BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan
|
|
- Indra Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan menggunakan gabungan metode elektrokoagulasi dan EAPR. Parameter yang digunakan yaitu logam berat Pb, Cu, COD dan ph. 5.1 Karakterisasi limbah laboratorium Sebelum dilakukan pengolahan air limbah laboratorium secara kontinu dengan proses elektrokoagulasi dan EAPR, dilakukan karakterisasi limbah laboratorium untuk dijadikan sebagai data awal. Pada penelitian ini, air limbah laboratorium diambil langsung dari penampungan limbah laboratorium terpadu UII. Tabel 3 menunjukkan konsentrasi COD, logam berat Pb dan Cu dan ph yang dibandingakan dengan baku mutu kualitas air golongan IV dan golongan III sesuai PP no 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Tabel 3. Profil limbah laboratorium terpadu UII Karakteristik Limbah laboratorium Air golongan IV (maksimal) Air golongan III (maksimal) Satuan COD 73, mg/l Pb 0,24 1 0,03 mg/l Cu 0,13 0,2 0,02 mg/l ph 7,
2 46 Profil limbah laboratorium terlihat masuk kepada kategori air golongan IV, terkecuali logam berat Pb. Namun jika dibandingkan dengan baku mutu air golongan III, terlihat profil limbah laboratorium masih di luar baku mutu air. 5.2 Penentuan laju alir Sebelum dilakukan proses pengolahan limbah dengan metode gabungan elektrokoagulasi dan EAPR tahap pertama adalah penentuan laju alir. Penentuan laju alir penting dilakukan karena dapat mempengaruhi waktu proses dan hasil. Semakin cepat laju alir yang digunakan maka waktu yang dibutuhkan akan semakin cepat juga dan biaya yang diperlukan juga semakin sedikit. Pada penelitian ini laju alir yang digunakan adalah 1 L/menit sehingga waktu proses pengolahan limbah laboratorium berjalan cepat. 5.3 Proses remediasi limbah laboratorium dengan metode Elektrokoagulasi Penurunan konsentrasi COD pada proses Elektrokoagulasi Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Pada penelitian ini elektroda yang digunakan pada proses elektrokoagulasi reaktor yang digunakan sebanyak 2 buah yang disusun secara paralel. Proses elektrokoagulasi meliputi proses tanpa aliran dan aliran dan sampling air limbah pada proses elektrokoagulasi yaitu awal, 0, 1, 3 jam. Hasil yang diperoleh selanjutnya dianalisis COD. Tabel 4 hasil penurunan konsentrasi COD pada proses elektrokoagulasi:
3 47 Tabel 4. Penurunan konsentrasi COD pada proses elektrokoagulasi No Kode Keterangan Konsentrasi COD (mg/l) 1 Awal Limbah Awal 73,449 2 EK 0B R1 Elektrokoagulasi 1 jam tanpa aliran reaktor 1 72,246 3 EK 1F R1 Elektrokoagulasi 1 jam aliran reaktor 1 60,615 4 EK 3F R1 Elektrokoagulasi 3 jam aliran reaktor 1 39,358 5 EK 0B R2 Elektrokoagulasi 1 jam tanpa aliran reaktor 2 67,834 6 EK 1F R2 Elektrokoagulasi 1 jam aliran reaktor 2 43,770 7 EK 3F R2 Elektrokoagulasi 3 jam aliran reaktor 2 38,556 Dari Tabel 4 menunjukkan hasil penurunan konsentrasi COD pada proses elektrokoagulasi dengan konsentrasi awal sebesar 73,449 mg/l. proses elektrokoagulasi tanpa aliran pada reaktor 1 dan 2 menunjukkan hasil yang berbeda karena proses tanpa aliran pada elektrokoagulasi dilakukan secara bertahap sehingga hasil yang diperoleh berbeda. Penurunan konsentrasi COD yang signifikan terjadi saat proses 1 jam aliran yaitu sebesar 73,449 mg/l menjadi 60,615 mg/l pada reaktor 1 dan 73,449 mg/l menjadi 43,770 mg/l pada reaktor 2. Akan tetapi dari 2 reaktor proses elektrokoagulasi yang disusun secara paralel tidak menunjukkan hasil akhir yang jauh berbeda. Total penurunan konsentrasi COD pada proses elektrokoagulasi adalah 73,449 mg/l menjadi 38,556 mg/l atau sebesar 46,4 %. Pada proses elektrokoagulasi tidak dilakukan pengukuran ph karena pada proses elektrokoagulasi menghasilkan ion OH sehingga secara otomatis angka ph akan meningkat dengan sendirinya.
4 48 Penurunan konsentrasi COD dalam elektrokoagulasi ini dikarenakan proses oksidasi dan reduksi didalam reaktor elektrokoagulasi tersebut. Pada elektroda-elektroda terbentuk gas, gas seperti oksigen dan hidrogen ini akan mempengaruhi pereduksian COD. Berdasarkan pada teori double layer, penurunan COD di karenakan flok yang terbentuk oleh ion senyawa organik berikatan dengan ion koagulan yang bersifat positif. Pada proses elektrokimia akan terjadi pelepasan Al 3+ dari plat elektroda (anoda) sehingga membentuk flok Al(OH)3 yang mampu mengikat kontaminan dan partikel-partikel dalam limbah. Anoda : Al Al 3+ (aq) + 3e (14) Katoda : 3H2O + 3e 3/2H2 + 3OH (15) Al 3+ (aq) + 3OH Al(OH)3 (16) Dari reaksi tersebut, pada anoda akan dihasilkan gas, buih dan flok Al(OH) Remediasi logam berat Cu dan Pb pada proses Elektrokoagulasi Tabel 5. Konsentrasi logam berat Pb dan Cu pada proses elektrokoagulasi Waktu (jam) Logam Pb (mg/l) Logam Cu (mg/l) Reaktor 1 Reaktor 2 Reaktor 1 Reaktor 2 awal 0,24 0,24 0,13 0,13 0 0,24 0,28 0,13 0,12 1 0,24 0,24 0,12 0,11 3 0,3 0,25 0,13 0,08 R1: Reaktor 1 elektrokoagulasi; R2: Reaktor 2 elektrokoagulasi Pada Tabel 5 menunjukkan data hasil konsentrasi logam berat Pb dan Cu pada proses elektrokoagulasi. Dari gambar diatas menunjukkan penurunan logam berat yang signifikan adalah Cu dan hasil logam Pb fluktuatif (naik turun), hal ini
5 49 disebabkan kemungkinan adanya gejala desorbsi disamping itu proses elektrokoagulasi lebih spesifik untuk penurunan konsentrasi COD. Penurunan logam Cu secara signifikan terjadi pada jam ke-3 di reaktor 2 proses elektrokoagulasi sebesar 0,13 mg/l menjadi 0,08 mg/l atau 38,46%. Perbedaan hasil antara reaktor 1 dan reaktor 2 elektrokoagulasi dikarenakan pada eletrokoagulasi prosesnya dilakukan secara bertahap sehingga pada proses elektrokoagulasi hasil yang didapatkan lebih bagus pada reaktor 2 elektrokoagulasi karena limbah telah mengalami proses telebih dahulu pada reaktor 1. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada proses Elektrokoagulasi, terjadi proses pelepasan OH yang dihasilkan dari reaksi yang terjadi pada katoda, selanjutnya flok yang terbentuk akan mengikat logam yang ada di dalam limbah, sehingga flok akan memiliki kecenderungan mengendap. Hal itu terbukti dengan terjadinya penurunan logam berat Cu. 5.4 Proses remediasi limbah laboratorium dengan metode EAPR Remediasi logam berat Pb dan Cu dengan proses EAPR Fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan, mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi bahan pencemar, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam-logam berat dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator (Udiharto, 1992). Pemberian arus listrik pada media akan mampu meningkatkan transportasi zat-zat hara dan air yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, tanaman yang terkena sengatan listrik akan tampak lebih hijau dan bertambah kuat serta akan
6 50 merangsang pertumbuhan biji dan tanaman (Bi dkk., 2010). Pada penelitian ini elektroda yang digunakan adalah titanium sebagai anoda dan stainless steel sebagai katoda. Untuk mengetahui efisiensi proses EAPR pada penelitian ini maka dilakukan pengambilan sampel pada masing-masing reaktor EAPR setiap siklus. Hasil yang diperoleh dari analisis logam berat Pb dan Cu ditunjukkan pada Tabel 6 dan 7 berikut: Tabel 6. Hasil analisis konsentrasi logam berat Pb pada proses EAPR Waktu (jam) Logam Pb (mg/l) Reaktor 1 Reaktor 2 Reaktor 3 Reaktor 4 1 0,24 0,25 0,24 0, ,28 0,29 0,34 0, ,25 0,28 0,27 0, ,21 0,21 0,23 0, ,17 0,17 0,11 0, ,17 0,15 0,14 0, ,16 0,14 0,14 0,14 Pada Tabel 6 menunjukkan hasil analisis logam berat pada proses EAPR masing-masing reaktor. Penurunan terjadi hampir pada setiap reaktor setelah siklus ke dua flow yaitu 24 jam, akan tetapi penurunan konsentrasi logam berat Pb secara signifikan terjadi pada reaktor 3 (R3) EAPR pada siklus ke empat yaitu sebesar 0,24 mg/l menjadi 0,11 mg/l. Penurunan logam berat Pb pada masing-masing reaktor sebesar 0,24-0,16 mg/l (33,3%) pada reaktor 1 EAPR, 0,25-0,14 mg/l (44%) pada reaktor 2 EAPR, 0,24-0,14 mg/l (41,6%) pada reaktor 3 sedangkan pada reaktor 4 penurunan sebesar 0,24-0,14 mg/l (41,6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa seiring lamanya siklus proses EAPR semakin
7 51 besar penyerapan logam Pb oleh tanaman sehingga konsentrasi logam Pb dalam perairan juga akan berkurang. Selanjutnya perlakuan yang sama juga dilakukan pada logam Cu yang ditunjukkan pada Tabel 7: Tabel 7. Hasil analisis konsentrasi logam berat Cu pada proses EAPR Logam Cu (mg/l) Waktu (jam) Reaktor 1 Reaktor 2 Reaktor 3 Reaktor 4 1 0,09 0,09 0,09 0, ,11 0,09 0,09 0, ,08 0,08 0,09 0, ,07 0,08 0,08 0, ,07 0,07 0,07 0, ,07 0,06 0,06 0, ,06 0,06 0,05 0,06 Pada Tabel 7 menunjukkan hasil analisis logam Cu pada proses EAPR pada masing-masing reaktor. Proses siklus aliran pada analisis logam Cu sama seperti yang dilakukan pada analisis logam Pb. Penurunan konsentrasi logam Cu terjadi pada siklus ke dua di setiap reaktor. Secara keseluruhan penurunan konsentrasi logam Cu pada proses EAPR masing-masing reaktor sebesar 0,09-0,06 mg/l (33,3%) pada reaktor pertama EAPR, 0,09-0,06 mg/l (33,3%) pada reaktor 2 EAPR, 0,09-0,05 mg/l (44,4%) pada reaktor 3 EAPR sedangkan reaktor 4 EAPR penurunan konsentrasi logam Cu sebesar 0,09-0,06 mg/l atau 33,3%. Dari ke dua data diatas dapat dilihat bahwa eceng gondok mampu
8 52 menyerap dan mengakumulasi logam berat dalam jaringan akar dan daun. Dengan bantuan listrik pada proses EAPR akan terjadi elektromigrasi logam Pb dan Cu yang bergerak menuju titik atas dekat dengan daerah akar. Sehingga tanaman akan mampu menyerap logam berat dengan lebih maksimal. Proses penyerapan logam secara aktif dengan adanya molekul H + di dalam membran yang membentuk kompleks dan mengangkut ion logam. Ion-ion yang bermuatan positif akan bergerak ke ion-ion yang bermuatan negatif begitu juga sebaliknya ion-ion yang bermuatan negatif akan bergerak ke ion-ion yang bermuatan positif Penurunan konsentrasi COD pada proses EAPR Pada proses EAPR juga dilakukan analisis COD untuk mengetahui efektifitas proses EAPR dalam menyerap kandungan anorganik dalam air limbah. Proses penurunan kadar COD pada EAPR dilakukan dengan pada siklus tanpa aliran dan aliran sama seperti yang dilakukan pada remediasi logam berat Pb dan Cu. Data hasil analisis COD ditunjukkan pada Tabel 8 berikut ini: Tabel 8. Hasil analisis konsentrasi COD pada proses EAPR Waktu (jam) Konsentrasi COD (mg/l) Reaktor 1 Reaktor 2 Reaktor 3 Reaktor ,032 61,032 61,032 61, ,113 36,516 29,717 48, ,098 35,215 27,853 46, ,037 31,534 22,791 40, ,575 31,847 21,953 37, ,055 34,888 23,159 29, ,698 17,709 15,196 29,441
9 53 Tabel 8 menunjukkan hasil penurunan konsentrasi COD pada proses EAPR. Konsentrasi awal limbah sebelum dilakukan proses adalah 73,449 mg/l. Penurunan signifikan terjadi pada siklus pertama pada proses EAPR yaitu 61,032 mg/l menjadi 50,113 mg/l pada reaktor 1, 61,032 mg/l menjadi 36,516 mg/l pada reaktor 2, 61,032 mg/l menjadi 29,717 mg/l pada reaktor 3 dan 61,032 mg/l menjadi 48,839 mg/l pada reaktor 4. Pada siklus selanjutnya konsentrasi COD tidak mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan konsentrasi COD paling signifikan terjadi pada reaktor 3 EAPR yaitu sebesar 15,196 mg/l dari konsentrasi awal 61,032 mg/l. Secara keseluruhan proses EAPR dapat menurunkan konsentrasi COD sebesar 51,7% dari 61,032 mg/l menjadi 29,441 mg/l. Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa proses EAPR juga mampu menurunkan konsentrasi COD pada air limbah laboratorium meskipun pada proses EAPR lebih menekankan pada penurunan konsentrasi logam berat pada air limbah Pengaruh ph pada proses EAPR Alshawabkeh (1999) mengatakan bahwa perubahan ph pada daerah kontaminan tergantung pada jenis bahan kimia, kadar air dalam tanah, proses elektrolisis, waktu treatment dan potensial elektrokimia. Arus listrik yang mengalir melalui elektroda juga mempengaruhi proses elektrolisis di elektroda. Oksidasi air di anoda (Titanium) menghasilkan kondisi asam sementara pada katoda (stainless steel) terjadi reduksi yang menghasilkan kondisi basa dalam air. Gambar 10 berikut hasil pengukuran ph pada proses EAPR:
10 54 R1: Reaktor 1; R2: Reaktor 2; R3: Reaktor 3; R4: Reaktor 4 Gambar 10. Pengukuran ph pada proses EAPR Pada Gambar menunjukkan angka ph yang relatif sama yaitu rentang 7-7,34. Hanya saja penurunan terjadi pada reaktor 3 (R3). Penurunan angka ph pada proses EAPR disebabkan pada saat sampling air limbah dilakukan pada daerah dekat elektroda sehingga kemungkinan dengan adanya ion positif dan ion negatif pada daerah elektroda dapat mengubah angka ph. Akan tetapi perubahan angka ph pada proses EAPR tidak terlalu signifikan. Dengan demikian proses EAPR tidak mengubah tingkat keasaman suatu larutan secara signifikan. 5.5 Analisis klorofil pada tanaman eceng gondok (Eichhornia Crassipes) Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses perubahan senyawa anorganik (CO2 dan H2O) menjadi senyawa organik (karbohidrat) dan O2 dengan bantuan cahaya matahari. Klorofil merupakan pigmen utama yang terdapat dalam kloroplas. Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan
11 55 mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Pengukuran karakter fisiologi seperti kandungan klorofil merupakan salah satu pendekatan untuk mempelajari pengaruh kekurangan air terhadap pertumbuhan tanaman dan hal ini akan membuat tanaman mengalami stress abiotik (stress yang disebabkan oleh keadaan lingkungan atau media tanam), karena parameter ini berkaitan erat dengan laju fotosintesis (Li, dkk., 2006; Wood, 2005). Pada penelitian ini analisis kandungan klorofil dilakukan dengan cara melarutkan 1 gram daun eceng gondok yang sudah dibersihkan dan dipotong kecil-kecil kemudian ditambahkan 10 ml aseton dan disimpan selama 24 jam dengan suhu 4 o C. Penambahan aseton berfungsi untuk melarutkan klorofil yang ada pada daun eceng gondok (eichhornia crassipes) sehingga terbentuk campuran. Selanjutnya larutan campuran disaring dan dianalisis menggunakan spektrometer Uv-Vis pada panjang gelombang (λ) 663 nm dan 645 nm. Hasil analisis klorofil ditunjukkan pada Gambar 11 berikut: Gambar 11. Rata-rata total klorofil pada tanaman eceng gondok
12 56 Pada Gambar 11 terlihat konsentrasi klorofil total dari setiap reaktor tidak begitu jauh berbeda dari tanaman kontrol. Konsentrasi klorofil pada reaktor 1 (R1) sebesar 92,803 mg/l. Sedangkan konsentrasi klorofil rektor 2 (R2), reaktor 3 (R3), reaktor 4 (R4) masing-masing sebesar 90,587 mg/l, 78,480 mg/l, 81,712 mg/l. Konsentrasi klorofil tidak jauh berbeda dengan tanaman kontrol sebesar 83,893 mg/l. Total klorofil pada tanaman eceng gondok tidak mengalami penurunan karena pada area penelitian diberikan sinar lampu fluorescent sebagai pengganti sinar matahari sehingga tanaman akan tetap mampu melakukan fotosintesis meskipun berada pada lingkungan penelitian. Rasio klorofil a/b merupakan parameter atau indikator untuk tingkat stress pada tanaman dan dapat juga dijadikan sebagai indikator untuk mendeteksi atau menilai bagaimana pengaruh pertumbuhan tanaman terhadap lingkungan kontaminan (Putra, dkk., 2013). Hasil analisis rasio total klorofil a/b ditunjukkan pada Gambar 12 berikut: Gambar 12. Hasil analisis rasio total klorofil a/b pada tanaman eceng gondok
13 57 Pada Gambar 12 didapatkan hasil analisis rasio total klorofil a/b pada dasarnya hampir sama pada setiap reaktor dengan tanaman kontrol. Pada reaktor 1 (R1) dan reaktor 2 (R2) konsentrasi rasio klorofil a/b sedikit lebih rendah dibandingkan reaktor 3 (R3) dan reaktor 4 (R4). Konsentrasi rasio klorofil a/b pada reaktor 1 (R1) dan reaktor 2 (R2) sebesar 0,5282 mg/l, 0,5516 mg/l. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan tanaman kontrol sebesar 0,6542 mg/l. Jika rasio klorofil a/b semakin kecil maka tingkat stress tanaman semakin besar, begitu juga dengan sebaliknya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa logam pencemar tidak mempengaruhi produksi klorofil pada tanaman secara signifikan, sehingga tanaman dapat menahan stress toksisitas dari logam berat. 5.6 Konsentrasi logam Pb dan Cu pada tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) Akumulasi logam berat oleh tanaman dapat dibagi menjadi tiga proses yang berkesinambungan, yaitu penyerapan oleh akar, translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut (Priyanto dan Prayitno, 2004). Untuk mengetahui konsentrasi logam berat Pb dan Cu pada tanaman eceng gondok ditunjukkan pada Tabel 9:
14 58 Tabel 9. Konsentrasi logam berat pada tanaman eceng gondok Sel EAPR Akar Daun Pb (mg/kg) Cu (mg/kg) Pb (mg/kg) Cu (mg/kg) EA Reaktor 1 1,1646 1,1383 0,2457 0,0619 EA Reaktor 2 0,8615 1,6069 0,1337 0,0898 EA Reaktor 3 0,5961 1,0663 0,1179 0,0639 EA Reaktor 4 0,8605 1,8840 0,1479 0,1079 Kontrol 0,5349 0,8628 0,0839 0,0579 Berdasarkan Tabel 9 penyerapan logam berat Pb dan Cu pada tanaman berbeda-beda setiap reaktor. Penyerapan logam Cu pada akar lebih tinggi dibandingkan dengan daun. Akumulasi logam Pb EAPR Reaktor 1 pada akar sebesar 1,1646 mg/kg dan pada daun 0,2457 mg/kg, EAPR Reaktor 2 pada akar 0,8615 mg/kg pada daun 0,1337 mg/kg, EAPR Reaktor 3 dan Reaktor 4 berturut-turut pada akar 0,5961 mg/kg pada daun 0,1179 mg/kg, pada akar mg/kg pada daun 0,1479 mg/kg. Akumulasi logam Cu pada akar lebih tinggi dari konsentrasi pada daun. Penyerapan logam Cu baik akar maupun daun tanaman terbesar pada EAPR R4 yaitu 1,8840 mg/kg pada akar dan 0,1079 mg/kg pada daun. Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa akumulasi logam Cu pada akar lebih besar dari pada daun yaitu pada akar penyerapan rata-rata pada setiap reaktor sebesar 1,4238 mg/kg dari tanaman kontrol 0,8628 mg/kg dengan selisih penyerapan 0,5611 mg/kg atau sebesar 39,4% sedangkan pada daun penyerapan rata-rata pada setiap reaktor sebesar 0,0809 mg/kg dari tanaman kontrol 0,0579 mg/kg dengan selisih penyerapan 0,023 mg/kg atau sebesar 28,3%. Tingginya akumulasi logam di akar ini disebabkan tumbuhan menyerap unsur hara beserta
15 59 logam yang ada dari air melalui akar. Akar berfungsi sebagai organ penyerap dan penyalur unsur-unsur hara ke bagian yang lain. Terkait dengan fungsi tersebut, maka akar akan banyak menyerap unsur hara sehingga akumulasi logam akan lebih tinggi di akar dibandingkan dengan batang dan daun. Susilaningsih (1992) menyatakan bahwa fungsi akar bagi tumbuhan sebagai alat pertautan tumbuhan dengan substrat dan berfungsi sebagai penyerap unsur-unsur hara serta mengalirkanya ke batang dan daun. Pada penelitian ini akumulasi logam Pb pada daun lebih besar dari pada akar. Hal ini dikarenakan setelah logam dibawa masuk ke dalam sel oleh akar, selanjutnya logam harus diangkut melalui jaringan pengangkut xylem dan floem ke bagian tubuh yang lain, sedangkan untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh molekul khelat. Selanjutnya logam ditempatkan pada jaringan tubuh yang lain. Oleh karena itu pada penelitian ini penyerapan logam Pb banyak terdapat pada daun. Rata-rata penyerapan logam berat Pb pada daun setiap reaktor sebesar 0,1613 mg/kg dari tanaman kontrol 0,0839 mg/kg dengan selisih penyerapan 0,0774 mg/kg atau sebesar 47,9%, sedangkan pada akar rata-rata penyerapan setiap reaktor sebesar 0,8706 mg/kg dari tanaman kontrol 0,5349 mg/kg dengan selisih penyerapan 0,3357 mg/kg atau sebesar 38,5%. 5.7 Analisis biomarker Konsentrasi logam berat pada jaringan ikan Penggunaan penanda biologis yaitu biomarker diperlukan untuk mendeteksi sekaligus memantau keberadaan logam berat dalam badan air. Kajian
16 60 tentang biomarker pada ikan dapat digunakan sebagai biomonitoring tingkat dini, dan sebagai respon dini pada tingkat sub seluler (molekuler, biokimia dan fisiologi) reaksi awal sebelum respon terjadi pada tingkatan organisasi makhluk hidup/spektrum biologi yang lebih tinggi (Hanson, 2008; Viarenggo dkk, 2007; Withgott dan Brennan, 2007; Klassen, 2001; Tugiyono dkk, 2011). Penggunaan ikan sebagai biomarker harus dipilih ikan yang mampu bertahan hidup pada daerah tercemar, dapat mengakumulasi logam berat dan mudah dipelihara pada kondisi laboratorium. Pada penelitian ini digunakan ikan mas (Cyprinus carpio L) karena ikan mas sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan mempunyai kemampuan untuk menyerap logam berat pada perairan yang tinggi. Untuk mengetahui akumulasi logam berat pada ikan, dilakukan proses aliran selama 3 hari pada reaktor EAPR. Ikan yang telah terpapar logam berat selanjutnya dipisahkan antara daging, tulang dan jeroan. Cara analisis logam berat pada ikan yaitu sampel ikan ditimbang sebanyak 0,1 gram untuk jeroan dan 0,5 gram untuk daging dan tulang didestruksi dengan HNO3. Selanjutnya dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom-nyala. Tabel 10 menunjukkan hasil analisis logam berat pada jaringan ikan: Tabel 10. Konsentrasi logam berat pada jaringan ikan Jenis ikan Jeroan Daging Tulang Cu (mg/kg) Cu (mg/kg) Cu mg/kg) Kontrol 0,41 0,034 0,028 Uji 0,75 0,038 0,032
17 61 Pada Tabel 10 terlihat bahwa akumulasi terbesar adalah pada jeroan ikan. Hal ini disebabkan logam berat Cu terakumulasi dalam jaringan seperti ginjal, hati dan alat-alat reproduksi (Withgott dan Brennan, 2007; Plaa, 2007; Kostnett, 2007). Proses akumulasi logam Cu pada jeroan sebesar 0,41 mg/kg menjadi 0,75 mg/kg dengan selisih penyerapan logam berat antara jeroan kontrol dan uji sebesar 0,34 mg/kg atau akumulasi logam Cu pada jeroan sebesar 45,3%, pada daging sebesar 0,034 mg/kg menjadi 0,038 mg/kg dengan selisih 0,004 mg/kg atau akumulasi logam berat pada daging sebesar 10,5%, sedangkan pada tulang 0,028 mg/kg menjadi 0,032 mg/kg dengan selisih 0,004 mg/kg atau akumulasi logam Cu pada tulang sebesar 12,5%. Pada jaringan ikan juga dianalisis kandungan logam berat Pb, akan tetapi setelah dilakukan dua kali analisis tidak didapatkan hasil atau logam Pb tidak terdeteksi kemungkinan dikarenakan konsentrasi logam Pb pada jaringan ikan terlalu kecil. Perbedaan konsentrasi logam berat pada ikan dengan logam berat pada air limbah disebabkan karena perhitungan logam yang terkandung pada jaringan ikan dan logam pada sistem air tidak bisa disamakan kemudian stokiometrinya juga berbeda dan sampai saat ini belum diketahui persamaannya. Satuan untuk konsentrasi logam berat pada air limbah yaitu mg/l (b/v) sedangkan pada jaringan ikan satuannya mg/kg (b/b) Konsentrasi COD dan logam berat Pb, Cu pada sistem air reaktor biomarker Pengukuran konsentrasi COD dan logam berat juga dilakukan pada air limbah dalam reaktor biomarker. Pengukuran ini dilakukan untuk memastikan bahwa air limbah hasil pengolahan benar-benar aman untuk lingkungan. Hasil
18 62 analisis konsentrasi COD dan logam berat pada reaktor biomarker ditunjukkan pada Tabel 11: Tabel 11. Konsentrasi COD dan logam berat pada air limbah biomarker Waktu (jam) COD (mg/l) Logam berat Pb (mg/l) Cu (mg/l) 12 43,957 0,09 0, ,465 0,09 0, ,784 0,06 0, ,784 0,03 0, ,079 0,04 0, ,469 0,04 0,04 Pada Tabel 11 menunjukkan hasil analisis COD dan logam berat Pb, Cu. Hasil analisis COD pada reaktor biomarker memang tidak menunjukkan penurunan yang signifikan yaitu 43,957 mg/l menjadi 34,469 mg/l atau 21,58%, akan tetapi konsentrasi COD sudah masuk air golongan IV. Tabel 11 menunjukkan penurunan logam berat secara signifikan terjadi pada logam Pb yakni 0,09 mg/l menjadi 0,04 mg/l atau 55,55% sedangkan pada logam Cu 0,05 mg/l menjadi 0,04 mg/l atau 20% yang cenderung konstan. Penurunan konsentrasi COD dan logam berat Pb, Cu pada air limbah reaktor biomarker terjadi karena adanya ikan mas yang ditambahkan pada reaktor biomarker. Ikan mas (Cyprinus carpio L) pada reaktor biomarker disamping berfungsi sebagai penanda biologis juga mampu menyerap kandungan organik dan anorganik dalam air limbah. Dengan demikian bahwa hasil pengolahan air limbah laboratorium sesuai dengan air golongan IV dan aman bagi lingkungan
19 Proses remediasi limbah laboratorium secara keseluruhan Sebelum dilakukan pengolahan air limbah laboratorium secara kontinu dengan proses elektrokoagulasi-eapr dan reaktor biomarker, dilakukan karakterisasi limbah laboratorium untuk dijadikan sebagai data awal. Data awal air limbah laboratorium dapat dilihat pada Tabel 3. Proses pengolahan limbah laboratorium yang pertama menggunakan elektrokoagulasi yang terdiri dari dua reaktor yang disusun secara paralel. Proses elektrokoagulasi dilakukan secara bertahap untuk mendapatkan hasil yang efektif, proses elektrokoagulasi berjalan selama 5 jam. Setelah proses elektrokoagulasi selesai selanjutnya air limbah hasil pengolahan dari reaktor elektrokoagulasi dialirkan ke dalam reaktor EAPR yang terdiri dari 4 sel reaktor secara bertahap. Setiap reaktor EAPR ditambahkan dua tanaman eceng gondok. Proses EAPR berjalan selama 3 hari dengan waktu sampling setiap 12 jam. Air limbah laboratorium hasil proses elektrokoagulasi-eapr dan reaktor biomarker dilakukan analisis COD dan logam berat Pb, Cu Tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang digunakan pada proses EAPR juga dilakukan analisis logam berat untuk melihat akumulasi logam berat pada tanaman, sedangkan ikan mas (Cyprinus carpio L) yang digunakan sebagai penanda biologis pada reaktor biomarker juga dilakukan analisis logam berat. Konsentrasi COD dan logam berat Pb, Cu secara keseluruhan dari proses elektrokoagulasi-eapr dan reaktor biomarker. Konsentrasi COD sebesar 73,449 mg/l menjadi 34,649 mg/l atau penurunan konsentrasi COD secara keseluruhan sebesar 53%. Sedangkan penurunan logam berat Pb sebesar 0,24 mg/l menjadi
20 64 0,04 mg/l atau sebesar 83,3%, penurunan logam Cu dari konsentrasi awal sebesar 0,13 mg/l menjadi 0,04 mg/l atau penurunan konsentrasi logam Cu secara keseluruhan sebesar 69,2%. Akumulasi logam berat Pb, Cu pada tanaman, akumulasi logam Cu pada akar lebih besar dari pada daun yaitu pada akar penyerapan rata-rata pada setiap reaktor sebesar 1,4238 mg/kg dari tanaman kontrol 0,8628 mg/kg dengan selisih penyerapan 0,5611 mg/kg atau sebesar 39,4% sedangkan pada daun penyerapan rata-rata pada setiap reaktor sebesar 0,0809 mg/kg dari tanaman kontrol 0,0579 mg/kg dengan selisih penyerapan 0,023 mg/kg atau sebesar 28,4%. Rata-rata penyerapan logam berat Pb pada daun setiap reaktor sebesar 0,1613 mg/kg dari tanaman kontrol 0,0839 mg/kg dengan selisih penyerapan 0,0774 mg/kg atau sebesar 47,9%, sedangkan pada akar rata-rata penyerapan setiap reaktor sebesar 0,8706 mg/kg dari tanaman kontrol 0,5349 mg/kg dengan selisih penyerapan 0,3357 mg/kg atau sebesar 38,5%. Proses akumulasi logam Cu pada jeroan sebesar 0,41 mg/kg menjadi 0,75 mg/kg dengan selisih penyerapan logam berat antara jeroan kontrol dan uji sebesar 0,34 mg/kg atau akumulasi logam Cu pada jeroan sebesar 45,3%, pada daging sebesar 0,034 mg/kg menjadi 0,038 mg/kg dengan selisih 0,004 mg/kg atau akumulasi logam berat pada daging sebesar 10,5%, sedangkan pada tulang 0,028 mg/kg menjadi 0,032 mg/kg dengan selisih 0,004 mg/kg atau akumulasi logam Cu pada tulang sebesar 12,5%.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium sebenarnya sudah banyak dilakukan, namun pada prosesnya banyak yang menggunakan proses konvensional baik secara fisik
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERUNTUKAN... iii. MOTTO... iv. KATA PENGANTAR... v. INTISARI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERUNTUKAN... iii MOTTO... iv KATA PENGANTAR... v INTISARI... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan pembuatan larutan standar
76 Lampiran 1. Perhitungan pembuatan larutan standar 1.1 Larutan standar Pb 5, 3, 1, 0.5 mg/l Rumus: x Keterangan: = Konsentrasi larutan pekat Volume larutan pekat C2 = Konsentrasi larutan encer V2 = Volume
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini
43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan
Lebih terperinciISOLASI DAN KARAKTERISASI LOGAM BERAT TEMBAGA DARI TANAMAN ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) MENGGUNAKAN ELEKTROLISIS SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI LOGAM BERAT TEMBAGA DARI TANAMAN ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) MENGGUNAKAN ELEKTROLISIS SKRIPSI Oleh Aninta Ayuning Tiyas NIM. 071810301028 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan E.Coli dalam air dengan menggunakan elektroda platina-platina (Pt/Pt) dilakukan di Laboratorium Penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sebelum dibuang ke lingkungan, keberadaan suatu limbah membutuhkan pengolahan dan pengendalian agar tidak terjadi pencemaran lingkungan yang tidak terkendali. Sehingga, setiap
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a
Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan
Lebih terperinciBAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra
BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai
36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah industri penyamakan kulit, yang dilakukan di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. Namun dalam pemanfaatannya, manusia cenderung melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Penelitian Prodi Kimia UII.
BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Penelitian Prodi Kimia UII. Sampel limbah penyamakan kulit diambil dari Balai Besar Kulit Karet dan Plastik (BBKKP), Yogyakarta. Remediasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun dalam jangka panjang. Berdasarkan sumbernya, limbah
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Secara sederhana limbah cair dapat didefinisikan sebagai air buangan yang berasal dari aktivitas manusia dan mengandung berbagai polutan yang berbahaya baik secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah cair Menurut PP No 82 tahun 2001 limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair berasal dari dua jenis sumber yaitu
Lebih terperinciTOKYO TECH INDONESIAN COMMITMENT AWARD (TICA) PPI Tokyo Institute of Technology, 9 November
PENINGKATAN REMEDIASI Cu MENGGUNAKAN METODE EAPR DENGAN TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) Desi Novarita, Fachri Cahyana, Rudy Syah Putra* Laboratorium Riset Kimia, Program Studi Kimia, FMIPA Universitas
Lebih terperinciPRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI
PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI Oleh: Ni Made Ayu Yasmitha Andewi 3307.100.021 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.Ir. Wahyono Hadi, M.Sc JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan
dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010
SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU Oleh : Andri Lukismanto (3306 100 063) Dosen Pembimbing : Abdu Fadli Assomadi S.Si MT Jurusan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR INTISARI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN MOTTO KATA PENGANTAR INTISARI ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ii iii iv vi vii viii xi xii BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan
Lebih terperinciI.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.
BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan
Lebih terperinciBAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN
30 BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 4.1 UPAL-REK Hasil Rancangan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia Aliran Kontinyu (UPAL - REK) adalah alat pengolah air limbah batik yang bekerja menggunakan proses
Lebih terperinciPenyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK
Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini
Lebih terperinciSUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak
PENGARUH TEGANGAN LISTRIK DAN KECEPATAN ALIR TERHADAP HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR YANG MENGANDUNG LOGAM Pb,Cd DAN TSS MENGGUNAKAN ALAT ELEKTROKOAGULASI SUNARDI ** Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN
Lebih terperinciTIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH
EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran
Lebih terperinciEFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA
Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1 Juni 10 ISSN : 1979-5858 EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA Hery Setyobudiarso (Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair, tetapi limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,
Lebih terperinci1. Bilangan Oksidasi (b.o)
Reaksi Redoks dan Elektrokimia 1. Bilangan Oksidasi (b.o) 1.1 Pengertian Secara sederhana, bilangan oksidasi sering disebut sebagai tingkat muatan suatu atom dalam molekul atau ion. Bilangan oksidasi bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enceng gondok (Eichhornia Crassipes) merupakan salah satu jenis tanaman air yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengakumulasi logam berat (Ingole, 2003). Tumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar misalnya pencemaran oleh limbah industri dimana limbah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah binatu mengandung sisa deterjen, pewangi, pelembut, pemutih, dan senyawa aktif metilen biru yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Hampir
Lebih terperinci1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn
1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A D. Cu E. Zn 2. Nomor atom belerang adalah 16. Dalam anion sulfida, S 2-, konfigurasi elektronnya adalah...
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)
PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) Emi Erawati dan Harjuna Mukti Saputra Program Studi Teknik Kimia Jl. A.Yani. Tromol Pos I Pabelan, Kartasura,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Tambak udang vannamei masyarakat Desa Poncosari, Srandakan, Bantul merupakan tambak udang milik masyarakat yang berasaskan koperasi dari kelompok tambak yang ada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wardhana (2007), pencemaran air dapat disebabkan oleh pembuangan limbah sisa hasil produksi suatu industri yang dibuang langsung ke sungai bukan pada tempat penampungan
Lebih terperinciRACE-Vol.4, No.1, Maret 2010 ISSN PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL
RACE-Vol.4, No.1, Maret 21 ISSN 1978-1979 PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL Oleh Agustinus Ngatin Yunus Tonapa Sarungu Mukhtar Gozali
Lebih terperinciFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis (Fisiologi Tumbuhan) Disusun oleh J U W I L D A 06091009027 Kelompok 6 Dosen Pembimbing : Dra. Tasmania Puspita, M.Si. Dra. Rahmi Susanti, M.Si. Ermayanti,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh mahkluk hidup.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di ekosistem perairan rawa. Perairan rawa merupakan perairan tawar yang menggenang (lentik)
Lebih terperinci1 Asimilasi nitrogen dan sulfur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu unsur yang sangat penting bagi lingkungan hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun lingkungan tetap terpelihara.
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.3 1. Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... A. Air cahaya CO 2 O 2 Kunci Jawaban : D Bahan-bahan yang
Lebih terperinciKAJIAN PROSES ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
KAJIAN PROSES ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RETNO SUSETYANINGSIH *, ENDRO KISMOLO **, PRAYITNO ** *Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan, YLH - Yogyakarta ** Pusat Teknologi Akselerator dan
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK PADA SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI
VOLUME 5 NO. 1, JUNI 2009 PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK PADA SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI Andik Yulianto, Luqman Hakim, Indah Purwaningsih, Vidya Ayu Pravitasari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ratna Agustiningsih, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak akhir 1980-an, Industri pulp dan kertas di Indonesia telah berkembang pesat dan mendorong negara Indonesia masuk ke dalam jajaran top 10 produsen dunia
Lebih terperinciHasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan
Lebih terperinciBAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN
BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN 8.1. Fotosintesis Fotosintesis atau fotosintesa merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan
Lebih terperinciPembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.
Pembuatan Larutan CuSO 4 Widya Kusumaningrum (1112016200005), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati. Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu jenis metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1 1. Makhluk hidup yang dapat berfotosintesis adalah makhluk hidup... Autotrof Heterotrof Parasit Saprofit Kunci Jawaban : A Makhluk hidup autotrof
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.
Lebih terperinciNama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto.
Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto III Non Reguler JURUSAN ANALISA FARMASI DAN MAKANAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
Lebih terperinciTEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA. Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN
TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semua kehidupan di bumi ini bergantung kepada fotosintesis baik langsung maupun tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air dan sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan berguna untuk memelihara
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... Energi kimia menjadi energi gerak Energi cahaya menjadi energi potensial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan suatu bahan pokok yang sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan sumber air bersih pada suatu daerah sangat mempengaruhi
Lebih terperinciBab IV Data dan Hasil Pembahasan
Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Prosedur Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan kali ini secara keseluruhan digambarkan oleh Gambar III.1. Pada penelitian kali akan digunakan alum sebagai koagulan.
Lebih terperinciPENURUNAN INTENSITAS WARNA REMAZOL RED RB 133 DALAM LIMBAH BATIK DENGAN ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN NaCl
Jurnal Atomik, 2018, 03 (1) hal 39-46 PENURUNAN INTENSITAS WARNA REMAZOL RED RB 133 DALAM LIMBAH BATIK DENGAN ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN NaCl A DECREASE IN THE INTENSITY OF DYE RED REMAZOL RB 133 IN
Lebih terperinciADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Rhodamin B merupakan pewarna sintetis yang biasa digunakan dalam industri tekstil, kertas, kulit, plastik, cat, farmasi dan makanan yang digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk
Lebih terperinci3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)
3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
32 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Data Eksperimen dan Perhitungan Eksperimen dilakukan di laboratorium penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, ITB. Eksperimen dilakukan dalam rentang waktu antara
Lebih terperinciARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM
ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM Transformasi Energi dan Materi dalam Ekosistem KONSEP ENERGI Energi : kemampuan untuk melakukan usaha Hukum Thermodinamika 1 : Energi dapat diubah bentuknya ke bentuk lain,
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT. Ratni Dewi *) ABSTRAK
KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT Ratni Dewi *) ABSTRAK Limbah perkebunan khususnya limbah cair PKS umumnya mengandung dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI
39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar merupakan masalah yang sering terjadi dan umum di Indonesia. Masalah ini adalah salah satu masalah yang berdampak pada masyarakat, karena permintaan
Lebih terperinciLAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS
LAPORAN KARYA TEKNOLOGI TEPAT GUNA LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS Oleh: Supratman, S.Pd. SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 BENGKULU 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotosintesis berasal dari kata
Lebih terperinciStudi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis
Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis Cegara Arung D. 1, Erwin Akkas 2, dan Rahmat Gunawan 2,* 1 Laboratorium Riset Program Studi
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.2. Stroma. Grana. Membran luar
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.2 1. Proses fotosintesis berlangsung dalam dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi terang berlangsung di... Membran tilakoid Stroma
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengaplikasikan sifat-sifat alami proses naturalisasi limbah (self purification).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, proses pengolahan limbah terutama limbah cair sering mengaplikasikan sifat-sifat alami proses naturalisasi limbah (self purification). Salah satu cara yang
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Lebih terperinciAPLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT. Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto
APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto Program Studi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan Pakuan PO BOX 452,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian Yang Relevan
4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Yang Relevan Pengolahan air limbah batik diperlukan oleh setiap pelaku industri guna mengurangi kadar zat yang dihasilkan dari proses produksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan beragamnya kegiatan manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah dapat berasal dari kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciFotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman
Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman Kasma Rusdi (G11113006) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2014 Abstrak Warna hijau pada daun merupakan salah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 1.1. Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan dua jenis air limbah greywater. Penelitian pertama menggunakan air limbah greywater yang diambil dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Desinfeksi merupakan salah satu proses dalam pengolahan air minum ataupun air limbah. Pada penelitian ini proses desinfeksi menggunakan metode elektrokimia yang dimodifikasi
Lebih terperinciSTUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI
STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI ABSTRAK Rachmanita Nofitasari, Ganjar Samudro dan Junaidi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rokok.penemuan olahan tembakau sebagai bahan rokok berawal dari bangsa Eropa. banyak dikenal sebagai bahan pembuatan rokok.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan sejenis tumbuhan herbal dengan ketinggian kira-kira 1,8 meter dengan daun yang melebar dan meruncing. Tanaman ini merupakan
Lebih terperinciI. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.
I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar dari makhluk hidup. Air mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satunya yaitu berhubungan
Lebih terperinciHUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: fotokatalis, fenol, limbah cair, rumah sakit, TiO 2 anatase. 1. Pendahuluan
OP-015 PENGARUH BERAT TiO 2 ANATASE, KECEPATAN PENGADUKAN DAN ph DALAM DEGRADASI SENYAWA FENOL Zulkarnaini 1, Yeggi Darnas 2, Nofriya 3 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Unversitas Andalas Kampus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak zaman kerajaan Mataram ke-1. Pembatikan merupakan teknik mewarnai kain dengan menempelkan
Lebih terperinci