BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi yang didefinisikan oleh beberapa ahli dalam. a). Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KOTA MEDAN

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

STUDI PUSTAKA. ekonomi. Schumpeter dan Ursula (dalam Jhingan, 1992) mengemukakan. Masalah negara berkembang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang

Economics Development Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah. Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif.

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

P E N U T U P P E N U T U P

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

TEORI PUSAT PERTUMBUHAN (GROWTH POLE THEORY)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

*) Bekerja di BPS Provinsi Kalimantan Tngah

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi (Suryana, 2000). Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTARA WILAYAH UTARA DAN SELATAN PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

Kesenjangan Sektor Riil dan Keuangan di Sulsel

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN KETIMPANGAN REGIONAL DI PROPINSI SULAWESI SELATAN TAHUN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI SELATANTAHUN Disusun Oleh: Denis Jakson Bimbin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi pilar-pilar pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

ANALISIS SEKTOR BASIS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan menjadi bahan dalam membuat sebuah kebijakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan diwilayahnya sendiri memiliki kekuasaan untuk mengtur dan

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi yang didefinisikan oleh beberapa ahli dalam beberapa pengertian sebagai berikut : a). Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana, 2000). b). Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan (Suryana, 2000).. c). Sukirno, Sadono (1985) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang.

d). Todaro (dalam Tarmidi, 1992) mengartikan pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak. Pembangunan ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional. Pendapatan per kapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barangbarang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Dalam penelitian ini pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Para pakar ekonomi yang membedakan kedua pengertian tersebut mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai : (1) Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto pada suatu tahun tertentu dibagi dengan tingkat pertumbuhan penduduk. (2) Perkembangan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto yang terjadi dalam suatu negara dibarengi oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya (transformasi struktural).

Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999). 2.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108). Pembangunan daerah pada hakekatnya bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan daerah yang serasi dan terpadu baik antar sektor maupun antara pembangunan sektoral, dan kaitannya dengan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok tanah air. Secara mendasar dalam perencanaan pembangunan pada dasarnya terdapat tiga aspek perencanaan yaitu: makro, sektoral; dan regional, yang ketiganya tersusun dalam satu kesatuan (Kartasasmita, 1996). Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan transformasi pengetahuan (Adisasmita, 2005:19). Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi

sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas. Sebelum mengetahui makna pembangunan ekonomi daerah terlebih dahulu harus mengetahui pengertian daerah. Pengertian ditinjau dari aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu (Arsyad, 2002:107-108) : a. Daerah homogen adalah suatu daerah dimana kegiatan ekonomi terjadi diberbagai pelosok ruang dan terdapat sifat-sifat yang sama, baik dari segi pendapatan perkapitanya, sosial budayanya, geografinya, dan sebagainya. b. Daerah nodal adalah suatu daerah sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. c. Daerah perencanaan atau daerah administrasi adalah suatu daerah sebagai suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu provinsi, kabupaten, kecamatan, dan sebagainya. Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan (Soeparmoko, 2002).

Telah diketahui bersama bahwa tujuan pembangunan ekonomi pada umumnya adalah peningkatan pendapatan riel perkapita serta adanya unsur keadilan atau pemerataan dalam penghasilan dan kesempatan berusaha. Dengan mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan usaha di daerah tersebut. Beberapa ahli menganjurkan bahwa pembangunan daerah dari suatu daerah haruslah mencakup tiga inti nilai (Todaro,2000; Mudrajat, 2000;) 1. Ketahanan (Sustenance): Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok (pangan,papan, kesehatan dan proteksi) untuk mempertahankan hidup. 2. Harga diri ( Self Esteem ): Pembangunan haruslah memanusiakan orang. Dalam arti luas pembangunan suatu daerah haruslah meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang berada di daerah itu 3. Freedom from servitude: Kebebasan bagi setiap individu suatu negara untuk berpikir, berkembang, berperilaku dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Salah satu aspek pembangunan wilayah (regional) adalah pembangunan ekonomi yang bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur. Perubahan struktur ekonomi dapat berupa peralihan dari kegiatan perekonomian ke nonpertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unitunit produksi, serta perubahan status kerja buruh. Karena itu konsep pembangunan wilayah (regional) sangat tepat bila didukung dengan teori

pertumbuhan ekonomi, teori basis ekonomi, pusat pertumbuhan dan teori spesialisasi. Adisasmita (2005), menyatakan bahwa Pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, tehnologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas. Kebijakan ekonomi dalam era otonomi daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan dilain pihak, terbukanya peluang bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi daerah di daerahnya dalam rangka membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang tinggi dari waktu ke waktu (Rasyid, 2002). 2.2 Teori Kutub Pertumbuhan Ekonomi ( Growth Pole Theory) Teori ini dipelopori oleh Francois Perroux, seorang ahli ekonomi regional berkebangsaan Prancis. Teori kutub pertumbuhan adalah pemusatan spasial berhubungan dengan industri yang berisi dorongan pertumbuhan pada pusat kota melalui pemekaran. Teori Growth Pole dapat pula diartikan secara fungsional dan secara geografis. Secara Fungsional Suatu lokasi pemusatan kelompok usaha atau cabang industri yang hubungannya bersifat memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu

menstimulai kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (daerah belakangnya). (Tarigan 128-129). Secara Geografis Suatu lokasi yang memiliki tingkat aksesibilitas tinggi sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan banyak usaha yang tertarik untuk berlokasi didaerah tersebut dan masyarakat dapat menggunakan fasilitas yang ada. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran utama keberhasilan dari pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus berjalan secara berdampingan dan berencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan yang lebih merata. Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif dan tertinggal akan menjadi produktif dan berkembang yang akhirnya mempercepat proses pertumbuhan itu sendiri. Suatu kota dikatakan sebagai pusat pertumbuhan harus bercirikan: 1. Adanya hubungan intern dari berbagai macam kegiatan hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait.

Dengan demikian kehidupan kota menciptakan sinergi untuk saling mendukung terciptanya pertumbuhan. 2. Adanya unsur pengganda (multiplier effect) keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda. Maknanya bila ada permintaan satu sektor dari luar wilayah, peningkatan produksi sektor tersebut akan berpengaruh pada peningkatan sektor lain. Peningkatan ini akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga total kenaikan produksi dapat beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan di luar untuk sektor tersebut. Unsur efek pengganda memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan kota belakangnya. Hal ini terjadi karena peningkatan berbagai sektor di kota pusat pertumbuhan akan membutuhkan berbagai pasokan baik tenaga kerja maupun bahan baku dari kota belakangnya. 3. Adanya konsentrasi geografis konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attraciveness) dari kota tersebut. Orang yang datang ke kota tersebut bisa mendapatkan berbagai kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Jadi kebutuhan dapat diperoleh dengan lebih hemat waktu, biaya, dan tenaga. Hal ini membuat kota tersebut menarik untuk dikunjungi dan karena volume transaksi yang makin meningkat akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta efisiensi lebih lanjut.

4. Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya sepanjang terdapat hubungan yang harmonis di antara kota sebagai pusat pertumbuhan dengan kota belakangnya maka pertumbuhan kota pusat akan mendorong pertumbuhan kota belakangnya. Kota membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai fasilitas atau kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang bidang ekonomi. Supriana (2008) peningkatan taraf hidup masyarakat dalam jangka panjang melalui pertumbuhan ekonomi adalah tujuan pembangunan ekonomi setiap negara.menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Disini, proses mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis. Pengukuran pertumbuhan ekonomi secara konvensional biasanya dengan menghitung peningkatan presentase dari Produk Domestik Bruto (PDB). PDB mengukur pengeluaran total dari suatu perekonomian terhadap berbagai barang dan jasa yang baru diproduksi pada suatu saat atau tahun serta pendapatan total yang diterima dari adanya seluruh produksi barang dan jasa tersebut atau secara

lebih rinci, PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi disuatu negara dalam kurun waktu tertentu (Mankiw, 2001:126). Beberapa ahli ekonomi pembangunan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan, dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas (Lincolyn, 1999). Pola interaksi ini menurut Sihotang (2001:115) mempunyai beberapa aspek, yaitu: 1. Pola interaksi ini menimbulkan ketidakseimbangan struktural di daerah bersangkutan, jika suatu titik pertumbuhan digandengkan dengan pembangunan suatu komplek industri baru, maka industri tersebut ditempatkan disekitar titik pertumbuhan itu. Walaupun daerah-daerah penyuplai akan ikut terdorong dan berkembang, tetapi perbedaan yang besar dalam kemakmuran antara titik pertumbuhan dengan daerah yang mengitarinya akan tetap terdapat. 2. Teori titik pertumbuhan secara implisit bersumber pada konsep basis ekspor tetapi dengan memberinya dimensi ruang, karena industri-industri inti atau key industries berlokasi pada titik pertumbuhan sedangkan industri penyuplai tenaga kerja, bahan mentah dan pelayanan-pelayanan dependent dapat terpencar di daerah pengaruhnya. 3. Fungsi pusat wilayah dari titik pertumbuhan dengan asumsi bahwa tempat tersebut adalah pusat penduduk substansial dapat memperjelas hubungan

antara titik pertumbuhan dengan daerah pengaruhnya, tersedianya pelayanan sentral adalah salah satu keuntungan aglomerasi yang penting dari titik pertumbuhan. Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam karakteristik pertumbuhan ekonomi, yaitu: 1. Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat. 2. Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan. 3. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. 4. Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah perkotaan (urbanisasi). 5. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan adanya kekuatan hubungan internasional. 6. Meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan internasional. (Jhingan, 1995). Menurut Sadono (2000), alat untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri. Perekonomian wilayah akan mengalami kenaikan dari tahun ketahun dikarenakan adanya penambahan pada faktor produksi. Selain faktor produksi, jumlah angkatan kerja yang bekerja juga akan meningkat dari tahun ke tahun sehingga apabila dimanfaatkan dengan maksimal maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Disini, proses mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis. Beberapa ahli ekonomi pembangunan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan, dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas (Lincolyn, 1999). Menurut Todaro (2003), Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang yang diproduksi meningkat yang digunakan untuk kemakmuran masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu : 1. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja Pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan jumlah angkatan kerja yang bekerja yang notabenya merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kemampuan pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi seberapa besar perekonomian dapat menyerap angkatan kerja yang bekerja produktif. 2. Akumulasi Modal Akumulasi modal merupakan gabungan dari investasi baru yang di dalamya mencakup lahan, peralatan fiskal dan sumber daya manusia yang digabung dengan pendapatan sekarang untuk dipergunakan memperbesar output pada masa datang.

3. Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi menurut para ekonom merupakan faktor terpenting dalam terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena kemajuan teknologi memberikan dampak besar karena dapat memberikan cara-cara baru dan menyempurnakan cara lama dalam melakukan suatu pekerjaan. Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu : Produk Domestik Bruto (PDB) : Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional Bruto apabila ditingkat nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita : Produk domestik bruto per kapita dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1) Laju Pertumbuhan Ekonomi = PDRBt PDRB(t 1) x 100% PDRB(t 1) 2.3 Tipologi Ekonomi Regional Karakteristik tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan Klassen tipologi (Sjahrizal, 1997: 29-30) digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur petumbuhan ekonomi masingmasing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita

daerah dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal. Daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu daerah cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income) dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income). Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah adalah sebagai berikut: Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income) adalah laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita lebih tinggi dari rata rata pertumbuhan dan pendapatan perkapita rata- rata nasional. Daerah maju tapi tertekan. (high income but low growth) yaitu daerah yang relatif maju, tapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan. Daerah ini merupakan daerah yang telah maju tapi dimasa mendatang pertumbuhannya tidak akan begitu cepat walaupun potensi pengembangan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar. Daerah ini mempunyai pendapatan perkapita lebih tinggi tapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata- rata nasional. Daerah berkembang cepat (high growth but low income) adalah daerah yang dapat berkembang cepat dengan potensi pengembangan yang dimiliki sangat besar tapi belum diolah sepenuhnya secara baik. Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah sangat tinggi, namun tingkat pendapatan perkapita yang mencerminkan dari tahap pembangunan yang telah

dicapai sebenarnya masih relatif rendah. Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan tinggi tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan dengan rata- rata nasional. Daerah relatif tertinggal (low growth and low income) adalah daerah yang masih mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita lebih rendah dari pada rata- rata nasional. 2.4 Penelitian Terdahulu Danastri, S dan Hendarto, R (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Penetapan Pusat-Pusat Pertumbuhan Baru Di Kecamatan Harjamukti, Cirebon Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang pemandirian daerah sekitar pusat kota agar tidak bergantung pada kegiatan perekonomian pusat kota utama serta adanya ketimpangan pembangunan atau pembangunan yang tidak merata antara kawasan Cirebon Utara dan Cirebon Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis skalogram, dapat dilihat kondisi saat ini tiap-tiap kelurahan dengan fasilitas terlengkap adalah Kelurahan Kecapi, Kelurahan Harjamukti, Kelurahan Kalijaga, Kelurahan Larangan, dan Kelurahan Argasunya sebagai kelurahan yang jumlah fasilitasnya paling sedikit. Berdasarkan hasil analisis gravitasi,semua daerah di kecamatan Harjamukti memiliki interaksi yang kuat dengan daerah pusat kecamatan, yaitu Kelurahan Kalijaga. Ardila, Refika (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa daerah kecamatan yang ada pada tiap kota atau kabupaten memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai

pusat pertumbuhan. Selain itu juga diharapkan adanya pemerataan pembangunan antar kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis tipologi klassen dengan menggunakan data PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 di masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, diperoleh empat keadaan ekonomi daerah. Kategori pertama adalah daerah maju dan cepat tumbuh adalah kecamatan Banjarnegara, Madukara dan Batur. Kategori kedua adalah daerah maju tapi tertekan adalah \Kecamatan Purwareja Klampok, Sigaluh, dan Pejawaran, Kategori ketiga adalah derah berkembang cepat adalah Kecamatan Susukan, Mandiraja, Bawang Rakit dan Punggelan. Kategori keempat adalah daerah relatif teringgal adalah Kecamatan Purwanegara, Pagedongan, Banjarmangu, Wanadadi, Karangkobar, Pagentan, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum. Berdasarkan hasil analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas pada 20 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, diperoleh 6 kecamatan pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Madukara, Kecamatan Purwanegara, Kecamatan Mandiraja, Kecamatan Purwareja Klmpok, Kecamatan Susukan. Arifin, Zainal (2008) melakukan penelitian dengan judul Penetapan Kawasan Andalan dan Leading Sector Sebagai Pusat Pertumbuhan Pada Empat Koridor Di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang adanya ketimpangan pertumbuhan daerah sehingga diperlukan pemicu pusat-pusat pertumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan daerah-daerah disekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen di empat koridor di Jawa Timur yang termasuk daerah berkembang cepat adalah Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kota

Madiun, Kota Probolinggo, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Bojonegoro. Yang tergolong daerah maju tapi tertekan adalah Kabupaten Sidorajo, Kabupaten Mojokerto, Kota Baru, Kediri, Kabupaten Nganjuk, KabupatenMadiun, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lamongan, KabupatenTuban dan Kabupaten Sumenep. Yang tergolong daerah berkembang cepat adalah Kabupaten Gresik, Kabupaten Malang, Kota Blitar, Kota Pasuruan, Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Bangkalan. Yang tergolong daerah relatif tertinggal adalah Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor yang paling banyak menjadi unggulan adalah pertanian disusul listrik, gas dan air bersih, bangunan, jasa-jasa, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, angkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan, serta pertambangan dan penggalian. Pujiati, A. (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Kawasan Andalan Di Jawa Tengah. Penelitian ini memiliki latar belakang tidak optimalnya pertumbuhan perekonomian khususnya PDRB dan PDRB per kapita kawasan andalan dibandingkan daerah lainnya sehingga perlu dilakukan evaluasi kembali penetapan kawasan andalan sebagai pusat pertumbuhan dan penggerak ekonomi wilayah. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan hasil analisis tipologi klassen dapat disimpulkan terdapat tujuh kabupaten/kota yang termasuk klasifikasi cepat maju dan cepat tumbuh, empat kabupaten/kota yang termasuk klasifikasi daerah maju tapi tertekan, sembilan kabupaten/kota yang termasuk klasifikasi

berkembang cepat dan limabelas kabupaten/kota yang termasuk klasifikasi relatif teringgal. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor unggulan dikawasan andalan cenderung didominasi sektor skunder dan tersier. Hasil analisis indeks spesialisasi regional menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang termasuk kawasan andalan relatif cenderung lebih tinggi daripada kawasan bukan andalan. Razak, AR. (2009) dalam Economis Journal of Emerging Markets melakukan penelitian dengan judul EconomicGrowth And Regional Development Disparity in South Sulawesi. Penelitian ini memiliki latar belakang adanya tingkat disparitas pembangunan ekonomi pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil klasen tipologi menunjukkan bahwa daerah yang termasuk klasifikasi cepat maju dan cepat tumbuh adalah kota Makassar, daerah yang termasuk klasifikasi daerah maju tapi tertekan yaitu Kota Parepare, kota Palopo, dan Kabupaten Luwu Utara, daerah yang termasuk klasifikasi berkembang cepat yaitu Kabupaten Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Takalar, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, dan Luwu, daerah yang termasuk klasifikasi daerah tertinggal yaitu Jeneponto, Gowa, Bone, Tana Toraja, dan Luwu Timur. Christofakis dan Athanasios (2011) melakukan penelitian dengan judul The Growth Poles Strategy in Regional Planning : The Recent Experience of Greece. Penelitian ini dilatar belakangi o;eh upaya untuk merangsang peran perkembangan pusat-pusat kota di Yunani dalam konteks perencanaan wilayah dan tata ruang. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Pada tingkat pemrograman, pelaksanaan baru-baru ini pemrograman daerah di Yunani

menunjukkan relatif kelemahan dalam merancang dan menerapkan kebijakan pembangunan perkotaan sebagai bagian dari program regional. Adapun masalah utama adalah tidak adanya spesialisasi aktual dalam Program Operasional Daerah, serta sebagai pembentukan atau adaptasi dan implementasi selanjutnya kebijakan tambahan yang diperlukan (seperti kebijakan sektoral, jaringan kebijakan, mengangkut kebijakan, dll) untuk realisasi kutub pertumbuhan strategi. Secara khusus, pembentukan kebijakan sektoral khusus untuk menarik kegiatan pendorong, berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan potensi masing-masing konsentrasi polar, dianggap dari besar penting, seiring dengan promosi proyek khusus di bidang infrastruktur yang strategis, tergantung pada potensi perkembangan dari masing-masing konsentrasi. 2.5 Kerangka Konseptual Suatu kota yang memiliki pusat pertumbuhan dan potensi ekonomi dapat terlihat dari besarnya PDRB yang dihasilkan, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Dari PDRB akan dapat diketahui daerah mana yang dapat memberikan potensi pertumbuhan melalui keunggulan kompetitif dan spesialisasi dari daerah tersebut. Dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dapat diketahui Tipologi daerah. Perencanaan pembangunan suatu daerah haruslah disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program pengembangan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan itu harus mempertimbangkan sumber daya yang dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi daerah tersebut apakah daerah tersebut termasuk daerah maju atau daerah

tertekan sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat sesuai dengan kondisi daerah tersebut dan mampu bersaing dengan daerah lain sekitarnya. Dari uraian diatas maka dapatlah disusun suatu skema sebagai berikut: Penentuan Pusat-pusat pertumbuhan kota medan PDRB Kecamatan Kota Medan Analisis Klassen Tipologi Analisis Skalogram Analisis Gravitasi Daerah Pusat Pertumbuhan Kota Daerah Maju Daerah Berkembang Daerah Maju tapi Tertekan Daerah Relatif Tertinggal Peningkatan Kualitas Daerah-Daerah Tertinggal melalui Pembangunan Daerah Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran