BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori yang mendukung penelitian ini adalah role theory (teori peran) yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan negara dititikberatkan pada sektor perpajakan, pemenuhan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia kerja, tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja ( job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan

II. LANDASAN TEORI. Teori kognitif pertama kali dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sutiadi (2003:6) dalam Ida Ayu dan Suprayetno (2008) mendefinisikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. bahasan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat

BAB I PENDAHULUAN. khususnya internet. Internet (interconnection networking) adalah seluruh jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi yang modern sekarang ini, sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tenaga kerja yang berlebih di Indonesia, membuat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Menurut Achour (2011) kesejahteraan pada karyawan adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover

I. PENDAHULUAN. Salah satu sistem pengukuran kinerja yang telah dipakai saat ini adalah

BAB 10 KEKUASAAN DAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Kantor akuntan publik adalah salah satu tempat bekerja yang rata-rata

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

Abstrak. Kata kunci: kelelahan emosional, stres kerja, perilaku menyimpang karyawan.

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini memuat landasan empiris mengenai variabel-variabel yang

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pasangan yang bekerja (dual-earner couples) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana (TRA) merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, tindakan medis, dan diagnostik serta upaya rehabilitas

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN JOB INSECURITY PADA KARYAWAN CV. ELFANA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Burnout. staf yang melayani masyarakat, pada tahun 1974, burnout merupakan representasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan semakin banyak tuntutan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dengan bermunculannya sekolah-sekolah baru

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bahkan fungsi internal auditor dalam suatu perusahaan semakin diperlukan untuk

Kata kunci: role conflict, role ambiguity, role overload, role stress, turnover intentions, komitmen afektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai upaya untuk mengidentifikasi sebab-sebab pengunduran diri karyawan.

BAB II LANDASAN TEORI. Peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERILAKU ORGANISASI. Sikap dan Kepuasan Kerja. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN S1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/ PMK.03/2013 TENTANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, setiap negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal tersebut yang dialami Yus Rusyana, Gomos

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk di dalamnya berkembang konsep diri yang negatif, kurangnya konsentrasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

KUESIONER PENELITIAN. Nama KAP :... Identitas Responden : Nama :... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*coret yang tidak perlu)

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. individu saat ini ketika sedang melakukan peran spesifik (Lambert dan Lambert,

BAB II LANDASAN TEORITIS. tahun 1973 (Farber, 1991; Widiyanti, Yulianto & Purba, 2007). Burnout. dengan kebutuhan dan harapan (Rizka, 2013).

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Rousseau (2000) teori kontrak psikologi (Psychological Contract Theory) diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. optimal, yaitu harus dilaksanakan secara efektif dan efisien serta bermanfaat bagi. program secara efektif, efisien dan ekonomis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

BAB II TELAAH PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

ABSTRAK. Kata kunci: work-family conflict, kelelahan emosional, intention to leave.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tekanan karyawan. Menurut Greenberg dalam Mauladi dan Dihan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia semakin penting artinya di dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian saat ini menunjukkan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diinginkan oleh semua perusahaan. Semakin banyak pegawai yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan memiliki pesaing yang banyak di era globalisasi saat ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia mengadakan bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan yang penting seperti pabrik, atau suatu organisasi secara keseluruhan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Role Theory (Teori Peran) Teori yang mendukung penelitian ini adalah role theory (teori peran) yang dikemukakan oleh Kahn dkk. (1964). Teori Peran menekankan sifat individual sebagai pelaku sosial yang mempelajari perilaku sesuai dengan posisi yang ditempatinya di lingkungan kerja dan masyarakat. Teori Peran mencoba untuk menjelaskan interaksi antar individu dalam organisasi, berfokus pada peran yang mereka mainkan. Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhi perannya. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu, berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya. Mereka menyatakan bahwa sebuah lingkungan organisasi dapat mempengaruhi harapan setiap individu mengenai perilaku peran mereka. Harapan tersebut meliputi norma-norma atau tekanan untuk bertindak dalam cara tertentu. Individu akan menerima pesan tersebut, menginterpretasikannya, dan merespon dalam berbagai cara. Masalah akan muncul ketika pesan yang dikirim tersebut tidak jelas, tidak secara langsung, tidak dapat diinterpretasikan dengan mudah, dan tidak sesuai dengan daya tangkap si penerima pesan. Akibatnya, pesan 12

13 tersebut dinilai ambigu atau mengandung unsur konflik. Ketika hal itu terjadi, individu akan merespon pesan tersebut dalam cara yang tidak diharapkan oleh si pengirim pesan. Sebuah lingkungan organisasi dapat mempengaruhi harapan setiap individu mengenai perilaku peran mereka. Lingkungan organisasi yang berubah-ubah dan tidak sesuai dengan harapan individu akan cenderung megandung konflik dan tekanan. Posisi di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Teori peran juga menyatakan bahwa ketika perilaku yang diharapkan oleh individu tidak konsisten, maka mereka dapat mengalami stress, depresi, merasa tidak puas, dan kinerja mereka akan kurang efektif daripada jika pada harapan tersebut tidak mengandung konflik. Jadi, dapat dikatakan bahwa konflik peran dapat memberikan pengaruh negatif terhadap cara berpikir seseorang. Kantz dan Kahn (1978) menyatakan bahwa individu akan mengalami konflik dalam dirinya apabila terdapat dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan pada diri seseorang. Peran yang tidak jelas, terjadi jika individu yang diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan. Role ambiguity merupakan kondisi stress yang di sebabkan oleh kebingungan karena ekspektasi peran tidak dipahami secara jelas dan tidak adanya informasi yang memadai yang di perlukan seseorang untuk memenuhi peran mereka secara memuaskan (Wiryathi, 2014).

14 Peran berlebih, terjadi jika individu menerima banyak peran (Keliat, 1992). Mondy, et al. (1990:490) menyatakan bahwa role overload merupakan tipe konflik peran yang lebih kompleks, terjadi ketika harapan yang dikirimkan pada pemegang peran dapat digabungkan akan tetapi kinerja mereka melampaui jumlah waktu yang tersedia bagi orang yang melaksanakan aktivitas yang diharapkan. Kahn (1964) menyatakan bahwa sebuah lingkungan organisasi dapat mempengaruhi harapan setiap individu mengenai perilaku peran mereka. Jika sering terjadi perubahan terhadap lingkungan organisasi akan memunculkan rasa yang tidak aman. Pada akhirnya, jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, karyawan dapat menjadi stress akibat adanya rasa tidak aman dan pasti akan pekerjaannnya (Greenhalgh dan Rosenblatt, 1984). Westman, et al. (2001) menyatakan job insecurity yang berasal dari kebijakan penting suatu organsinasi, seperti keputusan untuk berhemat, yang memunculkan rumor tentang PHK dan lainnya pada akhirnya menjadi sumber stres kronis dan mengarah ke burnout. 2.1.2 Role Conflict Role conflict dipandang sebagai ketidaksesuaian dalam harapan-harapan yang dikomunikasikan yang berdampak pada kinerja peran yang dijalankan (Rizzo, et al. 1970 dalam Yousef, 2002). Rizzo, et al. (1970) mendefinisikan role conflict dalam kaitannya dengan dimensi-dimensi kesesuaian ketidaksesuaian atau kecocokkan ketidakcocokkan terhadap persyaratan suatu peran, dimana kesesuaian atau kecocokkan tersebut dinilai relatif terhadap standar atau kondisi yang dialami selama menjalankan peran. Sedangkan menurut Kopelman, et al. (1983) dalam Coverman

15 (1989) role conflict merujuk pada tingkat tekanan yang dialami oleh seseorang dalam suatu peran berbeda dengan tingkat tekanan yang dialaminya dalam peran yang lain. Menurut Robbins dan Judge (2009), role conflict menciptakan pengharapanpengharapan yang mungkin sulit untuk dipenuhi atau dipuaskan. Robbins dan Judge (2009) juga menyatakan bahwa ketika seseorang dihadapkan pada pengharapan peran yang berlainan, maka akan menghasilkan role conflict (konflik peran). Konflik peran merupakan suatu keadaan dimana seseorang patuh pada persyaratan satu peran dapat menyebabkan kesulitan untuk memenuhi persyaratan dari suatu peran lainnya. Pada keadaan ekstrem, itu akan mencakup situasi dimana dua atau lebih pengharapan peran saling berlawanan (kontradiksi). Jadi dengan k ata lain, konflik peran menurut Robbins dan Judge (2009) adalah suatu situasi dim ana seorang individu dihadapkan pada pengharapan peran yang berlainan. 2.1.3 Role Ambiguity Role ambiguity adalah ketidakpastian tentang tindakan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu peran (Peterson, et al. 1995). Rizzo, et al. (1970) mendefinisikan role ambiguity sebagai suatu keadaan dimana suatu pekerjaan memiliki kekurangan dalam prediksi suatu respon terhadap perilaku pihak lain dan kejelasan mengenai persyaratan perilaku yang diharapkan. Menurut Robbins dan Judge (2009), role ambiguity terjadi ketika ekspektasi dari suatu peran tidak bisa dipahami dengan jelas dan pekerja tidak yakin dengan apa yang harus dikerjakannya. Berdasarkan teori klasik, setiap posisi di struktur suatu organisasi formal harus memiliki serangkaian tugas atau tanggungjawab posisi yang jelas (Rizzo et al., 1970).

16 Rizzo, et al. (1970) juga menjelaskan bahwa dengan adanya kewajiban yang terspesifikasi dengan jelas, atau definisi formal dari persyaratan peran, maka akan memberikan kemudahan bagi pihak manajemen dalam mengendalikan kinerja tertentu dari subordinatnya dan kemudahan dalam memberikan petunjuk serta arahan kepada subordinatnya. Seorang pekerja akan ragu-ragu dalam membuat keputusan karena tidak mengetahui wewenangnya untuk mengambil suatu keputusan, tidak mengetahui apa yang diharapkan darinya, dan tidak mengetahui bagaimana dia akan dinilai, sehingga dia akan menggunakan pendekatan coba-coba (trial and error) dalam memenuhi ekspektasi atasannya. 2.1.4 Role Overload Role overload merupakan konsepsi yang menggambarkan jumlah tuntutan yang ada dalam peran yang dimiliki seseorang ( Schaubroeck, Cotton dan Jennings, 1989). Role overload adalah kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh individu untuk memenuhi komitmen, kewajiban, atau persyaratan (Peterson, et al. 1995). Role overload juga bisa diartikan terlalu banyak memiliki pekerjaan yang harus dilakukan dalam satu waktu (Beehr, Walsh dan Teber, 1976 dalam Cook, et al. 1981). Menurut Robbins dan Judge (2009) role overload dirasakan ketika pekerja diharapkan untuk bekerja melebihi waktu yang sudah ditetapkan. Sedangkan Baruch, et al. (1985) dan Rapoport (1976) dalam Coverman (1989) mendefinisikan role overload sebagai suatu kondisi dimana seseorang memiliki terlalu banyak tuntutan peran dan terlalu sedikit waktu untuk menyelesaikannya. Berdasarkan pengertian para ahli maka dapat saya simpulkan bahwa role overload merupakan suatu kondisi

17 dimana jumlah tuntutan dalam peran seseorang sudah terlalu banyak sehingga pekerja diharapkan bekerja melebihi waktu yang telah ditetapkan. 2.1.5 Job Insecurity Banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai Job insecurity. Menurut Greenhalgh dan Rosenblatt (1984), Job insecurity adalah ketidakberdayaan untuk mempertahankan kelanjutan pekerjaan karena ancaman situasi dari suatu pekerjaan. Sementara itu, Hartley, Jacobson, dkk. dalam Noviarini (2013) mengatakan bahwa job insecurity adalah ketidakamanan yang dirasakan seseorang akan kelanjutan pekerjaan dan aspek-aspek penting yang berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri. Sedangkan Sverke dan Hellgren (2002) menyatakan bahwa job insecurity adalah pandangan subjektif seseorang mengenai situasi atau peristiwa ditempatnya bekerja. Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) mengatakan job insecurity dapat menimbulkan rasa takut, kehilangan kemampuan, dan kecemasan. Pada akhirnya, jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, karyawan dapat menjadi stress akibat adanya rasa tidak aman dan pasti akan pekerjaannnya. Westman, et al. (2001) menyatakan job insecurity yang berasal dari kebijakan penting suatu organsinasi, seperti keputusan untuk berhemat, yang memunculkan rumor tentang PHK dan lainnya pada akhirnya menjadi sumber stres kronis dan mengarah ke burnout. Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa job insecurity adalah pandangan individu terhadap situasi yang ada dalam organisasi tempatnya bekerja yang menimbulkan

18 ketidakamanan akan kelanjutan pekerjaannya, dan hal ini menyebabkan individu merasa tidak berdaya. 2.1.6 Burnout Burnout merupakan sindrom kelelahan, baik secara fisik maupun mental yang termasuk di dalamnya berkembang konsep diri yang negatif, kurangnya konsentrasi serta perilaku kerja yang negatif (Pines dan Maslach, 1993). Keadaan ini membuat suasana di dalam pekerjaan menjadi dingin, tidak menyenangkan, dedikasi, dan komitmen menjadi berkurang, performansi, prestasi kerja menjadi tidak maksimal. Hal ini juga membuat pekerja menjaga jarak, tidak mau terlibat dengan lingkungannya. Burnout juga dipengaruhi oleh ketidaksesuaian antara usaha dengan apa yang didapat dari pekerjaan. Pines dan Aronson (1989) menyatakan bahwa burnout merupakan kelelahan secara fisik, emosional, dan mental yang disebabkan keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang penuh dengan tuntutan emosional. Schaufelli (1993) mendefinisikan burnout sebagai sindrom psikologis yang terdiri atas tiga dimensi, yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan pencapaian prestasi pribadi. Selanjutnya, beberapa penelitian melihat burnout sebagai bagian dari stress (Luthans, 2005). Menurut Izzo (1987) burnout menyebabkan seseorang tidak memiliki tujuan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam bekerja. Sementara itu, Freudenberger (19 74) menyatakan burnout merupakan kelelahan yang terjadi karena sesorang bekerja terlalu intens tanpa memperhatikan kebutuhan pribadinya.

19 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa burnout adalah sindrom psikologis yang disebabkan adanya rasa kelelahan yang luar biasa baik secara fisik, mental, maupun emosional, yang menyebabkan seseorang terganggu dan terjadi penurunan pencapaian prestasi pribadi. 2.1.7 Konsultan Pajak Konsultan Pajak adalah orang yang memberikan jasa konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak dalam rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan (Peraturan Menteri Keuangan nomor. 111/PMK.03/2014). Untuk menjadi seorang konsultan pajak memang tidaklah mudah, tidak semua orang yang paham dan mengerti pajak dapat menjadi konsultan pajak, melainkan harus dengan memenuhi beberapa kualifikasi yang telah ditetapkan, diantaranya adalah: a. Warga Negara Indonesia b. Bertempat tinggal di Indonesia c. Tidak terikat dengan pekerjaan atau jabatan pada Pemerintah/Negara dan/atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah; d. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang; e. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; f. Menjadi anggota pada satu Asosiasi Konsultan Pajak yang terdaftar di Direktorat Jenderal Pajak dan memiliki Sertifikat Konsultan Pajak.