BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasan yang dimulai dengan gambaran responden penelitian, gambaran tingkat pengetahuan, gambaran kesiapan, dan diakhiri dengan pembahasan. 4.1 GAMBARAN RESPONDEN PENELITIAN Penelitian dilakukan pada 6 Sekolah Dasar Negeri, antara lain: SDN Sidorejo Lor 01, SDN Sidorejo Lor 02, SDN Sidorejo Lor 03, SDN Sidorejo Lor 04, SDN Sidorejo Lor 06, SDN Sidorejo Lor 07, dan 2 Sekolah Menengah Pertama Swasta, antara lain: SMP Pangudi Luhur, dan SMP Islam Sultan Fattah yang semuanya terletak di daerah Kelurahan Sidorejo Lor, Salatiga. Subyek penelitian terdiri dari orang siswi remaja awal yang berusia 10-14 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Berikut ini ditampilkan distribusi responden berdasarkan usia. 53
54 72 66 Frekuensi Persentase 36,5% 33,5% 46 23,4% 11 5,6% 2 1% 10 tahun 11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Responden Berdasarkan Usia (n=) Tabel di atas menunjukkan bahwa responden paling muda berusia 10 tahun dan responden paling tua berusia 14 tahun. Responden terbanyak adalah yang berusia 10 tahun dengan persentase sebesar 36,5%. 4.2 TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI Dalam variabel tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia eksterna saat menstruasi terdapat 18 item pertanyaan. Berikut hasil analisis tingkat pengetahuan responden per item yang akan disajikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Kebersihan Genitalia Eksterna Saat Menstruasi (n=) Pertanyaan Benar Salah Total 1. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Kebersihan Diri 154 (78,2%) 43 (21,8%) 2. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Kebersihan Diri Saat Menstruasi 105 (53,3%) 92 (46,7%) 3. Pengetahuan Responden Terhadap Tujuan Menjaga Kebersihan Organ Kewanitaan Pada Saat Menstruasi 4. Pengetahuan Responden Terhadap Hal Yang Dilakukan Sebelum Membersihkan Alat Kelamin 5. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Pembalut Wanita 6. Pengetahuan Responden Terhadap Bahan Pembalut yang Sebaiknya Digunakan 7. Pengetahuan Responden Terhadap Dampak Tidak Mengganti Pembalut 8. Pengetahuan Responden Terhadap Dampak Penggunaan Pembalut Kotor Bagi Kesehatan 9. Pengetahuan Responden Terhadap Intensitas Mengganti Pembalut Ideal 10. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Kebersihan Alat Kelamin 11. Pengetahuan Responden Terhadap Intensitas Mengganti Celana Dalam Saat Menstruasi 12. Pengetahuan Responden Terhadap Bahan Celana Dalam yang Baik 13. Pengetahuan Responden Terhadap Cara Penjagaan Alat Kelamin 14. Pengetahuan Responden Terhadap Penyakit yang Timbul Akibat Alat Kelamin Tidak Dijaga Dengan Bersih 15. Pengetahuan Responden Terhadap Alasan Mengganti Pembalut 139 (70,6%) 134 (68,0%) 173 (87,8%) 192 (97,5%) 166 (84,3%) 158 (80,2%) 35 (17,8%) 141 (71,6%) 77 (39,1%) 92 (46,7%) 15 (7,6%) 113 (57,4%) 86 (43,7%) 58 (24,9%) 63 (32,0%) 24 (12,2%) 5 (2,5%) 31 (15,7%) 39 (19,8%) 162 (82,2%) 56 (28,4%) 120 (60,9%) 105 (53,3%) 182 (92,4%) 84 (42,6%) 111 (56,3%) 55
56 16. Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Pantyliner 17. Pengetahuan Responden Tterhadap Cara Mencuci Alat Kelamin yang Benar 18. Pengetahuan Responden Terhadap Hal yang Dilakukan Setelah Membersihkan Alat Kelamin 136 (69,0%) 99 (50,3%) 172 (87,3%) 61 (31,0%) 98 (49,7%) 25 (12,7%) Berdasarkan hasil jawaban responden untuk variabel tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia eksterna saat menstruasi di atas maka dapat diinterpretasikan hasil rekapitulasi tingkat pengetahuan responden adalah sebagai berikut: Frekuensi Persentase 83 79 42,1% 40,1% 35 17,8% Rendah Cukup Baik Gambar 4.2 Hasil Analisis Tingkat Pengetahuan Tentang Kebersihan Genitalia Eksterna Saat Menstruasi (n=)
57 4.3 KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE Dalam variabel kesiapan menghadapi menarche terdapat 10 item pernyataan. Berikut hasil analisis kesiapan menghadapi menarche responden per item yang akan disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Analisis Kesiapan Responden Menghadapi Menarche (n=) Pertanyaan Benar Salah Total 150 47 (76,1%) (23,9%) 1. Kesiapan Responden Terhadap Penerimaan Terhadap Perubahan Primer Pada Usia Pubertas 2. Kesiapan Responden Terhadap Sebutan Untuk Keluarnya Darah Dari Alat Kelamin yang Terjadi Secara Periodik 3. Kesiapan Responden Terhadap Persepsi Bahwa Wanita Akan Mengalami Menstruasi 4. Kesiapan Responden TerhadapKemauan Mencari Informasi Mengenai Hal-Hal yang Berhubungan Dengan Menstruasi Melalui Orang Lain 5. Kesiapan Responden TerhadapKemauan Mencari Informasi Mengenai Hal-Hal yang Berhubungan Dengan Menstruasi Melalui Media Informasi 6. Kesiapan Responden Terhadap Salah Satu Tanda Terjadinya Menstruasi Pada Remaja Putri 7. Kesiapan Responden Terhadap Ketakutan Terhadap Terjadinya Menstruasi 8. Kesiapan Responden Terhadap Persepsi Bahwa Menstruasi Adalah Hal Yang Kotor dan Menjijikkan 146 (74,1%) 186 (94,4%) 130 (66,0%) 128 (65,0%) 53 (26,9%) 41 (20,8%) 67 (34,0%) 51 (25,9%) 11 (5,6%) 67 (34,0%) 69 (35,0%) 144 (73,1%) 156 (79,2%) 130 (66,0%)
58 9. Kesiapan Responden Terhadap Persiapan Dengan Membawa Pembalut Untuk Menghadapi Menstruasi Pertama 10. Kesiapan Responden Terhadap Cara Pakai Pembalut yang Benar 53 (26,9%) 143 (72,6%) 144 (73,1%) 54 (27,4%) Berdasarkan hasil jawaban responden untuk variabel kesiapan menghadapi menarche di atas, maka dapat diinterpretasikan kesiapan responden adalah sebagai berikut: Frekuensi Persentase 72 81 44 22,3% 36,5% 41,1% Rendah Sedang Tinggi Gambar 4.3 Hasil Analisis Kesiapan Menghadapi Menarche (n=)
59 4.5 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.4.1 Tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia eksterna saat menstruasi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebanyak 42,1% responden di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga tergolong pengetahuan rendah. Dalam penelitian ini sebagian besar responden menjawab benar pada pengetahuan terkait perubahan biologis. Namun, responden sebagian besar menjawab salah pada pengetahuan mengenai praktik dalam menjaga kebersihan genitalia. Dalam penelitian Fetohy di Riyadh (2007) didapatkan bahwa rata-rata skor tingkat pengetahuan tentang menstruasi yang mencakup aspek fisiologi dan menstrual hygiene masih rendah. Hasil penelitian Marvan & Bejarano (2005) mengindikasikan bahwa hygiene dan fungsi tubuh merupakan topik yang paling banyak diperbincangkan. Kecenderungan ini hanya berfokus pada hal-hal yang biologis dan aspek kehigienisan saat menstruasi yang menghasilkan sebuah ketidaksinambungan antara pengetahuan dan pengalaman biologis pada anak perempuan itu sendiri. Dengan rendahnya tingkat pengetahuan mengenai praktik menjaga kebersihan,
60 responden berpotensi memiliki praktik hygiene yang rendah pula. Hal ini selaras dengan penelitian Omidvar & Begum (2010) di India Selatan yang menyatakan bahwa salah satu yang dapat mempengaruhi perilaku dan praktik dalam menstrual hygiene adalah kesadaran. Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa salah satu proses seseorang sebelum mengadopsi perilaku baru adalah awareness (kesadaran). Kesadaran berhubungan langsung dengan pengetahuan, oleh karena itu apabila responden memiliki kesadaran yang baik maka respondenpun akan menunjukkan praktik menjaga kebersihan genitalia yang baik pula. Menurut Azwar (2000), pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pengetahuan tentang kebersihan genitalia eksterna saat menstruasi yang dimiliki oleh remaja awal yang belum mengalami menarche akan mempengaruhi sikapnya dalam menghadapi menarche dan apa yang seharusnya dilakukan jika sudah menstruasi nantinya.
61 Sesuai dengan hasil penelitian Nagar dan Aimol di Meghalaya, India (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh remaja tentang menstruasi akan mempengaruhi persepsi remaja tentang menstruasi pertama (menarche). Jika persepsi yang dibentuk remaja tentang menstruasi pertama (menarche) positif, maka hal ini akan berpengaruh pada kesiapan remaja dalam berperilaku dalam menjaga kebersihan organ genitalianya. Mayoritas responden belum mendapatkan informasi mengenai pengetahuan praktis dalam memelihara kebersihan genitalia saat menstruasi. Hal ini disebabkan oleh belum adanya materi pembelajaran kesehatan reproduksi mengenai kebersihan genitalia saat menstruasi. Fetohy (2007) menyatakan bahwa meskipun perubahan perilaku merupakan tujuan utama dalam program pendidikan kesehatan, namun setiap kenaikan tingkat pengetahuan tidak selalu berdampak pada perubahan perilaku. Dalam penelitian Dasgupta & Sarkar (2008) di Bengal Selatan diperoleh hasil bahwa persepsi yang salah, dan praktis yang buruk terhadap menstruasi masih sangat jauh dari memuaskan. Dalam penelitian Anibue & Nwankwo (2009) diperoleh hasil bahwa pelatihan pre-menarche dalam
62 kurikulum sekolah dasar sangat diharapkan dapat menyediakan guru yang ditujukan untuk aspek praktis dalam manajemen menstruasi di kelas formal. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan Kumcagiz & Avci (2011) di Samsun City yang menyatakan bahwa perawat atau tenaga kesehatan yang bekerja di sekolah sangat dibutuhkan dalam memandu dan memberikan informasi mengenai menstruasi dan kebersihannya sehingga siswi dapat mengarah pada perilaku yang positif. Terkait pengetahuan kebersihan genitalia saat menstruasi, penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia saat menstruasi ini masih tergolong rendah. Pengetahuan ini dipengaruhi oleh faktor aspek fisiologi dan kehigienisan saat menstruasi Remaja memilki pengetahuan yang baik dari segi aspek fisiologi, namun belum memiliki informasi yang adekuat yang ditinjau dari aspek praktis atau kehigienisan saat menstruasi. Kurangnya sumber informasi mengenai praktis dalam kehigienisan saat menstruasi menjadi penyebab rendahnya pengetahuan remaja. Seorang anak perempuan yang memiliki pengetahuan yang rendah terhadap kebersihan genitalia akan secara potensial berpengaruh terhadap perilakunya dalam menghadapi menstruasi, dan
63 dalam hal ini akan mempengaruhi bagaimana remaja memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan genitalianya. Kesadaran dapat dibentuk dengan pengetahuan yang baik, yang secara langsung mengacu pada perolehan informasi yang didapatkan mengenai kehigienisan saat menstruasi. Partisipasi dari ibu, kakak, atau saudara perempuan dalam memberikan informasi mengenai menstruasi dan kehigienisan saat menstruasi sangatlah dibutuhkan. Namun hal itu saja tidak cukup, berdasarkan pada hasil ini keberadaan dan partisipasi tenaga kesehatan atau perawat yang bekerja di area sekolah sangat penting dalam memberikan informasi yang signifikan seperti fisiologi menstruasi, karakteristik perkembangan seksual sekunder, pemilihan pembalut, dan teknik perawatan alat genital dibutuhkan oleh seorang remaja sesuai dengan tahap perkembangannya. 4.4.2 Kesiapan Menghadapi Menarche Yusuf (2002) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek mengenai kesiapan, yaitu: aspek pemahaman, aspek penghayatan, dan aspek kesediaan. Ditinjau dari aspek pemahaman, sebanyak 76,1% responden menyadari bahwa perubahan fisik yang dialami oleh responden
64 merupakan hal yang normal. Ditinjau dari aspek penghayatan, sebanyak 74,1% responden berada pada kondisi psikologis dimana mereka siap bahwa menarche akan terjadi pada setiap wanita dan datangnya menarche merupakan sesuatu yang wajar dan normal. Sedangkan ditinjau dari aspek kesediaan, sebanyak 66,0% responden berada pada kondisi psikologis dimana mereka berusaha bertanya atau mencari tahu mengenai menstruasi pertama (menarche) sebagai bentuk persiapan mereka dalam menghadapi menarche. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sebanyak 41,1% responden tergolong ke dalam kategori tingkat kesiapan tinggi. Maka dapat dikatakan bahwa rata-rata responden merasa memiliki kondisi yang siap untuk memberikan respon yang positif terhadap terjadinya menarche. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 76,1% dari total keseluruhan responden memiliki penerimaan yang baik terhadap perubahan kelamin primer pada usia pubertas. Begitupula dengan persepsi bahwa wanita akan mengalami menstruasi (94,4%), responden yang merasa ketakutan terhadap terjadinya menstruasi hanya sebesar 20,8%, dan responden
65 yang memiliki persepsi bahwa menstruasi adalah hal yang kotor dan menjijikkan hanya 34,0% dari total keseluruhan. Hal ini sesuai dengan Santrock (2003) yang mengemukakan bahwa reaksi yang paling sering muncul dalam respon anak perempuan terhadap menarche adalah positif. Hal ini dapat diartikan bahwa menarche dijadikan indeks kedewasaan mereka. Reaksi yang positif mengindikasikan bahwa anak perempuan yang telah menstruasi diasumsikan telah mampu memiliki anak, mengalami sesuatu yang membuat mereka menjadi wanita yang lebih dewasa, dan menjadikan mereka lebih mirip dengan teman-temannya yang sudah mengalami menstruasi. Aspek negatif dari menarche yang paling sering dilaporkan oleh anak perempuan adalah kerepotan (membawa pembalut pengganti) dan rasa kotor pada daerah alat kelamin akibat darah menstruasi. Sebagian kecil anak perempuan juga mengindikasikan bahwa menarche melibatkan ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional. Anak perempuan yang tidak siap menghadapi menarche mengindikasikan perasaan negatif terhadap menstruasi daripada mereka yang lebih siap menghadapi dimulainya siklus menstruasi (Santrock, 2003).
66 Hendrik (2006) menyatakan bahwa selain informasi yang diperoleh remaja dari keluarga (ibu atau saudara kandung), kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) juga dipengaruhi oleh paparan informasi yang didapatkan dari televisi, radio, majalah atau jurnal. Pada masa remaja beberapa media informasi tersebut menjadi media sumber informasi yang dapat menjawab rasa keingintahuan remaja. Dengan demikian, remaja mulai dapat mengenal dan menerima berbagai perubahan yang akan terjadi pada tubuhnya sehingga remaja dapat memiliki citra diri yang baik saat menstruasi pertama (menarche). Dari hal-hal tersebut menandakan bahwa pemahaman yang mendalam mengenai proses menstruasi sangat diperlukan sehingga remaja awal dapat siap menerima dan pada akhirnya mengalami menstruasi pertama (menarche) yang diartikan sebagai sebuah tahap perkembangan yang normal. Remaja yang tidak diberitahu atau tidak dipersiapkan dengan baik sejak awal tentang bagaimana cara menjaga kebersihan genitalia saat menstruasi, maka pengalaman akan adanya perubahan fisik tersebut dapat menjadi suatu kebiasaan yang salah. Hal ini sesuai dengan penelitian Anibue & Nwankwo (2009) di Nigeria bahwa ketiadaan
67 persiapan pre-menarche akan menghasilkan pengalaman menstruasi yang salah dan minimnya praktik kehigienisan saat menstruasi. Terkait kesiapan menghadapi menarche, hasil penelitian ini menyatakan bahwa responden memiliki kesiapan yang tergolong tinggi. Remaja berespon positif terhadap datangnya menstruasi dengan mulai dapat mengenal dan menerima perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri akibat perubahan primer pada usia pubertas dan siap menghadapi menstruasi. Kesiapan ini juga akan berpengaruh terhadap perilaku atau praktik dalam menghadapi menstruasi. Remaja sebaiknya diberikan pemahaman yang mendalam sejak dini mengenai fisiologi menstruasi dan menstrual hygiene sebagai bentuk persiapan dalam menerima perubahan dan membentuk perilaku yang positif dalam menghadapi menarche. 4.5 KETERBATASAN PENELITIAN Dalam aspek religi agama Islam, darah menstruasi merupakan hal yang kotor dan termasuk ke dalam najis. Pandangan seperti ini sudah diberikan dari orang tua ataupun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sejak dini. Sedangkan mayoritas responden adalah beragama Islam. Hal ini
68 menyebabkan sulitnya menyamakan persepsi bahwa darah merupakan sesuatu yang menjijikkan dan sudah tentu tergolong najis atau hanya darah merupakan sesuatu yang menjijikkan.