KOAGULASI PEWARNA INDIGO KARMINA (Disodium-3,3 -dioxo-2,2 - bi-indolylidene-5,5 -disulfonat) DENGAN METODE ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN ANODA SENG

dokumen-dokumen yang mirip
ELEKTRODEKOLORISASI INDIGO KARMIN MENGGUNAKAN ALUMINA DAN KARBON BEKAS. Kuwatno, Sriatun, Suhartana

ELEKTRODEKOLORISASI INDIGO KARMIN MENGGUNAKAN ALUMINA DAN KARBON BEKAS ELECTRODECOLORIZATION OF INDIGO KARMIN USING TRACE OF ALUMUNIUM AND CARBON

Jurnal MIPA 39 (2) (2016): Jurnal MIPA.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Degradasi zat warna kongo (Suyata dan Mardiyah Kurniasih)

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN PROSES ELEKTROLFOKULATOR SECARA BATCH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

PENURUNAN INTENSITAS WARNA REMAZOL RED RB 133 DALAM LIMBAH BATIK DENGAN ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN NaCl

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan

Skala ph dan Penggunaan Indikator

APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT. Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH LAUNDRY RUMAH TANGGA DALAM MEMPRODUKSI GAS HIDROGEN HIDROGEN OKSIDA (HHO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

Hasil Penelitian dan Pembahasan

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

Sulistyani, M.Si.

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Elektrokimia. Sel Volta

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

OPTIMASI ph DAN HIDROGEN PEROKSIDA PADA PROSES ELEKTRODEKOLORISASI RODAMIN B

EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Penurunan Kandungan Polutan pada Lindi dengan Metode Elektrokoagulasi-Adsorbsi Karbon Aktif

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK PADA SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut :

OPTIMASI KONDISI PROSES ELEKTROKOAGULASI LOGAM KROMIUM DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh:

KIMIA ELEKTROLISIS

STUDI ELEKTROLISIS LARUTAN KALIUM IODIDA. Oleh : Aceng Haetami ABSTRAK

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT. Ratni Dewi *) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri tekstil termasuk salah satu industri yang sangat banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya:

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

PEMBAHASAN SOAL KIMIA KSM PROVINSI 2016 Oleh Urip Rukim ( JENJANG MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH

BAB III METODE PENELITIAN. 3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan februari 2015 dan berakhir pada bulan agustus 2015.

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

VOLUME 5 NO. 1, JUNI 2009

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

PERCOBAAN IV ANODASI ALUMINIUM

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto.

Bab II Tinjauan Pustaka

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

PENURUNAN BOD dan TSS PADA LIMBAH INDUSTRI SAUS SECARA ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN ELEKTRODA Fe, Cu dan STAINLESS

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

laut tersebut dan dapat di gunakan sebagai energi alternatif [3].

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak

D. 3 dan 4 E. 1 dan 5

PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA

Bab III Metodologi. Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan pada Bab I. Waktu dan Tempat Penelitian

Bab IV Hasil dan Diskusi

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 74-81

Transkripsi:

Adi Darmawan dkk: Koagulasi Pewarna Indigo Karmina dengan Metode Elektrolisis KOAGULASI PEWARNA INDIGO KARMINA (Disodium-3,3 -dioxo-2,2 - bi-indolylidene-5,5 -disulfonat) DENGAN METODE ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN ANODA SENG Adi Darmawan, Suhartana, Leny Kristinawati Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Diponegoro, Semarang RINGKASAN Zat warna indigo karmina merupakan salah satu senyawa organik yang digunakan dalam proses pewarnaan tekstil. Zat warna ini menghasilkan limbah cair yang mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sementara seng sisa juga mudah ditemukan Elektrolisis merupakan suatu metode yang digunakan untuk memanfaatkan kembali kedua limbah tersebut. Logam seng dimanfaatkan sebagai elektroda untuk mendekolorisasi pewarna indigo karmina. Elektrolisis dilakukan selama 7 menit dan tegangan eksternal 6 Volt dengan variasi ph dan temperatur. Hasil elektrolisis dianalisis dengan Spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elektrodekolorisasi dipengaruhi oleh ph dan temperatur. Elektrodekolorisasi pewarna indigo karmina efektif dilakukan pada ph asam yaitu 4 dengan persen dekolorisasi 94,52% dan pada temperatur 70 o C dengan persen dekolorisasi 98,09 %. COAGULATION OF INDIGO CARMINE (Disodium-3,3'-Dioxo-2,2'-Bi-Indolylidene- 5,5'-Disulfonat) WITH THE ELECTROLYSIS METHOD USE ZINC AS ANODE. SUMMARY Indigo carmine dye is one of organic compound used in textile coloration process. It makes liquid waste that causes pollution and environmental damage. For a while, zinc is also easy to found. Electrolysis is a method that used to recycle both pollutants. Zinc reuses as an electrode to recycle the colorized liquid waste from indigo carmine dye. The electrolysis result is analyzed by spectrofometer UV-Vis. The experiment result indicates that electrodecolorization is influenced by ph of solution and temperature. Electrodecolorization is efective in acid condition (ph 4) with decolorization percentage 77,23% and temperature 70oC with decolorization percentage 98,61%. PENDAHULUAN Salah satu cara dan yang paling umum dilakukan untuk menghilangkan zat warna dalam larutan adalah koagulasi dan flokulasi. Koagulan yang paling umum digunakan adalah alum atau tawas (Al 2 (SO 4 ) 3 ) dan Ca(OH) 2 (Ariana, 1993). Koagulasi adalah proses destabilisasi muatan positif atau negatif dari spesies yang terlarut oleh muatan positif atau negatif yang ditambahkan pada larutan tersuspensi (Ariana, 1993). Ion Al 3+ umum digunakan sebagai koagulan karena memiliki muatan yang besar dan jari-jari yang kecil sehingga memiliki kemampuan untuk mempolarisasi spesies muatan tersuspensi JSKA.Vol.IX.No.1.Tahun.2006

Adi Darmawan dkk: Koagulasi Pewarna Indigo Karmina dengan Metode Elektrolisis secara baik untuk membentuk flok (Petrucci, 1989). Secara teoritik, ion-ion bermuatan positif dapat digunakan sebagai koagulator. Keberadaan ionion positif dalam larutan dapat terjadi melalui beberapa cara antara lain, pelarutan garamgaram dalam air atau dengan mengoksidasi logam dalam larutan menggunakan proses elektrolisis. Penelitian pendahuluan tentang dekolorisasi zat warna menggunakan logam besi telah banyak dilakukan, seperti dekolorisasi timol biru (Ibanez dkk, 1998), fenolftalin (Kristanto dan Rahmanto, 2000), metil jingga (Ningsih dan Rahmanto, 2000) dan pewarna indigo karmina (Hadiyanto dan Suhartana, 2003). Menurut Hadiyanto dan Suhartana (2003), bahwa logam besi dapat mendekolorisasi indigo karmina dengan baik. Pengurangan warna terjadi dengan baik pada ph asam. Logam besi mampu mengalami reaksi oksidasi dengan potensial standar bernilai positif. Selain itu logam besi dapat membentuk flok Fe(OH) 3 yang mampu menyerap zat warna (Willkinson, 1989). Dengan melihat kemampuan elektroda besi sebagai koagulator indigo karmina maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dekolorisasi indigo karmina dengan menggunakan elektroda yang berbeda. Sementara itu menurut (Willkinson, 1989) seng memiliki sifat sebagai pengoksidasi dengan potensial standar bernilai positif. Logam seng mampu membentuk gelatin Zn(OH) 2 yang mempunyai pori-pori sehingga dapat digunakan untuk mendekolorisasi zat warna (Vogel, 1990). Dengan kemiripan sifat antara besi dan seng ini, maka seng dimungkinkan untuk digunakan sebagai koagulan alternatif pengganti besi. Dalam penelitian ini dilakukan elektrokoagulasi pewarna indigo karmina dengan menggunakan logam seng sebagai anoda dan karbon sebagai katoda. Dalam penelitian ini diamati pengaruh tegangan eksternal, jarak elektroda, waktu elektrolisis, ph dan temperatur terhadap kemampuan koagulasi yang diukur dengan pengurangan absorbansi warna larutan. METODE PENELITIAN Desain Alat. Anoda seng dibuat dari lempengan seng dengan ukuran 0,2 cm x 1 cm x 6 cm. Katoda karbon dibuat dari karbon sisa baterai. Anoda dan katoda diletakkan sejajar dalam gelas beaker 100 ml. Kemudian diberi tegangan eksternal DC Pembuatan seri larutan indigo. Larutan seri indigo dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 mg/l masing-masing sebanyak 100 ml. Elektrokoagulasi pewarna indigo karmina. Larutan indigo karmina 25 mg/l 40 ml dalam gelas beaker ditambah Na 2 S 2 O 4. Setelah itu larutan dipindahkan ke labu takar 50 ml dan ditambah akuades sampai tanda batas, selanjutnya dipindah ke dalam sel elektrolisis. Beberapa variasi dilakukan diantaranya: 1. Variasi tegangan eksternal. Elektrolisis dilakukan dengan tegangan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 volt. 2. Variasi jarak elektroda. Elektrolisis dilakukan dengan jarak antar elektroda 1; 1,5; 2 dan 2,5 cm 3. Variasi waktu elektrolisis. Elektrolisis dilakukan selama 5, 6, 7 dan 8 menit.

Persen dekolorisasi (%) Adi Darmawan dkk: Koagulasi Pewarna Indigo Karmina dengan Metode Elektrolisis 4. Variasi ph. Elektrolisis dilakukan pada ph 4, 6, 8, 10 dan 12 5. Variasi temperatur elektrolisis. Elektrolisis dilakukan pada suhu 30 o, 40 o, 60 o dan 70 o Setelah selesai elektrolisis hasil elektrolisis disaring dan ditentukan absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV Vis. Perhitungan persen dekolorisasi pewarna Indigo. Persen dekolorisasi digunakan untuk mengetahui persen pengurangan konsentrasi sebelum dan setelah elektrolisis. [ C} % Dekolorisasi = x 100% [ C] o [C] = perubahan konsentrasi yaitu konsentrasi awal dikurangi konsentrasi akhir. [C] o = konsentrasi awal PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh tegangan eksternal, jarak elektroda, waktu elektrolisis, ph dan temperatur terhadap kemampuan elektrokoagulasi pewarna indigo karmina menggunakan anoda seng. Metode elektrolisis digunakan dalam penghilangan zat warna indigo karmina karena dalam proses elektrolisis logam seng sebagai anoda akan teroksidasi menjadi ion Zn 2+ yang selanjutnya akan membentuk seng hidroksida (Zn(OH) 2 ) yang berupa endapan gelatin. Endapan gelatin ini mampu memflokulasi pewarna indigo karmina melalui proses koagulasi. Elektrolisis dengan menggunakan anoda besi untuk menghasilkan flokulan besi hidroksida telah banyak dilakukan dan diteliti pada penelitian sebelumnya. Kristanto dan Rahmanto (2000), dalam penelitiannya menyatakan bahwa konstanta adsorbsi fenolftalein merupakan fungsi kesebandingan dari voltase yang diberikan, dengan kata lain laju adsorbsi fenolftalein sebanding dengan voltase elektrolisis besi. Proses dekolorisasi indigo karmina dapat terjadi karena koagulasi indigo karmina oleh koloid seng hidroksida. Seng hidroksida di dalam air akan tersuspensi membentuk koloid gelatin. Kopresipitasi pewarna indigo karmina oleh endapan gelatin besi hidroksida tersebut dapat terjadi karena adanya interaksi antara koloid seng hidroksida dan pewarna indigo karmina oleh adanya gaya van der Walls yang disebabkan oleh perbedaan muatan pada permukaan kedua partikel tersebut. Pengaruh Tegangan Eksternal (Voltase) Elektrolisis dilakukan dengan tegangan eksternal 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 Volt. Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa, elektrokoagulasi meningkat dengan meningkatnya tegangan yang diberikan dan mendatar pada tegangan 3 volt 105 100 95 90 85 80 75 1 2 3 4 Voltase (Volt) Gambar 1. Grafik hubungan voltase elektrolisis terhadap persen dekolorisasi indigo karmina Sesuai dengan hukum ohm: I = V maka dengan R kenaikan voltase atau tegangan dari luar maka semakin besar arus yang mengalir pada larutan. Sehingga menyebabkan semakin cepat reaksi JSKA.Vol.IX.No.1.Tahun.2006

persen dekolorisasi (%) persen dekolorisasi (%) Adi Darmawan dkk: Koagulasi Pewarna Indigo Karmina dengan Metode Elektrolisis pembentukan Zn(OH) 2. Dengan demikian semakin cepat reaksi elektrokoagulasi pewarna indigo karmina. Setelah tegangan 3 volt persen dekolorisasi cenderung tetap artinya ambang E sel untuk penelitian ini adalah 3 volt. Di atas 3 volt pengarauh tegangan tidak berpengaruh. Pengaruh Jarak Elektroda. Dari gambar 2 terlihat bahwa semakin dekat jarak antar elektroda maka pengurangan warnanya semakin baik. Semakin dekat jarak antar elektroda maka semakin besar dekolorisasi indigo karmina. 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 jarak elektroda (cm) Gambar 2. Grafik hubungan jarak elektroda terhadap persen dekolorisasi indigo karmina Hal ini sesuai dengan persamaan : R = l. A Jika luas penampang elektroda (A) dibuat konstan, semakin kecil jarak elektroda (l) semakin kecil pula hambatan yang timbul dalam larutan (R) pada sistem elektrolisis tersebut. Sesuai dengan hukum Ohm : I = R V, pada potensial/tegangan konstan, semakin kecil hambatan yang timbul dalam larutan maka arus menjadi semakin besar. Sehingga mengakibatkan proses oksidasi yang terjadi semakin cepat dan ion Zn 2+ semakin banyak terbentuk Akibatnya pembentukan flok seng hidroksida semakin cepat. Disamping itu, pada proses elektrolisis dengan jarak elektroda 1 cm maka gas H 2 yang dihasilkan oleh katoda selama proses elektrolisis dapat mengenai permukaan anoda secara lebih merata sehingga dapat mempercepat proses pengapungan dan pengumpulan flok-flok seng hidroksida yang dihasilkan selama proses elektrolisis. Dengan jarak 1 cm ini ion seng hasil oksidasi semakin terkonsentrasi sehingga lebih mudah untuk membentuk flok seng hidroksida. Pengaruh Waktu Elektrolisis Dari gambar 3 didapatkan bahwa dengan meningkatnya waktu maka persen dekolorisasi semakin meningkat. 120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 waktu elektrolisis (menit) Gambar 3. Grafik hubungan waktu elektrolisis terhadap persen dekolorisasi indigo karmina e i t Sesuai dengan hukum Faraday : W =, 96500 maka dengan meningkatnya waktu maka berat yang didapat semakin besar. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak flok seng hidroksida yang terbentuk. Dengan meningkatnya waktu maka waktu elektrolisis semakin lama dan ion seng yang terbentuk semakin banyak. Dengan semakin banyaknya ion seng yang terbentuk maka pembentukan flok seng hidroksida semakin banyak juga. Sehingga semakin banyak indigo karmina yang terkoagulasi.

Persen Dekolorisasi Adi Darmawan dkk: Koagulasi Pewarna Indigo Karmina dengan Metode Elektrolisis Elektrolisis terhadap larutan sampel indigo karmina dilakukan selama 7 menit tetapi diperkirakan dengan bertambahnya waktu persen dekolorisasi akan menjadi stasioner. Pengaruh ph Banyak faktor dapat mempengaruhi proses elektrokoagulasi pewarna indigo karmina, salah satunya adalah ph, sebab pembentukan flok seng dan proses elektrolisis ditentukan oleh ph larutan, dari eksperimen didapatkan hasil sebagai berikut. Dari Gambar 4. dapat dilihat bahwa elektrokoagulasi terjadi sangat baik pada ph sangat asam dan sangat basa. 100 80 60 40 20 0 0 5 10 15 ph Gambar 4. Grafik pengaruh ph terhadap persen dekolorisasi indigo karmina Dalam suasana sangat asam terjadi netralisasi muatan negatif ion hidroksida oleh ion-ion hidrogen sehingga mendukung pengikatan molekul indigo karmina oleh seng. Pada suasana sangat basa terjadi kenaikan persen dekolorisasi karena terbentuknya Zn(OH) 2 yaitu seng hidroksida berupa endapan seperti gelatin yang berwarna putih, dimana flok ini dapat menyerap zat warna dari indigo karmina tersebut. Menurut Wilkinson seng mudah bereaksi dengan asam pengoksidasi, melepaskan H 2 dan menghasilkan ion divalensi. Pada suasana basa kuat seng larut karena kemampuannya membentuk ion zinkat ZnO 2-2. Menurut Vogel seng hidroksida bersifat amfoter sehingga elektrokoagulasi terjadi dengan baik pada suasana asam dan basa. Zn 2+ + 2OH - (aq) Zn(OH) 2(s) (1) Pada suasana asam: Zn(OH) 2 (s) + 2H + Zn 2+ + 2H 2 O (aq) (2) Pada suasana basa: Zn(OH) 2(s) + 2OH - [Zn(OH) 4 ] 2- (3) Persentase dekolorisasi pewarna indigo karmina pada ph asam cenderung lebih tinggi dari ph basa. Hal ini disebabkan oleh dua hal, pertama adalah seng lebih mudah teroksidasi pada suasana asam dibandingkan pada suasana basa. Sehingga dengan waktu yang sama seng hidroksida yang dihasilkan pada suasana asam akan lebih banyak dibandingkan pada suasana basa. Kedua, pada suasana asam ion-ion hidrogen lebih mudah terserap oleh endapan gelatin seng hidroksida, sehingga mengakibatkan seng hidroksida semakin bermuatan positif, akibatnya partikel-partikel bermuatan negatif seperti halnya indigo karmina akan mudah terkopresipitasi pada suasana asam dibandingkan pada suasana basa. Pada suasana basa dengan adanya ion-ion hidroksida pada larutan, gugus H + yang mengelilingi flok seng hidroksida akan ternetralkan oleh ion-ion hiroksida yang ada dalam larutan sehingga flok seng hidroksida tidak terlalu bermuatan positif yang berakibat kemampuan koagulasi pada suasana basa lebih rendah daripada suasana asam. JSKA.Vol.IX.No.1.Tahun.2006

Persen Dekolorisasi Adi Darmawan dkk: Koagulasi Pewarna Indigo Karmina dengan Metode Elektrolisis Pengaruh Temperatur 99,5 99 98,5 98 97,5 97 96,5 96 95,5 0 20 40 60 80 Temperatur Gambar 5. Grafik hubungan temperatur dengan persen dekolorisasi pewarna indigo karmina Dari gambar 5 terlihat bahwa elektrokoagulasi semakin baik dengan kenaikan temperatur. Dari grafik dapat dilihat bahwa dengan kenaikan temperatur persen dekolorisasi semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena dengan kenaikan temperatur mempercepat berlangsungnya reaksi redoks, sehingga ion seng yang dihasilkan semakin banyak. Dengan semakin banyaknya ion seng maka pemebentukan seng hidroksida juga semakin banyak. Suatu molekul dapat bereaksi bila mempunyai tenaga lebih tinggi dari tenaga rata-rata molekul dalam sistem. Selisih tenaga ini yang disebut tenaga aktivasi. Hanya molekul-molekul yang mempunyai tenaga lebih besar atau sama dengan tenaga aktivasi ini, yang dapat bereaksi. Makin tinggi temperatur, seng hidroksida memiliki tenaga lebih besar atau sama dengan tenaga aktivasi, hingga makin cepat reaksinya. Hal ini disebabkan karena seng hidroksida dan pewrana indigo karmina selalu mengadakan tumbukan. Dengan adanya tumbukan ini maka seng hidroksida dan pewarna indigo karmina mempunyai tenaga kinetik yang tinggi. Sehingga dengan kenaikan temperatur ini maka energi aktivasinya lebih mudah terlampaui. Sehingga reaksi reaksi koagulasi seng hidroksida dengan pewarna indigo karmina makin cepat. Dengan kenaikan temperatur maka efisiensi koagulan ion logam seng untuk mengkoagulasi pewarna indigo karmina semakin besar karena terjadi netralisasi antara seng hidroksida dan pewarna indigo karmina. Dapat dikatakan juga bahwa dengan kenaikan temperatur maka meningkatkan laju reaksi sehingga reaksi antara pewarna indigo karmina dengan seng hidroksida semakin cepat. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan selama elektrolisis dan pengukuran konsentrasi pewarna indigo karmina sisa dalam larutan dapat disimpulkan: 1. Seng dapat digunakan sebagai koagulator zat warna indigo karmina. 2. Semakin jauh jarak elektroda maka persen dekolorisasi semakin kecil. 3. Semakin lama waktu elektrolisis maka persen dekolorisasi semakin meningkat. 4. Elektrokoagulasi efektif dilakukan pada suasana asam dibandingkan pada suasana basa, hasil optimal didapatkan pada ph 4. 5. Kenaikan temperatur menyebabkan elektrokoagulasi semakin cepat, pada temperatur 70 0 C elektrokoagulasi berjalan dengan baik dengan persen dekolorisasi 98,09%. DAFTAR PUSTAKA

Adi Darmawan dkk: Koagulasi Pewarna Indigo Karmina dengan Metode Elektrolisis Ariana, T. W., 1993, Pengolahan Limbah Uranium, Tabloid STTL 4 th ed, Jogjakarta, p. 4. Hadiyanto, A.D. dan Suhartana, 2003, J. Sains dan Matematika, 8(1), p. 52-54. Ibanez, J. G., Singh, M. M. dan Syarfan, J. Z., 1998, J. Chem Educ, 75(8), p. 1040-1041. Kristanto, J. dan Rahmanto, W. H., 2000, J. Sains dan Matematika, 8 (2), p. 55 58 Ningsih, F. D. dan Rahmanto W. H., 2000, J. Sains dan Matematika, 8 (1), p. 25 28 Petrucci, R. H., 1989, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, edisi keempat, Erlangga, Jakarta, p. 30. Vogel, 1990, Buku Teks Analisa Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Bag I- II, Kalman Media Pustaka. Wilkinson dan Cotton, 1989, Kimia Anorganik Dasar, Universitas Indonesia, Jakarta. JSKA.Vol.IX.No.1.Tahun.2006

Adi Darmawan dkk: Koagulasi Pewarna Indigo Karmina dengan Metode Elektrolisis PEDOMAN BAGI PENULIS Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi menerima makalah dari akademisi dan praktisi di seluruh Indonesia dan dari luar negeri yang berkaitan dengan bidang kimia. Makalah berupa karangan asli (hasil penelitian) yang belum dan tidak dipublikasikan dalam media yang lain. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Pembentukan Istilah atau dalam bahasa Inggris. Tulisan diketik menggunakan Microsoft Word, Time New Roman 11, spasi tunggal untuk abstrak dan spasi ganda untuk penulisan naskah, ukuran kertas A4, batas atas 3 cm, bawah 3 cm, kiri 3 cm dan kanan 3 cm, dan sebanyak 7 s.d 10 halaman. Naskah asli beserta disket dialamatkan ke Redaksi Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, Jurusan Kimia FMIPA UNDIP, Jl. Prof. Soedarto, SH., Tembalang Semarang 50275 atau melalui E-mail: jksa_undip@yahoo.com. Sistematika Penulisan Disusun dengan urutan sebagai berikut: a. Judul, nama penulis, lembaga, alamat lembaga dan korespondensi b. Abstrak (bahasa Indonesia dan Inggris) dan kata kunci c. Batang tubuh: 1. Pendahuluhan: latar belakang, perumusan masalah, dan tinjauan teori 2. Metoda Penelitian 3. Hasil dan Pembahasan 4. Kesimpulan dan Saran d. Pernyataan terima kasih (kalau ada) e. Daftar Pustaka. Judul tulisan di buat dalam bahasa Indonesia dan Inggris, sesingkat mungkin, bersifat informatif dan mampu menerangkan isi tulisan. Nama penulis ditulis tanpa gelar beserta kantor/instansi/tempat kerja dan korespondensi yang ditempatkan di bawah judul. Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia dan Inggris tidak lebih dari 250 kata, diketik dengan spasi tunggal, dan dilengkapi dengan sebanyak-banyaknya 4 kata kunci (Indonesia dan Inggris). Naskah dibuat menurut sistematika batang tubuh tulisan. Tabel/bagan/grafik/gambar/foto harus dibuat dengan jelas dan rapi disertai dengan keterangan yang jelas. Diberi nomor menurut urutan dalam naskah. Gambar/bagan harus dibuat dengan tinta hitam, keterangan ditempatkan di bawah gambar/bagan. Keterangan tabel ditempatkan di atas tabel. Daftar Pustaka disusun secara alfabetis dan ditulis dengan urutan sebagai berikut: a. Buku: Nama pengarang, tahun terbit, judul, jilid, edisi, nama penerbit, kota penerbit. b. Tulisan dalam buku: Nama penulis, tahun, judul tulisan, nama editor, judul buku, halaman, nama penerbit, kota penerbit. c. Tulisan dalam majalah atau jurnal: nama penulis, tahun, judul, tulisan, singkatan nama majalah/ jurnal, nomor, halaman. d. Tulisan yang dipresentasikan dalam seminar/sejenis: nama penulis, tahun, judul tulisan, singkatan nama pertemuan (penyelenggara), waktu, tempat pertemuan.