Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KANDUNGAN ZAT PEWARNA TARTRAZIN DALAM MINUMAN JAJANAN DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN WARA KOTA PALOPO

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT YANG BEREDAR DI PASAR PAGI SAMARINDA. Eka Siswanto Syamsul, Reny Nur Mulyani, Siti Jubaidah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

ANALISIS RHODAMIN B PADA MAKANAN JAJANAN ANAK DI SEKITAR SDN 2 DAN SDN 3 KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN KADAR ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAUS DAN KERUPUK DI KOTA MEDAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

Jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal = 17 cm = 0,9235 = 0,9058 = 0,8529. Harga Rf untuk sampel VIII + baku pembanding = = 0,8588

III. BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kedungmundu Raya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

ANALISIS RHODAMIN B PADA JAJANAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS ASAM RETINOAT PADA KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS RHODAMIN B PADA JAJANAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TIGA LINGGA KABUPATEN DAIRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ASAM RETINOAT PADA SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI KOTA BANDUNG

ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA KERUPUK YANG BEREDAR DI KOTA MANADO ABSTRAK

ANALISIS ZAT WARNA METHANYL YELLOW DALAM MINUMAN ES SIRUP DI KAWASAN KOTA MANADO. Esti Santi Sigar, Gayatri Citraningtyas, Adithya Yudistira

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

INTISARI IDENTIFIKASI METHANYL YELLOW PADA MANISAN BUAH NANAS

3 Metodologi Penelitian

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DAN PENGAWET NATRIUM BENZOAT DALAM SAUS TOMAT P DARI PASAR X SURABAYA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

ANALISIS PENGAWET NATRIUM BENZOAT DAN PEWARNA RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT J DARI PASAR TRADISIONAL L KOTA BLITAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

Transkripsi:

Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi, Lili Andriani 1, Armini Hadriyati 2, Bambang Irwanto 3 1.2.3 Program Studi Farmasi, STIKES Harapan Ibu, Jambi, Indonesia ABSTRAK Latar Belakang: Rhodamin B merupakan zat pewarna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B bersifat karsinogenik, karna dapat menyebabkan kerusakan hati, pembengkakan ginjal, dan kanker. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknya Rhodamin B dalam sampel kembang gula yang beredar di Kota Jambi. Metode:. Penentuan Rhodamin B secara kualitatif dilakukan menggunakan metode kromatografi lapis tipis dengan eluen (n-butanol asam asetat glasial = 6:4), sedangkan penentuan kadar Rhodamin B secara kuantitatif dalam sampel dilakukan dengan Spektrofotometri UV-Vis Hasil: Dari 9 sampel yang diteliti keberadaan Rhodamin B, terdapat 5 sampel yang positif mengandung Rhodamin B dan 4 sampel negatif mengandung Rhodamin B, dengan kadar tertinggi pada sampel G 0.12578 μg/ml dan kadar terendah pada sampel A 0.044062 µg/ ml Kesimpulan: Terdapat 6 sampel yang mengandung rhodamin B. Kadar rhodamin B tertinggi dihasilkan oleh kembang gula G yaitu sebesar 0.12578 mg/ml sedangkan kadar rhodamin B terendah yaitu pada kembang gula A yaitu 0.044062 mg/ml Kata kunci : Kembang gula, Rhodamin B, Kromatografi lapis tipis, Spektrofotometri UV-Vis PENDAHULUAN Makanan yang beredar di masyarakat, umumnya ditambahkan zat pewarna. Pada awalnya, makanan diwarnai dengan zat warna alami yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau mineral, akan tetapi zat warna tersebut tidak stabil oleh panas dan cahaya serta harganya mahal 1. Pada saat sekarang diketahui bahwa banyak makanan yang ditambahkan bahan pewarna sintesis. Bahan pewarna sintesis pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama bahan pangan yang dikonsumsi. Apabila penambahan zat warna pada bahan makanan, dosisnya tidak sesuai dengan aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 2, kemungkinan besar akan terjadi dampak negatif pada kesehatan masyarakat, baik yang bersifat langsung misalnya keracunan ataupun yang bersifat tidak langsung, misalnya pewarna sintetis yang digunakan bersifat karsinogenik 3. Rhodamin B merupakan zat warna sintetis yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, Rhodamin B merupakan zat warna yang dilarang penggunaannya dalam produkproduk pangan. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, 106 iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, gangguan hati dan dapat menyebabkan kanker 4. Harga yang relatif murah menjadi salah satu alasan produsen menggunakan zat pewarna tekstil untuk ditambahkan pada produk makanan dan minuman, dan warna makanan menjadi lebih menarik dibanding dengan zat pewarna khusus untuk makanan. Selain itu ketidaktahuan masyarakat tentang zat pewarna apa saja yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk ditambahkan pada makanan 5. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah rhodamin B terdapat pada makanan jajanan masyarakat Jambi khususnya kembang gula, mengingat makanan tersebut memiliki warna yang mencolok. Analisis rhodamin B dilakukan melalui identifikasi dengan kromatografi lapis tipis dan penentuan panjang gelombang maksimum sampel dan penentuan kadar dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 544 nm. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah: Neraca listrik, penangas air, alat-alat gelas, erlenmeyer, gelas ukur (10 ml, 50 ml, 100 ml) beaker

gelas, cawan penguap, batang pengaduk dan camber, plat KLT, pipa kapiler, pipet tetes dan spektrofotometer UV-Vis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sabun deterjen, kembang gula, bulu domba, n-heksan, akuades, akuabides, asam asetat 6%, larutan ammonia 10%, rhodamin B, metanol p.a, asam asetat glasial dan n-butanol. Sampel Sampel yang digunakan adalah kembang gula yang diambil dari beberapa tempat di Kota Jambi, yaitu di 3 pasar tradisional, 3 sekolah dasar, dan di 3 tempat-tempat umum, masing- masing tempat di ambil 1 (satu) sampel, sampel di ambil secara acak. Prosedur Penghilangan Lemak Bulu Domba Bulu domba direndam selama 24 jam dengan sabun, kemudian dicuci hingga bersih. Setelah itu dikeringkan. Bulu domba yang telah kering, direndam dengan n- heksan selama 2 jam, dikeringkan 6. Pembuatan Larutan Standar Sampel masing-masing ditimbang 40 gram, dilarutkan masing-masing sampel dalam 50 ml akuabides dan tambahkan 30 ml asam asetat 6%, kemudian bulu domba dimasukkan kedalam sampel dan dipanaskan diatas penangas air selama 30 menit, sambil diaduk sampai warna terserap. Bulu domba yang berwarna dibilas dengan akuades hingga bersih. Bulu domba yang bersih dimasukkan ke dalam cawan penguap, ditambahkan 30 ml larutan ammonia 10%, dipanaskan di atas penangas air hingga warna bulu domba luntur. Larutan berwarna yang diperoleh dikumpulkan dalam cawan penguap dan diuapkan di atas penangas air hingga diperoleh ekstrak kering, kemudian ekstrak kering di cukupkan kan dalam 5 ml metanol p.a dan disaring pakai kertas saring dan ditotolkan pada plat KLT yang siap pakai 6. Larutan Standar Larutan standar dibuat dengan cara 50 mg rhodamin B dilarutkan dengan 100 ml metanol p.a 6. Analisis Kualitatif Kromatografi Lapis Tipis Prinsip uji bahan Pewarna Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah zat warna dalam contoh makanan/minuman diserap oleh bulu domba dalam suasana asam dengan pemanasan, dilanjutkan dengan pelarutan bulu domba yang telah berwarna 7. Metode Kromatografi Lapis Tipis diawali dengan pemotongan plat KLT dengan ukuran 6 x 4 cm, kemudian diberi tepi atas dan tepi bawah masing-masing berjarak 1 cm. Larutan senyawa uji dan standar ditotolkan dengan pipa kapiler pada titik penotolan sampai kering. Bejana kromatografi (chamber) di isi dengan fasa gerak (n-butanol : asam asetat glasial dengan perbandingan 6:4 ) setinggi 1 cm, chamber ditutup, dibiarkan fasa gerak merambat naik sampai membasahi kertas saring (penjenuhan bejana). Plat KLT dimasukkan kedalam chamber dengan posisi sedikit miring, kemudian chamber ditutup, dibiarkan fasa gerak merambat naik sampai garis batas atas, kemudian dikeluarkan, dikeringkan dan kromatogram diamati dibawah lampu UV dan dihitung Rf masingmasing bercak. Sampel yang secara KLT menunjukkan adanya Rhodamin B dicatat dan selanjutnya rhodamin B ini diidentifikasi lebih lanjut dengan cara Spektrofotometri UV- Visible. Spektrofotometri UV-Visible Untuk sampel yang secara KLT terbukti mengandung rhodamin B dilakukan identifikasi secara spektrofotometri, larutan induk ekstrak sampel di ambil 3 ml dan dilakukan pengenceran dalam metanol p.a cukupkan 25 ml diukur serapannya dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 400-800 nm, di tentukan panjang gelombang serapan gelombang maksimum larutan standar, kemudian dibandingkan hasilnya 107

dengan spektrum serapan maksimum rhodamin B. Analisis Kuantitatif Pembuatan Larutan Standar Rhodamin B 20 µg/ml Timbang rhodamin B sebanyak 2 mg, masukan kedalam labu ukur 100 ml, tambahkan metanol p.a kemudian di cukupkan 100 ml sampai tanda batas. Larutan diencerkan dengan metanol sehingga didapat konsentrasi larutan4 µg/ml. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Rhodamin B 4 µg/ml Larutan standar rhodamin B 4µg/ml dilakukan pengenceran dengan metanol p.a hingga 10 ml kedalam labu ukur, ukur serapan larutan dengan spektrofotometri UV pada panjang gelombang 400 800 nm. Pembuatan Kurva Kalibrasi Rhodamin B Dari larutan standar dengan konsentrasi 4 µg/ml, dibuat sederetan larutan dengan berbagai konsentrasi yaitu 1,6 µg/ml; 2 µg/ml; 2,4 µg/ml; 2,8 µg/ml; 3,2 µg/ml. Masing-masing larutan ini diukur serapannya dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum rhodamin B. Kemudian dibuat kurva kalibrasi antara serapan dan konsentrasi larutan standar. Penetapan Kadar Rhodamin B dalam Sampel dengan Spektrofotometri UV-Vis. Larutan induk ekstrak sampel diambil 3 ml masukkan ke dalam labu ukur dan dilakukan pengenceran sampai 25 ml dalam metanol p.a sampai tanda batas, kemudian larutan sampel di ukur absorbannya dengan spektrofotometri UV Vis pada panjang gelombang serapan maksimum = 544.00 nm dan dihitung kadar menggunakan rumus Lambert-Beer. HASIL Identifikasi Rhodamin B Dalam Sampel Berdasarkan analisa rhodamin B secara kromatografi lapis tipis terbukti bahwa 6 sampel positif mengandung rhodamin B dari 9 sampel yang diteliti yaitu sampel A, B, C, D, F, G. Dilihat dibawah lampu UV 366 nm, terdapat 7 sampel yang berfluoresensi dan 2 sampel tidak berfluoresensi. Namun hanya 6 sampel yang nilai Rf nya sama dengan pembanding, dapat dilihat pada gambar 1. Sampel juga dilakukan uji kualitatif dengan spektrofotometri UV-Vis dengan membandingkan panjang gelombang sampel dengan pembanding. Dari hasil uji didapatkan 6 sampel panjang gelombangnya hampir mendekati pembanding, yaitu 108 mempunyai selisih ±3 nm dan 3 sampel panjang gelombangnya tidak sama dengan pembanding, dapat dilihat pada tabel 1. Penetapan Kadar Rhodamin B pada Sampel Penetapan kadar dilakukan dengan metoda spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang maksimum digunakan karena kepekaannya juga maksimum serta perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah paling besar. Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,8 nm 8. Didapatkan persamaan regresi Y = 0,29366 X 0,05716 dengan harga koofisien korelasinya (r) = 0,999, jadi linearitasnya mendekati satu. Hasil kuantitatif pada sampel dari 3 tempat tempat umum, 2 pasar tradisional dan 1 dari sekolah dasar dapat dilihat pada tabel 2. PEMBAHASAN Hasil uji kualitatif secara KLT dan penetapan kadar menggunakan spektrofotometri sinar tampak menunjukkan bahwa kembang gula menggunakan zat warna sintetis, yaitu rhodamin B. Hal ini menunjukkan bahwa zat warna sintetis yang terdapat pada sampel yang dijual dibeberapa tempat di Kota Jambi merupakan zat pewarna yang dilarang penggunaannya menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 033/Menkes/Per/IX/2012 tentang bahan tambahan makanan. Jenis pewarna sintetis

P A B C P D E F P G H I Gambar 1. Hasil KLT dibawah lampu UV 366 nm Tabel 1. Panjang gelombang maksimum masing-masing sampel Nama sampel Panjang Gelombang Max ( ) A ( Gentala Arasy) 541,00nm B (Gor Kota Baru) 542,00nm C (Taman Rimba) 541,50nm D (Pasar 46) 543,00nm E (Pasar Rawasari) 540,00nm F (Pasar Baru) 542,00nm G (SD 74 Kota Baru) 544,50nm H (SD 66 Telanai Pura) 530,00nm I (SD 01 Rawasari) 530,00nm Tabel 2. Kadar rhodamin B pada sampel Nama sampel Kadar Rhodamin B dalam Sampel 40g (µg/ml) Kadar Rhodamin B dalam Sampel (% b/b) A ( Gentala Arasy) 0,044062 0,00011015 B (Gor Kota Baru) 0,060055 0,00015013 C (Taman Rimba) 0,052133 0,00013032 D (Pasar 46) 0,065427 0,00016356 F (Pasar Baru) 0,057646 0,00014411 G (SD 74 Kota Baru) 0,125780 0,00031445 ini bersifat toksik dan memberikan dampak yang membahayakan bagi kesehatan manusia 9. Rhodamin B dapat membahaya kan kesehatan manusia karena tidak dapat dicerna oleh tubuh dan akan mengendap secara utuh dalam hati sehingga dapat menyebabkan keracunan hati. Pengaruh toksisitas yang teramat biasanya bersifat akut saja yaitu yang pengaruhnya cepat terjadi, sedangkan pengaruh yang bersifat kronis tidak dapat diketahui secara cepat karena manusia yang normal memiliki toleransi yang tinggi terhadap racun dalam tubuh dengan adanya mekanisme detoksifikasi. Selain itu pembeli juga diduga tidak mengonsumsi menu yang sama setiap harinya. Efek toksik yang disebabkan oleh makanan yang mengandung pewarna sintetis yang tidak diizinkan dapat timbul pada manusia karena golongan pewarna sintetik tersebut memang bukan untuk dimakan manusia. Efek ini tergantung pada banyaknya intake pewarna sintesik yang tidak diizinkan dan daya tahan seseorang karena dalam tubuh manusia terdapat proses detoksifikasi di dalam tubuh 10. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 4/M-DAG/PER/ 2/2006 bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun (toksisitas), karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi. Rhodamin B merupakan jenis zat yang dinyatakan berbahaya dalam lampiran 1 peraturan Menteri Perdagangan tersebut sehingga penggunaanya sama sekali dilarang dan keberadaannya dalam 109

makanan merupakan suatu pelanggaran dengan sanksi pidana 11. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pada makanan dan minuman banyak mengandung rhodamin B. Penelitian pada daerah Hyderabad dan Secunderabad, India, membuktikan bahwa pada jajanan kembang gula mengandung rhodamin B 12. Studi pada jajanan anak seperti es doger, kerupuk dan saus yang beredar di Kabupaten Labuahan Batu Selatan, Sumatera Utara menemukan bahwa sebanyak 10% jajanan anak-anak sekolah dasar mengandung rhodamin B 13. KESIMPULAN Sampel kembang gula di Kota Jambi yang diteliti terdapat 6 sampel mengandung rhodamin B dari total 9 sampel. Kadar rhodamin B tertinggi dihasilkan oleh kembang gula G yaitu sebesar 0.12578 mg/ml sedangkan kadar rhodamin B terendah yaitu pada kembang gula A yaitu 0.044062 mg/ml. 9. KEMENKES RI. Bahan Tambahan Makanan. Kemenkes RI; 2012. 10. Sumarlin L. Identifikasi Pewarna Sintetis pada Produk Pangan yang Beredar di Jakarta dan Ciputat. J Val. 2010; 1(6). 11. Permendag No 04/M-Dag/Per/2/2006. Tentang Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya. Jakarta: Depdagri; 2006. 12. Gulla S. Adulteration Pattern in Different Food Products Sold in the Twin Cities of Hyderabad and Secunderabad-India. J Dairyng, Foods HS. 2011; 30(2): 117 21. 13. Silalahi J, Rahman F. Analisis Rhodamin B pada Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Labuhan Batu Selatano Sumatera Utara. J Indon Med Assoc. 2011; 61(7):293 8. DAFTAR PUSTAKA 1. Azizahwati D. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang Untuk Makanan yang Berada di Pasaran. Maj Ilmu Kefarmasian. 2007; IV(1):7 8. 2. Badan POM. Bahan Tambahan Pangan. Direktorat SPKP, Deputi III. Jakarta: BPOM; 2013. 3. Seto S. Pangan dan Gizi Ilmu Teknologi Industri dan Perdaganga Internasional. Bogor: Fakultas Tekologi Pertanian; 2001. 4. Departemen Kesehatan RI. Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Depkes RI; 2004. 5. Yuliarti N. Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Andi; 2007. 6. Hendayana S. Kimia Pemisahan: Metoda Kromatografi dan Elektroforesis Modern. In: Cetakan I. Bandung: PT Remaja Kosdakarya; 2006. 7. SNI 01-2895-1992. Cara Uji Pewarna Tambahan Makanan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional; 1992. 8. Rohman A. Kimia Farmasi Analisis. Jakarta: Pustaka Pelajar; 2007. 110