ANALISIS PENURUNAN PRODUKSI AIR TAWAR HASIL MED PLANT DI PLTU SUMUR ADEM ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PRODUKSI UAP PADA SISTEM MED PLANT. Engkos Koswara Teknik Mesin Universitas Majalengka Abstrak

BAB II STUDI LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. pada pukul 10:06 WIB, MED plant dapat memproduksi air tawar hingga 160 m3

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam prosesnya Pembangkit ListrikTenaga Uap menggunakan berbagai

E V A P O R A S I PENGUAPAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2017

PERENCANAAN ULANG DAN PEMILIHAN POMPA INSTALASI DESTILATE WATER PADA DESALINATION PLANT UNIT 6 DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

PENGARUH PENURUNAN VACUUM PADA SAAT BACKWASH CONDENSER TERHADAP HEAT RATE TURBIN DI PLTU

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

Tugas khusus Adi Kunchoro

BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

Analisa Efisiensi Isentropik dan Exergy Destruction Pada Turbin Uap Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

BAB I PENDAHULUAN. mensirkulasikan air demin dari deaerator meunju ke steam drum. Pompa pada

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 6 November 2014 Hormat Kami, Tim Penyusun

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN GAS BUANG DARI TURBIN UAP PLTGU 143 MW UNTUK PROSES DESALINASI ALBERT BATISTA TARIGAN / Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Tekn

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Analisa Termodinamika Pengaruh Penurunan Tekanan Vakum pada Kondensor Terhadap Performa Siklus PLTU Menggunakan Software Gate Cycle

Cara Kerja Pompa Sentrifugal Komponen Komponen Pompa Sentrifugal Klasifikasi Pompa Sentrifugal Boiler...

BAB III ANALISA DATA

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3

BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI

ANALISIS KONFIGURASI KOPLING PLTN DAN INSTALASI DESALINASI BERBASIS PERHITUNGAN EKONOMI

E V A P O R A S I PENGUAPAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan meningkatnya

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PEMBEBANAN GENERATOR PADA PERFORMA SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE (ORC)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, Indonesia sudah banyak mengembangkan kegiatan pendirian unit -

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I.1

Studi Eksperimen Pengaruh Area Ratio dan Throat Ratio Terhadap Kinerja Liquid Jet Gas Pump

BAB III PEMODELAN SIKLUS KALINA DENGAN CYCLE TEMPO 5.0

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya?

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB III PROSES DESALINATION PLANT DI PLTU MUARA KARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

PENENTUAN NILAI EFEKTIVITAS CONDENSER DI PLTU PAITON UNIT 5 PT. YTL JAWA TIMUR

P 3 SKRIPSI (ME ) Bima Dewantara

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

ASPEK TEKNO-EKONOMI PENGGUNAAN TVC PADA DESALINASI MED UNTUK PASOKAN AIR BERSIH DI PLTN

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

Maka persamaan energi,

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ( PLTU ) UNIT 3 DAN 4 GRESIK

Analisis Tegangan Pada Beberapa Jenis Ejektor Uap Bagus Budiwantoro 1, a, I Nengah Diasta 2, b, dan Reinaldo Sahat Samuel Hutabarat 1, c

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

DESALINASI HYBRID MED-RO SEBAGAI OPSI PASOKAN AIR BERSIH DI PROVINSI KEPULAUAN BABEL

EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR

ANALISIS ENERGI PENINGKATAN KINERJA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN LIQUID-SUCTION SUBCOOLER DENGAN VARIASI TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB IV ANALISIS HASIL SIMULASI KCS 34

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PLTG unit pembangkit PT. Dian Swastatika

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB

PEMILIHAN TEKNOLOGI DESALINASI NUKLIR DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PLTG unit pembangkit PT. Dian Swastatika

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

TURBIN UAP. Penggunaan:

Simulasi Aplikasi Kendali Multi-Model pada Plant Kolom Distilasi ABSTRAK

Perhitungan Daya Turbin Uap Dan Generator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 61-68

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Transkripsi:

ANALISIS PENURUNAN PRODUKSI AIR TAWAR HASIL MED PLANT DI PLTU SUMUR ADEM ABSTRAK MED plant merupakan sebuah bagian dari PLTU yang berfungsi untuk mengubah air laut menjadi air tawar. Air tawar tersebut digunakan sebagai fluida kerja di dalam sistem PLTU. MED plant yang dimiliki oleh PT PJB UBJ O&M PLTU Indramayu mengalami penurunan produksi air tawar sejak PLTU itu dijalankan untuk pertama kalinya. Kondisi pada saat commissioning tahun 2009 MED plant mampu produksi air hingga 160 m 3 /h, sedangkan saat ini MED plant hanya mampu menghasilkan air tawar sebanyak 80 m 3 /h. Tingkat keadaan air baku (air laut) sangat mempengaruhi persentase uap yang dihasilkan dari setiap efek. Uap ini yang akan terkondensasi menjadi air tawar pada efek berikutnya. Selanjutnya, akan mengubah ubah tingkat keadaan yang mungkin terjadi pada tiap efek, untuk mendapatkan persentase uap maksimal. Pada kondisi saat ini, tekanan 24,8 kpa pada efek 1 menghasilkan 6,22% fraksi uap, tekanan 21,8 kpa pada efek 2 menghasilkan 6,59 % fraksi uap, tekanan 21,1 kpa pada efek 3 menghasilkan 6,67 % fraksi uap, tekanan 18,7 kpa pada efek 4 menghasilkan 9,48 % fraksi uap, tekanan 17,3 kpa pada efek 5 menghasilkan 10 % fraksi uap, tekanan 14,5 kpa pada efek 6 menghasilkan 10,2 % fraksi uap, tekanan 14,9 kpa pada efek 7 menghasilkan 11,85 % fraksi uap dan tekanan 13,8 kpa pada efek 8 (Condenser) menghasilkan 0 % fraksi uap. Dengan fraksi uap yang didapat pada kondisi saat ini, mendapatkan jumlah air tawar sebesar 105 m 3 /h. Pada kondisi bulan Maret, mampu menghasilkan air tawar sebesar 105 ton/h. Pada saat commissioning, mampu menghasilkan 152,31 m3/h. Untuk mencapai angka produksi air tawar tersebut, tekanan pada tiap efek diubah sesuai dengan target produksi air tawar. Laju aliran mengalami kenaikan dari saat commissioning sampai kondisi saat bulan Maret 2015. Akan tetapi, tekanan ejector pada saat commissioning dan kondisi saat ini sama yaitu 10 kpa. Hal ini menunjukan bahwa kenaikan kecepatan tidak diakibatkan oleh berubahnya tekanan pada ejector. Kemungkinan lain penyebab kenaikan kecepatan adalah berkurangnya luas area di dalam pipa ejector. Hal tersebut bisa disebabkan karena adanya pengerakan pada dinding dalam pipa. I. PENDAHULUAN Dalam siklus PLTU membutuhkan air demineralisasi, hal ini dilakukan agar peralatan pada siklus PLTU tidak terjadi korosi. Sebelum memperoleh air demineralisasi terlebih dahulu diperlukan air tawar. Dikarenakan sulitnya memperoleh air tawar dalam jumlah besar, maka di dalam unit pembangkit tenaga uap peran desalinasi sangat diperlukan untuk penyediaan air tawar sebagai bahan baku produksi listrik. Desalinasi adalah proses buatan untuk mengubah air asin (umumnya air laut) menjadi air tawar. PT PJB UBJ O & M PLTU Indramayu memiliki MED Plant yang berfungsi sebagai pengubah air laut menjadi air tawar, dimana air tawar ini yang akan dijadikan sebagai air baku (raw water). Pada tahun 2009, PT PJB UBJ O & M PLTU Indramayu melakukan pengujian pada sistem Multi Effect Desalinastion Plant (MED Plant). Hasilnya, MED Plant dapat memproduksi air tawar hingga 160 m 3 /h. Kemudian mulai beroperasi normal pada tahun 2011 dengan produksi air tawar 125 m 3 /h. Kondisi operasi saat ini, MED plant

hanya mampu memproduksi air tawar hingga 80 m 3 /h. Dari data tersebut, MED plant mengalami pernurunan debit aliran yang cukup signifikan. Apabila dibiarkan semakin bertambah dan dapat mengganggu siklus PLTU. Oleh karena itu, pada penelitian ini difokuskan untuk menghitung jumlah produksi air tawar yang dihasilkan MED plant pada saat commissioning. II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Tahapan tahapan proses penelitian a. Mempelajari sistem MED Plant di PLTU Sumur Adem. b. Melakukan pengumpulan data. c. Menghitung kesetimbangan energi pada saat commissioning. d. Menghitung kesetimbangan energi pada saat operasi bulan Maret 2015. e. Membandingkan data hasil kesetimbangan energi saat commissioning dan operasi bulan Maret 2015. f. Mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi turunnya produksi air tawar saat commissioning dan operasi bulan Maret 2015. g. Mengubah variabel yang berpengaruh hingga mendapatkan harga tekanan dan temperatur yang tepat. h. Membuat hasil penelitian dan kesimpulan III. PEMBAHASAN 3.1 Kesetimbangan energi Sistem MED plant yang ada di PT PJB UBJ O & M PLTU Indramayu mempunyai 7 efek evaporator dan 1 efek condensor. Uap dari boiler dialirkan ke efek pertama sedangkan air umpan (air laut) dialirkan ke efek 8 (Condensor). Gambar 3.1 Sistem MED Plant PT PJB UBJ O & M PLTU Indramayu Siklus air umpan seperti terlihat pada gambar, air laut masuk ke efek 8 (Condensor) kemudian air laut pekat (brine) dari efek 8 sebagian digunakan sebagai cooling water dan sebagian lagi digunakan sebagai air umpan untuk efek 4-5-6-7, air laut pekat (brine) dari efek 4-5-6-7, digunakan sebagai air umpan untuk efek 1-2-3. air laut pekat (brine) efek 1 dialirkan ke efek 2, air laut pekat (brine) efek 2 di alirkan ke efek 3. Pada sistem MED Plant ini menggunakan Thermal Vapor Compression (TVC) untuk memanfaatkan uap dari efek 8 (Condensor) sebagai upaya untuk meningkatkan tingkat efisiensi dari sistem MED Plant. Dan menggunakan three stage vacuum pump untuk membuat vacuum pada tiap tiap efek.

3.2 Kesetimbangan Energi pada kondisi Bulan Maret 2015 Untuk menggambarkan proses dari masing masing Efek dibutuhkan beberapa data. Dimana data ini akan digambarkan pada digram p-h untuk mengetahui persentase fraksi uap yang dihasilkan. Berikut ini tabel data air umpan dan kondisi efek pada kondisi saat ini. Tabel. 3.1 Data air umpan dan kondisi efek kondisi saat ini (2015) Efek Air Umpan Kondisi Efek P (kpa) T ( 0 C) P (kpa) T ( 0 C) 1 100 Cair Jenuh 24,8 68,3 2 100 Cair Jenuh 21,8 66,1 3 100 Cair Jenuh 21,1 64,2 4 160 Cair Jenuh 18,7 58,5 5 160 Cair Jenuh 17,3 60,6 6 160 Cair Jenuh 14,5 59,4 7 160 Cair Jenuh 14,9 58,9 8 130 30 13,8 31,9 Dari tabel tersebut, digambarkan pada diagram p-h sehingga menghasilkan produksi fraksi uap dari tiap efek. Gambar berikut menunjukan kondisi air umpan dan kondisi efek yang digambarkan pada diagram p-h. Dengan caras yang sama dilakukan untuk Efek yang lainnya. (a)

Stage (b) Gambar 3.2 Diagram p-h (a) Efek 8; (b) Efek 7. 3.3 Produksi air tawar Persentase fraksi uap yang dihasilkan dari masing masing Efek akan menjadi produksi air tawar pada Efek berikutnya. Persentase fraksi uap tersebut dikalikan dengan jumlah feed water (air umpan/air laut) yang masuk pada masing masing Efek. Tabel berikut menunjukan produk air tawar/product Water (PW)yang dihasilkan dari MED plant. Tabel 3.1 Produksi air tawar MED plant kondisi bulan Maret (2015) % uap Inlet Outlet P (kpa) Air umpan Uap PW brine vapor condensate CW (m 3 /h) (m 3 /h) (m 3 /h) (m 3 /h) (m 3 /h) (m 3 /h) (m 3 /h) 10,07% 1 24,3 106 20,5 95,328 10,672 25 10,55% 2 21,3 202,33 10,672 10,672 180,98 21,353 10,98% 3 18,9 271,98 21,353 21,353 242,1 29,872 12,88% 4 17 90 29,872 29,872 78,409 11,591 13,20% 5 15,5 92 11,591 11,591 79,86 12,14 13,56% 6 13,9 74 12,14 12,14 63,965 10,035 13,81% 7 12,9 72 10,035 10,035 62,059 9,9413 0,00% 8 10,8 595 9,9413 9,9413 328 0 180 105,6 3.4 Kesetimbangan Energi pada saat Commissioning Data commissioning sangat terbatas. Oleh karena itu banyak data yang asumsikan untuk mendekati hasil dari commissioning. Dengan mengubah ubah harga tekanan di tiap efek maka diperoleh data sebagai berikut.

Stage % uap P (kpa) Tabel 5.10 Produksi Air Tawar Pada Saat Commissioning Inlet Outlet Air umpan Uap PW brine vapor (m 3 /h) (m 3 /h) (m 3 /h) (m 3 /h) (m 3 /h) conde nsate (m 3 /h) 11,3563% 1 17 131,99 17,3 116,9989 14,98893 40 11,5663% 2 16 248,99 14,9889 14,98893 220,1881 28,79855 11,7872% 3 15 352,18 28,7985 28,79855 270 41,51168 13,5371% 4 14 115 41,5117 41,51168 99,43234 15,56767 13,7820% 5 13 115 15,5677 15,56767 99,1507 15,8493 14,0428% 6 12 115 15,8493 15,8493 98,85078 16,14922 14,3221% 7 11 115 16,1492 16,14922 98,52959 16,47042 0,0000% 8 10 1030 16,4704 16,47042 460 0 570 149,3358 Tabel 5.10 menunjukan data commissioning dengan produksi air tawar 149 ton/h. Data tersebut hanya mengacu pada data produksi air tawar pada saat commissioning. Harga tekanan pada tiap efek asumsikan hingga memperoleh hasil produksi air tawar, dimana produksi air tawar saat commissioning menunjukan angka produksi sebesar 151 m3/h, 154 m3/h dan 160 m3/h. 3.5 Algoritma Penyelesaian Masalah Harga tekanan yang ditebak belum tentu bisa dikondisikan pada keadaan di lapangan. Harga tekanan sendiri sangat dipengaruhi oleh sistem ejector pada sistem MED plant. Oleh karena itu, perlu dihitung ketersediaan harga tekanan yang ditebak tersebut, apakah bisa diterapkan di lapangan. Derajat kevakuman sistem ejector 10 kpa dengan layout sistem seperti gambar berikut. CW (m 3 /h) Gambar Layout Sistem Ejector Pada MED Plant

Diagram alir Mulai Tebak harga V yang keluar dari efek Hitung nilai A pada tiap titik Hitung harga Re pada tiap titik Tentukan harga KL pada tiap titik Tebak harga f pada tiap titik Iterasi harga f hingga ruas kanan dan kiri sama pada persamaan colebrook Tidak Ya Tentukan P pada tiap efek Hitung harga V pada titik 1-2 menggunakan persamaan A B

A B iterasi harga V dengan patokan P pada titik 1-3 Tidak Ya Hitung pada tiap titik iterasi harga V Selesai 5.2 Analisis Penurunan Produksi Air Tawar Produksi air tawar sangat dipengaruhi oleh tekanan pada tiap efek. Sedangkan tekanan pada tiap efek sendiri sangat dipengaruhi oleh laju aliran dari sistem ejector. Berikut data perbandingan kecepatan dan tekanan pada kondisi saat ini dan kondisi commissioning. Tabel 5.24 Perbandingan Kecepatan dan Tekanan kondisi bulan Maret 2015 dan Commissioning 2009 KECEPATAN MAIN LINE Main TEKANAN (kpa) (m/s) Line SAAT SAAT EFEK COMMISSIONING COMMISSIONING INI INI 1 10,563 4,262 24,3 14,31 2 18,815 7,914 21,3 13,93 3 24,533 10,958 18,9 13,6 4 28,146 13,393 17 13,24 5 30,542 15,22 15,5 12,82 6 30,896 16,437 13,9 12,37 7 33,375 17,046 12,9 11,91 8 17 1,485 12,5 11,64 13,937 1,242 12,5 11,64 2,523 0,572 12,5 11,64 V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kecepatan main line pada saat bulan maret 2015 berada pada 10,56 m/s sedangkan pada kondisi commissioning berada pada kecepatan 4,262 m/s. Dari angka tersebut terlihat jelas perbedaan yang signifikan yang secara langsung

mempengaruhi tekanan pada tiap efek. Semakin tinggi kecepatan di main line, tekanan vakum di tiap efek akan semakin besar. Tekanan pada saat bulan maret 2015 berada pada 24,3 kpa sedangkan pada saat commissioning berada pada tekanan 14,31 kpa. Harga tekanan mempengaruhi produksi uap yang dihasilkan pada masing-masing efek, dimana uap inilah yang menjadi produk air tawar. Semakin besar tekanan vakum di tiap efek, produksi uap akan semakin turun. Penurunan produksi air tawar disebabkan adanya kenaikan tekanan pada tiap efek. Semakin rendah tekanan di tiap Efek, semakin besar fraksi uap yang dihasilkan dari Efek tersebut dan begitupun sebaliknya. Akan tetapi, tekanan di tiap Efek sangat dipengaruhi oleh Sistem Ejector yang ada di Sistem MED Plant. Laju aliran pada sistem ejector sangat mempengaruhi tekanan pada masing masing Efek. Semakin cepat laju aliran, maka semakin tinggi tekanan pada setiap efek begitu juga sebaliknya. Hal inilah yang menjadi penyebab tidak langsung penurunan produksi air tawar. 5.2 Saran Ada beberapa cara untuk mengembalikan produksi air tawar pada keadaan semula (Commissioning). Diantaranya : 1. Meningkatkan jumlah air umpan (Air laut) yang masuk ke sistem MED Plant. 2. Perawatan dan pemeliharaan MED Plant, terutama bagian sistem ejector. 3. Penambahan pompa vakum untuk meningkatkan derajat kevakuman di sistem ejector. DAFTAR PUSTAKA 1. Artin Hatzikioseyian, Roza Vidali, Pavlina Kousi, Modelling And Thermodynamic Analysis Of A Multi Effect Distillation (Med) Plant For Seawater Desalination, National Technical University of Athens (NTUA) GREECE. 2. Hisham El-Dessouky, Steady-State Analysis of the Multiple Effect Evaporation Desalination Process, 3. O. A. Hamed, Thermal performance and exergy analysis of a thermal vapor compression desalination system, Department od chemical and petroleum engineering, faculty of Engineering, U.A.E. University. Philadelphia, 1995. 4. Hisham El-Dessouky, analysis of single effect evaporator desalination system combined with vapor compression heat pump, chemical engineering department, kuwait university, 1997. 5. Khoirul azis rifal, SOP Pengoperasian MED, PT. PJB UBJ O & M Indramayu, 2010. 6. Commissioning procedure for pretreatment system and MED PT PJB UBJ O & M PLTU INDRAMAYU. 7. Logsheet sea water desalination PT PJB UBJ O & M PLTU INDRAMAYU.