BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Wong,2008).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wanita berbeda-beda waktunya dalam mendapatkan menarche atau

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

PENGETAHUAN MENSTRUASI REMAJA YANG MENGALAMI SUBSTITUSI POLA ASUH PADA KELUARGA TKI. Hery Ernawati

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

tentang kesiapan remaja putri dari aspek pemahaman terhadap menarche, mengetahui tentang kesiapan remaja putri dari aspek penghayatan dalam

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

INSTRUMEN PENELITIAN MEDAN TAHUN 2010

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau remaja awal (Monks, 2006). Masa pra pubertas ini memiliki banyak potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tumpuan harapan yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa Indonesia. Sebagai

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

Lampiran 1 Kuestioner Sikap Ibu terhadap Pendidikan Seks KUESTIONER SIKAP IBU TERHADAP PENDIDIKAN SEKS PADA PRAREMAJA USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas IX. Hasil isian kuesioner yang dipakai pada pengolahan data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

Yeni Fitkarida. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masa keserasian bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun.

Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada Siswi SDN Tegal Gede 01 Dalam Rangka Menghadapi Menarche

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIKAP REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

DAFTAR PUSTAKA. Adi, R. (2004). Metodologi Penelitian Sosiologi Dan Hukum. Jakarta: Granit.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun.masa keserasian bersekolah ini

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasan yang dimulai dengan gambaran responden penelitian, gambaran tingkat pengetahuan, gambaran kesiapan, dan diakhiri dengan pembahasan. 4.1 GAMBARAN RESPONDEN PENELITIAN Penelitian dilakukan pada 6 Sekolah Dasar Negeri, antara lain: SDN Sidorejo Lor 01, SDN Sidorejo Lor 02, SDN Sidorejo Lor 03, SDN Sidorejo Lor 04, SDN Sidorejo Lor 06, SDN Sidorejo Lor 07, dan 2 Sekolah Menengah Pertama Swasta, antara lain: SMP Pangudi Luhur, dan SMP Islam Sultan Fattah yang semuanya terletak di daerah Kelurahan Sidorejo Lor, Salatiga. Subyek penelitian terdiri dari orang siswi remaja awal yang berusia 10-14 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Berikut ini ditampilkan distribusi responden berdasarkan usia. 53

54 72 66 Frekuensi Persentase 36,5% 33,5% 46 23,4% 11 5,6% 2 1% 10 tahun 11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Responden Berdasarkan Usia (n=) Tabel di atas menunjukkan bahwa responden paling muda berusia 10 tahun dan responden paling tua berusia 14 tahun. Responden terbanyak adalah yang berusia 10 tahun dengan persentase sebesar 36,5%. 4.2 TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI Dalam variabel tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia eksterna saat menstruasi terdapat 18 item pertanyaan. Berikut hasil analisis tingkat pengetahuan responden per item yang akan disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Kebersihan Genitalia Eksterna Saat Menstruasi (n=) Pertanyaan Benar Salah Total 1. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Kebersihan Diri 154 (78,2%) 43 (21,8%) 2. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Kebersihan Diri Saat Menstruasi 105 (53,3%) 92 (46,7%) 3. Pengetahuan Responden Terhadap Tujuan Menjaga Kebersihan Organ Kewanitaan Pada Saat Menstruasi 4. Pengetahuan Responden Terhadap Hal Yang Dilakukan Sebelum Membersihkan Alat Kelamin 5. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Pembalut Wanita 6. Pengetahuan Responden Terhadap Bahan Pembalut yang Sebaiknya Digunakan 7. Pengetahuan Responden Terhadap Dampak Tidak Mengganti Pembalut 8. Pengetahuan Responden Terhadap Dampak Penggunaan Pembalut Kotor Bagi Kesehatan 9. Pengetahuan Responden Terhadap Intensitas Mengganti Pembalut Ideal 10. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Kebersihan Alat Kelamin 11. Pengetahuan Responden Terhadap Intensitas Mengganti Celana Dalam Saat Menstruasi 12. Pengetahuan Responden Terhadap Bahan Celana Dalam yang Baik 13. Pengetahuan Responden Terhadap Cara Penjagaan Alat Kelamin 14. Pengetahuan Responden Terhadap Penyakit yang Timbul Akibat Alat Kelamin Tidak Dijaga Dengan Bersih 15. Pengetahuan Responden Terhadap Alasan Mengganti Pembalut 139 (70,6%) 134 (68,0%) 173 (87,8%) 192 (97,5%) 166 (84,3%) 158 (80,2%) 35 (17,8%) 141 (71,6%) 77 (39,1%) 92 (46,7%) 15 (7,6%) 113 (57,4%) 86 (43,7%) 58 (24,9%) 63 (32,0%) 24 (12,2%) 5 (2,5%) 31 (15,7%) 39 (19,8%) 162 (82,2%) 56 (28,4%) 120 (60,9%) 105 (53,3%) 182 (92,4%) 84 (42,6%) 111 (56,3%) 55

56 16. Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Pantyliner 17. Pengetahuan Responden Tterhadap Cara Mencuci Alat Kelamin yang Benar 18. Pengetahuan Responden Terhadap Hal yang Dilakukan Setelah Membersihkan Alat Kelamin 136 (69,0%) 99 (50,3%) 172 (87,3%) 61 (31,0%) 98 (49,7%) 25 (12,7%) Berdasarkan hasil jawaban responden untuk variabel tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia eksterna saat menstruasi di atas maka dapat diinterpretasikan hasil rekapitulasi tingkat pengetahuan responden adalah sebagai berikut: Frekuensi Persentase 83 79 42,1% 40,1% 35 17,8% Rendah Cukup Baik Gambar 4.2 Hasil Analisis Tingkat Pengetahuan Tentang Kebersihan Genitalia Eksterna Saat Menstruasi (n=)

57 4.3 KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE Dalam variabel kesiapan menghadapi menarche terdapat 10 item pernyataan. Berikut hasil analisis kesiapan menghadapi menarche responden per item yang akan disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Analisis Kesiapan Responden Menghadapi Menarche (n=) Pertanyaan Benar Salah Total 150 47 (76,1%) (23,9%) 1. Kesiapan Responden Terhadap Penerimaan Terhadap Perubahan Primer Pada Usia Pubertas 2. Kesiapan Responden Terhadap Sebutan Untuk Keluarnya Darah Dari Alat Kelamin yang Terjadi Secara Periodik 3. Kesiapan Responden Terhadap Persepsi Bahwa Wanita Akan Mengalami Menstruasi 4. Kesiapan Responden TerhadapKemauan Mencari Informasi Mengenai Hal-Hal yang Berhubungan Dengan Menstruasi Melalui Orang Lain 5. Kesiapan Responden TerhadapKemauan Mencari Informasi Mengenai Hal-Hal yang Berhubungan Dengan Menstruasi Melalui Media Informasi 6. Kesiapan Responden Terhadap Salah Satu Tanda Terjadinya Menstruasi Pada Remaja Putri 7. Kesiapan Responden Terhadap Ketakutan Terhadap Terjadinya Menstruasi 8. Kesiapan Responden Terhadap Persepsi Bahwa Menstruasi Adalah Hal Yang Kotor dan Menjijikkan 146 (74,1%) 186 (94,4%) 130 (66,0%) 128 (65,0%) 53 (26,9%) 41 (20,8%) 67 (34,0%) 51 (25,9%) 11 (5,6%) 67 (34,0%) 69 (35,0%) 144 (73,1%) 156 (79,2%) 130 (66,0%)

58 9. Kesiapan Responden Terhadap Persiapan Dengan Membawa Pembalut Untuk Menghadapi Menstruasi Pertama 10. Kesiapan Responden Terhadap Cara Pakai Pembalut yang Benar 53 (26,9%) 143 (72,6%) 144 (73,1%) 54 (27,4%) Berdasarkan hasil jawaban responden untuk variabel kesiapan menghadapi menarche di atas, maka dapat diinterpretasikan kesiapan responden adalah sebagai berikut: Frekuensi Persentase 72 81 44 22,3% 36,5% 41,1% Rendah Sedang Tinggi Gambar 4.3 Hasil Analisis Kesiapan Menghadapi Menarche (n=)

59 4.5 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.4.1 Tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia eksterna saat menstruasi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebanyak 42,1% responden di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga tergolong pengetahuan rendah. Dalam penelitian ini sebagian besar responden menjawab benar pada pengetahuan terkait perubahan biologis. Namun, responden sebagian besar menjawab salah pada pengetahuan mengenai praktik dalam menjaga kebersihan genitalia. Dalam penelitian Fetohy di Riyadh (2007) didapatkan bahwa rata-rata skor tingkat pengetahuan tentang menstruasi yang mencakup aspek fisiologi dan menstrual hygiene masih rendah. Hasil penelitian Marvan & Bejarano (2005) mengindikasikan bahwa hygiene dan fungsi tubuh merupakan topik yang paling banyak diperbincangkan. Kecenderungan ini hanya berfokus pada hal-hal yang biologis dan aspek kehigienisan saat menstruasi yang menghasilkan sebuah ketidaksinambungan antara pengetahuan dan pengalaman biologis pada anak perempuan itu sendiri. Dengan rendahnya tingkat pengetahuan mengenai praktik menjaga kebersihan,

60 responden berpotensi memiliki praktik hygiene yang rendah pula. Hal ini selaras dengan penelitian Omidvar & Begum (2010) di India Selatan yang menyatakan bahwa salah satu yang dapat mempengaruhi perilaku dan praktik dalam menstrual hygiene adalah kesadaran. Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa salah satu proses seseorang sebelum mengadopsi perilaku baru adalah awareness (kesadaran). Kesadaran berhubungan langsung dengan pengetahuan, oleh karena itu apabila responden memiliki kesadaran yang baik maka respondenpun akan menunjukkan praktik menjaga kebersihan genitalia yang baik pula. Menurut Azwar (2000), pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pengetahuan tentang kebersihan genitalia eksterna saat menstruasi yang dimiliki oleh remaja awal yang belum mengalami menarche akan mempengaruhi sikapnya dalam menghadapi menarche dan apa yang seharusnya dilakukan jika sudah menstruasi nantinya.

61 Sesuai dengan hasil penelitian Nagar dan Aimol di Meghalaya, India (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh remaja tentang menstruasi akan mempengaruhi persepsi remaja tentang menstruasi pertama (menarche). Jika persepsi yang dibentuk remaja tentang menstruasi pertama (menarche) positif, maka hal ini akan berpengaruh pada kesiapan remaja dalam berperilaku dalam menjaga kebersihan organ genitalianya. Mayoritas responden belum mendapatkan informasi mengenai pengetahuan praktis dalam memelihara kebersihan genitalia saat menstruasi. Hal ini disebabkan oleh belum adanya materi pembelajaran kesehatan reproduksi mengenai kebersihan genitalia saat menstruasi. Fetohy (2007) menyatakan bahwa meskipun perubahan perilaku merupakan tujuan utama dalam program pendidikan kesehatan, namun setiap kenaikan tingkat pengetahuan tidak selalu berdampak pada perubahan perilaku. Dalam penelitian Dasgupta & Sarkar (2008) di Bengal Selatan diperoleh hasil bahwa persepsi yang salah, dan praktis yang buruk terhadap menstruasi masih sangat jauh dari memuaskan. Dalam penelitian Anibue & Nwankwo (2009) diperoleh hasil bahwa pelatihan pre-menarche dalam

62 kurikulum sekolah dasar sangat diharapkan dapat menyediakan guru yang ditujukan untuk aspek praktis dalam manajemen menstruasi di kelas formal. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan Kumcagiz & Avci (2011) di Samsun City yang menyatakan bahwa perawat atau tenaga kesehatan yang bekerja di sekolah sangat dibutuhkan dalam memandu dan memberikan informasi mengenai menstruasi dan kebersihannya sehingga siswi dapat mengarah pada perilaku yang positif. Terkait pengetahuan kebersihan genitalia saat menstruasi, penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia saat menstruasi ini masih tergolong rendah. Pengetahuan ini dipengaruhi oleh faktor aspek fisiologi dan kehigienisan saat menstruasi Remaja memilki pengetahuan yang baik dari segi aspek fisiologi, namun belum memiliki informasi yang adekuat yang ditinjau dari aspek praktis atau kehigienisan saat menstruasi. Kurangnya sumber informasi mengenai praktis dalam kehigienisan saat menstruasi menjadi penyebab rendahnya pengetahuan remaja. Seorang anak perempuan yang memiliki pengetahuan yang rendah terhadap kebersihan genitalia akan secara potensial berpengaruh terhadap perilakunya dalam menghadapi menstruasi, dan

63 dalam hal ini akan mempengaruhi bagaimana remaja memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan genitalianya. Kesadaran dapat dibentuk dengan pengetahuan yang baik, yang secara langsung mengacu pada perolehan informasi yang didapatkan mengenai kehigienisan saat menstruasi. Partisipasi dari ibu, kakak, atau saudara perempuan dalam memberikan informasi mengenai menstruasi dan kehigienisan saat menstruasi sangatlah dibutuhkan. Namun hal itu saja tidak cukup, berdasarkan pada hasil ini keberadaan dan partisipasi tenaga kesehatan atau perawat yang bekerja di area sekolah sangat penting dalam memberikan informasi yang signifikan seperti fisiologi menstruasi, karakteristik perkembangan seksual sekunder, pemilihan pembalut, dan teknik perawatan alat genital dibutuhkan oleh seorang remaja sesuai dengan tahap perkembangannya. 4.4.2 Kesiapan Menghadapi Menarche Yusuf (2002) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek mengenai kesiapan, yaitu: aspek pemahaman, aspek penghayatan, dan aspek kesediaan. Ditinjau dari aspek pemahaman, sebanyak 76,1% responden menyadari bahwa perubahan fisik yang dialami oleh responden

64 merupakan hal yang normal. Ditinjau dari aspek penghayatan, sebanyak 74,1% responden berada pada kondisi psikologis dimana mereka siap bahwa menarche akan terjadi pada setiap wanita dan datangnya menarche merupakan sesuatu yang wajar dan normal. Sedangkan ditinjau dari aspek kesediaan, sebanyak 66,0% responden berada pada kondisi psikologis dimana mereka berusaha bertanya atau mencari tahu mengenai menstruasi pertama (menarche) sebagai bentuk persiapan mereka dalam menghadapi menarche. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sebanyak 41,1% responden tergolong ke dalam kategori tingkat kesiapan tinggi. Maka dapat dikatakan bahwa rata-rata responden merasa memiliki kondisi yang siap untuk memberikan respon yang positif terhadap terjadinya menarche. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 76,1% dari total keseluruhan responden memiliki penerimaan yang baik terhadap perubahan kelamin primer pada usia pubertas. Begitupula dengan persepsi bahwa wanita akan mengalami menstruasi (94,4%), responden yang merasa ketakutan terhadap terjadinya menstruasi hanya sebesar 20,8%, dan responden

65 yang memiliki persepsi bahwa menstruasi adalah hal yang kotor dan menjijikkan hanya 34,0% dari total keseluruhan. Hal ini sesuai dengan Santrock (2003) yang mengemukakan bahwa reaksi yang paling sering muncul dalam respon anak perempuan terhadap menarche adalah positif. Hal ini dapat diartikan bahwa menarche dijadikan indeks kedewasaan mereka. Reaksi yang positif mengindikasikan bahwa anak perempuan yang telah menstruasi diasumsikan telah mampu memiliki anak, mengalami sesuatu yang membuat mereka menjadi wanita yang lebih dewasa, dan menjadikan mereka lebih mirip dengan teman-temannya yang sudah mengalami menstruasi. Aspek negatif dari menarche yang paling sering dilaporkan oleh anak perempuan adalah kerepotan (membawa pembalut pengganti) dan rasa kotor pada daerah alat kelamin akibat darah menstruasi. Sebagian kecil anak perempuan juga mengindikasikan bahwa menarche melibatkan ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional. Anak perempuan yang tidak siap menghadapi menarche mengindikasikan perasaan negatif terhadap menstruasi daripada mereka yang lebih siap menghadapi dimulainya siklus menstruasi (Santrock, 2003).

66 Hendrik (2006) menyatakan bahwa selain informasi yang diperoleh remaja dari keluarga (ibu atau saudara kandung), kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) juga dipengaruhi oleh paparan informasi yang didapatkan dari televisi, radio, majalah atau jurnal. Pada masa remaja beberapa media informasi tersebut menjadi media sumber informasi yang dapat menjawab rasa keingintahuan remaja. Dengan demikian, remaja mulai dapat mengenal dan menerima berbagai perubahan yang akan terjadi pada tubuhnya sehingga remaja dapat memiliki citra diri yang baik saat menstruasi pertama (menarche). Dari hal-hal tersebut menandakan bahwa pemahaman yang mendalam mengenai proses menstruasi sangat diperlukan sehingga remaja awal dapat siap menerima dan pada akhirnya mengalami menstruasi pertama (menarche) yang diartikan sebagai sebuah tahap perkembangan yang normal. Remaja yang tidak diberitahu atau tidak dipersiapkan dengan baik sejak awal tentang bagaimana cara menjaga kebersihan genitalia saat menstruasi, maka pengalaman akan adanya perubahan fisik tersebut dapat menjadi suatu kebiasaan yang salah. Hal ini sesuai dengan penelitian Anibue & Nwankwo (2009) di Nigeria bahwa ketiadaan

67 persiapan pre-menarche akan menghasilkan pengalaman menstruasi yang salah dan minimnya praktik kehigienisan saat menstruasi. Terkait kesiapan menghadapi menarche, hasil penelitian ini menyatakan bahwa responden memiliki kesiapan yang tergolong tinggi. Remaja berespon positif terhadap datangnya menstruasi dengan mulai dapat mengenal dan menerima perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri akibat perubahan primer pada usia pubertas dan siap menghadapi menstruasi. Kesiapan ini juga akan berpengaruh terhadap perilaku atau praktik dalam menghadapi menstruasi. Remaja sebaiknya diberikan pemahaman yang mendalam sejak dini mengenai fisiologi menstruasi dan menstrual hygiene sebagai bentuk persiapan dalam menerima perubahan dan membentuk perilaku yang positif dalam menghadapi menarche. 4.5 KETERBATASAN PENELITIAN Dalam aspek religi agama Islam, darah menstruasi merupakan hal yang kotor dan termasuk ke dalam najis. Pandangan seperti ini sudah diberikan dari orang tua ataupun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sejak dini. Sedangkan mayoritas responden adalah beragama Islam. Hal ini

68 menyebabkan sulitnya menyamakan persepsi bahwa darah merupakan sesuatu yang menjijikkan dan sudah tentu tergolong najis atau hanya darah merupakan sesuatu yang menjijikkan.