BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) dan laba Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan yang terkait dengan hubungan atau kontrak diantara para anggota perusahaan, terutama hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen. Principal dan agent diasumsikan sebagai pihak-pihak yang mempunyai rasio ekonomi dan dimotivasi oleh kepentingan pribadi sehingga, walau terdapat kontrak, agent tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Hal ini disebabkan agent juga memiliki kepentingan memaksimalkan kesejahteraannya, (Wahyuningsih, 2007). laba merupakan bagian dari manajemen laba (earnings management). Putra dan Rahmanti (2013) mendefinisikan perataan laba merupakan praktik yang umum dilakukan oleh manajer perusahaan untuk mengurangi fluktuasi laba, yang diharapkan memiliki efek menguntungkan bagi evaluasi kinerja manajemen. Sedangkan, Wijayanti dan Rahayu (2008) menyatakan perataan laba adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manajemen untuk menekan variasi dalam laba sejauh yang dimungkinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi. Dalam hal ini, manajemen berusaha mencari celah-celah dalam prinsip akuntansi yang bisa diterobos untuk mencapai tujuannya yaitu stabilitas posisi manajemen yang bersangkutan dan kemudian kemakmuran pribadi dan keamanan kerjanya. Agriyanto (2006), perataan laba adalah sinyal dari manajemen dalam memilih metode/kebijakan akuntansi di dalam GAAP untuk meminimalkan
fluktuasi yang berdampak pada performa perusahaan di masa datang. Sedangkan laba menurut Ball dan Brown, (1968) adalah usaha untuk mengurangi variabilitas laba, terutama menyangkut dengan perilaku yang ditujukan untuk mengurangi adanya pertambahan abnormal dalam laba yang dilaporkan perusahaan. Beidelman (1973) mendidifinisikan perataan laba sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Berdasarkan berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa perataan laba adalah tindakan yang disengaja oleh manajer perusahaan dalam mengurangi fluktuasi laba sejauh yang dimungkinkan oleh prinsipprinsip akuntansi. Berdasarkan penelitian Eckel dalam Ratih (2009) terdapat dua jenis perataan laba yaitu artificial smoothing dan real smoothing. Real smoothing adalah perataan laba yang dilakukan melalui transaksi ekonomi dengan mempengaruhi jumlah laba, dengan melakukan perubahan kebijakan operasi beserta waktunya. Beberapa perusahaan terbukti melakukan perataan laba dengan menggunakan cara ini. Artificial smoothing atau yang sering disebut juga accounting smoothing, yaitu praktik perataan laba yang dilakukan secara sengaja dengan perubahan prosedur dan kebijakan akuntansi yang telah diterapkan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari suatu periode ke periode yang lain yang dianggap memerlukan tambahan atau pengurangan jumlah laba sehingga dapat terlihat lebih rata dari tahun ke tahun (Wijayanti dan Rahayu, 2008). Adapun tujuan perataan laba adalah sebagai berikut (Wijayanti dan Rahayu, 2008): 1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah.
2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa mendatang. 3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis. 4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen. 2.1.2 Teori Sinyal ( Signaling Theory ) Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar. Manajemen mempunyai informasi akurat mengenai nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, sehingga jika manajemen menyampaikan suatu informasi ke pasar maka informasi tersebut akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal adanya peristiwa tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Informasi yang disampaikan manajemen perusahaan tersebut dapat berupa laporan keuangan (Wahyuningsih, 2007). Signaling Theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan. Informasi berguna sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Salah satu informasi yang menjadi fokus perhatian para investor adalah informasi laba. Jika informasi laba tersebut relevan bagi para pelaku pasar modal, maka informasi ini akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai saham perusahaan yang bersangkutan. Akibatnya akan terjadi respon / reaksi pasar berupa perubahan harga saham perusahaan yang bersangkutan ke harga ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini akan bertahan sampai ada informasi baru lainnya
yang akan merubah harga saham kembali ke harga ekuilibrium yang baru (Jogiyanto, 2003). 2.1.3 Kandungan Informasi atas Laba Laporan keuangan merupakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak internal yaitu manajemen dengan pihak eksternal seperti kreditur, investor, dan pemerintah. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan digunakan sebagai alat pengambilan keputusan. Salah satu yang menjadi fokus perhatian pihak-pihak eksternal adalah pada laba yang terdapat pada laporan laba-rugi. Informasi tentang laba beserta komponen komponennya yang telah menjadi fokus perhatian oleh pihak-pihak eksternal didasarkan pada accrual basis. Dasar ini secara umum menyediakan indikasi yang lebih baik tentang kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang menguntungkan dibandingkan dengan informasi yang disusun hanya terbatas pada penerimaan dan pengeluaran kas (cash basis) (Agriyanto, 2006). Pengujian kandungan informasi atas laba yang dimaksud pada penelitian ini adalah untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar.
Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi (Jogiyanto, 2003). Foster (1986) menyebutkan bahwa pengumuman yang berhubungan dengan laba merupakan salah satu pengumuman yang dapat mempengaruhi harga sekuritas/saham. Hal inilah yang menjadi dasar penelitian ini, yaitu untuk melihat bagaimana reaksi pasar atas pengumuman laba yang ada pada laporan laba rugi tahunan (annual report). 2.1.4. Reaksi Pasar Modal Studi peristiwa merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar atas suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman Subekti (2005). Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2003). Tujuan studi peristiwa adalah untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa atau informasi dengan reaksi pasar apakah informasi tersebut dapat mempengaruhi perubahan harga saham.. Studi peristiwa ini juga sering disebut dengan pengujian kandungan informasi. Jika pengumuman mengandung informasi maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar dan reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Untuk mengukur adanya reaksi pasar dapat menggunakan variabel abnormal return (Subekti, 2005).
Jogiyanto (2003:370) membedakan bentuk efisiensi pasar ditinjau dari segi ketersediaan informasi dibagi dalam tiga kategori sebagai berikut: 1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicy available information) termasuk informasi yang berada di laporanlaporan keuangan perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama. 3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat. 2.1.5 Return dan Abnormal Return Saham Abnormal return atau excess return merupakan selisih return yang sesungguhnya terjadi dengan return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return merupakan selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Sedangkan Cummulative Abnormal Return (CAR) merupakan penjumlahan dari abnormal return hari sebelumnya di dalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas (Jogiyanto, 2003). Hendrawijaya (2009) menyatakan bahwa return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. return ekspektasi dapat dicari dengan menggunakan
tiga model, yaitu : mean -adjusted model, Market model, dan Market Adjusted Model. Dalam penelitian ini return ekspektasi dicari dengan Market Adjusted Model. 2.2 Review Penelitian Terdahulu Agriyanto (2006) meneliti pengaruh perataan laba terhadap reaksi pasar dan risiko investasi. Penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa reaksi pasar yang dilihat pada tiga hari setelah pengumuman laba tidak menunjukkan perbedaan reaksi pasar antara perusahaan perata laba dengan perusahaan bukan perata laba dengan tingkat signifikansi 5%. Khafid (2002) juga melakukan penelitian yang sama dan memberikan kesimpulan bahwa jika reaksi pasar atas pengumuman laba ditentukan melalui cumulative abnormal return selama periode pengamatan I (enam hari sebelum pengumuman laba sampai dengan pada saat pengumuman laba), maka hasilnya tidak terdapat perbedaan reaksi pasar antara kelompok perusahaan perata dan bukan perata laba terhadap pengumuman laba. Apabila reaksi pasar atas pengumuman laba ditentukan selama periode pengamatan III (saat dilakukan pengumuman laba sampai dengan enam hari setelah pengumuman laba), diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan reaksi pasar antara kelompok perusahaan perata laba dan bukan perata laba. Mudjiono (2010) meneliti pengaruh tindakan perataan laba terhadap reaksi pasar dengan kualitas auditor dan kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi. Penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara perata laba terhadap CAR secara parsial, artinya tidak ada bedanya antara perilaku perata laba dengan bukan perata laba terhadap reaksi
pasar. Penelitian ini juga memberi kesimpulan bahwa kualitas audit dan kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi terhadap CAR. Restuningdiah (2010) meneliti pengaruh perataan laba terhadap reaksi pasar dengan mekanisme GCG dan CSR disclosure sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini memberikan kesimpulan adanya pengaruh negatif perataan laba terhadap reaksi pasar. Artinya semakin tinggi tindakan perataan laba maka semakin rendah reaksi pasar terhadap informasi laba perusahaan. Selain itu penelitian ini menyimpulkan bahwa mekanisme GCG dan CSR disclosure bukan variabel moderating dalam hubungan perataan laba dengan reaksi pasar. Istikhorah (2011) melakukan penelitian reaksi pasar atas event pengumuman laba pada perusahaan yang melakukan perataan laba di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 sampai dengan 2008. Kesimpulan penelitian ini bahwa reaksi pasar atas pengumuman laba perusahaan yang melakukan perataan laba) tidak signifikan. Sedangkan reaksi pasar atas pengumuman laba perusahaan yang tidak melakukan perataan laba signifikan dengan tingkat signifikansi 5%. Al-Qaisi (2011) melakukan penelitian tentang the effect of smoothening on stock market response. Penelitian ini menunjukkan pengaruh positif smoothening pada peningkatan abnormal return dari perusahaan perata. Ini artinya abnormal return dari perusahaan perata lebih besar dari perusahaan bukan perata. Berdasarkan berbagai penelitian mengenai pengaruh perataan laba terhadap reaksi pasar, berikut ini disusun tabel yang memperlihatkan deskripsi hasil penelitian terdahulu.
Tabel 2.1: Deskripsi Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun) Ratno Judul Analisis Yang Diteliti - Status Hasil Penelitian - Reaksi pasar yang dilihat pada tiga hari Agriyanto laba setelah pengumuman laba tidak (2006) dan laba dan menunjukkan perbedaan reaksi pasar Pengaruhnya Bukan antara perusahaan perata laba dengan Terhadap perusahaan bukan perata laba dengan Reaksi Pasar laba tingkat signifikansi 5%. dan Risiko -Reaksi Investasi Pasar pada -Risiko Perusahaan Bisnis Publik di Indonesia Muhammad Analisis - Jika reaksi pasar atas pengumuman laba Khafid Independen ditentukan melalu cumulative abnormal (2002) laba: Status return selama periode pengamatan I Pengaruhnya (enam hari sebelum pengumuman laba Terhadap laba dan sampai dengan pada saat pengumuman Reaksi Pasar Bukan laba), maka hasilnya tidak terdapat dan Risiko perbedaan reaksi pasar antara kelompok Investasi laba perusahaan perata dan bukan perata laba pada terhadap pengumuman laba. Perusahaan dependent - Jika reaksi pasar atas pengumuman laba Publik di Reaksi ditentukan melalui cumulative abnormal Indonesia Pasar return selama periode pengamatan III Risiko (saat dilakukan pengumuman laba Bisnis sampai dengan enam hari setelah pengumuman laba), maka diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan reaksi pasar antara kelompok perusahaan perata laba dan buka perata laba.
Tabel 2.1 Lanjutan Peneliti (Tahun) Mudjiono Judul Pengaruh Tindakan Yang Diteliti Hasil Penelitian - Tidak ada pengaruh yang signifikan antara (2010) laba Independen perata laba terhadap CAR secara parsial, Terhadap Reaksi laba artinya tidak ada bedanya antara perilaku Pasar dengan perata laba dengan bukan perata laba Kualitas Auditor dan dependent terhadap reaksi pasar. Kepemilikan Reaksi Pasar - Tidak ada pengaruh kualitas auditor Manajerial sebagai terhadap CAR, artinya bahwa pasar tidak Pemoderasi Moderating memandang kualitas auditor. Kepemilikan - Pasar tidak terpengaruh oleh persentase Manajerial kepemilikan manajerial Kualitas Auditor Nurika laba - Adanya pengaruh negatif perataan laba Restuning Terhadap Reaksi Independen terhadap reaksi pasar, artinya semakin diah Pasar dengan laba tinggi tindakan perataan laba maka semakin (2010) Mekanisme GCG dan rendah reaksi pasar terhadap informasi laba CSR Disclosure dependent perusahaan. Reaksi Pasar - Mekanisme GCG bukan variabel moderating dalam hubungan perataan laba Moderating dengan reaksi pasar. CSR Disclosure Mekanisme GCG Khaldoum The Effect of Smoothening - Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh M. Al- Smoothening on Abnormal return positif smoothening pada peningkatan Qaisi Stock Market Size companies abnormal return dari perusahaan perata. (2011) Response - Abnormal return dari perusahaan perata lebih besar dari perusahaan-perusahaan bukan perata. Siti Reaksi Pasar atas Event Unexpected - Reaksi Pasar atas Pengumuman Laba Istikhorah Pengumuman Laba pada earning smoother (perusahaan yang melakukan (2011) Perusahaan yang Abnormal return perataan laba) tidak signifikan secara Melakukan dan CAR statistic. Sedangkan reaksi pasar atas laba di Bursa Efek Indeks pengumuman laba non-smoother Indonesia Tahun 2004 laba (perusahaan yang tidak melakukan perataan sampai dengan 2008. laba) adalah signifikan dengan tingkat signifikan 5%
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konsep Kerangka berpikir dari penelitian ini disajikan sebagai berikut: laba (X) Reaksi Pasar (Y) Komite audit (Z1) Komisaris Independen (Z2) Gambar 3.1 Kerangka Konseptual 3.2. Pengaruh laba terhadap Reaksi Pasar Pengumuman laba dapat menyebabkan pelaku pasar bereaksi secara signifikan terhadap pengumuman laba (Istikhorah, 2011). Pengumuman laba yang mempunyai kandungan informasi akan memicu timbulnya reaksi pasar berupa return/abnormal return (Wahyuningsih, 2007). Apabila informasi yang disajikan oleh perusahaan tidak akurat karena mengandung perataan laba, maka informasi tersebut lebih rendah daripada tidak melakukan perataan laba. Hasil penelitian Restuningdiyah (2010) membuktikan adanya pengaruh negatif perataan laba terhadap reaksi pasar yang berarti semakin tinggi tindakan perataan laba semakin rendah reaksi pasar terhadap informasi laba perusahaan. Selain itu penelitian Assih dan Gudono (2000) dalam Restuningdiyah (2010) juga
membuktikan bahwa terdapat perbedaan reaksi pasar atas pengumuman laba perusahaan yang melakukan perataan laba dengan reaksi pasar atas pengumuman laba perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. 3.3. Pengaruh Komite Audit dengan Reaksi Pasar Pada tanggal 22 Desember 2003 Ketua Bapepam mengeluarkan peraturan tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit. Tugas komite audit berhubungan dengan kualitas laporan keuangan, karena komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan (Suaryana, 2005). Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan (Suaryana, 2005). Dengan kata lain tujuan dan manfaat dibentuknya komite audit adalah untuk melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit eksternal. Dalam penelitian ini komite audit ditinjau dari segi anggota komite audit. Mengenai keanggotaan komite audit diatur dalam Surat Keputusan Ketua Bapepam Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Keputusan tersebut menetapkan bahwa komite audit pada perusahaan publik Indonesia sekurang-kurangnya terdiri dari satu orang komisaris
independen dan sekurang-kurangnya 2 orang anggota lainnya berasal dari luas Emiten yang membantu dewan komisaris dalam melaksanakan pengawasan. Laba sebagai informasi yang terkandung dalam laporan keuangan akan mengakibatkan pasar bereaksi. Laba yang dihasilkan dari pengawasan yang independen dari komite audit selama penyusunan laporan keuangan akan lebih berkualitas. Dengan demikian komite audit dapat lebih memperkuat hubungan perataan laba terhadap reaksi pasar. 3.4. Pengaruh Komisaris Independen dengan Reaksi Pasar Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham mayoritas, serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau semata-mata demi kepentingan perusahaan ( Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006). Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi dewan komisaris independen, akan meningkatkan pengawasan sehingga akan mengurangi tindakan manajer dalam melakukan praktik manajemen laba. Dengan demikian dewan komisaris dapat lebih memperkuat hubungan perataan laba terhadap reaksi pasar. 3.5.Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis penelitian adalah; H1: laba, Komite audit dan komisaris independen berpengaruh positif terhadap reaksi pasar secara parsial dan simultan.
H2: Komite audit memoderasi pengaruh perataan laba terhadap reaksi pasar. H3: Komisaris independen memoderasi pengaruh perataan laba terhadap reaksi pasar.