BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu sektor yang diupayakan untuk memiliki peningkatan kualitas di Indonesia (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Hal tersebut didukung dengan bertambahnya jumlah fasilitas kesehatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah fasilitas kesehatan di Indonesia menunjukkan peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Masyarakat meresponnya dengan memanfaatkan jaminan kesehatan dari pemerintah, sehingga jumlah cakupan peserta jaminan kesehatan nasional semakin meningkat. Badan Penyelenggara Jasa Kesehatan (BPJS) mewajibkan penggunaan sistem INA CBGs untuk semua fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan di Indonesia mulai menerapkan sistem INA CBGs sejak tahun 2014, termasuk Rumah Sakit Petrokimia Gresik (RSPG). Sistem tersebut menentukan pola tarif pelayanan jasa kesehatan di Indonesia. Tarif INA CBGs disesuaikan dengan regional dan tipe rumah sakit, fasilitas, jalur distribusi obat,dan peralatan medis yang digunakan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014) menyatakan sampai akhir tahun 2014, terdapat 17.427 fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan 1.613 fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (FKTL) yang sudah bekerja sama dengan BPJS dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sistem INA CBGs menggunakan kode untuk mengelompokkan diagnosis penyakit (Permenkes No.27 Tahun 2014). Kode tersebut menentukan harga 1
pelayanan jasa kesehatan yang dapat diklaim ke BPJS. Profil kesehatan Indonesia tahun 2014 yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Indonesia memaparkan bahwa salah satu kode INA CBGs yang paling banyak digunakan oleh FKTL bagian rawat jalan sampai 31 Desember 2014 adalah N-3-15-0, yakni kode prosedur hemodialisis. Tingginya penggunaan kode tersebut menunjukkan tingginya kebutuhan prosedur layanan hemodialisis. Prosedur hemodialisis digunakan untuk penderita gagal ginjal kronis dan gagal ginjal akut. Prosedur ini merupakan terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus (Permenkes No. 812 Tahun 2010). Penyelenggaraan prosedur hemodialisis hanya dapat dilakukan pada fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah sakit. Rumah sakit, dapat dibedakan menjadi beberapa golongan sesuai dengan karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut akan membedakan tujuan dan cara pencapaian tujuan jenis rumah sakit. Oleh karena itu, kondisi karakteristik keseluruhan rumah sakit harus dipahami dengan baik. Karakteristik rumah sakit dapat digolongkan berdasarkan kepemilikan, yakni rumah sakit swasta dan rumah sakit milik pemerintah. Rumah sakit pemerintah termasuk dalam Badan Layanan Umum (BLU) yang memiliki keterikatan aturan pemerintah, termasuk pengelolaan keuangannya. Pengelolaan manajemen kos rumah sakit cukup kompleks karena perannya sebagai penyedia layanan jasa kesehatan dengan kualitas yang baik, namun terikat dengan pengenaan tarif yang diatur ketat oleh pemerintah melalui sistem INA CBGs. Rumah sakit dapat mengajukan klaim pelayanan jasa kesehatan peserta 2
BPJS berdasarkan tarif INA CBGs. Oleh karena itu, pihak rumah sakit harus dapat menganalisis seberapa efektif dan efisien kos yang dikorbankan untuk menghasilkan layanan jasa kesehatan. Analisis keefektifan kos (cost effectiveness analysis) merupakan teknik untuk membandingkan kos relatif ke hasil/efek dari dua atau lebih tindakan. Kos dan hasilnya dipertimbangkan di dalamnya dengan cara yang sistematis (Levin, 1995). Rumah sakit dapat menggunakan analisis tersebut untuk membandingkan tindakan-tindakan dalam layanan jasa kesehatan, termasuk dalam prosedur hemodialisis. Penanganan hemodialisis terdiri dari dua paket, yakni paket single use dan reuse. Kedua paket tersebut berisi perlakuan dan tindakan relatif sama. Perbedaannya terletak pada jumlah penggunaan salah satu bahan konsumsi inti yang digunakan, yakni ginjal buatan (dializer). Meskipun jumlah penggunaan ulang dializer berbeda, kedua paket tersebut memiliki tarif harga yang sama dalam INA CBGs. Tarif tersebut membebani rumah sakit yang memiliki banyak pasien hemodialisis dengan paket single use karena paket reuse mengandung komponen kos yang lebih rendah daripada single use, sehingga marjin paket reuse lebih besar dibandingkan dengan paket single use dalam unit hemodialisis. RSPG memiliki peningkatan jumlah pasien gagal ginjal, sehingga penentuankos yang akurat akan membantu penentuan tarif yang sesuai dengan pelayanan jasa kesehatan untuk para pasien. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman mengenai manajemen kos, sehingga informasi mengenai desain kos dalam pelayanan kesehatan dapat digunakan oleh penggunanya untuk membuat keputusan. 3
Informasi kos dapat digunakan untuk membantu rumah sakit dalam membuat model target costing. Tarif INA CBGs merupakan harga target (target price) yang menjadi harga klaim ke BPJS atas layanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit. Rumah sakit dapat melakukan pelayanan kesehatan dengan kos yang disesuaikan dengan harga target. Kos tersebut merupakan kos target (target cost) yang harus dicapai rumah sakit. Oleh karena itu, model target costing dapat digunakan oleh rumah sakit untuk menyusun komponen kos target dalam pelayanan jasa kesehatan. 1.2. Rumusan Masalah Penyajian informasi kos yang tepat dengan menggunakan sistem yang sesuai akan mengakibatkan adanya pengambilan keputusan yang tepat. Kondisi ini dapat berdampak pada pelayanan jasa kesehatan yang diberikan karena pengambilan keputusan yang kurang tepat akan mengganggu operasional jasa layanan kesehatan. Setiap tindakan yang berada dalam naungan prosedur rumah sakit harus diperhitungkan sesuai dengan kos dan manfaatnya. Sistem INA CBGs sudah menetapkan harga target (target price), sehingga rumah sakit dapat mengukur kos target (target cost) yang dapat dicapai oleh rumah sakit. Pemenuhan kos target tersebut dapat menjadi motivasi rumah sakit untuk mempertimbangkan kos yang terjadi dalam pelayanan jasa kesehatan yang dilaksanakan, sehingga rumah sakit mampu mengendalikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam pelayanan jasa kesehatan sesuai dengan harga yang ditetapkan. Hal itu juga merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan yang berkualitas. 4
1.3. Pertanyaan Penelitian Dari rumusan permasalahan di atas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengenaan tarif INA CBGs prosedur hemodialisis paket single use dan reuse di RSPG? 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam implementasi sistem INA CBGs pada pengenaan tarif prosedur hemodialisis di RSPG? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengenaan tarif INA CBGs pada prosedur hemodialisis paket single use dan reuse di RSPG. 2. Untuk menganalisis implementasi sistem INA CBGs pada pengenaan tarif prosedur hemodialisis di RSPG. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan tambahan pengetahuan mengenai implementasi sistem INA CBGs. Hasil penelitian ini dapat digunakan RSPG sebagai bahan referensi untuk analisis keefektifan kos dan penyusunan model target costing, khususnya untuk prosedur hemodialisis. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 1.6. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan 5
Dalam bab pendahuluan, pembahasan mengacu pada latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan dalam penelitian ini, tujuan, serta manfaat yang diperoleh dari penelitian ini. Bab II Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam penelitian ini membahas tentang teori yang mendasari penelitian ini. Dasar teori yang digunakan adalah konsep Cost Effectiveness Analysis (CEA) dan target costing sebagai analisis pengenaan tarif INA CBGs untuk rumah sakit. Bab III Metode Penelitian Bab ini akan memuat metode penelitian yang dilakukan, fokus dan objek penelitian, strategi penelitian, sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data,teknik analisis data, serta validitas data. Bab IV Pembahasan Bagian ini akan memaparkan tentang pengenaan tarif INA CBGs pelayanan hemodialisis serta hasil/efek dari tindakan hemodialisis untuk mencapai target costing. Selain itu, bagian ini juga menjelaskan implementasi sistem INA CBGs di RSPG, khususnya mengenai pengenaan tarif INA CBGs untuk pelayanan hemodialisis. Bab V Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran mengenai implementasi pengenaan pola tarif INA CBGs untuk paket single use dan reuse prosedur hemodialisisdi RSPG. 6