Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur

dokumen-dokumen yang mirip
Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE

Perencanaan Pelabuhan Penyeberangan Desa Buton, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI 2-DIMENSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI MESUJI PROVINSI LAMPUNG

Analisis Hidrodinamika Menggunakan Software SMS 8.1 dalam Rangka. Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa, Sulawesi Tenggara

Studi Laju Sedimentasi Akibat Dampak Reklamasi Di Teluk Lamong Gresik

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

Sadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak.

I. PENDAHULUAN Permasalahan

PEMODELAN SEDIMENTASI PADA TAMPUNGAN BENDUNG TIBUN KABUPATEN KAMPAR

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PRESENTASI SEMINAR TUGAS AKHIR

HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

DAMPAK ANGKUTAN SEDIMEN TERHADAP PEMBENTUKAN DELTA DI MUARA SUNGAI BONE, PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

SEBARAN SEDIMEN DI DALAM KOLAM PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

MODUL 2 PELATIHAN PROGRAM DHI MIKE MODUL HYDRODYNAMIC FLOW MODEL (HD) PROGRAM MAGISTER TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

STUDI POLA ARUS DI PERAIRAN KHUSUS PERTAMINA PT. ARUN LHOKSEUMAWE - ACEH

Analisis Penentuan Debit dan Muka Air Rencana Bagi Perencanaan Dermaga dan Alur Pelayaran Batubara di Sungai Eilanden, Papua

Jurusan Teknik Kelautan - FTK

Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin

Pengaruh Perubahan Layout Breakwater Terhadap Kondisi Tinggi Gelombang di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

PERMODELAN SEBARAN SUHU, SEDIMEN, TSS DAN LOGAM

Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling System 8.

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

Pemodelan Hidrodinamika 3-Dimensi Pola Persebaran Sedimentasi Pra dan Pasca Reklamasi Teluk Jakarta

ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN ELLIPTICAL BULB TERHADAP HAMBATAN VISKOS DAN GELOMBANG PADA KAPAL MONOHULL DENGAN PENDEKATAN CFD

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PENGEMBANGAN FASILITAS KAWASAN TERPADU PELABUHAN SIKAKAP KABUPATEN MENTAWAI SUMATERA BARAT

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Desain Pelabuhan Penyeberangan di Tambelan, Provinsi Kepulauan Riau

STUDI DAMPAK REKLAMASI DI KAWASAN KENJERAN DENGAN PENEKANAN PADA POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN

BAB V RENCANA PENANGANAN

Studi Optimalisasi Saluran Sekunder Reijam Kabupaten Karawang menggunakan Perangkat Lunak HECRAS

Laut dalam dengan kedalaman -20 m memanjang hingga 10 km ke arah timur laut

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

PERANCANGAN GEOMETRI JALAN REL MENGGUNAKAN BENTLEY MXRAIL

BAB III METODOLOGI MULAI. Investigasi Data Hidro- Oceanografi Dan Kepelabuhan

STUDI PEMILIHAN LOKASI ALTERNATIF PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN PENGARUH PENGALIHAN ALIRAN DARI STADION UTAMA TERHADAP GENANGAN TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI

. PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PANTAI KENDAL (SHORE PROTECTION SYSTEM PLANNING OF KENDAL)

Pemodelan Perubahan Morfologi Pantai Akibat Pengaruh Submerged Breakwater Berjenjang

STUDI KERENTANAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG BERDASARKAN PEMODELAN TRANSPORTASI SEDIMEN DI TELUK BUNGUS, SUMATERA BARAT

BAB IV METODE PENELITIAN

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di :

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

POLA PENYEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI BERDASARKAN ANALISIS DEBIT MAKSIMUM DAN MINIMUM DI MUARA SUNGAI PORONG, KABUPATEN PASURUAN

PEMODELAN EROSI SEDIMENTASI DI PERAIRAN SEKITAR LOKASI PLTU DAN PLTGU GRESIK

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

STUDI KARAKTERISTIK POLA ARUS DI PERAIRAN SELAT LAMPA, KABUPATEN NATUNA, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi. Agus Anugroho D.S. Warsito Atmodjo)

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

Analisis Konsolidasi dengan Menggunakan Metode Preloading dan Vertical Drain pada Areal Reklamasi Proyek Pengembangan Pelabuhan Belawan Tahap II

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

ANALISIS POLA ALIRAN DAN POLA SEDIMENTASI PADA WADUK SEI PAKU KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR ABSTRACT

PENENTUAN CHART DATUM PADA SUNGAI YANG DIPENGARUHI PASANG SURUT

STUDI ANALISA POLA SEBARAN SEDIMEN DENGAN PEMODELAN MENGGUNAKAN SURFACE-WATER MODELING SYSTEM

(Studi Kasus : Kolam 1 Pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta)

3.2. SURVEY PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: Pantai Sanur, Dermaga, Marina, Speedboat

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

PENGARUH POLA ALIRAN TERHADAP PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI (STUDI KASUS SUNGAI KAMPAR SEGMEN RANTAU BERANGIN KUOK)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STUDI PENANGGULANGAN SEDIMENTASI DI PELABUHAN DOMESTIK PT. TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA

Perbandingan Peramalan Gelombang dengan Metode Groen Dorrestein dan Shore Protection Manual di Merak-Banten yang di Validasi dengan Data Altimetri

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pengumpulan Data. Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder Data Primer

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PANTAI TANJUNG NIPAH, KALIMANTAN TENGAH

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 3 No. 1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2017 Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur ALDILA PUTRI SYAMSUDIN, YATI MULIATI, FACHRUL M Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung Email: aldilaputri.27@gmail.com ABSTRAK Rencana pengembangan daerah pariwisata di Kolong (Danau) Bandoeng Kabupaten Belitung Timur menggunakan kapal rencana yaitu kapal Yacht 473 GT. Alur pelayaran yang menghubungkan Laut Serdang dan Kolong Bandoeng memiliki dimensi yang sempit tidak memungkinkan kapal rencana untuk berlayar, sehingga dibutuhkan dimensi alur pelayaran baru sebagai prasarana penghubung antara Kolong Bandoeng dan Laut Serdang. Analisis dilakukan pada dua alur rencana berdasarkan hasil perhitungan dimensi alur dan pemodelan arus serta sedimentasi menggunakan software SMS 8.1. Hasil analisis didapatkan lebar alur lurus sebesar 64 m dan membelok 81 m, radius sebesar 433 m dengan > 35 dan kedalaman alur sebesar -5 m. Kecepatan arus pada alur lurus 0,075 m/s lebih besar dibandingkan pada alur membelok 0,067 m/s. Sebaran sedimen pada alur lurus lebih besar dibandingkan alur membelok, dengan sedimentasi yang sama sebesar 0,0075 m-0,009 m per 15 hari. Alur membelok dipilih sebagai alur pelayaran optimal (1.800 m). Volume pengerukan sebesar 159,019 m³. Kata kunci: alur pelayaran, kecepatan arus, sedimentasi, SMS 8.1. ABSTRACT Plan of tourism area development in Kolong (Lake) Bandoeng, East Belitung as using Yacht 473 GT. The narrow wide of navigation channel between sea Serdang and Kolong Bandoeng cause the ship is impossible to sail. Hence it we need to determine the dimention of new navigation channel, so it can be used for the yacht. Analysis was made for two navigation channel based on the product of channel dimension and current modeling along with sedimentation using SMS 8.1 software. The result shows that the width of straight channel is 64 m and curving 81 m, the radius is 433 m with > 35 and the depth of channel is -5 m. The current velocity of straight channel is 0.075 m/s bigger than on curving channel 0.067 m/s. Sedimentation spread on straight channel is bigger than on curving channel with same number of sedimentation 0.0075 m-0.009 m every 15 days. Curving channel selected as the optimal navigation channel (1,800 m). The dregging volume is 159.019 m³. Keywords: navigation channel, current velocity, sedimentation, SMS 8.1. Reka Racana - 1

Aldila Putri Syamsudin, Yati Muliati, Fachrul Madrapriya 1. PENDAHULUAN Pemerintah Kabupaten Belitung Timur merencanakan pengembangan area wisata Kolong Bandoeng sebagai tempat wisata bahari. Kapal yacht 473 GT direncanakan sebagai sarana pariwisata tersebut. Alur pelayaran yang menghubungkan laut Serdang menuju Kolong Bandoeng saat ini tidak memungkinkan kapal yacht 473 GT untuk berlayar, karena lebar alur tersebut terlalu kecil dan kedalaman alur terlalu dangkal serta penuh dengan sedimentasi yang berasal dari Laut Serdang. Perencanaan dimensi dan alur pelayaran baru merupakan solusi yang tepat untuk memudahkan kapal rencana berlayar masuk ke Kolong Bandoeng. Alur pelayaran baru yaitu berupa pembuatan beberapa alternatif alur pelayaran, lalu dipilih alur pelayaran yang optimal. Hal-hal yang harus ditinjau dalam memilih alur pelayaran yang optimal yaitu kemudahan kapal yacht 473 GT berlayar dan bermanuver masuk ke area Kolong Bandoeng dan menganalisis arus serta sedimentasi terkecil dari arah muara yang terjadi pada beberapa alternatif alur tersebut. Arus dan sedimentasi perlu di analisis menggunakan bantuan software. Salah satu software yang dimaksud adalah Surface Water Modelling System (SMS) 8.1. Software tersebut yang akan memodelkan hidrodinamika berupa arus dan sedimentasi yang terjadi pada alternatif alur yang telah direncanakan, sehingga setelah dianalisis dapat dipilih alur pelayaran optimal yang digunakan untuk area pariwisata Kolong Bandoeng tersebut. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alur Pelayaran Alur Pelayaran di laut adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapal angkutan laut (Peraturan Menteri Perhubungan No. 68 Tahun 2011). Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam pelabuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karakteristik alur masuk ke pelabuhan adalah keadaan traffic kapal, keadaan geografi dan meteorologi di daerah alur, sifat-sifat fisik dan variasi dasa saluran, fasilitas-fasilitas atau bantuan-bantuan yang diberikan pada pelayaran, karakteristik maksimum kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan, kondisi pasang surut, arus dan gelombang (Triatmodjo, Bambang, 2010). 2.2 Kedalaman Alur Kedalaman alur yang diperlukan dihitung melalui Persamaan 1 berikut: d alur = Loaded draft + Squat + Pitching & Rolling + Trim + Density Change +Empirial Factor `... (1) 2.3 Lebar Alur Lebar alur yang dihitung pada perencanaan alur ini sesuai dengan Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departement Perhubungan, Tahun 2006. Lebar alur lurus, dengan pemanfaatan alur rencana dua jalur, alur relatif panjang dan kondisi alur kapal jarang berpapasan (frekuensi lalu lintas kapal relatif sedikit) dapat dihitung melalui Persamaan 2. Lebar alur melengkung, dengan pemanfaatan alur rencana dua jalur dan kondisi alur kapal jarang berpapasan dapat dihitung melalui Persamaan 3 berikut: Lebar alur lurus = 4B + 30... (2) Reka Racana - 2

Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur dengan: B = lebar kapal (m) Lebar alur melengkung = 6B + 30... (3) 2.4 Radius Alur Hasil dari penggambaran posisi alur didapat A = 85 dan B = 64 seperti ditunjukkan pada Gambar 1, untuk > 35 radius alur dapat dihitung melalui Persamaan 4 berikut (Muliati, 2016): R = 10 L OA... (4) dengan: R = radius alur (m) L OA = panjang kapal (m) = sudut belokan ( ) Gambar 1. Nilai α yang dibuat untuk alur pelayaran membelok (Sumber: Hasil survei dan analisis data hidro-oseanografi, 2013) 2.5 Volume Pengerukan Perhitungan volume pengerukan dapat dihitung melalui Persamaan 5 berikut: Volume Pengerukan = dengan: A = luas penampang (m²) ((A STA awal)+(a STA selanjutnya)x Jarak 2... (5) 2.6 Pemodelan Arus dan Sedimentasi Pemodelan hidrodinamika berupa arus dan sedimentasi dapat dilakukan menggunakan beberapa software seperti MIKE 21 dan SMS. Penelitian ini melakukan pemodelan aktifitas hidrodinamika berupa arus dan sedimentasi menggunakan software Surface Water Modelling System (SMS) 8.1. SMS yaitu program pemodelan hidrodinamika yang dapat menghitung elevasi muka air dan kecepatan aliran untuk suatu masalah aliran pada perairan dangkal dan dapat mendukung pemodelan kondisi aliran langgeng (steady flow) maupun aliran tidak Reka Racana - 3

Aldila Putri Syamsudin, Yati Muliati, Fachrul Madrapriya langgeng (unsteady flow). SMS ini terdiri dari beberapa modul pemodelan sesuai dengan fungsinya masing-masing contohnya seperti GFGEN, RMA-2 dan SED-2D. GFGEN (Geometri File Generation) adalah program untuk membuat geometri dan file mesh elemen hingga untuk menjadi masukan sistem pemodelan SMS. Program ini melakukan pemeriksaan rutin mesh dan menyusun kembali mesh. Program GFGEN hanya membutuhkan file geometri ASCII sebagai input. RMA-2 (Resources Management Associates-2) adalah program inti dari SMS. RMA-2 adalah program elemen hingga dua dimensi untuk menyelesaikan masalah hidrodinamika. RMA-2 dapat digunakan untuk menghitung elevasi muka air dan kecepatan aliran pada titik-titik node dalam suatu mesh elemen hingga yang mewakili badan air daerah studi, seperti sungai, kolam, estuari atau pelabuhan. SED-2D adalah program pemodelan numerik 2-dimensi, yang dirata-ratakan dalam arah vertikal (kedalaman), untuk mensimulasi proses transportasi sedimen dalam saluran terbuka, seperti sungai, estuari dan perairan teluk. SED-2D dapat memprediksi dengan cukup akurat untuk pergerakan sedimen yang berupa pasir maupun lempung pada kondisi aliran langgeng maupun tak langgeng dengan asumsi kecepatan dan arah aliran dapat dianggap seragam pada seluruh kedalaman. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dimulai dengan menghitung dimensi kebutuhan alur pelayaran untuk kapal rencana, lalu dibuat alur pelayaran baru pada peta batimetri kemudian dilakukan pemodelan menggunakan sebuah software yang bernama SMS (Surface Water Modelling System) 8.1 menggunakan tiga buah modul. Modul pertama yaitu GFGEN dengan boundary condition berupa peta batimetri dan topografi. Modul kedua yaitu RMA-2 dengan boundary condition berupa data pasang surut jam-jaman selama 15 hari. Modul RMA-2 telah berhasil di running lalu masuk modul selanjutnya yaitu SED2D dengan boundary condition berupa data TSS (Total Suspended Solid) dengan satuan kg/m³. Dari hasil pemodelan ini dapat dilihat hasilnya berupa kondisi arus dan sedimentasi pada alur rencana. Tahapan penggunaan software ini dapat dilihat pada Gambar 2 untuk mendapatkan output arus dan sedimentasi yang terjadi diantara 2 alur rencana. XYZ SMS DXF GEO BC HOT SOL GFGEN BIN RMA2 SOL OT2 SED2D SED Gambar 2. Diagram alir penggunaan software SMS untuk output berupa sedimentasi (Sumber: Panduan simulasi SMS RMA-2 dan SED2D) 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Dimensi Alur Dimensi alur sangat diperlukan dalam pembuatan alur pelayaran baru. Data yang dibutuhkan untuk perhitungan dimensi alur yaitu data spesifikasi kapal rencana. Kapal yang ingin digunakan pada pengembangan pariwisata di Kolong Bandoeng oleh pemerintah Kabupaten Reka Racana - 4

Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur Belitung Timur adalah kapal yacht 473 GT dengan spesifikasi sebagai berikut (http://www.burgerboat.com/files/general): - Length Overall : 142' 00" (43.3m) - Beam : 28' 00'' (8.5m) - Draft (Full Load) : 7' 06'' (2.3m) - Gross Tonnage : 473 GT ITC - Main Engines : CAT 3412 E, 1000 BHP x 2 - Maximum Speed : 14.5 knots - Cruise Speed : 14 knots Dimensi alur pelayaran yang perlu dihitung yaitu lebar alur, radius alur dan kedalaman alur yang diperlukan. Lebar alur dihitung sesuai dengan Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departement Perhubungan, Tahun 2006. Lebar alur lurus dengan pemanfaatan alur rencana dua jalur dan alur relatif panjang serta kondisi alur kapal jarang berpapasan (frekuensi lalu lintas kapal relatif sedikit) sebesar 64 m. Lebar alur dengan pemanfaatan alur rencana dua jalur dan alur melengkung serta kondisi alur kapal jarang berpapasan sebesar 81 m. Radius alur melengkung untuk > 35 sebesar 433 m seperti yang terlihat pada Gambar 3. Gambar 3. Hasil lengkungan alur berdasarkan radius (Sumber: Hasil survei dan analisis data hidro-oseanografi, 2013) Kedalaman Alur kedalaman alur dihitung mulai dari titik 0,0 m yaitu pada saat kondisi LLWL. Berdasarkan perhitungan, didapat kedalaman alur sebesar -4,5 m -5 m dari LLWL. Potongan penampang melintang alur lurus dengan perbandingan kemiringan 1:2 seperti terlihat pada Gambar 4. Potongan penampang melintang alur melengkung dengan perbandingan kemiringan 1:2 seperti terlihat pada Gambar 5. Gambar 4. Daerah penampang potongan melintang alur lurus Reka Racana - 5

Aldila Putri Syamsudin, Yati Muliati, Fachrul Madrapriya Gambar 5. Daerah penampang potongan melintang alur melengkung 4.2 Pemodelan Arus Pemodelan arus ini menggunakan modul RMA 2 dengan kondisi batas berupa peta topografi dan bathimetri serta data pasang surut jam-jaman 15 hari. Grafik pasang surut di lokasi rencana dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil pemodelan RMA 2 berupa arus yang terjadi pada alur eksisting, alur lurus dan membelok dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 6. Grafik pasang surut lokasi rencana Gambar 7. Hasil running RMA 2 alur lurus dan alur membelok Dilakukan kalibrasi kecepatan arus data sekunder dan kecepatan arus hasil pemodelan alur eksisting menggunakan software SMS 8.1 pada titik pengamatan arus yang sama selama 26 jam seperti yang terlihat pada Gambar 8. Kecepatan arus maksimum sebesar 0,43 m/s dan kecepatan arus minimum sebesar 0,12 m/s berdasarkan data sekunder berupa hasil pengamatan menggunakan current meter. Kecepatan arus maksimum sebesar 0,48 m/s dan kecepatan arus minimum sebesar 0,00 m/s berdasarkan hasil pemodelan alur eksisting. Kecepatan arus maksimum dan minimum tidak memliki perbedaan yang besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pemodelan alur eksisting sudah sesuai dengan hasil pengamatan lapangan menggunakan current meter. Reka Racana - 6

Kecepatan (m/s) Kecepatan (m/s) Kecepatan (m/s) Kecepatan (m/s) Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur 0.6 0.4 0.2 Kecepatan Arus Berdasarkan Data Sekunder (m/s) 0 0 10 20 30 Jam Ke- Kecepatan Arus Hasil Pemodelan Alur Eksisting (m/s) Gambar 8. Grafik kecepatan arus berdasarkan data sekunder dan berdasarkan hasil pemodelan menggunakan SMS 8.1 pada alur eksisting Hasil pemodelan alur pelayaran rencana yang terlihat pada Gambar 9 digunakan sebagai salah satu faktor pemilihan alur pelayaran terpilih. Kecepatan arus pada alur-alur rencana jauh lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan arus eksisting dikarenakan dimensi alur rencana lebih besar dibandingkan dengan dimensi alur eksisting. Kecepatan maksimal arus pada alur lurus = 0,075 m/s sedangkan kecepatan maksimal arus pada alur membelok = 0,068 m/s. 0.6 0.4 0.2 0 0 10 20 30 Jam Ke- Kecepatan Arus Pada Alur Lurus (m/s) 0.015 0.01 0.005 0 0 10 20 30 Jam Ke- Kecepatan Arus Pada Alur Membelok (m/s) 0.02 0.015 0.01 0.005 0 0 10 20 30 Jam Ke- Gambar 9. Grafik kecepatan arus berdasarkan hasil pemodelan pada alur rencana 4.3 Pemodelan Sedimentasi Setelah menyelesaikan pemodelan arus menggunakan modul RMA 2, pemodelan sedimentasi menggunakan modul SED2D bisa dilakukan. Kondisi batas untuk pemodelan sedimentasi yaitu data besaran nilai konsentrasi sedimen layang atau nilai TSS (Total Suspended Soil) (kg/m³) yang disajikan pada Tabel 1 hasil uji laboratorium di Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Tabel 1. Hasil Analisis Laboratorium untuk Sebaran Fraksi Sedimen Layang di Kawasan Kolong Bandoeng No. Kode Sample Satuan Reka Racana - 7 Metode Analisis Hasil Analisis (TSS) 9 1 MV 2 Kolong mg/l SMEWW 2540-D 76 3 Laut 9 Besaran nilai TSS di laut sebesar 9 mg/l. Boundary condition pada modul SED2D digunakan satuan kg/m³, maka nilai konsentrasi sedimen layang di laut = 9 x10-9 kg/m³. Saat

Aldila Putri Syamsudin, Yati Muliati, Fachrul Madrapriya pemodelan menggunakan nilai konsentrasi sesuai data yang ada, tidak terjadi pergerakan dan penumpukan sedimen yang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan. Keadaan di lapangan menggambarkan terjadinya sedimentasi yang hampir menutupi alur di muara. Berdasarkan tinjauan tersebut, diperlukan pemodelan pendekatan menggunakan asumsi nilai konsentrasi sedimen agar hasil sedimentasi bisa mendekati keadaan asli di lapangan. Asumsi nilai konsentrasi sedimen layang yang digunakan sebesar 0,01 kg/m³. Hasil pemodelan menggunakan modul SED2D setelah di running dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Hasil running modul SED2D alur rencana Hasil bed change yang terlihat pada Gambar 11 pada hari ke-15 ketebalan maksimal sedimentasi dari arah muara di alur lurus dan membelok berkisar 0,0075 m-0,009 m. Alur lurus terlihat lebih banyak terjadi sedimentasi dibandingkan dengan alur membelok. Gambar 11. Hasil bed change alur rencana 4.4 Pemilihan Alur Pemilihan alur pelayaran ditinjau dari beberapa aspek seperti yang terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Faktor Penilaian Pemilihan Alur Pelayaran Optimal Faktor Penilaian Alur Lurus Alur Membelok Teknis Alur Pelayaran Manuver Kapal Manuver Kapal lebih Mudah Lebih Sulit Arus (m/s) 0,075 0,068 Sebaran Sedimentasi Dari Arah Muara Lebih Luas Lebih Sempit Reka Racana - 8

Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur Ditinjau dari hasil penilaian diatas dapat disimpulkan bahwa alur yang dipilih adalah alur pelayaran membelok. 4.5 Volume Pengerukan Volume pengerukan yang dihitung adalah volume pengerukan alur pelayaran yang terpilih yaitu alur pelayaran membelok dengan perhitungan luas area penampang setiap jarak 50 m, dari STA 0+000 STA 1+800 seperti yang terlihat pada Gambar 12. Total volume pengerukan sebesar 159,019 m³. Contoh penampang pengerukan dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 12. Layout alur pelayaran terpilih Gambar 13. Contoh penampang pengerukan Reka Racana - 9

Aldila Putri Syamsudin, Yati Muliati, Fachrul Madrapriya 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan seluruh rangkaian pembahasan, analisis dan pemodelan, kesimpulan yang dapat diambil adalah lebar alur lurus sebesar 64 m dan lebar alur membelok sebesar 81 m. Radius alur sebesar 10 L OA = 433 m, dengan A = 64 dan B = 85. Kedalaman alur dihitung mulai dari titik 0,0 m yaitu pada saat kondisi LLWL sebesar -5 m. Dari hasil running SMS-8.1 menggunakan modul RMA 2 arus berasal dari laut dan kecepatan arus pada alur yang lurus (0,075 m/s) lebih besar dibanding dengan alur membelok (0,068 m/s). Hasil kalibrasi antara arus berdasarkan pengamatan di lapangan dan pemodelan alur eksisting menggunakan SMS 8.1 sudah sesuai. Sedimentasi maksimal dari arah muara yang terjadi antara alur lurus dan membelok sama yaitu 0,0075 m-0,009 m per 15 hari. Sebaran sedimentasi dari arah muara terlihat lebih besar pada alur lurus dibandingkan dengan pada alur membelok. Arah datang sedimen berasal dari arah datangnya arus. Alur optimal yang dipilih yaitu alur membelok sepanjang 1.800 m. Volume pengerukan pada alur membelok sebesar 159,019 m³. Saran dari hasil penelitian ini yaitu dapat ditinjau ulang pemodelan arus dan sedimentasi pada masing-masing alur menggunakan software lain seperti MIKE 21 dengan mempertimbangkan faktor gelombang, karena pemodelan arus pada alur menggukan SMS 8.1 hanya dapat menginput data pasang surut jam-jaman dan tidak dapat menginput data gelombang karena modul gelombang berbeda dengan modul arus dan sedimentasi. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis pembuatan revetment berupa jetty untuk menghindari terjadinya sedimentasi yang datang dari arah datangnya arus. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai fasilitas laut untuk kapal Yacht 437 GT dan fasilitas darat untuk pelabuhan pariwisata. DAFTAR RUJUKAN Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan. (2006). Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi. Jakarta: Departemen Perhubungan. Kramadibrata, S. (2010). Rekayasa Pelabuhan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Laboratorium Mekanika Tanah. (2013). Hasil Analisis Sedimen Layang. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Muliati, Y. (2016). Buku Ajar Rekayasa Pelabuhan. Bandung: Institut Teknologi Nasional. Peraturan Menteri Perhubungan No. 68. (2011). Alur Pelayaran Laut. Jakarta: Menteri Perhubungan Republik Indonesia. Hasil Survei dan Analisis Data Hidro-Oseanografi. (2013). Bandung: PT Intimulya Multikencana. Spesifikasi Kapal Yacht 473 GT. (2016). Diambil dari http://www.burgerboat.com/files/general. Diunduh tanggal (18 Maret 2016). Triatmodjo, B. (2010). Rekayasa Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset. Reka Racana - 10