IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013 Winda Dwi ayu Sari 1, Daeng Achmad Suaidi 2, Nasikhudin 3 1 Mahasiswa Fisika Universitas negeri Malang 2 Dosen Fisika Universitas Negeri Malang 3 Dosen Fisika Universitas Negeri Malang ABSTRAK Sehubungan dengan semakin meningginya kubah lava baru Gunung Kelut semenjak letusan terakhir tahun 2007, perlu dilakukan identifikasi dan analisa gempa vulkanik pada Gunung Kelut pada bulan Januari - Mei 2013 guna mengetahui aktivitas vulkanis Gunung Kelut berdasarkan analisa seismogram dan posisi sumber gempa (episenter dan hiposenter). Diperoleh 15 event gempa vulkanik bulan Januari Mei Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber gempa vulkanik terdapat pada area Kawah dengan kedalaman gempa vulkanik dangkal 12m dibawah puncak dengan frekuensi dominan berkisar 3-6 Hz dan gempa vulkanik Dalam dengan kedalaman 1-4 km dibawah permukaan air laut yang memiliki frekuensi dominan berkisar 5-7 Hz. Daeri hasil penentuan hiposenter diketahui terjadi intrusi magma oleh gempa Vulkanik Dalam, hal ini di sebabkan posisi hiposenter gempa semakin naik menuju ke puncak kawah. Kata kunci : Gunung Api Kelut, Gempa Vulkanik, Episenter, Hiposenter 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Kelut merupakan salah satu gunung api yang terbentuk akibat proses pertemuan dua lempeng yaitu lempeng benua Indo-Australia dan lempeng tektonik Eurasia. Gunung yang terletak 30 km dari kota Kediri, Jawa Timur ini tercatat terakhir memiliki aktivitas yang tinggi pada tahun 2007, sehingga menyebabkan terbentuknya kubah lava baru di tengah danau kawah Gunung Kelut yang diberi nama Anak Kelut. Gunung Anak Kelut ini kini terus menerus di pantau karena memiliki aktivitas yang lebih tinggi dari aktivitas Gunung Kelut sebelumnya. Apalagi Gunung Anak Kelut kini memiliki ukuran semakin tinggi yang mungkin dkarenakan desakan magma di bawah permukaannya. Untuk memantau aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Anak Kelut terdapat beberapa stasiun seismik yang dipasang di sekitar Gunung Anak Kelut. Data kegempaan dari tiap stasiun dikirim melalui frekuensi radio ke Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Kelut di Dusun Margomulyo, Desa Sugiwharas, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri yang berjarak sekitar 6 kilometer dari kawah. Data yang diterima dari kelima stasiun seismik berupa rekaman sinyal gelombang yang dicatat melalui alat seismograf. Rekaman sinyal gelombang ini memberi informasi gejala aktivitas Gunung Anak Kelut, khususnya adalah informasi mengenai frekuensi gempa vulkanik dan hiposenter (sumber gempa dalam bumi). Penentuan koordinat hiposenter pada gempa vulkanik sangat penting untuk diketahui sebab dapat mengetahui lokasi intrusi magma gunung Kelut dan memonitoring pertumbuhan kubah lava yang baru. 1

2 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui analisa seismogram gempa vulkanik Gunung Api Kelut 2. Mengetahui sebaran episenter dan hiposenter gempa vulkanik Gunung Kelut selama Bulan Januari Mei 2013 rendah. Keadaan puncak-puncak tersebut disebabkan oleh sifat erupsi yang sangat merusak (eksplosif) disertai dengan pertumbuhan sumbat-sumbat lava, seperti puncak Sumbing, Gajahmungkur, dan puncak Kelud (Zaennudin, 2007). 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Gunung Kelut Gunung Kelud dengan puncak tertinggi 1731 m dpl merupakan salah satu gunung api aktif tipe A yang paling berbahaya di Indonesia (Kusumadinata drr. 1979). Gunung kelut juga merupakan salah satu gunung api bentuk strato yang masih aktif dengan mempunyai danau kawah di puncaknya. Lokasi Gunungapi kelut terletak dalam tiga wilayah kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kabupaten malang, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri. Letak geografis Gunungapi Kelut berada pada 7º 56 LS dan 112º 18,5 BT atau 7,937º LS dan 112,305º BT. Gunung Kelut merupakan gunung api Kuarter yang merupakan produk proses tumbukan antara lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Asia, tepatnya di sebelah selatan Jawa. Sebagai gunung api muda yang tumbuh pada zaman Kuarter Muda (Holosen), Gunung Kelut merupakan salah satu gunung api dalam deretan gunung api yang tumbuh dan berkembang di dalam Subzona Blitar dari Zona Solo, dimulai dari daerah bagian selatan Jawa bagian tengah (Gunung Lawu) hingga Jawa bagian timur (Gunung Raung), yang dibatasi gawir sesar Pegunungan Selatan (Zaennudin, 2008). Gunung api ini merupakan gunung api strato, akan tetapi tidak seperti gunung api strato yang lain-nya seperti Gunung Merapi atau Semeru. Hal ini karena kerucutnya tidak begitu jelas, puncak tidak teratur, tajam dan terjal, serta kerucut yang Gambar 2.1 Peta fisiografi daerah Jawa bagian timur(modifikasi dari Van- Bemmelen, 1949) Erupsi Gunung Kelut secara umum mempunyai sifat eksplosif. Erupsi terjadi dengan tanda yang minim, tidak terjadi erupsi dari kecil kemudian membesar, tetapi terjadi erupsi sangat singkat dan langsung membesar. Seperti letusan paling tinggi Gunung Kelut pada tahun 1990 yan telah menimbulkan lebih dari korban jiwa. Sifat erupsi tersebut disebabkan oleh besarnya kandungan gas dan kentalnya magma. Sebelum erupsi November 2007, Gunung Kelut merupakan gunung api yang berdanau kawah. Kawah tersebut merupakan kawah terakhir dari rangkaian kawah yang terbentuk beberapa ratus ribu tahun yang lalu. Kawah ini merupakan pusat aktivitas erupsi sampai saat ini. Akan tetapi sifat erupsi ini berubah dari sifat eksplosif menjadi efusif pada aktivitas bulan November 2007 dengan membentuk kubah lava yang memenuhi danau kawah (Humaida, 2011). Gambar 2.2 Perubahan morfologi dalam kawah Gunungapi Kelut

3 2.2 Gempa Vulkanik Gempa vulkanik merupakan gempa yang terjadi akibat meningkatnya aktivitas gunung berapi yang disebabkan oleh naiknya magma dari perut bumi ke permukaan bumi. Magma kemudian mendesak batuan-batuan yang ada di atasnya sehingga menyebabkan terjadinya getaran di muka bumi. Sumber gempa di dalam bumi dinamakan hiposenter. Proyeksi garis tegak lurus hiposenter ke permukaan bumi disebut sebagai episenter. Bila kedalaman hiposenter dari permukaan adalah 0-70 km, terjadilah gempa dangkal (shallow earthquake), sedangkan bila kedalamannya antara km, terjadilah gempa dalam (deep earthquake). Gempa dangkal menimbulkan efek getaran yang lebih besar dibanding gempa dalam. Hal ini disebabkan letak hiposenter lebih dekat ke permukaan, dimana batuan yang ada bersifat lebih keras sehingga gempa dangkal melepaskan energi yang lebih besar. 2.3 Klasifikasi Gempa Vulkanik Balai Penyelidikan dan Pengembangan Tekhnologi Kegunungapian Direktorat Vulkanologi (1996) membuat pula klasifikasi gempa yang dipakai bagi pemantauan aktivitas seismik gunungapi. Klasifikasinya adalah sebagai berikut : Gempa Vulkanik Dalam (VA) Gempa tipe ini berasal dari kedalaman 2-5 km. Frekuensi dominan dari analisa frekuensi gempa yang tercatat pada elevasi 2625 m, berkisar antara 5 dan 8 Hz (Sutarman, 2007). Gempa ini Biasanya muncul pada gunung api yang aktif. Penyebab dari gempa ini adalah adanya magma yang naik ke permukaan disertai dengan rekahan-rekahan. Ciri utama gempa tipe ini adalah memiliki waktu tiba gelombang P dan S yang relatif dapat dibedakan dengan jelas, begitu pula dengan impuls pertama yang cukup tegas sehingga mudah membaca waktu tiba gempa. Gempa vulkanik A ini merupakan gempa yang bermagnitud besar dan memiliki energi gempa yang cukup besar dibanding gempa lainnya. Gempa Vulkanik Dangkal (VB) Gempa jenis ini bersumber pada kedalaman kurang dari 2 km di bawah puncak. Frekuensi dominan gempa berkisar antara 4 dan 7 Hz. Berdasarkan kenampakannya, gempa ini mirip dengan gempa VA, hanya saja Gempa tipe ini memiliki gelombang P yang tidak tegas dan gelombang S sulit untuk dikenali sehingga nilai (S-P) sulit untuk di tentukan. Gempa ini hanya tercatat pada elevasi tinggi sedangkan seismograf di lereng bawah mencatat gempa jenis ini dengan amplitudo yang jauh lebih kecil. Gempa Tremor Gempa tremor merupakan getaran yang terjadi terus menerus dalam waktu beberapa menit. Gempa ini dapat terjadi karena adanya prgerakan magma dan lava. Terdapat dua macam tremor yaitu tremor frekuensi rendah dan tremor frekuensi tinggi Gempa Guguran Gempa ini dapat terjadi dikarenakan adanya getaran yang diakibatkan oleh adanya guguran atau longsoran material dari kubah lava yang terbentuk di kawah. Amplitudo guguran berkembang dari kecil dan mencapai maksimum setelah lebih dari 15 detik dari awal gempa. 2.4 Seismograf Perkembangan alat seismometer pertama sekali dimulai pada tahun 1875 ketika Filippo Cecchi menemukan cara perekaman gelombang gempa menggunakan pendulum tanpa damping terhadap waktu. Perkembangan selanjutnya

4 pada tahun 1898 ketika E. Wiechert mengembangan alat seismometer memakai damping viscous dan bisa merekam seluruh durasi gempa bumi (Afnimar, 2009). Seismometer adalah alat yang digunakan untuk merekam gerakan tanah dalam bumi.seismograf adalah gabungan antara alat seismometer dengan peralatan perekam. Sedangkan hasil dari catatan seismograf disebut dengan seismogram. Prinsip kerja dari alat seismograf ini yaitu mengembangkan kerja dari bandul sederhana. ketika mendapatkan usikan atau gangguan dari luar seperti gelombang seismik maka bandul akan bergetar dan merekam datanya seperti grafik. 2.5 Pengertian Gelombang Gelombang adalah perambatan suatu energi, yang mampu memindahkan partikel ke tempat lain sesuai dengan arah perambatannya. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi yang disebabkan karena adanya deformasi struktur di bawah bumi akibat adanya tekanan ataupun tarikan karena sifat keelastisitasan bumi. (Tjia, 1993) domain frekuensi, maka diperlukan suatu operasi pokok transformasi Fourier, yang nantinya akan mengubah domain waktu menjadi domain frekuensi. Di dalam domain frekuensi, perhitungan akan lebih mudah dilakukan daripada di dalam domain waktu (Kristanto, 2005). 2.7 Penentuan Episenter dan Hiposenter Dalam menentukan posisi kejadian gempa (episenter/hiposenter) dibutuhkan koorinat stasiun pengamat, model struktur kecepatan realistis yang mengkarakterisasi area jaringan stasiun pengamatan dan setidaknya di butuhkan 4 data waktu tiba gelombang P dan S (Tp dan Ts). Walaupun demikian, penggunaan data waktu tiba gelombang P saja bukan merupakan masalah jika gempa terjadi dalam area jaringan stasiun pengamat (Triyoso, 1991) Salah satu cara penentuan hiposenter adalah dengan analisis beda waktu tiba. Dasar perhitungan hiposenter dengan analisis beda waktu menggunakan rumus sebagai berikut : (Siswowidjoyo, S.1981) ( X X i ) 2 + ( Y Y i ) 2 + ( Z - Z i) 2 = (t i t 0 ) 2 Vp 2 (t i t 0 ) Vp = ( S P ) i k Koefisien jarak (k) merupakan konstanta dari rumus Omori : Gambar 2.2 Jenis Gelombang (Hendrajaya,1990) 2.6 Analisa Seismogram Spektrum pada prinsipnya merupakan distribusi didalam domain frekuensi baik itu secara distribusi amplituda, fasa, energi maupun daya dari suatu sinyal. Sehingga distribusi dari tiaptiap besaran tersebut adalah di dalam Dimana : i = 1,2,3 dan 4 ( stasiun ke-i ) X,Y,Z = koordinat sumber gempa yang tidak di ketahui (X,Y,Z) i = koordinat stasiun seismograf k = koefisien jarak t i = waktu tiba gelombang P t 0 = saat terjadinya gempa yang tidak diketahui Vp = cepat rambat gelombang P Vs = cepat rambat gelombang S D = Jarak hiposenter

5 S P = beda waktu tiba gel S dan P Untuk memudahkan penjelasan, diumpamakan koordinat titik sumber adalah S yaitu Xi,Yi, Zi. Dan koordinat stasiun diumpamakan titik H yaitu X, Y, Z. Dengan kedua koordinat tersebut, dapat di hitung panjang garis SH atau D, yaitu : SH 2 = ( Y Y i ) 2 + ( X X i ) 2 D 2 = SH 2 + ( Z - Z i) 2 D 2 = ( X X i ) 2 + ( Y Y i ) 2 + ( Z - Z i) 2 Dengan contoh penurunan rumus diats, bila digunakan untuk kasus 4 stasiun seismograf, di dapat 4 rumusan pula, sebagai berikut : D 2 = ( X X 1 ) 2 + ( Y Y 1 ) 2 + ( Z - Z 1) 2 D 2 = ( X X 2 ) 2 + ( Y Y2) 2 + ( Z - Z 2) 2 D 2 = ( X X 3 ) 2 + ( Y Y 3 ) 2 + ( Z - Z 3) 2 D 2 = ( X X 4 ) 2 + ( Y Y 4 ) 2 + ( Z - Z 4) 2 Analisa dengan cara diatas memerlukan ketelitian pembacaan waktu tiba gelombang P dan S atau lebih dikenal dengan istilah (S P) (Siswowidjojo, 1998) 3. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan dan mengumpulkan pengambilan data seismogram digital dan analog selama bulan Januari Mei 2013 di Pos Pengamatan Gunungapi (PPGA) Kelut, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Pengolahan sedemikian rupa dengan software seismologi yang ada. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu : 1. Klasifikasi Data Data yag digunakan dalam penelitian ini merupakan data gempa Vulkanik, yaitu gempa Vulkanik Dangkal dan Gempa Vulkanik Dalam selama bulan Januar-Mei Seleksi Data Data-data yang di dapat dari jaringan pemantauan seismik berupa kumpulan sinyal seismik yang berbentuk data analog dan data digital. Data analog digunakan sebagi pembanding dan penentu event gempa vulkanik, sedangkan pembacaan dan seleksi data digital dilakukan dengan software LS7 WVE. 3. Analisis seismogram dengan Analisis Spektral Analisa seismogram dengan analisis spektral dilakukan untuk mengetahui frekuensi yang dimiliki oleh sinyal-sinyal yang telah di seleksi. Frekuensi yang di tampilkan adalah frekuensi puncak atau frekuensi dominan. Penentuaan frekuensi dominan ini menggunakan bantuan software Origin 7.0, dengan sebelumnya mengubah sinyal berdomain waktu menjadi domain frekuensi dengan Transformasi Fourier. 4. Penentuan Episenter dan Hiposenter Penentuan hiposenter dilakukan dengan menggunakan analisis beda waktu tiba gelombang primer dan sekunder. Parameter yang digunakan dalam analisa hiposenter dengan software Gr-Hypo adalah koordinat stasiunnya dan waktu tiba gelombang P dan S serta kecepatan gelombang P dan kecepatan gelombang S. Hasil hiposenter berupa pengeplotan koordinat hiposenter dalam arah Barat- Timur dan Selatan-Utara. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala awal letusan Gunung Kelut dapat dilihat dari berbagai data yang menunjukkan peningkatan aktivitas Gunung Kelut tersebut. Salah satu data yang digunakan adalah dengan menggunakan data seismik. Dari data

6 kegempaan diatas, gejala awal letusan Gunung Kelut ditandai dengan munculnya gempa-gempa vulkanik, baik vulkanik Dalam maupun vulkanik Dangkal. Gunung Kelut tercatat terakhir meletus pada tahun 2007, dimana hasil letusan tersebut menyebabkan munculnya kubah lava baru di tengah kawah danau Gunung Kelut. Awal tahun 2013 ini, telah terjadi 830 gempa selama bulan Januari-Mei Data gempa vulkanik baik Vulkanik Dalam maupaun Dangkal sebanyak 22 event. data kemudian diseleksi bentuk sinyal gelombangnya dengan menggunakan software LS7 WVE sehingga hanya terdapat 15 event yang berhasil dianalisis. 4.1 Hasil Analisa Seismogram Analisa seismogram yang digunakan dalam mengetahui karakteristik dari Gunung api Kelut dapat dilihat dari spektral waktu dan frekuensinya. Pada gempa vulkanik Dangkal (VB) frekuensi dominan berkisar antara 3-6 Hz yang memiliki fase P dan S yang relaif tidak dapat dibedakan, sedangkan pada gempa Vulkanik Dalam (VA) dengan frekuensi dminan gempa berkisar antara 5-7 Hz memiliki fase P dann S yang relatif dapat dibedakan dengan jelas. Gambar 4. 1 Hasil Pengolahan dengan Software Origin 7.0 Dari hasil pengolahan data seismik digital dengan software Origin 7.0, diperoleh sampling frekuensi sebesar 100 Hz. Untuk frekuensi yang diperoleh pada gambar 4.1 adalah lebih dari 5,17 Hz. Berdasarkan frekuensi dan banyaknya frekuensi gempa, posisi gempa vulkanik relatif terdapat pada stasiun Kawah. 4.2 Penentuan Beda Waktu Tiba Gelombang Tiap Stasiun Berdasarkan hasil seleksi data digital dengan menggunakan LS7 WVE, data yang akan dianalisis dalam penentuan episenter dan hiposenternya ada 3 event, yaitu data gempa Vulkanik Dangkal tanggal 28 Januari 2013, data gempa Vulkanik Dalam tanggal 22 Januari 2013 dan 12 Maret Ketiga event ini dianalisis lebih lanjut untuk menentukan beda waktu tiba gelombangnya dengan menggunakan Software Gr-Hypo. Tabel 4.1 adalah hasil waktu tiba gelombang dengan software Gr- Hypo Tabel 4.1 Waktu Tiba Gelombang P Tiap Stasiun Gempa Vulkanik Gempa Tanggal Stasiun Kawah Waktu Tiba gelombang P Stasiun Lirang Pada gempa Vulkanik Dalam tanggal 22 Januari dan 12 Maret 2013, waktu tiba gelombang P pada stasiun Sumbing lebih datang terlebih dahulu daripada stasiun Lirang dan Kawah. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sumber gempa lebih dekat dengan stasiun Sumbing daripada stasiun Kawah. Sedangkan pada gempa Vulkanik Dangkal Tanggal 28 Januari 2013, waktu tiba gelombang P datang terlebih dahulu pada stasiun Kawah, hal ini juga mengasumsikan bahwa posisi sumber gempa Vulkanik Dangkal lebih dekat dengan stasiun Kawah. 4.3 Penentuan Episenter dan Hiposenter Penentuan episenter dan hiposenter pada penelitian ini menggunakan software Stasiun Sumbing VA 22-Jan-13 16:32: :32: :32: Mar-13 08:46: VB 28-Jan-13 18:06: :06: :06:16.48

7 Gr-Hypo. Penentuannya berdasarkan metode beda waktu tiba gelombang primer dan gelombang sekunder (ts-tp) serta dengan menggunakan model kecepatan gelombang primer dan gelombang sekunder. Hasil koordinat hiposenter disajikan dalam tabel 4.2 Tabel 4.2 Koordinat Hiposenter Gempa Vulkanik Tanggal Koordinat Hiposenter RMS Event X Y Z Error 28-Jan 0,087 0,073 1,245 0, Jan -3,027-1,975-4,137 0, Maret -2,275 0,724-1,475 0,134 Dalam penentuan episenter dan hiposenter gempa Vulkanik, dengan memplotting koordinat pada tabel 4.2. koordinat x adalah arah Barat-Timur, y adalah arah Selatan-Utara dan koordinat z sebagai kedalaman. Sehingga koordinat (x,y) untuk episenter, koordintat (x,z) untuk hiposenter arah Barat-Timur dan (y,z) untuk hiposenter arah Selatan-Utara. Berdasarkan Gambar 4.4 di ketahui bahwa koordinat episenter gempa Vulkanik Dangkal pada tanggal 28 Januari 2013 berada di stasiun kawah, tepatnya 87 m dari pusat kawah. Hal ini dapat terbukti karena stasiun kawah merekam waktu tiba gelombang primer lebih cepat dari stasiun yang lain. Sedangkan koordinat episenter gempa Vulkanik Dalam, event tanggal 22 Januari 2013 berjarak 3,61 km dari Stasiun Kawah, dan pada event tanggal 12 Maret berjarak 2,38 km dari stasiun Kawah. Sesuai dengan waktu tiba gelombang pada bab 4.3, kedua koordinat gempa Vulkanik Dalam ini juga telah terbukti dekat dengan stasiun Sumbing Dari hasil plotting hiposenter pada penampang Barat Timur dan Selatan Utara pada Gambar 4.5 dan gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pusat gempa Vulkanik Dangkal (VB) Gunung Kelut berada pada kedalaman 12m dibawah kawah aktif. Sedangkan aktivitas gempa vulkanik Dalam (VA) hiposenter pada event tanggal 22 Januari berada pada kedalaman 4,137 km di bawah permukaan air laut dan pada event tanggal 12 Maret berada pada kedalaman 1,475 km di bawah permukaan air laut. Berdasarkan kedalaman hiposenter Vulkanik Dalam (VA) pada Gambar 4.5 dan 4.6 diketahui adanya pergerakan magma menuju ke permukaan (intrusi magma) ke arah Utara atau arah menuju Kawah yang ditandai dengan letak event hiposenter yang semakin lama menuju ke atas. Selain itu letak hiposenter yang berbeda dari posisi event sebelumnya, mengindikasikan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Kelut selama bulan Januari Mei 2013 dalam taraf aman untuk dikunjungi. U Stasiun Episenter Gambar 4.2 Hasil Episenter Gambar 4.3 Hasil Hiposenter Pada Penampang Barat-Timur

8 4.4 Saran Saran untuk penelitian sejenis pada masa mendatang yaitu perlu dilakukan analisis data gempa vulkanik sebelumnya untuk mengetahui perkembangan intrusi magma berdasarkan letak hiposentrum Gunung Kelut Gambar 4.4 Hasil Hiposenter Pada Penampang Selatan Utara 5. KESIMPULAN DAN SARAN 4.3 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah di lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Analisa seismogram Gempa Vulkanik berdasarkan frekuensi spektralnya, yaitu gempa Vulkanik Dangkal memiliki frekuensi dominan sebesar 3-6 Hz sedangkan gempa Vulkanik Dalam memiliki frekuensi 5-7 Hz. 2. Posisi episenter gempa Vulkanik Dangkal berada 0,087 km dari Kawah, hiposenternya berada dibawah kawah aktif dengan kedalaman 12m dibawah puncak kawah. Episenter Gempa Vulkanik Dalam, event tanggal 22 Januari 2013 berjarak 3,61 km dari Stasiun Kawah dengan kedalaman 4,137 km dibawah permukaan air laut, dan pada event tanggal 12 Maret berjarak 2,38 km dari stasiun Kawah dengan kedalaman 1,475 km dibawah permukaan air laut. Perubahan posisi hiposenter pada bulan Januari Maret 2013 mengindikasikan terjadi intrusi magma kearah utara atau arah Kawah dalam tubuh Gunung Kelut. Posisi hiposenter yang berbeda juga mengindikasikan bahwa Gunung Kelut dalam keadaan aman. DAFTAR PUSTAKA Sutikno Bronto Fasies gunung api dan aplikasinya. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006: Zaennudin, A., Penyelidikan Endapan Piroklastika Gunung Kelud, Jawa Timur. Laporan Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Zaennudin, A., Prakiraan Bahaya Erupsi Gunung Kelud, submitted to Jurnal Geologi Indonesia. ( Gunung Kelud, Gunungapi di P. Jawa, Gunungapi Indonesia, akses tanggal 3 Juni 2013). HaeraNi, M. HeNdrasto, dan H. Z. abidin, Deformasi Gunung Kelud Pascapembentukan Kubah Lava November Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 5 No. 1 Maret 2010: H. Humaida, K. S. BrotopuSpito,H. d. pranowo, dan narsito Pemodelan Perubahan Densitas dan Viskositas Magma serta Pengaruhnya Terhadap Sifat Erupsi Gunung Kelud. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 4 Desember 2011: Susilawati Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada penelaahan Struktur Bagian Dalam Bumi. Medan: Jurusan Fisika Universitas Sumatera Utara. (Online). ( /1890/1/08E00648.pdf) Siswowidjojo S, 1993, Interpretasi Kegiatan Gunungapi, modul Pelatihan / Kursus Pengamat Gunungapi,

9 Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan Siswowidjojo S, 1998, Pengantar Seismologi Gunungapi, modul Kursus Pengamat Gunungapi Tk.I, Mei- Agustus 1998, Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, tidak diterbitkan BPPTK, Direktorat Vulkanologi, 2000, Penyelidikan Vulkanologi Gunung Kelut Afnimar Seismologi. Bandung : ITB Cholisina Anik P Analisis Sinyal Seismik Gempa letusan Gunung Semeru, Jawa Timur Tahun Skripsi :UB Wulan. Pambayun U. 2011, Karakterisasi Gempa Vulkanik Dalam Gunung semeru (VA), Jawa Timur, Tahun Skripsi :UB Hilmi, M.H, Interpretasi Sistem Vulkanik Gunungapi Kelud Menggunakan metode Geomagnetik. Skripsi, UGM Yogyakarta Dunia Seismik, (Online), ( ml?m=1, diakses 24 Juni Drs.Moh.Ma mur T, Omi Kartawidjaja Penuntun Pelajaran Geografi SMA Kelas III. Bandung : Ganeca Excat Bandung Romsiyatin. Penentuan Sebaran Hiposenter Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempa Vulkanik Tahun Jurnal Neutrino Vol.4, No. 2 April 2012

III. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990).

III. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990). 17 III. TEORI DASAR 3.1. Gelombang Seismik Gelombang adalah perambatan suatu energi, yang mampu memindahkan partikel ke tempat lain sesuai dengan arah perambatannya (Tjia, 1993). Gerak gelombang adalah

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN 44 BAB III METODA PENELITIAN 3.1. Metoda Pembacaan Rekaman Gelombang gempa Metode geofisika yang digunakan adalah metode pembacaan rekaman gelombang gempa. Metode ini merupakaan pembacaan dari alat yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xv DAFTAR

Lebih terperinci

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

ERUPSI G. SOPUTAN 2007 ERUPSI G. SOPUTAN 2007 AGUS SOLIHIN 1 dan AHMAD BASUKI 2 1 ) Penyelidik Bumi Muda di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi 2 ) Penganalisis Seismik di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi

Lebih terperinci

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur 4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi : Strato dengan kubah lava Lokasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Hiposenter Gempa dan Mekanisme Vulkanik Pada persebaran hiposenter Gunung Sinabung (gambar 31), persebaran hiposenter untuk gempa vulkanik sangat terlihat adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas vulkanisme dapat mengakibatkan bentuk bencana alam yang menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara (Hariyanto, 1999:14) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan peta jalur lempeng dunia, wilayah Indonesia terletak pada pertemuan lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan Lempeng Pasifik

Lebih terperinci

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008 EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 28 KRISTIANTO, AGUS BUDIANTO Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Letusan G. Egon

Lebih terperinci

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 4122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 1295 Telepon: 22-7212834, 5228424, 21-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah dengan kondisi geologi yang menarik, karena gugusan kepulauannya diapit oleh tiga lempeng tektonik besar (Triple Junction) yaitu lempeng

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008 PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008 KRISTIANTO, HANIK HUMAIDA, KUSHENDRATNO, SAPARI DWIYONO Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Jl. Diponegoro No. 57 Bandung, 40122 Sari

Lebih terperinci

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE SEISMIK Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini memanfaatkan perambatan gelombang yang melewati bumi. Gelombang yang dirambatkannya berasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini, untuk mengetahu tingkat aktivitas kegempaan gununng Guntur dilakuakn dengan menggunakan metode seismik. Metode ini memanfaatkan

Lebih terperinci

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007 AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 27 UMAR ROSADI Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Pada bulan Oktober akhir hingga November 27 terjadi perubahan aktivitas vulkanik G. Semeru. Jumlah

Lebih terperinci

GEMPA VULKANIK GUNUNGAPI KELUD

GEMPA VULKANIK GUNUNGAPI KELUD GEMPA VULKANIK GUNUNGAPI KELUD Wa Ode Isra Mirani, Muh. Altin Massinai, Makhrani*) *)Program Studi Geofisika FMIPA Unhas Email : isramirani10@gmail.com Sari Bacaan Indonesia berada diantara tiga lempeng

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai Pada bulan November 2012 hingga April 2013 dan bertempat

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai Pada bulan November 2012 hingga April 2013 dan bertempat BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai Pada bulan November 2012 hingga April 2013 dan bertempat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung,

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PERGERAKAN MAGMA GUNUNG API SOPUTAN BERDASARKAN STUDI SEBARAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK PERIODE MEI 2013 MEI 2014

PENENTUAN LOKASI PERGERAKAN MAGMA GUNUNG API SOPUTAN BERDASARKAN STUDI SEBARAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK PERIODE MEI 2013 MEI 2014 PENENTUAN LOKASI PERGERAKAN MAGMA GUNUNG API SOPUTAN BERDASARKAN STUDI SEBARAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK PERIODE MEI 2013 MEI 2014 Sepry Dawid 1), Ferdy 1), Guntur Pasau 1) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur 4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur G. Iya KETERANGAN UMUM Nama : G. Iya Nama Lain : Endeh Api Nama Kawah : Kawah 1 dan Kawah 2 Tipe Gunungapi : Strato Lokasi Geografis : 8 03.5' LS dan 121 38'BT Lokasi

Lebih terperinci

Analisis Energi Gempa Letusan Gunung Semeru 09 Oktober 2009

Analisis Energi Gempa Letusan Gunung Semeru 09 Oktober 2009 Analisis Energi Gempa Letusan Gunung Semeru 9 Oktober 29 Arif Rahman Hakim 1, Hairunisa 2 1,2 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima 1 arifrahmanhakim5@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS SINYAL SEISMIK UNTUK MENGETAHUI PROSES INTERNAL GUNUNG IJEN JAWA TIMUR

ANALISIS SINYAL SEISMIK UNTUK MENGETAHUI PROSES INTERNAL GUNUNG IJEN JAWA TIMUR ANALISIS SINYAL SEISMIK UNTUK MENGETAHUI PROSES INTERNAL GUNUNG IJEN JAWA TIMUR Oleh: Akhmad Jufriadi 1, Sukir Maryanto, Adi Susilo, B. Heri Purwanto 3, M.Hendrasto 4 ABSTRAK: Aktivitas Gunung Ijen pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS). xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki gunungapi terbanyak di dunia yaitu berkisar 129 gunungapi aktif (Gambar 1.1) atau sekitar 15 % dari seluruh gunungapi yang ada di bumi. Meskipun

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013

ANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013 ANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013 Indria R Anggraeni 1, Adi Susilo 1, Hetty Triastuty 2 1) Jurusan

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi

III. TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi III. TEORI DASAR 3.1. Gelombang Seismik Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi disebabkan adanya deformasi struktur di bawah bumi akibat adanya tekanan ataupun tarikan karena

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:

Lebih terperinci

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG Rasmid 1, Muhamad Imam Ramdhan 2 1 Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA 2 Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung, INDONESIA

Lebih terperinci

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara 7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara G. Ibu dilihat dari Kampung Duono, 2008 KETERANGAN UMUM Lokasi a. Geografi b. Adminstrasi : : 1 29' LS dan 127 38' BT Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Prop.

Lebih terperinci

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur 4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur Puncak G. Rokatenda dilihat dari laut arah selatan P. Palue (Agustus 2008) KETERANGAN UMUM Nama : G. Rokatenda Nama Kawah : Ada dua buah kawah dan tiga buah kubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya parameter dan banyaknya jenis mekanisme sumber yang belum diketahui secara pasti, dimana parameter tersebut ikut mempengaruhi pola erupsi dan waktu erupsi

Lebih terperinci

ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA

ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA Arin Wildani 1, Sukir Maryanto 2, Adi Susilo 3 1 Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Islam

Lebih terperinci

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara 7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara G. Kie Besi dilihat dari arah utara, 2009 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Wakiong Nama Kawah : Lokasi a. Geografi b. : 0 o 19' LU dan 127 o 24 BT Administrasi : Pulau Makian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dari data deformasi dengan survei GPS dan data seismik. Parameter

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lokasi Objek Penelitian Berdasarkan bentuk morfologinya, puncak Gunung Lokon berdampingan dengan puncak Gunung Empung dengan jarak antara keduanya 2,3 km, sehingga merupakan

Lebih terperinci

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur 4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur Komplek G. Inie Lika dengan latar depan Kota Bajawa (sumber PVMBG) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi Nama Kawah : Inielika, Koek Peak : Strato : Wolo Inielika;

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014 \ 1 A. TATANAN TEKTONIK INDONESIA MITIGASI BENCANA GEOLOGI Secara geologi, Indonesia diapit oleh dua lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang subduksinya dapat

Lebih terperinci

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009 KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 009 Estu KRISWATI dan Oktory PRAMBADA Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Jalan Diponegoro

Lebih terperinci

Analisis Fisis Aktivitas Gunung Talang Sumatera Barat Berdasarkan Karakteristik Spektral dan Estimasi Hiposenter Gempa Vulkanik

Analisis Fisis Aktivitas Gunung Talang Sumatera Barat Berdasarkan Karakteristik Spektral dan Estimasi Hiposenter Gempa Vulkanik Analisis Fisis Aktivitas Gunung Talang Sumatera Barat Berdasarkan Karakteristik Spektral dan Estimasi Gempa Vulkanik Welayaturromadhona, Adi Susilo Ph.D, Dr. Hetty Triastuty 2 ) Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan secara umum dapat dilihat pada alur penelitian sebagai berikut : Mulai

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan secara umum dapat dilihat pada alur penelitian sebagai berikut : Mulai BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN Penelitian yang akan dilakukan secara umum dapat dilihat pada alur penelitian sebagai berikut : Mulai Data rekaman seismik digital G.Guntur Oktober-November 2015 Penentuan

Lebih terperinci

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009 BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009 Kushendratno Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Selama periode Mei Agustus 2009 terdapat 4 gunungapi berstatus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tektonik, Indonesia terletak pada pertemuan lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng mikro Filipina. Interaksi antar lempeng mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun Alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Rekaman Seismik gunung Sinabung

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun Alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Rekaman Seismik gunung Sinabung 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Adapun Alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Rekaman Seismik gunung Sinabung Identifikasi gempa tipe A dan tipe B Menentukan waktu

Lebih terperinci

PENENTUAN SEBARAN HIPOSENTER GUNUNGAPI MERAPI BERDASARKAN DATA GEMPA VULKANIK TAHUN 2006

PENENTUAN SEBARAN HIPOSENTER GUNUNGAPI MERAPI BERDASARKAN DATA GEMPA VULKANIK TAHUN 2006 PENENTUAN SEBARAN HIPOSENTER GUNUNGAPI MERAPI BERDASARKAN DATA GEMPA VULKANIK TAHUN 2006 Oleh: Romsiyatin 1, Abdul Basid 2 ABSTRAK: Gunungapi Merapi merupakan Gunungapi yang termuda dalam kumpulan gunung

Lebih terperinci

Telepon: , , Faksimili: ,

Telepon: , , Faksimili: , KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM 1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM KETERANGAN UMUM Nama Lain : Puet Sague, Puet Sagu atau Ampat Sagi Lokasi a. Geografi Puncak b. Administrasi : : 4 55,5 Lintang Utara dan 96 20 Bujur Timur Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di ring of fire (Rokhis, 2014). Hal ini berpengaruh terhadap aspek geografis, geologis dan klimatologis. Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 Ahmad BASUKI., dkk. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Terjadinya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Hubungan Persebaran Episenter Gempa Dangkal dan Kelurusan Berdasarkan Digital Elevation Model di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta I.2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Gunungapi Soputan Geomorfologi Gunungapi Soputan dan sekitarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga satuan morfologi (Gambar 2.1) yaitu : 1. Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi,

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010 Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010 Emilia Kurniawati 1 dan Supriyanto 2,* 1 Laboratorium Geofisika Program Studi Fisika FMIPA Universitas Mulawarman 2 Program

Lebih terperinci

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI ARINI ROSA SINENSIS SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) NURUL HUDA 2017 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki

Lebih terperinci

STUDI GELOMBANG SEISMIK GEMPA VULKANIK GUNUNG SINABUNG UNTUK MENENTUKAN KARAKTERISTIK MEKANISME VULKANIK

STUDI GELOMBANG SEISMIK GEMPA VULKANIK GUNUNG SINABUNG UNTUK MENENTUKAN KARAKTERISTIK MEKANISME VULKANIK STUDI GELOMBANG SEISMIK GEMPA VULKANIK GUNUNG SINABUNG UNTUK MENENTUKAN KARAKTERISTIK MEKANISME VULKANIK Rianza Julian, Prof. Dr. Suharno, MS., M.Sc., Ph.D Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung

Lebih terperinci

AKUISISI SEISMIK UNTUK MONITORING GUNUNGAPI

AKUISISI SEISMIK UNTUK MONITORING GUNUNGAPI AKUISISI SEISMIK UNTUK MONITORING GUNUNGAPI I. PENDAHULUAN Gempabumi merupakan gerakan tanah secara tiba-tiba dari suatu region dan bersifat transient. Hampir 90%, merupakan gempabumi tektonik (tectonic

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU Yeza Febriani, Ika Daruwati, Rindi Genesa Hatika Program

Lebih terperinci

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Merapi adalah salah satu gunung api yang sangat aktif di Indonesia yang terletak di daerah berpenduduk padat di Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi sangat sering terjadi di daerah sekitar pertemuan lempeng, dalam hal ini antara lempeng benua dan lempeng samudra akibat dari tumbukan antar lempeng tersebut.

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi 20 BAB III TEORI DASAR 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi dengan menggunakan gelombang seismik yang dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA 6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA G. Ambang (Kunrat, S. L. /PVMBG/2007) KETERANGAN UMUM Nama : G. Ambang Nama Lain : - Nama Kawah : Kawah Muayat, Kawah Moyayat Lokasi : a. Geografi : 0 o 44' 30" LU dan 124

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Lokasi Kompleks Gunung Guntur

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Lokasi Kompleks Gunung Guntur Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Lokasi Kompleks Gunung Guntur Daerah penelitian meliputi Kompleks Gunung Guntur terdiri dari Kaldera Pangkalan atau Kamojang, Kaldera Gandapura, dan puncak-puncak

Lebih terperinci

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur 4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi Lokasi a. Geografi Puncak b. Administratif :

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar Gambar Beberapa Gunungapi di Pulau Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar Gambar Beberapa Gunungapi di Pulau Jawa BAB III METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan merupakan data rekaman sinyal seismik Gunungapi Semeru yang diperoleh dari pos pengamatan gunungapi Semeru. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

Penentuan Daerah Potensi Rawan Bencana Letusan Gunung Kelud Menggunakan Citra Satelit

Penentuan Daerah Potensi Rawan Bencana Letusan Gunung Kelud Menggunakan Citra Satelit Penentuan Daerah Potensi Rawan Bencana Letusan Gunung Kelud Menggunakan Citra Satelit Tri Martha KP* 1), Widya Utama 2), Istiqomah Ari K 1) Jurusan Fisika 2) Program Studi Teknik Geofisika InstitutTeknologi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi

BAB III TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi BAB III TEORI DASAR 3. 1. Gelombang Seismik Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi disebabkan adanya deformasi struktur, tekanan ataupun tarikan karena sifat keelastisan kerak

Lebih terperinci

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*) POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA Oleh : Hendro Murtianto*) Abstrak Aktivitas zona patahan Sumatera bagian tengah patut mendapatkan perhatian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi khususnya Bidang Mitigasi Gempabumi dan Gerakan Tanah, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian yang dilakukan mengambil topik tentang gempabumi dengan judul : Studi Mikrotremor untuk Zonasi Bahaya Gempabumi Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI Secara morfologi, Patahan Lembang merupakan patahan dengan dinding gawir (fault scarp) menghadap ke arah utara. Hasil interpretasi kelurusan citra SPOT menunjukkan adanya kelurusan

Lebih terperinci

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur 4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur KETERANGAN UMUM Morfologi puncak G. Inerie (sumber PVMBG) Nama Lain Tipe Gunungapi : Ineri, Rokkapiek : Strato dengan bentuk kerucut sempurna Lokasi Geografis Administratif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daerah Penelitian Secara administratif Gunung Lokon terletak di Kota Tomohon, Minahasa, Sulawesi Utara (Gambar 4), lebih kurang 25 Km sebelah Selatan Manado. Secara geografis

Lebih terperinci

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 1 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 9 JAKARTA 195 Telepon: -713, 5,1-5371 Faksimile: -71, 1-537 E-mail:

Lebih terperinci

GEMPA BUMI. Yuli Ifana Sari, M.Pd.

GEMPA BUMI. Yuli Ifana Sari, M.Pd. GEMPA BUMI Yuli Ifana Sari, M.Pd. Pengertian Gempa bumi: perambatan gelombang dlm kerak bumi dari suatu tempat dimana terjadi perlepasan. Energi yang dilepaskan merambat ke segala arah dlm bentuk gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA GELOMBANG SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN WAVELET PADA AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

PENGENALAN POLA GELOMBANG SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN WAVELET PADA AKTIVITAS GUNUNG MERAPI PENGENALAN POLA GELOMBANG SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN WAVELET PADA AKTIVITAS GUNUNG MERAPI Evrita Lusiana Utari Fakultas Sains & Teknologi Prodi Teknik Elektro UNRIYO ABSTRAK Maksud dan tujuan penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dinamika aktivitas magmatik di zona subduksi menghasilkan gunung api bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). Meskipun hanya mewakili

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Darsiharjo, M.S.

Oleh: Dr. Darsiharjo, M.S. Oleh: Dr. Darsiharjo, M.S. SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN DAN PENYADARAN MASYARAKAT TERHADAP BAHAYA BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI TANGGAL 20 APRIL 2005 G e o g r a f i KAJIAN GEOGRAFI Fenomena

Lebih terperinci

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara 6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah Lokasi Ketinggian Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : Mahawoe, Roemengas : Mahawu, Wagio, Mawuas : Kota Tomohon, Sulawesi

Lebih terperinci

ANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT

ANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 2, April 2011 108 ANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT Novi Avisena* ABSTRAK :Telah dilakukan survei geofisika dengan menggunakan metode seismik di

Lebih terperinci

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

MEKANISME ERUPSI DAN MODEL KANTONG MAGMA GUNUNGAPI IJEN

MEKANISME ERUPSI DAN MODEL KANTONG MAGMA GUNUNGAPI IJEN MEKANISME ERUPSI DAN MODEL KANTONG MAGMA GUNUNGAPI IJEN Oleh: Hena Dian Ayu 1 2, Akhmad Jufriadi 2 ABSTRAK : Mekanisme erupsi suatu gunungapi dapat dilihat berdasarkan karakteristik dan bagaimana model

Lebih terperinci

Tes Kemampuan Kognitif Materi Pokok Gempa Bumi

Tes Kemampuan Kognitif Materi Pokok Gempa Bumi Tes Kemampuan Kognitif Materi Pokok Gempa Bumi Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e dengan benar di lembar jawaban yang telah disediakan! 1. Pergerakan tiba-tiba dari kerak bumi dan menyebabkan

Lebih terperinci

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008 BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008 ESTU KRISWATI Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Selama Januari - Maret 2008 terdapat 2 gunungapi berstatus Siaga (level 3) dan 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui garis astronomis 93⁰BT-141 0 BT dan 6 0 LU-11 0 LS. Dengan morfologi yang beragam dari

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da

2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.620, 2015 BAPETEN. Instalasi Nuklir. Aspek Kegunungapian. Evaluasi. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK

Lebih terperinci

MODUL III EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA BUMI BAB I PENDAHULUAN

MODUL III EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA BUMI BAB I PENDAHULUAN MODUL III EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA BUMI BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Untuk menentukan lokasi sumber gempa bumi diperlukan data waktu tiba gelombang Primer (P) dan sekurang-kurangnya tiga komponen

Lebih terperinci

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA A ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI DELISERDANG SUMATRA UTARA Oleh Fajar Budi Utomo*, Trisnawati*, Nur Hidayati Oktavia*, Ariska Rudyanto*,

Lebih terperinci

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur 4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur Gunungapi Ebulobo (sumber PVMBG) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi Nama Kawah Lokasi Geografis Administratif Ketinggian Tipe Gununapi Kota Terdekat Pos Pengamatan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI BENTUK-BENTUK MUKA BUMI Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI Disampaikan dalam Kegiatan Pendalaman Materi Geografi SMP Bandung, 7 September 2007 Peserta workshop: Guru Geografi SMP

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Disusun oleh: Anita Megawati 3307 100 082 Dosen Pembimbing: Ir. Eddy S. Soedjono.,Dipl.SE.,MSc.,

Lebih terperinci

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA Disusun Oleh: Josina Christina DAFTAR ISI Kata Pengantar... 2 BAB I... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Tujuan... 3 1.3 Rumusan Masalah... 4 BAB II... 5 2.1 Pengertian

Lebih terperinci