BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan material keramik komposit LSM-YSZ-GDC

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

Bab IV Hasil dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Karena tujuan dari

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padilah Muslim, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

ABSTRAK. Kata kunci: Sel bahan bakar oksida padat, CSZ, CaO, PVA, Slip casting.

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni dengan menggunakan metode metalurgi serbuk (Pressing-Sintering). 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Bahan, Pusat Teknologi Nuklir dan Bahan Radiometri-Badan Tenaga Nuklir Nasional (PTNBR-BATAN) yang berlokasi di Jalan Tamansari, No. 71, Bandung 40132. 3.3 Alat Dan Bahan 3.3.1 Peralatan yang Digunakan Alu Lumpang Cawan persolen Spatula Neraca digital METTLER AB 104 Tungku Pembakar Oven Pengering Pipet Erlenmeyer Termometer Hot/plate ph meter penggerus Sintering 21

Kaca arloji Gelas kimia Labu ukur Batang pengaduk Alat Kompress Kertas saring Botol semprot Corong Keramik alumina (sebagai wadah sampel) 3.3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan Zircon opacifier (ZrSiO 4 ) NaOH Aquadest Serbuk CaO Serbuk NiO HCL 5 M PVA 1 % (Poli Vinil Alkohol) Aseton Perak 22

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Diagram Alur Pembuatan Keramik CSZ-Ni Dalam proses pembuatan keramik ini dilakukan beberapa tahapan yaitu pembuatan serbuk ZrO 2, dan pencampuran ZrO 2, CaO dengan NiO membentuk keramik CSZ-Ni melalui proses reduksi. Adapun prosedurnya sebagai berikut : ZrSiO 4 50 g NaOH 48,75g Filtrasi Mixing Filtrat dikristalisasi 80 Kalsinasi 700 /1,5jam Filtrasi Penggerusan Residu+100 ml aquades+hcl 7,5 Pelindian NaOH 1% (80 /15menit) kristalisasi 80 Drying 40 Filtrasi Residu+100 ml aquades Serbuk ZrOCi 2.8H 2O kalsinaasi 800 /2jam Atur ph hingga 7 Drying 80-90 Penggerusan Pelindian HCl Serbuk ZrO 2 Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan ZrO 2 23

ZrO 2 CaO Penambahan PVA 1% Mixing Penggerusan Kompaksi Sintering Pressing Sintering pada suhu 1450 /4jam Karakterisasi: XRD & Densitas Penggerusan Penambahan NiO Reduksi pada suhu 600, 700,/30 menit Pelet CSZ-Ni Karakterisasi: XRD, SEM, Densitas, & Konduktivitas Listrik Serbuk CSZ-NiO Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pembuatan keramik CSZ-Ni 3.4.2 Penjelasan Diagram Alur Pembuatan Keramik CSZ-Ni 3.4.2.1 Proses Pembuatan Serbuk ZrO 2 1. Pencampuran Timbang pasir zirkon ZrSiO 4 sebanyak yang diinginkan (massa ZrSiO 4 = 50 gram) dan campur dengan NaOH dengan perhitungan berat sebagai berikut : Massa NaOH = massa zirkon x kadar ZrSiO 4 x kadar NaOH x 1,3 = 50 gram x 60% 100% x 100% 80% x 1,3 = 48,75 gram 2. Penggerusan Setelah mencampur kedua bahan tersebut, lakukan penggerusan sampai kedua bahan tersebut tercampur dan benar-benar halus. Tujuan dilakukan 24

penggerusan dan pencampuran ini yaitu agar bahan menjadi lebih homogen dan mempunyai ukuran partikel yang sama. Sehingga diperoleh suatu bahan yang mempunyai porositas yang rendah serta mempunyai densitas yang tinggi. Gambar 3.3 Proses Penggerusan 3. Kalsinasi Pasir zirkon dan NaOH yang telah digerus, kemudian dikalsinasi pada suhu 700 selama 1,5 jam. Proses kalsinasi ini merupakan proses pemberian panas pada bahan yang telah digerus dan masih berupa serbuk. Kalsinasi biasanya dilakukan sebelum bahan dikompaksi, sedangkan sintering dilakukan setelah bahan dikompaksi. Kalsinasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa organik yang mungkin ada pada campuran, disamping itu juga untuk menghilangkan senyawa-senyawa lain yang tidak diperlukan pada saat proses sintering. 25

Gambar 3.4 Sampel yang telah dikalsinasi pada suhu 700 4. Pelindian dengan NaOH Sampel yang telah dikalsinasi kemudian digerus kembali sampai halus dan ditimbang. Selanjutnya lakukan pelindian dengan NaOH 1% yang dibuat dengan perbandingan 1gram sampel : 5 ml NaOH 1 %. Massa NaOH = volume aquades yang diperlukan x 1 % Artinya massa NaOH yang telah ditimbang dicampurkan dengan aquades sebanyak yang diperlukan. Untuk mencampurkannya dengan sampel yang telah digerus sebaiknya kita mengukur banyaknya larutan NaOH yang akan dicampurkan, perhitungannya sebagai berikut : Massa lar. NaOH = massa sampel (setelah kalsinasi) x 5 Setelah dihitung banyaknya larutan NaOH kemudian dicampurkan dengan sampel yang telah digerus tadi dan panaskan campuran tadi pada suhu 80 0 C selama 15 menit. Kemudian filtrasi campuran dengan kertas saring, ambil 26

residunya dan filtrat dibuang. Residu yang diambil akan dilindihkan dengan NaOH kembali (sebanyak larutan NaOH yang awal), lakukan proses ini sebanyak 3x pengulangan. Setelah melakukan pelindian dengan NaOH, ambil residu hasil proses terakhir dan campurkan dengan 100 ml aquades. Atur ph campuran hingga ph-7 dengan menggunakan ph-meter, tetapi kalau ph nya belum mencapai 7 juga bisa ditambahkan dengan HCl 10 M. Gambar 3.5 Proses pelindian sampel dengan NaOH 5. Drying Setelah diukur ph nya, drying sampel pada suhu 80-90 sampai semua kandungan airnya menguap. 6. Pelindian dengan HCl Sampel yang telah dikeringkan kemudian dilindi dengan menggunakan HCl 3-5 M dengan perbandingan 1 mol ZrO 2 : 5 mol HCl. Massa ZrO 2 = massa pasir zirkon x kadar ZrSiO 4 x 2 4 27

Mol ZrO2 2 Mol HCl = 5 x mol ZrO 2 1000 Volume HCl yang telah diukur, dipanaskan terlebih dahulu (hingga hangat). Barulah dicampur dengan sampel yang telah dikeringkan dan dilindih selama 1 jam. Sampel yang telah dilindih kemudian difiltrasi dengan mengambil filtratnya dan residunya dibuang. Hasil yang diperoleh berupa ZrOCl 2. Hasil residu ini akan dikristalisasi pada suhu 80 selama residu itu mencapai volume yang telah ditentukan. Perhitungan volume yang ditentukan sebagai berikut : 2 1000 180 7. Kalsinasi Gambar 3.6 Proses filtrasi setelah pelindian HCl Sampel yang telah kristalisasi sampai volume yang ditentukan kemudian dikeluarkan dan didiamkan sampai mengeras. Selanjutnya filtrasi sampel tersebut dan ambil residunya (filtrat dibuang). Residu ini akan dicampur dengan 100 ml 28

aquades dan 7 ml HCl 7,5 M. Setelah sampel tercampur, sampel tersebut didiamkan semalaman hingga menge-gel. Sampel yang telah menge-gel dikristalisasi pada suhu 80 hingga mencapai setengah volume dari volume awal. Angkat sampel yang telah dikristalisasi dan dinginkan sampai mengeras. Sampel yang telah mengeras dan masih tersisa filtratnya bisa difiltrasi lagi sampai mendapatkan residunya, tetapi kalau sampel yang telah mengeras sudah tidak ada filtranya maka sampel tersebut bisa langsung didrying semalaman pada suhu 40 hingga menghasilkan ZrOCl 2.8H 2 O. Kemudian sampel tersebut dikalsinasi lagi pada suhu 800 selama 2 jam hingga mendapatkan sampel ZrO 2. Setelah sampel dikalsinasi, sampel tersebut digerus hingga halus. 3.4.2.2 Proses Pembuatan Keramik CSZ-Ni 1. Pressing/Kompaksi Dalam pembuatan keramik ini dilakukan tahap pencampuran sampel antara ZrO 2 dengan CaO untuk menghasilkan sampel zirkonia yang distabilkan dengan calsia (CSZ). Setelah CSZ terbentuk, lakukan pencampuran sampel lagi dengan NiO dengan perbandingan konsentrasi 50% : 50% hingga menjadi serbuk keramik CSZ-NiO. Massa serbuk keramik CSZ-NiO yang digunakan adalah 2,0427 gram. Serbuk keramik CSZ-Ni akan dicampurkan dengan serbuk PVA 1% dari massa CSZ-NiO, setelah itu digerus hingga merata. Setelah semua bahan tercampur dengan komposisi yang diharapkan. Kemudian timbang dan bagi campuran tadi menjadi dua bagian dengan komposisi masing-masing yang sama yaitu 0,6809 gram. Masing-masing campuran tadi 29

dibungkus dengan kertas timbangan dan lakukan pengepresan atau kompaksi. Kompaksi ini bertujuan agar diperoleh suatu hasil yang mempunyai densitas yang tinggi dan membentuk serbuk CSZ-NiO menjadi bentuk padatan. Serbuk campuran tadi dimasukkan kedalam cetakan pengepresan yang berdiameter 10 mm dengan diberi beban penekanan yang sama untuk setiap sampel. Hasil yang terbentuk dari pengepresan serbuk tadi berupa pelet mentah. 2. Sintering Sebelum disintering, pelet mentah tersebut diletakkan pada keramik alumina dan diurutkan agar tidak tertukar antara pelet yang satu dengan yang lain, karena pada masing-masing pelet memiliki rapat massa yang berbeda-beda. Sampel yang diletakkan pada keramik akan disinter pada suhu 1450 selama 4 jam. Proses sintering ini merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam pembuatan keramik. Sintering adalah proses pengubahan serbuk padat menjadi keramik yang padat dan kuat melalui proses pemanasan (Barsoum, 1996) atau proses perlakuan panas dimana partikel diikat bersama membentuk struktur yang koheren oleh mekanisme transpor massa yang terjadi dalam level atomik. Dalam sintering beberapa proses terjadi pada saat yang bersamaan yaitu pertumbuhan butir, penyusutan bahan, penghilangan pori-pori, dan penyatuan batas-batas butir (Van, 1995). Teknik sintering digunakan untuk meningkatkan kerapatan keramik sesuai dengan mikrostruktur dan komposisi fasa yang diinginkan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses sintering diantaranya bahan aktif, suhu sinter, waktu sinter, tekanan, dan atmosfer sinter (Barsoum, 1996). Setelah disintering, timbang dan ukur masing-masing rapat massa sampel. 30

Gambar 3.7 Sampel yang telah disintering 3. Reduksi Setelah disintering, untuk menghilangkan oksidasi pada keramik CSZ-NiO, masing-masing sampel akan direduksi pada suhu 600, dan 700 selama 30 menit dengan menggunakan campuran 12 % gas hidrogen dan 88% argon sehingga membentuk keramik CSZ-Ni. Reduksi ini dilakukan pada suhu yang berbeda-beda karena agar mendapatkan suhu yang optimal pada sampel keramik. Sampel yang direduksi, kemudian timbang dan ukur kembali rapat massa masingmasing sampel. Gambar 3.8 Sampel yang telah direduksi pada suhu 600⁰C 31

Gambar 3.9 Sampel yang telah direduksi pada suhu 700⁰C 3.4.3 Karakterisasi Keramik CSZ-Ni 1. Densitas (Rapat Massa) Untuk menghitung densitas pelet sebelum dan setelah reduksi, terlebih dahulu menghitung berat pelet, tebal pelet, dan diameter pelet dengan menggunakan mikrometer sekrup. Perhitungan densitas dapat dilakukan melalui persamaan di bawah ini : (3.1) Dimana : ρ = densitas pelet (g/cm 3 ) m = massa pelet (g) v = volume (cm 3 ) Apabila densitas setelah mengalami penyinteran memiliki densitas yang tinggi dibandingkan dengan densitas setelah mengalami reduksi maka dalam keramik ini menunjukkan terdapat banyak rongga atau kekosongan, begitupun sebaliknya. 32

2. Porositas Porositas dapat ditentukan dengan melakukan uji sampel terlebih dahulu dengan menggunakan alat SEM (Scanning Electron Microscope). SEM merupakan mikroskop elektron yang memiliki pembesaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop optik, tetapi untuk pembesaran dibawah 500x, gambar yang dihasilkan memiliki kualitas yang kurang baik dibandingkan dengan mikroskop optik, sehingga keduanya dapat saling melengkapi. Teknik SEM ini selain bertujuan untuk mengetahui porositas, dapat juga untuk mengetahui ukuran butir keramik. Pengujian SEM ini dilakukan di Laboratorium Geologi-Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Bandung. Setelah sampel mengalami pengujian SEM atau analisis SEM, selanjutnya dilakukan pemrograman OPTIMAS. Tujuan menggunakan program ini yaitu untuk mempermudah pengerjaan perhitungan. OPTIMAS adalah program yang dapat memberikan informasi berupa data secara akurat untuk setiap keramik CSZ- Ni yang mengalami reduksi pada suhu yang telah ditentukan. Langkah kerja program ini adalah memasukkan input gambar hasil SEM dan menandai bagian yang akan dihitung sesuai dengan permintaan, maka akan muncul hasil berupa data. Apabila jumlah persentasi porositas yang ditunjukkan pada program OPTIMAS memiliki interval antara 20-40% maka keramik ini cocok diaplikasikan sebagai syarat anode SOFC. Sedangkan apabila persentasi porositasnya diluar dari interval yang ditunjukkan maka keramik ini belum memenuhi syarat sebagi anode SOFC. 33

3. Struktur Kristal Struktur kristal dapat ditentukan dengan menggunakan hasil pola difraksi sinar-x. Difraksi sinar-x merupakan suatu teknik yang sangat penting dalam proses karakterisasi material untuk memperoleh informasi atomik dari materialmaterial yang berstruktur kristal atau amorf. Teknik difraksi sinar-x bertujuan untuk menentukan struktur kristal dan parameter kisi. Pengujian XRD ini dilakukan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Analisis difraksi sinar-x ini menggunakan panjang gelombang sebesar 1,54056 angstrom. Hasil pengujian XRD dilakukan untuk mengetahui perubahan pola XRD akibat variasi suhu reduksi. Besaran yang diperlukan untuk mengetahui struktur kristal adalah sudut pendifraksi (2θ). Dari sudut pendifraksi ini akan diperoleh nilai A yang sering muncul, dimana nilai ini akan dijadikan sebagai nilai HKLnya. Selanjutnya dapat ditentukan pula nilai parameter kisi dari nilai A yang sering muncul seperti yang ditunjukkan pada persamaan berikut: 2 2 4 2 2 2 2 (3.2) / Dimana : ( 1,54) (3.3) 34

Sehingga, nilai parameter kisi (a): (3.4) Setelah diperoleh nilai parameter kisi, selanjutnya hasil dari perhitungan ini akan disesuaikan dengan data yang terdapat pada JCPDS-International Centre for Diffraction Data (Joint Committee of Powder Diffraction Standard) untuk fase CSZ, NiO, dan Ni. Apabila data yang diperoleh dari hasil perhitungan sesuai dengan data JCPDS maka keramik ini memiliki struktur kubik. 4. Konduktivitas Listrik Untuk menentukan konduktivitas listrik, terlebih dahulu menentukan resistansinya. Resistansi dapat dicari dengan pemberian kontak pada keramik dengan dilapisi perak pada permukaan atas sebagai katoda dan permukaan bawah pelet sebagai anoda (jangan sampai terkena permukaan atas atau bawah) agar dihasilkan aliran listrik. Keramik yang telah dilapisi perak terlebih dahulu dipanaskan pada suhu 500 selama 5 menit. Pemberian kontak ini dimaksudkan sebagai jalur penghubung untuk rangkaian listrik. Resistansi diukur dengan menggunakan alat LCR meter. Dengan diperolehnya nilai resistansi maka konduktivitas listrik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: (3.5) listriknya. Semakin besar resistivitas listrik maka semakin kecil konduktivitas 35

Dimana :. (3.6) Keterangan : ρ = Resistivitas (Ω.cm) R = Resistansi atau hambatan (Ω) A = Luas Kontak (cm 2 ) L = Tebal Sampel (cm) σ = Konduktivitas Listrik (Ω.cm) -1 Berdasarkan literatur, konduktivitas listrik yang memenuhi syarat sebagai anode harus memiliki interval antara 10-1 -10 3 ( Ω. cm) -1. 36