ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Energi Gempa Letusan Gunung Semeru 09 Oktober 2009

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

Wahana Fisika, 1(1),2016, 42-53

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar Gambar Beberapa Gunungapi di Pulau Jawa

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI

Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

ANALISIS SINYAL SEISMIK UNTUK MENGETAHUI PROSES INTERNAL GUNUNG IJEN JAWA TIMUR

BAB III METODA PENELITIAN

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

BAB I BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

III. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990).

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun Alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Rekaman Seismik gunung Sinabung

ANALISIS NON LINIER TREMOR VULKANIK GUNUNGAPI RAUNG JAWA TIMUR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

Dekomposisi Wavelet Data Seismik Broadband dari Stasiun Wanagama Yogyakarta pada saat Letusan Gunung Merapi 2010

Telepon: , , Faksimili: ,

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

BAB III METODE PENELITIAN

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai Pada bulan November 2012 hingga April 2013 dan bertempat

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

Pembuatan Master Shock Seismogram Tiga Komponen Gempa Gunungapi Krakatau 27 Juni 1995

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan Citra Atenuasi Seismik

PENENTUAN STRUKTUR INTERNAL GUNUNGAPI SEMERU BERDASARKAN CITRA ATENUASI SEISMIK ABSTRAK

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

PENGENALAN POLA GELOMBANG SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN WAVELET PADA AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

Pemodelan Aliran Lahar Menggunakan Perangkat Lunak LAHARZ Di Gunung Semeru, Jawa Timur

Analisis Fisis Aktivitas Gunung Talang Sumatera Barat Berdasarkan Karakteristik Spektral dan Estimasi Hiposenter Gempa Vulkanik

III. TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi

BADAN GEOLOGI - ESDM

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan secara umum dapat dilihat pada alur penelitian sebagai berikut : Mulai

II. TINJAUAN PUSTAKA

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

Gempa mikro sebagai indikasi amblesnya Kawah Tompaluan, Gunung Lokon, Sulawesi Utara

ANALISIS SINYAL DARI GEMPA TORNILO DI GUNUNG PAPANDAYAN PERIODE BULAN APRIL-MEI SARI BACAAN

PENENTUAN LOKASI PERGERAKAN MAGMA GUNUNG API SOPUTAN BERDASARKAN STUDI SEBARAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK PERIODE MEI 2013 MEI 2014

Studi Pendahuluan Mengenai Penentuan Episenter Tremor Vulkanik Dengan Menggunakan Metode Semblance (Studi Kasus Gunungapi Sakurajima)

MEKANISME ERUPSI DAN MODEL KANTONG MAGMA GUNUNGAPI IJEN

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013

Gambar 1.1. Sebaran gunung lumpur di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Istadi dkk, 2009).

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG MERAPI PERIODE APRIL JULI 2006

LAPORAN INFORMASI MKG TERKAIT AKTIFITAS GUNUNG AGUNG, PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

MITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI KARANGETANG, KABUPATEN SITARO, SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian terkait Gunung Merapi merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Berbagai metode digunakan untuk

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

IV. METODE PENELITIAN. Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) merupakan metode yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya.

Efek Gempa Vulkanik Gunung Api Gamalama Ternate Terhadap Kondisi Sosial

LAPORAN INFORMASI MKG TERKAIT AKTIFITAS GUNUNG AGUNG, PROVINSI BALI UPDATE TANGGAL 28 SEPTEMBER 2017

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

G. TALANG, SUMATERA BARAT

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN INFORMASI MKG TERKAIT AKTIFITAS GUNUNG AGUNG, PROVINSI BALI

Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi Itenas No. 2 Vol. 1 ISSN X Desember 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional

Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISSN: XXXXXX Time-Frequency Analysis of Seismic-Volcanic Signals

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN KEGEMPAAN DI SULAWESI TENGGARA PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN HASIL PENGAMATAN STASIUN GEOFISIKA KENDARI

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

Transkripsi:

ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA Arin Wildani 1, Sukir Maryanto 2, Adi Susilo 3 1 Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Islam Madura 2 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Brawijaya email: arinwildani@gmail.com ABSTRAK: Tremor vulkanik merupakan salah satu aktivitas seismik yang biasa terekam di sekiar gunungapi aktif yang dapat menjadi tanda akan adanya suatu letusan. Salahsatu cara untuk mengetahui karakteristik dari aktivitas sutu gunungapi yaitu dengan analisis spektral. Penelitian ini menggunakan data aktivitas seismik gunungapi Semeru yang terekam pada tahun 2009 di tiga stasiun seismik yaitu Leker, Tretes dan Besukbang. Seleksi data dilakukan dengan memilih sinyal yang memiliki kenampakan sinyal yang bagus pada ketiga stasiun. Berdasarkan kenampakan sinyal, data hasil seleksi diklasifikasi kedalam dua kelompok yaitu tremor spasmodik dan tremor harmonik. Analisis spektral dilakukan dengan menerapkan Fast Fourier Transform pada sinyal yang terpilih. Berdasarkan hasil analisis didapatkan frekuensi tremor spasmodik G.Semeru berkisar 1,56 Hz - 1,86 Hz dan frekuensi dasar dari tremor harmonik berkisar antara 1,14-2,50 Hz. Kejadian tremor vulkanik di gunung Semeru diduga merupakan hasil osilasi gas didalam pipa konduit, dimana kestabilan pulsa tekanan yang terdapat didalam pipa konduit menghasilkan tremor harmonik dan jika kestabilan itu tidak dicapai maka menjadi sumber munculnya tremor spasmodik Kata Kunci : Gunung Semeru, tremor harmonik,tremor spasmodik, spektral frekuensi. 140 Vol. 3, No. 6, Desember 2015

ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains PENDAHULUAN Gunung Semeru merupakan salahsatu gunungapi aktif tertinggi di pulau Jawa. Secara geografis terletak pada posisi 08 06'30" Lintang Selatan dan 112 55' Bujur Timur dan secara administratif gunung Semeru termasuk dalam wilayah Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Gunung Mahameru merupakan puncak tertinggi dari gunung Semeru dengan ketinggian 3676 meter dari permukaan laut. Pusat kegiatan gunung Semeru terletak di kawah Jonggring Seloko yang berstatus aktif sampai sekarang. Aktifitas erupsi gunung Semeru mulai tercatat sejak tahun 1818 sampai sekarang. Ciri erupsinya sejak tahun 1958-1968 termasuk tipe campuran vulkanianstrombolian. Hal tersebut ditandai dengan kenampakan visual yaitu ketika terjadi erupsi besar disertai oleh aliran lava dan lahar. Sementara dalam keadaan normal, aktifitasnya ditandai dengan erups kecil yang berlangsung singkat dengan memuntahkankan bom dan abu yang terjadi setiap 15-30 menit sekali (Kusumadinata, 1978). Pemantauan terhadap aktifitas gunung Semeru dilakukan secara kontinyu oleh badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dari pos pengamatan gunung Sawur. Pemantauan yang dilakukan berupa dokumentasi rekaman data seismik serta kenampakan visual dari aktifitas gunung Semeru. Hal tersebut belum mencakupi penelitian secara menyeluruh mengenai aktifitas internal dari gunung Semeru. Aktifitas internal suatu gunungapi dapat diketahui dari gempa vulkanik yang terekam di sekitar gunungapi tersebut. Gempa vulkanik menunjukan tanda aktifitas dinamika didalam suatu gunungapi. Gempa vulkanik dikelompokkan menjadi dua yaitu gempa vulkanik yang bersifat impulsif dan gempa vulkanik yang bersifat tidak impulsif atau disebut tremor vulkanik. Tremor vulkanik merupakan gelombang seismik yang biasa teramati didekat gunungapi aktif (Julian, 1994) dan dapat menjadi indikasi terjadinya letusan. Gejala ini berhubungan dengan gerakan yang terjadi di bawah permukaan akibat aliran magma. Salah satu teori yang mengajukan pemodelan dari proses tremor vulkanik menyatakan bahwa tremor muncul karena Vol. 3, No. 6, Desember 2015 141

ketidakstabilan pipa konduit akibat interaksi antara aliran magma dengan batuan disekitarnya (Julian, 1994 dalam Neil dkk 2004). Berdasarkan kenampakan sinyal (Waveform) dan bentuk spektrum tremor vulkanik dibagi menjadi dua yaitu tremor spasmodik dan tremor harmonik. Tremor spasmodik memiliki ciri-ciri kenampakan sinyal dan bentuk spektrum yang tidak teratur sementara tremor harmonik memiliki ciri-ciri kenampakan sinyal dan bentuk spektrum yang teratur. Beberapa penelitian mengenai aktifitas internal gunung Semeru telah dilakukan antara lain oleh Kirbani dkk 1992 yang menyatakan bahwa kegiatan seismik gunung Semeru terbagi menjadi 3 fase keadaan. Pertama yaitu keadaan dimana sebelum terjadi letusan, ditandai dengan tidak adanya bentuk sinyal dengan amplitudo besar. Kedua yaitu keadaan dimana terjadi letusan, ditandai dengan puncak sinyal yang tidak teratur dan amplitudonya besar. Ketiga yaitu keadaan sesudah terjadi letusan, ditandai dengan bentuk sinyal yang harmonik dengan frekuensi rendah, amplitudo besar dan transien. Yatini pada tahun 1995 menyatakan bahwa kandungan frekuensi tremor harmonik gunung Semeru sangat rendah yaitu antara 1,0 Hz sampai 4,0 Hz dengan frekuensi dasar berkisar antara 0,8 Hz sampai 1,3 Hz. Kedalaman tremor harmonik terjadi antara 2,5 sampai 3,5 km dibawah kawah (Yatini, 1995). Schlindwein, et al (1995) yang menganalisis bahwa sinyal-sinyal tremor yang tercatat pada G. Semeru pada bulan Oktober 1992 oleh German-Indonesia Volcano Expedition (GIVE 1992) berisi lebih dari 11 harmonik yang integer. Kenampakan spektral ini dapat diterangkan dengan adanya beberapa sumber pulsa berirama yang menghasilkan suatu sumber sinyal sementara yang stabil. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik tremor vulkanik gunung Semeru berdasarkan kenampakan sinyal dan berdasarkan bentuk spektrum. Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis spektral menggunakan metode Fast Fourier Transform. Analisis ini diterapkan pada tremor harmonik maupun tremor spasmodik gunung Semeru. Model konseptual pipa organa digunakan untuk menduga sumber tremor vulkanik gunung Semeru. 142 Vol. 3, No. 6, Desember 2015

ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains berada disekitarnya dapat dilihat pada Gambar 1. Seleksi data dilakukan dengan memilih sinyal yang memiliki kenampakan sinyal (Waveform) bagus pada tiga stasiun seismik yaitu Leker, Tretes dan Besuk Bang. Berdasarkan kenampakan sinyal (Waveform) data hasil seleksi kemudian dikelompokkan menjadi dua yaitu tremor harmonik dengan ciri-ciri kenampakan sinyal teratur seperti terlihat pada Gambar 2a dan tremor spasmodik dengan ciri-cri kenampakan sinyal tidak teratur seperti terlihat pada Gambar 2b. Gambar 1. Peta lokasi Gunung Semeru dan stasiun seismik. OBSERVASI Data pada penelitian ini didapat dari sub- Bidang pengamatan gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung, Jawa Barat. Data tersebut data seismik gunung Semeru yang didapat dari hasil rekaman (seismogram) pada tahun 2009. Peta lokasi seismik gunung Semeru dan stasiun seismik yang Analisa data yang dilakukan yaitu analisa spektral dan spektogram. Analisa spektral dilakukan untuk mendapatkan frekuensi dari sinyal-sinyal tremor vulkanik yang telah diseleksi dan diklasifikan sebelumnya. Analisa spektral dilakukan dengan metode Fast Fourier Transform(FFT) dimana pemotongan datanya sama dengan 2 n, pada penelitian ini dipilih n=10 sehingga ada 1024 data yang diambil. Sementara analisa spektogram dillakukan untuk melihat dominasi frekuensi-frekuensi dari tremor vulkanik terhadap waktu terjadinya tremor vulkanik serta dapat melihat degradasi nilai Vol. 3, No. 6, Desember 2015 143

amplitudo dari kedua hubungan parameter tersebut. (a) dan Desember. Berdasarkan hasil seleksi diperoleh total kejadian tremor vulkanik yang memiliki kenampakan sinyal (waveform) bagus sebanyak 42 kejadian, 15 kejadian diantaranya merupakan tremor spasmodik dan 27 kejadian yang lain merupakan tremor harmonik. (b) Gambar 2. Kenampakan Sinyal (Waveform) a) Tremor harmonik b) Tremor spasmodik (Minakami, 1976). SEISMISITAS GUNUNG SEMERU Berdasarkan laporan pengamatan gunungapi Semeru tahun 2009 yang dilakukan oleh sub-bidang Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) aktifitas gunung Semeru selama tahun 2009 terlihat pada gambar 3. Dari seismisitas tersebut terlihat bahwa tremor vulkanik terjadi di awal tahun dan di akhir tahun yaitu bulan Januari, Februari, Agustus, September, Oktober, November Gambar 3. Seismisitas kegempaan G.Semeru tahun 2009. ANALISIS SPEKTRAL Suatu sinyal dapat dianalisis dalam domain waktu dan juga domain frekuensi 144 Vol. 3, No. 6, Desember 2015

ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains untuk mendapatkan karakteristik fisis dari sinyal tersebut. Proses analisis dan sintesis dalam domain waktu memerlukan analisis cukup panjang dengan melibatkan turunan dari fungsi, yang dapat menimbulkan ketidaktelitian hasil analisis. Analisis dan sintesis sinyal akan lebih mudah dilakukan pada domain frekuensi. Oleh karena itu, untuk dapat bekerja pada domain frekuensi dapat dilakukan dengan mengggunakan transformasi fourier. Transformasi fourier didefinisikan sebagai berikut: 2.4 dimana x(t) : fungsi dalam domain waktu : fungsi kernel X (f) : fungsi dalam domain frekuensi f : frekuensi Seismogram hasil dari pemantauan kegempaan gunung Semeru menggunakan sampling rate 0,01 detik atau 100 Hz. Dengan demikian frekuensi maksimum gempa vulkanik dan tremor G. Semeru harus 50 Hz (Siswowidjojo dkk,1995). Gambar 4(atas) memperlihatkan seismogram dan spektogram tremor harmonik yang terjadi pada tanggal 23 desember 2009 pukul 01.28 s/d 01.52 WIB. Berdasarkan gambar 4 Kejadian tremor vulkanik terjadi setelah letusan dimana durasi terjandinya tremor harmonik selama 21 menit. Spektogram memperlihatkan bahwa terdapat 6 frekuensi harmonic yang integer dimana frekuensi dasarnya berkisar 1 Hz, frekuensi harmonik pertama berkisar 2,5 Hz, frekeunsi harmonik kedua berkisar 3 Hz, frekuensi harmonik ketiga berkisar 4 Hz dan frekuensi harmonik keempat berkisar 5 Hz. Pada gambar 4 juga terlihat 5 frekuensi harmonik tidak terjadi selama waktu 21 menit (1260 sekon) melainkan hanya terjadi sekitar 3 menit setelah letusan, sementara semakin lama kejadian tremor harmonik, frekuensi harmonik semakin berkurang dan hanya ditemukan dua frekuensi harmonik. Selain itu juga terlihat adanya pola yang teratur meskipun pada waktu tertentu nilai frekuensi mengalami kenaikan. Vol. 3, No. 6, Desember 2015 145

Letusan Tremor Harmonik hampir sama selama 5 menit dimana nilai frekuensinya berkisar 1-5Hz. Hal ini berbeda dengan kandungan frekuensi tremor harmonik yang menunjukkan keteraturan dalam waktu tertentu. Letusan Tremor Spasmodik Gambar 4. Seismogran dan spektogram tremor harmonik terjadi pada tanggal 23 Desember 2009 pukul 01.28 s/d 01.52 WIB. Gambar 5 memperlihatkan Seismogram dan spektogram tremor spasmodik yang terjadi pada tanggal 01 Januari 2009 pukul 00.24 s/d 00.34 WIB. Tremor spasmodik terjadi setelah letusan dengan kenampakan (waveform) sinyal yang tidak teratur. Sementara dari spektogram tremor spasmodik pada gambar 5 memperlihatkan bahwa tremor spasmodik tidak mempunyai kandungan frekuensi harmonik melainkan Gambar 5. Seismogram dan spektogram tremor spasmodik terjadi pada tanggal 01 Januari 2009 pukul 00.24 s/d 00.34 WIB. 146 Vol. 3, No. 6, Desember 2015

ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains tremor harmonik sebesar 1,26 Hz sementara dari hasil analisa spektral yang ketiga didapatkan frekuensi dasar dari tremor harmonik sebesar 1,33 Hz. Tremor harmonik memiliki keteraturan spektralnya seperti terlihat pada gambar 6. F 0 =1,3 Gambar 6. Analisa Spektral tremor harmonik yang terjadi pada tanggal 23 desember 2009 pukul 01.28 s/d 01.52 WIB. Gambar 6 merupakan seismogram dari tremor harmonik setelah letusan yang terjadi pada tanggal 23 desember 2009 pukul 01.28 s/d 01.52 WIB. Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa terdapat data yang hilang di pertengahan kejadian yaitu pada pukul 01.35 dan 01.45 WIB, analisa spektral dilakukan pada gempa letusan dan pada tremor harmoniknya. Frekuensi dominan dari gempa letusannya sebesar 1,07 Hz. Analisa spektral kedua dan keempat didapatkan frekuensi dasar dari Gambar 7. Seismogram dan spektral tremor spasmodik terjadi pada tanggal 01 Januari 2009 pukul 00.24 s/d 00.34 WIB. Gambar 7 merupakan seismogram tremor spasmodik setelah letusan yang terjadi pada tanggal 01 Januari 2009 pukul 00.24 s/d 00.34 WIB. Pada gambar 7 terihat bahwa di awal kejadian terjadi letusan yang dengan amplitudo besar kemudian Vol. 3, No. 6, Desember 2015 147

amplitudonya menurun dalam selang waktu satu menit dan dilanjutkan dengan letusan yang kedua kali dengan amplitudo yang lebih kecil dibandingkan pada letusan yang pertama kemudian dilanjutkan dengan tremor spasmodik selama lima menit. Dari hasil hasil analisa spektral dari tremor spasmodik yang terjadi pada tanggal 01 Januari 2009 pukul 00.24 WIB didapatkan frekuensi dominan sebesar 2,23 Hz dengan puncak frekuensi yang tidak teratur. Frekuensi tremor vulkanik dapat dilihat pada tiga stasiun pengamatan yaitu Leker, Tretes dan Besukbang untuk melihat perubahan nilai frekuensi dan amplitudo dari tremor vulkanik sehingga didapatkan pendekatan posisi sumber dari tremor vulkanik. Gambar 8a merupakan seismogram dari tremor spasmodik yang terjadi pada tanggal 01 Januari 2009 pukul 00.24 s/d 00.34 WIB pada stasiun Leker, Tretes dan Besukbang. Pada gambar 8a terlihat nilai amplitudo pada masing-masing stasiun. Stasiun Leker memiliki nilai amplitudo yang paling tinggi dibandingkan stasiun yang lain. Hal ini menunjukan bahwa sumber tremor vulkanik lebih dekat dengan stasiun Leker dibandingkan stasiun Tretes dan Besukbang. (a) (b) Gambar 8a) Seismogram b) Hasil analisis spektral tremor spasmodik setelah letusan tanggal 01 Januari 2009 pukul 00.24 s/d 00.34 WIB pada stasiun Leker, Tretes dan Besukbang. Gambar 8b merupakan hasil analisa spektral tremor spasmodik yang terjadi pada tanggal 01 Januari 2009 pukul 00.24 s/d 00.34 WIB pada stasiun Leker, Tretes dan Besukbang. Pada gambar 8b terlihat bahwa nilai frekuensi dominan pada stasiun Leker, Tretes dan Besukbang memiliki nilai yang 148 Vol. 3, No. 6, Desember 2015

ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains sama yaitu sebesar 1,85Hz. Garis putusputus berwarna merah memperlihatkan bahwa frekuensi yang didapatkan pada tiga stasiun memiliki harga yang sama, hal ini dapat memberikan informasi bahwa sumber dari tremor spasmodik berasal dari sumber yang sama. Hal ini juga terlihat pada hasil analisis spektral tremor harmonik seperti pada gambar 9. (a) (b) Gambar 9a)Seismogram b) Hasil analisis spektral Tremor harmonik setelah letusan tanggal 23 Desember 2009 pukul 01.28 01.56 WIB dari tiap-tiap stasiun dengan nilai Puncak frekuensidasar yaitu 1,30 Hz. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan rekaman data seismic (seismogram) gunung Semeru selam tahun 2009 didapatkan karakteristik tremor vulkanik gunugn Semeru dilihat dari kenampakan bentuk sinyal dan durasinya memiliki ciri-ciri yaitu sinyal dengan amplitudo kecil dan durasi kejadiannya minimal tiga menit. Tremor vulkanik terdiri dari tremor harmonik dan tremor spasmodik. Tremor harmonik memiliki ciriciri bentuk sinyal puncak spektral yang teratur,frekuensi dasar tremor harmonic berkisar 1Hz-2 Hz sementara frekuensi harmoniknya ditemukan bisa sampai lima puncak frekuensi Tremor spasmodik dicirikan dengan bentuk sinyal yang tidak teratur dan puncak spektral yang tidak jelas, kandungan frekuensinya berkisar 1-5Hz. Kejadian tremor vulkanik di gunung Semeru diduga merupakan hasil osilasi gas didalam pipa konduit, dimana kestabilan pulsa tekanan yang terdapat didalam pipa konduit menghasilkan tremor harmonik dan jika Vol. 3, No. 6, Desember 2015 149

kestabilan itu tidak dicapai maka menjadi sumber munculnya tremor spasmodik. Penelitian selanjutnya diharpakan mampu menjelaskan secara matenatis mengenai sumber tremor vulkanik gunung Semeru dengan pengamatan yang lebih detail. DAFTAR PUSTAKA Julian, R. B., 1994. Volcanic tremor: Nonlinier exicitation by fluid flow,.journal of Geophysical Research, 99(B6): 11859-11877. Kirbani, S.B., Fadeli, A. Wahyudi, Imam, S. Ari, S. 1992. Laporan Penelitian, Studi Pendahuluan Seismisitas Gunung Semeru, Jawa Timur, FMIPA, UGM, Yogyakarta, Indonesia. Kusumadinata, K., 1978. Data dasar gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Schlindwein, V. dan Wassermann J. 1995. Spetral Analysis of Tremor Signals at Mt. Semeru Volcano, Indonesia, Geophysical Research Letter, Vol. 22, No. 13 pp. 1685-1688. Siswosidjojo, S., Santoso, D., Sudarsono, U. dan Surono. 1995. Laporan Final Riset Unggulan Terpadu I 1993/1994 dan 1994/1995 : Penelitian Mekanisme Letusan Gunung Semeru di Jawa Timur dan Evaluasi Daerah Bahayanya. Dewan Riset Nasional dan Proyek Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi 1995. Yatini. 1995. Analisis Tremor Harmonik Sebelum Letusan 3 Februari 1994 Untuk Memperoleh Dimensi dan Sistem Volkanik G. Semeru. Thesis S-2 Program Studi Geofisika Terapan, Pasca Sarjana, ITB. Bandung. Minakami, T. 1974. Seismology of Vulcanoes in Japan.Journal of Physical Volcanology.Development in Solid Earth geophys. Neil, J.B., Craster,R.V.,Rust A.C. 2004. Instability in flow through elastic conduits and volcanic tremor. J. Fluid Mech. (2005), vol. 527, pp. 353 377. Perwita C.A. 2011. Analisis Sinyal Seismik Gempa Letusan Gunung Semeru, Jawa Timur Tahun 2009. Tugas Akhir, Universitas Brawijaya, Malang. 150 Vol. 3, No. 6, Desember 2015