PENDAHULUAN. Latar Belakang. beragam di dunia. Kuda (Equus caballus) adalah salah satu bentuk dari

dokumen-dokumen yang mirip
menggunakan program MEGA versi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai negara megadiversity (Auhara, 2013). Diperkirakan sebanyak jenis

PENDAHULUAN. yang cukup besar dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Seiring dengan

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan dengan populasi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari.

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam,

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi fauna melimpah yang tersebar di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. flora yang dapat ditemukan adalah anggrek. Berdasarkan eksplorasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

(Identification of the Nature of Quantitative Gayo Horse Race in the Middle District of Aceh)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBAHASAN UMUM Evolusi Molekuler dan Spesiasi

I. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. benua dan dua samudera mendorong terciptanya kekayaan alam yang luar biasa

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

PEMBAHASAN Variasi Gen COI dan Gen COII S. incertulas di Jawa dan Bali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan di bidang olahraga, sarana rekreasi maupun sebagai hewan

BAB I PENDAHULUAN. ikan, sebagai habitat burung-burung air migran dan non migran, berbagai jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan liar, efisiensi reproduksi pada kuda yang mencapai 90% atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa,

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa DNA Barcode dapat memberikan kontribusi yang kuat. untuk penelitian taksonomi dan keanekaragaman hayati.

Gambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat)

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda digolongkan kedalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui anaknya), ordo Perssodactyla (berteracak

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Kuda Tarik

1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN. Banteng (Bos javanicus d Alton 1823) merupakan salah satu mamalia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

PENGUJIAN KEMURNIAN SAPI BALI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ISOELEKTRIC FOCUSING

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan kerugian secara ekonomi pada budidaya pertanian (Li et al.,

BIO306. Prinsip Bioteknologi

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PENGANTAR ILMU TAKSONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil)

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya genetik ternak lokal yang berasal dari Kabupaten Cianjur, Provinsi

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan satu dari sedikit tempat di dunia dimana penyu laut

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAPI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Implikasi Pengetahuan Ayat Tentang Pemotongan Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Terhadap Sapi Bali

27. peristiwa mutasi; 28. evolusi dan asal-usul kehidupan; 29. usaha manusia dalam meningkatkan produksi pangan; 30. bioteknologi dalam kehidupan.

I. PENDAHULUAN. Fauna (CITES), P. pruatjan masuk ke dalam daftar Appendix I yang dinyatakan

PLASMA NUTFAH. OLEH SUHARDI, S.Pt.,MP

The Origin of Madura Cattle

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Genetik Ternak Lokal

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects

BAB I PENDAHULUAN. Udang laut merupakan salah satu komoditas utama di sektor perikanan yang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Lobster laut merupakan salah satu sumber daya hayati kelautan yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

PERFORMA KUDA DELMAN SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI DI KOTA BOGOR SKRIPSI ANGGA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati paling beragam di dunia. Kuda (Equus caballus) adalah salah satu bentuk dari keanekaragaman hewan yang dimiliki oleh Indonesia. Asal-usul kuda di Indonesia belum diketahui secara pasti, namun beberapa peneliti mengatakan bahwa nenek moyang kuda di Indonesia adalah kuda Sandel Wood dan kuda Batak yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, kemudian dijadikan nama jenis kuda di daerah tersebut, seperti contohnya adalah kuda Makassar, kuda Gorontalo, Kuda Minahasa, Kuda Sumba, kuda Sumbawa, kuda Bima, kuda Flores, kuda Savoe, kuda Roti, kuda Timor, kuda Sumatra, kuda Jawa, kuda Bali, kuda Lombok, dan kuda Kuningan (Soehardjono, 1990). Selanjutnya kuda di Indonesia oleh Wiryosuhanto (2012) dikatakan adalah keturunan kuda Mongol yang juga keturunan dari Equus przewalski. Beberapa sumber menyatakan bahwa kuda Mongol masuk ke Indonesia dibawa oleh pasukan Kubilai khan dari Tiongkok untuk menyerang kerajaan Singosari di Jawa Timur pada abad XVIII. Kuda Arab juga diyakini sebagai nenek moyang kuda di Indonesia. Hal tersebut terjadi ketika persebaran agama Islam di nusantara dimana kuda dijadikan sarana transportasi para penyiar agama. Selain menyebarkan ajaran Islam, para penyiarpun mengenalkan kuda Arab yang kemudian disilangkan dengan kuda lokal untuk mendapatkan keturunan yang baik. Kuda Indonesia memiliki daya tahan hidup yang kuat di daerah yang tandus dan beriklim tropis serta relatif tahan terhadap penyakit. Pada umumnya, 1

2 kuda memiliki struktur kaki dan teracak yang kuat, tipe lari cepat dan mempunyai ketahanan yang tinggi, memiliki temperamen labil, dan dapat dilatih. Kuda lokal Indonesia mampu untuk menarik gerobak dengan penumpang dua orang atau lebih (Soehardjono, 1990). Kuda memiliki kedekatan yang cukup erat di kalangan masyarakat di Indonesia. Kuda berguna sebagai alat transportasi seperti delman dan andong, selain itu juga berguna sebagai tunggangan wisata hingga hobi bagi para pecinta kuda. Pada sebagian daerah di Indonesia, kuda dijadikan sebagai salah satu olahraga yang sangat menarik dan digemari. Menurut Soehardjono (1990) kuda di Indonesia sebagian besar sudah disilangkan dengan berbagai jenis kuda dari luar negri dan jenis kuda Sandel Wood. Meskipun demikian, persilangan biasanya hanya dilakukan pada kuda tertentu yang memiliki ukuran tubuh tidak terlalu pendek seperti kuda Makassar dan kuda Tengger, sedangkan kuda yang memiliki ukuran tubuh yang pendek seperti kuda Bima belum disilangkan. Kuda Sumba adalah salah satu plasma nutfah yang telah lama dipelihara dan berkembang secara turun temurun di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kuda ini mempunyai ikatan historis dengan masyarakat Sumba karena telah menjadi bagian hidup masyarakat sejak pertengahan abad ke-18. Keberadaan kuda Sumba memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat sebagai tabungan keluarga, tenaga kerja, transportasi sekaligus sebagai sosial standing bagi peternak (Rebo, 2012). Data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian Republik Indonesia pada tahun 2015 menunjukkan

3 data populasi kuda di Indonesia yang naik turun. Pada tahun 2011 jumlah populasi kuda di Indonesia adalah 408.665 ekor dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 437.383 ekor. Pada tahun 2013 populasi kuda sempat mengalami penurunan menjadi 434.208 dan menurun lagi pada tahun 2014 menjadi 428.052. Pada tahun 2015 populasi kuda di Indonesia mengalami peningkatan kembali dengan presentase 1,88% dari tahun 2014 menjadi 436.098 ekor. Data tersebut menggambarkan bahwa populasi kuda di Indonesia tidak stabil jumlahnya dengan angka pertumbuhan yang sangat rendah sehingga kuda asli Indonesia yang seharusnya dapat dipertahankan untuk dijadikan ikon daerah menurun jumlah populasinya karena banyaknya persilangan dan masuknya kuda impor. Kuda Thoroughbred diimpor ke Indonesia dan disilangkan dengan kuda lokal Indonesia untuk mendapatkan sifat yang lebih unggul (Sudrajat, 2003). Naik turunnya jumlah populasi kuda di Indonesia dan semakin banyaknya persilangan antara kuda lokal dan kuda impor semakin mendesak keberadaan kuda lokal asli Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan penurunan populasi kuda lokal bahkan kuda lokal asli Indonesia cenderung terkena dampak kepunahan. Berbagai fenomena yang terjadi seperti yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan usaha pelestarian dalam rangka mencegah penurunan populasi kuda lokal asli Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah indentifikasi kuda (Equus caballus) lokal asli Indonesia. Pada umumnya identifikasi banyak dilakukan berdasarkan morfologi, Rahmah (2013) telah melakukan penelitian mengenai kajian morfologis dan fisiologis kuda lokal asli Indonesia. Namun, kajian morfologis pada kuda tidak dapat dijadikan acuan untuk identifikasi

4 menentukan hubungan kekerabatan di antara kuda yang ada di Indonesia. Usaha konservasi kuda lokal asli Indonesia dapat dilakukan melalui analisis dan pengkajian genetik secara molekuler untuk mengetahui penanda genetik kuda lokal asli Indonesia. Menurut Widayanti dkk. (2012), sekuen Deoxyribonucleic Acid (DNA) mitokondria dapat dipilih sebagai penanda genetik karena jumlah kopinya yang banyak sehingga mudah didapat dari sel, berukuran relatif kecil (sekitar 16,5 kb) sehingga memudahkan proses amplifikasi. DNA mitokondria ini diturunkan dari induk betina (maternal) dan beberapa gen di dalam mitokondria mutasinya lebih cepat dari pada gen inti. DNA mitokondria telah banyak digunakan sebagai penanda molekul untuk studi genetika populasi, penelusuran asal-usul dan pelacakan beberapa penyakit degeneratif, penuaan, serta kanker (Wandia, 2001). Gen penyandi NADH Dehydrogenase Subunit 2 (ND2) menurut Wang dkk. (2014) dapat digunakan untuk membedakan keanekaragaman genetik Echinococcus granulosus di barat daya Tiongkok. Osborne dan Chritidis (2002) pernah melakukan penelitian molekuler pada kuskus yang terdapat di Papua dengan gen ND2 yang mampu mengungkap tiga garis keturunan dalam famili Phalangerinae. Diharapkan gen ND2 mampu menjadi dasar untuk mengidentifikasi penanda genetik pada kuda lokal Indonesia khususnya kuda Sumba.

5 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara molekuler kekerabatan kuda Sumba asal Nusa Tenggara Timur berdasarkan sekuen gen NADH Dehydrogenase Subunit 2 (ND2). Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penanda genetik kuda lokal Indonesia khususnya kuda Sumba sebagai salah satu plasma nutfah. Pemanfaatan penanda genetik kuda (Equus caballus) diharapkan dapat membantu menunjang usaha konservasi kuda lokal yang terancam punah. Selain itu, analisis kekerabatan yang diteliti dalam penelitian ini dapat digunakan untuk melihat kekerabatan kuda Sumba.