantong plastik dengan ukuran kantong 60 x 40 cm. Dalam satu kantong plastik berisi benih sebanyak 400 ekor. Jumlah kantong plastik yang digunakan adalah sebanyak 4 kilogram, dalam satu kilogram berisi 10 buah kantong plastik. Harga satu kilogram kantong plastik adalah Rp 12.500,00, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kantong adalah sebesar Rp 50.000,00. Karet yang dipergunakan oleh petani adalah untuk mengikat pada kemasan benih yang siap untuk dipasarkan kepada konsumen. Karet yang dipergunakan adalah karet gelang, kebutuhan karet yang diperlukan adalah 1 kilogram dengan harga Rp 36.000,00 per kilogram, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian karet adalah sebesar Rp 36.000,00. Jarum suntik berfungsi untuk menyuntikkan hormon ovaprim dan aqua destilata pada tubuh induk ikan lele sebelum proses pemijahan. Dalam satu tahun petani membutuhkan jarum suntik sebanyak 2 buah dengan harga per buah adalah Rp 5.000,00. c. Telur Ayam dan Garam Telur ayam digunakan untuk menambah nafsu makan pada induk ikan lele yang siap untuk dipijahkan, serta untuk mencegah timbulnya penyakit pada induk ikan lele. Pemberian telur ayam dilakukan dengan cara telur ayam dicampur

dengan pelet kasar dan diaduk sampai merata, kemudian pakan tersebut diberikan dengan merata pada induk ikan lele. Jumlah telur ayam yang diperlukan adalah sebanyak 2 kilogram dengan harga Rp 16.000,00 per kilogram, sehingga total biaya telur ayam yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 32.000,00, sedangkan garam digunakan untuk membunuh hama penyakit, jumlah garam yang diperlukan adalah sebanyak 2 bungkus dengan harga per bungkus adalah Rp 2.500,00, sehingga kebutuhan biaya pembenihan garam sebesar Rp 5.000,00. d. Biaya Hormon Ovaprim dan Aqua Destilata Pada kelompok tani LPPMPU melakukan proses kegiatan pemijahan induk ikan lele dengan cara buatan yaitu dengan menyuntikkan hormon ovaprim. Hal ini bertujuan untuk merangsang terjadinya ovulasi telur. Dosis yang digunakan untuk induk betina adalah 0,3 ml/kg bobot induk, dan dosis untuk induk jantan adalah 0,2 ml/kg bobot induk. Dalam satu botol berisi 10 ml dengan harga per botol adalah Rp 200.000,00. Dalam satu tahun hormon ovaprim yang dibutuhkan adalah sebanyak 2 botol, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ovaprim adalah Rp 400.000,00. Selain hormon ovaprim dibutuhkan juga aqua destilata yang digunakan untuk campuran hormon ovaprim, hal ini dikarenakan untuk memudahkan menyuntikkan hormon ovaprim kedalam tubuh induk ikan lele. Jumlah aqua destilata yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan lele adalah sebanyak 1 botol yang berisi 10 ml, dengan harga per botol adalah Rp 7.500,00. e. Biaya Pupuk Kandang Pemupukan ini bertujuan menumbuhkan pakan alami bagi ikan lele, dan dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton dalam kolam yang akan dipergunakan untuk kegiatan pemijahan maupun pemeliharaan benih ikan lele. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk organik yang berupa kotoran ayam yang dicampur dengan kotoran kambing. Jumlah pupuk kandang yang digunakan adalah sebanyak 12 karung dengan harga per karung adalah Rp 5.000,00, sehingga biaya pembelian pupuk kandang adalah Rp 60.000,00.

f. Biaya Bambu dan kakaban (sarang telur) Bambu digunakan untuk pembuatan sarang telur pada kegiatan pengusahaan pembenihan ikan lele, serta digunakan untuk pembuatan kolam yang menggunakan plastik terpal. Harga bambu adalah Rp 7.000,00 per batang, sehingga kebutuhan bambu yang diperlukan dalam kegiatan pengusahaan pembenihan ikan lele dalam satu tahun adalah sebanyak 67 batang, maka biaya pembelian bambu adalah Rp 469.000,00. Kakaban atau sarang telur merupakan suatu wadah yang digunakan sebagai penempatan telur pada saat proses pemijahan. Harga kakaban per ikat adalah Rp 40.000,00, sehingga kebutuhan kakaban dalam satu tahun sebanyak 4 ikat. Biaya pembelian kakaban adalah sebesar Rp 160.000,00. g. Busa spons dan Sikat Busa spons digunakan untuk membersihkan dinding dan dasar kolam yang terbuat dari plastik terpal, dengan tujuan untuk membasmi kuman penyakit yang menempel pada dinding maupun pada dasar kolam. Jumlah busa spons yang digunakan adalah sebanyak 2 buah dengan harga Rp 6.750,00 per buah, sehingga biaya pembelian busa spons dalam setahun adalah Rp 13.500,00. Sikat dipergunakan untuk membersihkan dinding dan dasar kolam yang terbuat dari semen, dengan tujuan untuk membasmi kuman penyakit dan membersihkan dari lumut yang menempel pada dinding. Jumlah sikat yang digunakan adalah sebanyak 2 buah dengan harga Rp 7.000,00 per buah, sehingga biaya pembelian sikat dalam setahun adalah Rp 14.000,00. h. Biaya Pemakaian Listrik Sumber tenaga listrik yang digunakan dalam kegiatan ini berasal dari PLN dengan daya 900 watt, sumber energi tersebut digunakan untuk penerangan, mesin air dan blower. Pengeluaran biaya listrik per tahun Rp 720.000,00 pada pengusahaan pembenihan ikan lele, sedangkan biaya listrik yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar Rp 780.000,00. Adapun rincian biaya variabel dari setiap anggota kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rincian Biaya Variabel Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No 1. Pakan : Uraian Pembenihan Ikan Lele Responden Pembesaran Ikan Lele a) Cacing sutra b) Pelet 99 c) Pelet 782 d) Pelet Hiprovit e) Keong 2.520.000,00 6.586.020,00-675.000,00 405.000,00-3.640.000,00 6.854.400,00 896.000,00 2. Pembelian benih - 6.000.000,00 3. Telur ayam 32.000,00-4. Garam 5.000,00-5. Ovaprim 400.000,00-6. Aqua destilata 7.500,00-7. Plastik packing 50.000,00-8. Suntikan 10.000,00-9. Pupuk kandang 60.000,00 130.000,00 10. Karet 36.000,00-11. Pemakaian listrik 720.000,00 780.000,00 12. Bambu 469.000,00-13. Kakaban (sarang) 160.000,00-14. Busa spons 13.500,00-15. Sikat 14.000,00 - Total (Rp) 12.163.020,00 18.300.400,00 7.2. Arus Penerimaan (Inflow) Pada pengusahaan ikan lele kelompok tani LPPMPU jenis pengusahaan yang dijalankan adalah pengusahaan pembenihan ikan lele dan pengusahaan pembesaran ikan lele. Penerimaan yang diperoleh dari masing-masing jenis pengusahaan ikan lele berasal dari jumlah penjualan benih kecil dan ikan ukuran konsumsi dengan harga jual pada masing-masing produk adalah Rp 150,00 per

ekor untuk benih kecil, sedangkan untuk ikan ukuran konsumsi adalah Rp 10.000,00 per kilogram (9-10 per ekor). Untuk kegiatan pembenihan sampai dengan pendederan dalam satu tahun dilakukan sebanyak 4 kali, sesuai dengan jumlah induk yang dimiliki oleh petani pembenihan ikan lele. Untuk pengusahaan pembenihan sampai dengan pendederan ikan lele dalam satu tahun dapat melakukan pemijahan sebanyak 4 kali dengan jumlah induk yang dipijahkan adalah 16 pasang. Satu pasang induk terdiri dari satu induk jantan dan satu induk betina (berpasangan yaitu 1:1). Fekunditas atau kemampuan menghasilkan telur satu ekor induk dapat menghasilkan 25.000 butir telur dengan derajat penetasan telur adalah 90 persen yang akan menghasilkan 22.500 ekor larva dari 25.000 butir telur yang terbuahi. Larva yang hidup memiliki tingkat kemampuan hidup (Survival Rate/SR) sebanyak 88 persen yang akan menghasilkan 19.800 ekor per satu induk, sedangkan larva yang hidup sampai panen memiliki tingkat SR sebanyak 15 persen yang akan menghasilkan 16.830 benih. Penerimaan yang diperoleh selama satu tahun yaitu 16.830 ekor benih x Rp 150,00 x 19 (jumlah induk yang dipijahkan ) adalah Rp 47.965.500,00. Sementara itu, untuk pengusahaan ikan lele yang melakukan kegiatan pembesaran dalam satu tahun dilakukan 4 kali panen dengan kegiatan produksi setiap 3 bulan sekali. Pada pengusahaan pembesaran ikan lele dalam satu kali produksi jumlah benih yang ditebar sebanyak 4.000 ekor per kolam, dengan tingkat kematian sampai panen adalah 12 persen sehingga dalam satu kolam akan menghasilkan 350 kilogram (ukuran 9-10 ekor per kilogram). Jumlah kolam yang digunakan untuk kegiatan produksi ikan lele pada tahun pertama sebanyak 3 kolam, sehingga penerimaan yang dihasilkan dalam satu tahun adalah 3 kolam x 350 kilogram x Rp 10.000,00 per kilogram x 4 (jumlah panen dalam satu tahun) yaitu Rp 42.000.000,00 pada tahun pertama. Selain dari penjualan benih, penerimaan untuk masing-masing anggota diperoleh dari nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama yang tidak habis terpakai selama umur proyek. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur proyek dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya investasi pada pengusahaan ikan lele dari masing-masing

pengusahaan ikan lele yaitu lahan, mesin pompa, dan blower. Nilai sisa pada kelompok tani LPPMPU dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Sisa Investasi Pada Pengusahaan Ikan Lele LPPMPU Nilai sisa (Rp) No Uraian Pembenihan Ikan Lele (Rp) Pembesaran Ikan Lele (Rp) 1. Lahan 55.000.000,00 75.625.000,00 2. Mesin pompa 150.000,00 150.000,00 3. Mesin blower - 350.000,00 Total Nilai Sisa (Rp) 55.150.000,00 76.125.000,00 7.3. Analisis Kelayakan Finansial Dalam analisis finansial kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek yaitu Net Present value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP). Pada analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele menggunakan modal sendiri. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 7 persen, ini berdasarkan suku bunga deposito Bank Indonesia (BI) pada tahun 2009. 7.3.1. Kelayakan Analisis Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU Analisis kelayakan finansial yang digunakan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU seluruhnya modal yang dipergunakan dalam menanamkan investasinya berasal dari modal sendiri. Tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 7 persen, hal ini berdasarkan suku bunga deposito Bank Indonesia bulan Desember tahun 2009 pada saat melakukan penelitian. Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu sebesar 28 persen. Analisis kelayakan

finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembenihan ikan lele kelompok tani LPPMPU (Tabel 10). Tabel 10. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No Kriteria Investasi Hasil 1. NPV 90,708,028.61 2. Net B/C 2,82 3. IRR 35% 4. Payback Period 1,45 Tahun Berdasarkan analisis finansial pada Tabel 10. dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele memperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 90,708,028.61 yang artinya bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. NPV sama dengan Rp 90,708,028.61 juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan pembenihan ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, pada pengusahaan pembenihan ikan lele kelompok tani LPPMPU diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari nol yaitu sebesar 2,82 yang menyatakan bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C sama dengan 2,82, artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan manfaat bersih sebesar 2,82 rupiah. Nilai IRR yang diperoleh dari analisis finansial pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah 35 persen, dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 35 persen, dan karena nilai IRR lebih besar dari discount factor yaitu 7 persen maka usaha ini layak untuk dilaksanakan. Pengusahaan pembenihan ikan lele ini memiliki periode pengembalian biaya investasi selama 1,45 tahun (Lampiran 6).

7.3.2. Kelayakan Analisis Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU Pada pengusahaan pembesaran ikan lele kelompok tani LPPMPU investasi yang ditanamkan dalam pengusahaan ini berasal dari modal sendiri. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 7 persen, berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia bulan Desember 2009 pada saat melakukan penelitian di kelompok tani LPPMPU. Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu sebesar 28 persen. Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele kelompok tani LPPMPU (Tabel 11). Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 64,722,045.98, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele ini dapat dikatakan layak untuk diusahakan. Nilai pada NPV yang diperoleh kelompok tani LPPMPU pengusahaan pembesaran ikan lele menunjukkan manfaat bersih yang diterima pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu sebesar 7 persen, sedangkan nilai Net B/C yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar 2 dimana nilai Net B/C lebih besar dari nol sehingga pengusahaan ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 2 berarti setiap satu rupiah biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 2 rupiah manfaat bersih. Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 20 persen lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Hal ini berarti pengusahaan pembesaran ikan lele layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian internal sebesar 20 persen, sedangkan periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 1,5 tahun (Lampiran 7).

Tabel 11. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No Kriteria Investasi Hasil 1. NPV 64,722,045.98 2. Net B/C 2 3. IRR 20% 4. Payback Period 1,5 Tahun 7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU Pada pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele layak untuk dilaksanakan. Tetapi untuk melihat jenis pengusahaan mana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, dapat dilihat dari perbandingan hasil kelayakan finansial pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele pada kelompok tani LPPMPU (Tabel 12). Tabel 12. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Kelompok Tani LPPMPU Hasil Kriteria No Pengusahaan Pembenihan Pengusahaan Pembesaran Investasi Ikan Lele Ikan Lele 1. NPV 90,708,028.61 64,722,045.98 2. Net B/C 2,82 2 3. IRR 35% 20% 4. Payback Period 1,45 Tahun 1,5 Tahun Berdasarkan Tabel 12. menunjukkan bahwa pada pengusahaan pembenihan ikan lele merupakan pengusahaan yang memberikan keuntungan paling besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele. Hal ini terlihat dari hasil analisis finansial, nilai NPV pada pengusahaan pembenihan ikan lele lebih besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, pada pengusahaan pembenihan

ikan lele menghasilkan nilai Net B/C dan nilai IRR yang lebih besar dari pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 2,82 dan 35 persen. Pada masa pengembalian biaya investasi (payback period) pengusahaan pembenihan lebih cepat bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu selama 1,45 tahun. 7.5. Kelayakan Analisis Pengembangan Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU Pada analisis pengembangan pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele layak untuk dikembangkan. Tetapi untuk melihat jenis pengusahaan mana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, dapat dilihat dari hasil kelayakan finansial pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele pada kelompok tani LPPMPU (Tabel 13). Tabel 13. Analisis Pengembangan Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU Hasil Kriteria No Pengusahaan Pembenihan Pengusahaan Pembesaran Investasi Ikan Lele Ikan Lele 1. NPV 190,564,149.51 118,979,693.69 2. Net B/C 3,77 2,08 3. IRR 51% 25% 4. Payback Period 1,35 Tahun 1,40 Tahun Berdasarkan Tabel 13. menunjukkan bahwa pada pengusahaan pembenihan ikan lele layak untuk dikembangkan menjadi skala usaha besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan analisis cash flow, nilai NPV yang diperoleh pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp 190,564,149.51 yang artinya bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV sama dengan Rp 190,564,149.51 juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan pembenihan ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku

bunga yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, pada pengusahaan pembenihan ikan lele diperoleh nilai Net B/C sebesar 3,77 lebih besar dari nol yang menyatakan bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele ini layak untuk dikembangkan, sedangkan nilai IRR yang diperoleh pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar 51 persen. Dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 7 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 51 persen. Nilai IRR lebih besar dari discount factor yaitu sebesar 7 persen maka pengusahaan pembenihan ikan lele pada kelompok tani LPPMPU layak untuk dikembangkan. Pengusahaan pembenihan ikan lele ini memiliki waktu pengembalian investasi yaitu selama 1,35 tahun. Sementara itu pada pengusahaan pembesaran ikan lele diperoleh nilai NPV lebih kecil bila dibandingkan dengan pengusahaan pembenihan ikan lele. Nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 118,979,693.69 yang artinya bahwa pengusahaan pembesaran ikan lele ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV sama dengan Rp 118,979,693.69 juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan pembesraran ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Nilai Net B/C dan IRR yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran lebih kecil bila dibandingkan dengan pengusahaan pembenihan ikan lele yaitu sebesar 2,08 dan 25 persen, sedangkan waktu pengembalian biaya investasi yang ditanamkan adalah 1,40 tahun dimana pengusahaan pembesaran juga layak untuk dikembangkan (Lampiran 8). 7.6. Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menghitung perubahan maksimum yang terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter yang digunakan yaitu penurunan harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi, serta kenaikan harga pakan yaitu pelet sehingga keuntungan mendekati normal dimana NPV mendekati atau sama dengan nol atau bisa juga dengan menggunakan parameter IRR sama dengan tingkat suku bunga. Hasil perhitungan analisis switching value kelompok tani LPPMPU pada pengusahaan pembenihan ikan lele untuk penurunan harga jual output yaitu benih

ikan lele dengan ukuran 5-5,5 cm adalah sebesar 23 persen yaitu dari harga Rp 150,00 per ekor menjadi Rp 115 per ekor, sedangkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 47 persen dari harga Rp 10.000,00 per kilogram menjadi Rp 5.318,00 per kilogram. Apabila perubahan yang terjadi melebihi dari batas tersebut maka pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele menjadi tidak layak untuk diusahakan. Besarnya penurunan harga jual benih ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi ini masih layak, apabila penurunan yang terjadi terhadap harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi tidak lebih besar dari 23 persen dan 47 persen. Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value pada pengusahaan pembenihan ikan lele terhadap kenaikan harga pakan benih ikan lele yaitu 64 persen untuk cacing sutra, 58 persen untuk pelet 99, dan 51 persen untuk pelet hiprovit. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan dan ikan lele masih layak untuk dilaksanakan apabila besarnya kenaikan harga pakan cacing sutra, pelet 99, dan pelet hiprovit tidak melebihi dari 64 persen, 58 persen, dan 51 persen. Sementara itu kenaikan harga pakan pada pengusahaan pembesaran ikan lele yaitu sebesar 49 persen untuk pakan pelet hiprovit, dan sebesar 31 persen untuk pakan pelet 782, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele masih layak untuk dilaksanakan apabila kenaikan harga pakan tidak melebihi dari 49 persen, dan 31 persen (Lampiran 10). Tabel 14. Analisis Switching Value Pengusahaan Ikan Lele Pada Kelompok Tani LPPMPU No 1. 2. Perubahan Penurunan harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi Kenaikan harga pakan : a) cacing sutra b) pelet 99 c) pelet hiprovit d) pelet 782 Hasil (%) Pembenihan Ikan Lele Pembesaran Ikan Lele 23 47 64-58 - 51 49-31