BAB II LANDASAN TEORI. terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan

dokumen-dokumen yang mirip
Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan tuntutan hidup terutama di perkotaan. Pada era

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB V HASIL PENELITIAN

HEART ATTACK PREVENTION

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua dan lemah adalah siklus hidup yang akan dilalui oleh semua

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

MENGATUR POLA HIDUP SEHAT DENGAN DIET

BAB I PENDAHULUAN. emerging adulthood. Pada tahap remaja, mahasiswa mengalami perkembangan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kunci utama bagi kesejahteraan hidup. Definisi sehat

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

PENYAKIT JANTUNG CORONER

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku berisiko remaja adalah bentuk perilaku yang dapat membahayakan kesehatan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

ANAMNESIS. I. Identitas. 1. Nama : Ny. Bandi. 3. Jenis Kelamin : Perempuan. 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 5 HASIL PENELITIAN

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

Kisi-kisi Mid pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Written by Administrator Friday, 28 November :56 - Last Updated Friday, 28 November :20

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

Cara Melangsingkan Tubuh

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAI OBESITAS

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan perilaku yang disarankan (Smet, 1994). Kepatuhan dapat dibedakan dua yaitu : 1) Kepatuhan penuh (total compliance)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada: Tempat

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB II LANDASAN TEORI. Weitz, Sujan dan Sujan (1986) mendefinisikan adaptive selling sebagai:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

Paket 8 RELEVANSI ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

24 BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Kesehatan 1. Pengertian perilaku kesehatan Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2005) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Menurut Sarafino (2006) perilaku kesehatan adalah setiap aktivitas individu yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan tanpa memperhatikan status kesehatan. Taylor (2003) mengatakan bahwa perilaku kesehatan adalah tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka. Misalnya menggosok gigi dan diet sehat. Pengertian perilaku kesehatan dalam penelitian ini sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Taylor. Perilaku kesehatan adalah tindakan

25 yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan (dalam Taylor 2003) antara lain: a. Faktor demografik Perilaku kesehatan berbeda berdasarkan pada faktor demografik. Individu yang masih muda, lebih makmur, memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dan berada dalam kondisi stress yang rendah dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki perilaku sehat yang lebih baik dari pada orang yang memiliki resources yang lebih sedikit (Gottlieb & Green, 1984) b. Usia Perilaku kesehatan bervariasi berdasarkan usia. Secara tipikal perilaku kesehatan pada anak-anak dapat dikatakan baik, memburuk pada remaja dan orang dewasa, namun meningkat kembali pada orang yang lebih tua (Leventhal, dkk., 1985). c. Nilai Nilai-nilai sangat mempengaruhi kebiasaan perilaku sehat individu. Misalnya latihan bagi wanita sangat diinginkan bagi budaya tertentu tetapi tidak bagi budaya lain (Donovan, Jessor & Costa, 1991). d. Personal Control Persepsi bahwa kesehatan individu dibawah personal control juga menentukan perilaku sehat seseorang. Misalnya penelitian yang dilakukan pada

26 Health locus of control scale (Wallstone, Wallstone & DeVellis, 1978) yang mengukur derajat sejauh mana persepsi individu dapat mengontrol kesehatan mereka. e. Pengaruh Sosial Pengaruh sosial juga dapat mempengaruhi perilaku sehat individu. Keluarga, teman, dan lingkungan kerja dapat mempengaruhi perilaku sehat (Broman, 1993; Lau, Quadrel & Hartman, 1990). f. Personal Goal Kebiasan perilaku sehat juga memiliki hubungan dengan tujuan personal (Eiser & Gentle, 1988). Jika tujuan menjadi atlet berprestasi merupakan tujuan yang penting, individu akan cenderung olah raga secara teratur dibandingkan jika hal itu bukan tujuan personal. g. Perceived Symptoms Kebiasaan sehat dikontrol oleh perceived symptoms. Misalnya perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka berdasarkan sensasi pada paruparu mereka. h. Akses ke Health Care Delivery system Akses ke Health care juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Menggunakan program screen tuberkolosis, pap smear yang teratur, mamogram, imunisasi, merupakan contoh perilaku kesehatan yang secara langsung berhubungan dengan health care system.

27 i. Faktor kognisi Perilaku kesehatan memiliki hubungan dengan faktor kognisi, seperti keyakinan bahwa perilaku tertentu dapat mempengaruhi kesehatan. 3. Aspek-aspek perilaku kesehatan Roizen (1999) mengatakan ada 7 aspek perilaku kesehatan yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku kesehatan individu yaitu; 1. Makan dan minum a) Mengkonsumsi makanan rendah kalori dan lemak, diet berbagai jenis makanan yang bergizi tinggi. b) Mengkonsumsi makanan berbahan kacang kedelai segar (tidak termasuk kecap). c) Mengkonsumsi ikan yang kaya omega 3, seperti salmon minimal satu kali seminggu. d) Minum minimal 8 gelas air mineral perhari. e) Sarapan setiap hari. f) Mengkonsumsi makanan yang kaya B6, C, D, E, folate, kalsium atau suplemen tepat yang kaya vitamin tersebut, setiap hari. g) Menghindari kurang vitamin dan tambahan mineral (khususnya vitamin A dan zat besi). h) Menghindari diet (makan dengan tepat). i) Mengkonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah yang sedang (sekitar satu kali dalam satu hari).

28 2. Olah raga a) Olah raga teratur (berjalan 30 menit perhari, atau setaranya). b) Membangun stamina dengan mengikuti aerobic dengan istirahat tiga kali seminggu. c) Membangun kekuatan otot dengan mengangkat beban atau mengikuti latihan kekuatan lain tiga kali seminggu selama 10 menit. 3. Kebiasan sehat a) Menggosok gigi dan flosis setiap hari (penyakit peridontal membahayakan sistem kekebalan dan berkontribusi pada penyakit jantung secara signifikan). b) Tidur yang baik (7-8 jam setiap malam). c) Mendapat sinar matahari selama 10-20 menit untuk menghasilkan vitamin D. d) Menggunakan sabuk pengaman dan memiliki kantong udara di mobil. e) Tinggal di daerah yang memiliki udara bersih (level ozon yang rendah, hydrokarbon dan zat-zat lain). 4. Seks a) Memiliki seks sehat (menghindari sex casual dan menggunakan kondom). b) Memiliki orgasme yang lebih sering. 5. Stres dan dukungan sosial a) Menghindari stres yang tinggi atau menghadapi stres dengan baik. b) Hidup sesuai dengan penghasilan dan menghindari kebangkrutan.

29 c) Mengembangkan hubungan sosial dengan keluarga dan teman. 6. Berat dan Jantung sehat a) Mempertahankan berat badan yang ideal. b) Menjaga tekanan darah rendah (dibawah 140/90 dan ideal 115/76). c) Kolesterol yang lebih rendah (total kolesterol dibawah 240mg/dl dan yang baik 40 mg/dl atau lebih). 7. Tembakau dan rokok a) Tidak merokok atau menggunakan produk tembakau. b) Tidak bekerja atau tinggal di daerah yang berasap (mengkonsumsi pasif tetap berbahaya). c) Menghindari menggunakan obat-obatan terlarang. B. Locus Of Control 1. Pengertian locus of control Menurut Rotter (1966) locus of control adalah keyakinan individu mengenai sumber penentu perilaku. Locus of control terdiri dari dua bagian yaitu internal locus of control dan external locus of control. Internal locus of control adalah cara individu yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya, sedangkan external locus of control adalah cara dimana individu yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari luar kemampuannya. 2. Faktor yang mempengaruhi locus of control Robinson dan Shaver (1974) mengelompokkan faktor yang mempengaruhi perkembangan locus of control menjadi 2, yaitu:

30 a) Episodic antecedent Episodic antecedent adalah kejadian-kejadian yang mempengaruhi perkembangan locus of control seperti kecelakaan atau kematian seseorang yang dicintai. b) Accumulation antecedent Accumulation antecedent adalah kejadian-kejadian yang mempengaruhi perkembangan locus of control diskriminasi sosial, perasaan tidak berdaya dan pola asuh orang tua. 3. Aspek- aspek locus of control Rotter (dalam Phares, 1992) menyatakan ada 2 aspek dalam locus of control, yaitu aspek internal dan aspek eksternal: 1. Aspek Internal Seseorang yang memiliki aspek internal percaya bahwa hasil dan perilaku mereka disebabkan faktor dari dalam dirinya. Mereka selalu menghubungkan suatu peristiwa dengan faktor dalam dirinya. Faktor dalam aspek internal adalah kemampuan, minat dan usaha. a. Kemampuan Individu yang memiliki internal locus of control percaya pada kemampuan yang mereka miliki. Kesuksesan dan kegagalan sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka.

31 b. Minat Individu yang memiliki internal locus of control memiliki minat yang lebih besar terhadap kontrol perilaku, peristiwa dan tindakan mereka. c. Usaha Individu yang memiliki internal locus of control bersikap pantang menyerah dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengontrol perilaku mereka. 2. Aspek Eksternal Seseorang yang memiliki external locus of control percaya bahwa hasil dan perilaku mereka disebabkan faktor dari luar dirinya. Faktor dalam aspek eksternal adalah nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain. a. Nasib Individu yang memiliki external locus of control percaya akan firasat baik, buruk. Mereka menganggap kesuksesan dan kegagalan yang mereka peroleh sudah ditakdirkan dan mereka tidak dapat merubah kembali peristiwa yang telah terjadi. b. Keberuntungan Individu yang memiliki external locus of control menganggap setiap orang memiliki keberuntungan dan mereka sangat mempercayai adanya keberuntungan.

32 c. Sosial Ekonomi Individu yang memiliki external locus of control bersifat materialistik dan menilai orang lain berdasarkan tingkat kesejahteraan. d. Pengaruh Orang Lain Individu yang memiliki external locus of control sangat mengharapkan bantuan orang lain dan menganggap bahwa orang yang memiliki kekuasaan lebih yang lebih tinggi dari mereka, mempengaruhi perilakunya. Berdasarkan aspek-aspek locus of control dapat disimpulkan bahwa ada 2 aspek locus of control yaitu aspek internal (minat, usaha dan kemampuan) dan aspek eksternal (nasib, keberuntungan, sosial ekonomi dan pengaruh orang lain). C. Hubungan Locus Of Control dengan Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah personal control (dalam Taylor, 2003). Personal control terdiri atas self-efficacy dan locus of control. Self-efficacy merupakan derajat kepercayaan individu akan kemampuannya melakukan tindakan tertentu pada situasi tertentu (Bandura, 1977). Locus of control menggambarkan keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya (Rotter, 1966). Sumber penentu ini berasal dari internal (internal locus of control) atau eksternal

33 (external locus of control). Internal locus of control merupakan cara dimana seseorang yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya, selain itu individu yang memiliki internal locus of control juga memahami bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung pada seberapa banyak usaha yang mereka lakukan, misalnya individu percaya bahwa perilaku merokok, mengonsumsi alkohol yang berlebihan dan tidak berolahraga, mengakibatkan kondisi kesehatan yang buruk. Locus of control external merupakan cara dimana seseorang yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari luar dirinya seperti faktor keberuntungan, nasib atau takdir, misalnya individu yang mengalami penyakit diabetes percaya bahwa hal itu disebabkan oleh faktor keturunan atau takdir. Walker (2001) mengatakan bahwa dalam area kesehatan, control memiliki hubungan yang positif dengan kondisi kesehatan. Ketika individu mampu menentukan atau mempengaruhi apa yang akan terjadi terhadap dirinya maka individu itu disebut in control. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wallstone (1982) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki internal locus of control cenderung terlibat dalam perilaku sehat. Individu yang memiliki eksternal locus of control sebaliknya cenderung terlibat dalam perilaku yang dapat merusak kesehatan. Menurut Wallstone (1992) individu yang memiliki internal locus of control akan terlibat dalam perilaku yang meningkatkan kesehatan. Wallstone (2001) menyimpulkan bahwa control merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku kesehatan dan kondisi kesehatan individu. Penelitian lain yang mendukung hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan dilakukan oleh Seeman dan Evan (1962). Penelitian mereka menunjukkan bahwa individu

34 yang aktif mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan adalah individu yang memiliki internal locus of control. Penelitian yang dilakukan Seeman dan Evan ini dilakukan pada pasien-pasien yang menderita tuberkolosis. Individu yang menderita tuberkolosis dan memiliki internal locus of control ditemukan lebih memahami kondisi mereka dan lebih sering bertanya kepada dokter dan perawat mengenai kondisi kesehatan mereka dari pada individu yang memiliki external locus of control. Dari penjelasan dapat dilihat bahwa ada hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan, dimana individu yang memiliki internal locus of control cenderung memiliki perilaku kesehatan yang tinggi, sedangkan individu yang memiliki external locus of control cenderung memiliki perilaku kesehatan yang rendah. D. Hipotesa Penelitian Hipotesa dalam penelitian ini dirumuskan dengan: H0: Tidak ada hubungan positif antara locus of control dengan perilaku kesehatan. Hi: Ada hubungan positif antara locus of control dengan perilaku kesehatan.