LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR Kondisi Umum Perekonomian Kabupaten/Kota di Jawa Timur Perekonomian di berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Timur terbentuk dari berbagai macam aktivitas sektor-sektor perekonomian yang ada di wilayah tersebut. Untuk menganalisis kegiatan perekonomian dalam satu wilayah, maka kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut dikelompokkan dalam sembilan sektor/lapangan usaha. Provinsi Jawa Timur terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota. Dari 38 kabupaten/kota tersebut, masing-masing daerah mempunyai karakteristik alam, sosial, budaya, dan ekonomi yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan produktivitas perekonomian antarwilayah yang satu berbeda dengan wilayah lainnya. Tabel 23 menunjukkan bahwa Kota Surabaya (78) yang merupakan ibu kota provinsi Jawa Timur mempunyai peran yang sangat besar di dalam menciptakan nilai tambah bruto (PDRB) di Jawa Timur. Pada tahun 2000 peran Surabaya sebesar % dan meningkat menjadi % pada tahun Daerah lain yang mempunyai peran cukup besar di dalam menciptakan PDRB Jawa Timur selain Kota Surabaya adalah Kota Kediri (71), Kabupaten Sidoarjo (15), Kabupaten Gresik (25), dan Kabupaten Pasuruan (14). Daerahdaerah tersebut pada umumnya merupakan daerah yang berbasis pada sektor industri. Kota Kediri merupakan kota dengan industri rokok yang besar, Kabupaten Gresik terdapat industri pupuk dan semen, sedangkan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan merupakan sentra industri di Jawa Timur. Struktur nilai tambah yang terbentuk dari masing-masing sektor, menggambarkan tingkat ketergantungan suatu daerah terhadap sektor tersebut. Semakin besar nilai tambah suatu sektor maka semakin besar pula wilayah tersebut tergantung dari sektor tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, nilai tambah bruto Jawa Timur sangat dipengaruhi oleh tiga sektor yang paling besar pangsanya dalam pembentukan nilai tambah bruto Jawa Timur. Keempat sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor industri, sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

2 97 Tabel 23 PDRB kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan harga berlaku No TAHUN Kode Kabupaten / Kota Kab/Kota (Jt Rupiah) (Jt Rupiah) % Terhadap Jatim 1 78 Kota Surabaya Kota Kediri Kab. Sidoarjo Kab. Gresik Kab. Pasuruan Kab. Malang *) Kota Malang Kab. Jember Kab. Banyuwangi Kab. Tuban Kab. Kediri Kab. Probolinggo Kab. Tulungagung Kab. Mojokerto Kab. Jombang Kab. Lumajang Kab. Lamongan Kab. Bojonegoro Kab. Sumenep Kab. Blitar Kab. Nganjuk Kab. Situbondo Kab. Ngawi Kab. Ponorogo Kab. Sampang Kab. Bangkalan Kab. Magetan Kab. Bondowoso Kab. Madiun Kota Probolinggo Kab. Pamekasan Kab. Trenggalek Kota Madiun Kab. Pacitan Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Blitar Kota Batu Jawa Timur Sumber : BPS Jawa Timur dan Bappeprop Jawa Timur. Ketr : Tahun 2003 Kabupaten Malang terpisah dengan dengan Kota Batu. Dari Tabel 24 terlihat bahwa sebagian besar daerah pada Provinsi Jawa Timur bertopang pada sektor pertanian, disusul kemudian oleh kabupaten/kota yang berbasis pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor industri pengolahan. Pangsa terbesar pada PDRB tahun 2003 disumbangkan oleh sektor industri pengolahan sebesar 26.35% yang kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 25.15%, serta sektor pertanian sebesar 20.01%.

3 98 Tabel 24 Peranan sektor-sektor perekonomian tiap kabupaten/kota berdasarkan PDRB harga berlaku tahun 2003 (%) Kode Kabupaten / Kota Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih 27 Kab. Sampang Kab. Lamongan Kab. Bojonegoro Kab. Magetan Kab. Pacitan Kab. Bondowoso Kab. Bangkalan Kab. Blitar Kab. Madiun Kab. Ngawi Kab. Sumenep Kab. Probolinggo Kab. Lumajang Kab. Situbondo Kab. Ponorogo Kab. Pamekasan Kab. Trenggalek Kab. Jember Kab. Kediri Kab. Jombang Kab. Nganjuk Kab. Banyuwangi Kab. Malang Kota Kediri Kab. Gresik Kab. Sidoarjo Kab. Pasuruan Kota Batu Kota Madiun Kota Blitar Kota Pasuruan Kota Malang Kota Surabaya Kota Probolinggo Kota Mojokerto Kab. Tulungagung Kab. Tuban Kab. Mojokerto Jawa Timur Sumber : BPS Jawa Timur dan Bappeprop Jawa Timur. Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Walaupun pangsa pada sektor industri pengolahan sangat besar, namun sektor ini hanya terkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu saja, antara lain Kota Kediri, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Pasuruan. Sedangkan pada daerah-daerah perkotaan lebih terkonsentrasi pada sektor perdagangan. Pada beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Tuban, dan Kabupaten Mojokerto, kemajuan sektor perdagangan yang

4 99 memberikan kontribusi besar pada PDRB, sangat ditunjang oleh keberadaan beberapa industri yang berada pada daerah tersebut. Dari pengelompokan kabupaten/kota di atas, maka daerah-daerah tersebut memberikan sumbangan dan kontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berbeda-beda di Jawa Timur. Pertumbuhan antarsektor dan pertumbuhan antarwilayah pada akhirnya menimbulkan kesenjangan wilayah. Secara spasial, sebaran sektor-sektor yang dominan di dalam pembentukan PDRB Jawa Timur sebagaimana Tabel 24 ditunjukkan pada Gambar 23 di bawah ini. Gambar 23 Basis perekonomian kabupaten/kota di Jawa Timur Kesenjangan Antarwilayah Terjadinya pertumbuhan ekonomi yang cepat pada sektor tertentu mengakibatkan terjadinya proses transformasi struktural, sehingga Provinsi Jawa Timur yang tadinya di dominasi oleh sektor pertanian sekarang didominasi oleh sektor industri dan perdagangan. Tingginya pangsa PDRB pada sektor industri dan perdagangan di Jawa Timur sebagaimana telah diulas sebelumnya, hanya

5 100 terjadi pada wilayah-wilayah tertentu saja, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 24 dan Gambar 23. Secara spasial, konsentrasi daerah-daerah dengan pangsa PDRB yang besar dan berbasis pada sektor industri dan perdagangan terjadi pada bagian Utara. Tabel 25 Indeks Williamson di Jawa Timur tahun 2000 s.d Tahun Total Jawa Timur Daerah Pertanian Daerah Industri Daerah Perdagangan, Pengolahan Hotel, dan Restoran Indeks Williamson Total Jawa Timur Daerah Pertanian Daerah Industri Pengolahan Tahun Daerah Perdagangan, Hotel, dan Restoran Gambar 24 Perkembangan Indeks Williamson di Jawa Timur dari tahun 2000 s.d Tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah di Jawa Timur dari tahun 2000 s.d cenderung stabil pada kisaran nilai s.d Seiring dengan mulai pulihnya perekonomian Jawa Timur, tingkat kesenjangan wilayah yang mulai turun pada tahun 2001 dan 2002, kembali naik pada tahun Hal ini sangat dipengaruhi oleh kenaikan pendapatan pada daerah-daerah yang dominan

6 101 pada sektor perdagangan, selain daerah-daerah dengan konsentrasi industri pengolahan yang tingkat kesenjangannya paling tinggi. Dari ketiga kelompok wilayah di Jawa Timur berdasarkan pangsa PDRBnya, terlihat tingkat kesenjangan antarwilayah yang terjadi berbeda-beda. Tabel 25 dan Gambar 24 menunjukkan bahwa kesenjangan antarwilayah yang terjadi di Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kabupaten/kota yang memiliki dominasi pendapatan dari sektor industri pengolahan. Apabila daerah-daerah di Jawa Timur dikelompokkan berdasarkan dominasi sektor-sektor PDRB-nya, tingkat kesenjangan antarwilayah yang terjadi pada daerah-daerah industri lebih tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah yang dominan pada sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini terjadi karena tingginya PDRB pada Kota Kediri dibandingkan dengan daerahdaerah industri lainnya, sehingga sangat mempengaruhi daerah lainnya. Tingginya kesenjangan antarwilayah di Jawa Timur disebabkan karena adanya kesenjangan tingkat pendapatan antara daerah-daerah yang berbasis pada sektor industri dan perdagangan, terutama Kota Surabaya dan Kota Kediri, terhadap daerah-daerah yang berbasis pada sektor pertanian. Namun, hal ini mengindikasikan bahwa upaya-upaya pemerintah daerah Jawa Timur untuk mempertahankan kesenjangan wilayah cukup berhasil. Namun, perlu upaya-upaya yang lebih nyata sehingga indeks disparitas ini semakin lama semakin menurun. Untuk mengetahui kinerja masing-masing daerah berkaitan dengan peranannya terhadap pembangunan di Jawa Timur, maka dilakukan perbandingan absolut dengan cara membandingkan nilai PDRB per kapita dan tingkat pertumbuhan perekonomian terhadap rata-rata Jawa Timur tahun Gambar 25 menunjukkan bahwa, daerah-daerah dengan PDRB per kapita yang tinggi merupakan daerah yang berbasis pada sektor industri dan perdagangan. Sedangkan daerah-daerah yang berbasis pada sektor pertanian, yang pada umumnya berada pada bagian selatan Jawa Timur, rata-rata pendapatan per kapita dan pertumbuhan perekonomiannya masih di bawah daerah lainnya. Perlu perhatian khusus bagi pemerintah daerah di Jawa Timur, karena daerahdaerah dengan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi yang rendah sangat banyak. Pembangunan sektor pertanian sebagai basis perekonomian pada

7 102 wilayah yang tertinggal harus diutamakan selain pembangunan industri yang berbasis pertanian. Gambar 25 Perbandingan absolut perekonomian antardaerah di Jawa Timur. Strategi pembangunan yang selama ini dilaksanakan, dengan menetapkan lokasi-lokasi pertumbuhan ternyata tidak berjalan dengan efektif. Daerah-daerah industri, yang berada pada bagian utara selama ini hanya menyerap sumber daya yang ada di daerah di belakangnya (hinterland). Menurut Anwar dan Rustiadi (2000), hubungan fungsional antara daerah perkotaan dan perdesaan/kabupaten sering digambarkan dengan dua ciri yang saling berlawanan, yaitu : (1) kawasan perkotaan mempunyai struktur perekonomian yang didominasi oleh sektor sekunder dan tertier berupa sektor industri dan jasa dengan produktivitas tinggi dan perdesaan didominasi oleh sektor primer yang menghasilkan bahan mentah berupa bahan pertanian pangan, kehutanan, dan pertambangan dengan produktivitasyang rendah, (2) pendapatan per kapita di perkotaan lebih tinggi sedangkan di perdesaan lebih rendah, (3) kesempatan kerja di daerah perkotaan yang lebih besar sedangkan di perdesaan sangat terbatas, sehingga tingkat pengangguran di pedesaan besar, dan (4) kualitas

8 103 sumber daya manusia yang tinggi di perkotaan sedangkan di perdesaan yang rendah. Hal di atas memberikan justifikasi kepada pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan di daerah perdesaan secara lebih intensif, atau pada level provinsi arahan pembangunan sudah selayaknya diarahkan pada kabupatenkabupaten yang selama ini relatif tertinggal dibandingan dengan daerah perkotaan. Hubungan antara daerah perkotaan dan kabupaten harus diusahakan sebagai hubungan interdepensi atau saling ketergantungan dan bukan searah, yaitu kehidupan kabupaten yang tergantung pada kota, khususnya pada aspek ekonomi. Dalam pembangunan wilayah, terpusatnya pembangunan pada suatu daerah akan memperlemah daerah-daerah lainnya sehingga akan sulit berkembang. Untuk itu perlu adanya campur tangan dari pemerintah daerah, sehingga terjadi penyebaran pembangunan ekonomi. Beberapa pola kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menghindari terjadinya aglomerasi, terutama terhadap sektor industri pengolahan, yang menimbulkan kesenjangan wilayah, antara lain sebagai berikut : 1. membatasi pemberian izin pendirian industri-industri di daerah maju, di pihak lain mempermudah pemberian izin pendirian industri-industri di daerah yang kurang maju. 2. dengan memberikan perangsang fiskal, antara lain pembebasan pajak selama beberapa tahun pada industri yang baru didirikan. 3. akses kepada lembaga keuangan yang lebih mudah, kemungkinan ada usahausaha kecil menengah pada daerah-daerah yang belum maju namun usaha tersebut mempunyai potensi berkembang. Selama ini kesulitan yang dihadapi oleh para pengusaha kecil dan menengah adalah akses kepada lembaga keuangan untuk menambah modal usaha. 4. perombakan sistem kelembagaan pemerintah daerah, administrasi pemerintah daerah yang kurang efisien seperti prosedur yang terlalu berbelit-belit, proses kerja yang lambat, serta kepastian tentang hukum akan menghambat pembangunan industri pada daerah yang kurang maju. 5. pembangunan sarana infrastruktur yang memadai akan memperlancar aksesibilitas antarwilayah dan proses produksi.

9 104 Indeks Pembangunan Manusia dan Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Timur selama periode 1999 sampai dengan 2004 cenderung menunjukkan kenaikan, untuk tahun terdapat kenaikan 0.83 poin (dari pada tahun 2003 menjadi pada tahun 2004). Secara umum kenaikan angka IPM ini mencerminkan bahwa beberapa tahun ini, Jawa Timur telah mencapai sedikit peningkatan pada beberapa bidang, seperti penurunan angka kemiskinan, penurunan angka kekurangan gizi anak, pencapaian pendidikan dasar bagi anak laki-laki dan perempuan, hingga jumlah anak yang melek huruf. Dari Tabel 26 terlihat seiring dengan dengan laju pertumbuhan perekonomian yang semakin meningkat angka IPM di Jawa Timur juga naik, diharapkan pembangunan perekonomian di Jawa Timur dapat berjalan seiring dengan pembangunan manusia. Tabel 26 Perkembangan angka IPM tahun 1999 dan tahun 2002 s.d 2004 No Tahun Pertumbuhan Perekonomian (%) IPM Angka IPM Tertinggi Angka IPM Terendah *) Sumber : BPS Jawa Timur dan Bappeprop Jawa Timur *) Angka sementara Urutan tertinggi angka IPM se-jawa Timur pada tahun 2003 dicapai oleh Kota Mojokerto dengan angka IPM sebesar 72.91, Kota Madiun sebesar 72.61, dan Kabupaten Sidoarjo dengan angka IPM sebesar Angka tersebut berada di atas rata-rata Jawa Timur yaitu Selanjutnya angka IPM terendah di Jawa Timur diduduki Kabupaten Sampang (58.86), Kabupaten Bondowoso (59.96), dan Kabupaten Situbondo (58.03). Daerah-daerah dengan IPM terendah selama ini dikenal dengan daerah tapal kuda, secara umum angka IPM di daerah kota lebih baik dibandingkan dengan daerah-daerah kabupaten. Secara ringkas perkembangan IPM yang telah dicapai oleh Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2004 seperti terlihat pada Tabel 27.

10 105 Tabel 27 Angka IPM kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2004 No Kode Kab / Kota Kabupaten / Kota IPM 1 76 Kota Mojokerto Kota Madiun Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Gresik Kota Kediri Kabupaten Mojokerto Kota Blitar Kota Surabaya Kabupaten Magetan Kota Pasuruan Kota Probolinggo Kota Malang Kabupaten Kediri Kabupaten Jombang Kabupaten Trenggalek Kabupaten Tulungagung Kota Batu Kabupaten Blitar Kabupaten Lamongan Kabupaten Madiun Kabupaten Nganjuk Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Malang Kabupaten Tuban Kabupaten Ponorogo Kabupaten Ngawi Kabupaten Pacitan Kabupaten Lumajang Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pamekasan Kabupaten Jember Kabupaten Bangkalan Kabupaten Probolinggo Kabupaten Sumenep Kabupaten Situbondo Kabupaten Bondowoso Jawa Timur Kabupaten Sampang Sumber : BPS Jawa Timur dan Bappeprop Jawa Timur Tabel 28 menunjukkan bahwa penduduk miskin di Jawa Timur mengalami penurunan selama tahun 2000 sampai dengan Keadaan ini mencerminkan bahwa pemulihan kesejahteraan penduduk melalui program pengentasan kemiskinan memberikan dampak yang positif.

11 106 Tabel 28 Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur tahun 2000 s.d 2004 Tahun Jumlah Penduduk % Penduduk Miskin Perubahan (%) Miskin (Jiwa) Terhadap Total Penduduk Sumber : BPS Jawa Timur dan Bappeprop Jawa Timur Bappeprop. Jawa Timur dalam Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Jawa Timur Tahun 2004, menyatakan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan penurunan angka kemiskinan di Jawa Timur tahun 2004 yang lebih sedikit dibandingkan pada tahun 2003 antara lain disebabkan karena (1) terjadinya bencana alam (bajir dan gunung meletus), (2) tutupnya beberapa usaha pakaian jadi/garment dan sepatu akibat masuknya produk dari luar negeri, (3) terjadinya musibah kebakaran pada perusahaan/industri kayu dan industri kimia yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK). Melihat masih banyaknya jumlah penduduk miskin di Jawa Timur, maka perlu kebijakan anti kemiskinan. Menurut Bank Dunia, kebijakan memerangi kemiskinan yang dapat ditempuh antara lain melalui strategi (1) pertumbuhan ekonomi yang menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi kelompok miskin, (2) pengembangan SDM sehingga memberikan penduduk miskin kemampuan yang lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan buat pertumbuhan perekonomian, dan (3) membuat jaringan pengaman sosial untuk penduduk miskin yang sama sekali tidak mampu mendapatkan keuantungan-keuntungan dari pertumbuahan ekonomi dan kesempatan pengambangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik sosial, dan terisolasi secara fisik. Secara spasial sebaran penduduk miskin dominan pada daerah-daerah yang berbasis pada sektor pertanian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 29, pengecualian pada Kota Surabaya. Hal ini sesuai dengan analisis pada Tabel I-O Jawa Timur, bahwa angka pengganda pendapatan pada sektor-sektor pertanian lebih rendah. Sedangkan daerah-daerah yang berbasis pada sektor industri maupun perdagangan jumlah penduduk miskin lebih sedikit. Proses pembangunan yang selama ini terlalu terpusat pada bagian Utara Jawa Timur atau pada daerah-

12 107 daerah perkotaan pada akhirnya menyebabkan terjadi pengurasan sumber daya pada daerah di belakangnya, harapan terjadinya spread effect ternyata tidak terjadi sehingga timbul fenomena bahwa daerah-daerah belakang lebih miskin. Tabel 29 Jumlah penduduk miskin pada kabupaten/kota di Jawa Timur No Kode Kab / Jumlah (Jiwa) Kabupaten / Kota Kota Kabupaten Jember Kabupaten Bondowoso Kabupaten Sampang Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Malang Kota Surabaya Kabupaten Probolinggo Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Kediri Kabupaten Tuban Kabupaten Lamongan Kabupaten Ponorogo Kabupaten Jombang Kabupaten Lumajang Kabupaten Pasuruan Kabupaten Nganjuk Kabupaten Mojokerto Kabupaten Bangkalan Kabupaten Blitar Kabupaten Trenggalek Kabupaten Sumenep Kabupaten Pamekasan Kabupaten Pacitan Kabupaten Tulungagung Kabupaten Situbondo Kabupaten Magetan Kabupaten Ngawi Kabupaten Madiun Kabupaten Gresik Kabupaten Sidoarjo Kota Malang Kota Kediri Kota Batu Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Blitar Kota Probolinggo Jawa Timur Sumber : BPS Jawa Timur dan Bappeprop Jawa Timur 2004 Kecilnya harapan untuk merubah nasib di daerah asal pada akhirnya mendorong para penduduk di daerah-daerah miskin tersebut untuk mencari kerja di Kota Surabaya. Rendahnya tingkat pendidikan para pendatang di Kota Surabaya menyebabkan mereka tidak dapat bersaing untuk memperoleh pekerjaan

13 108 di sektor formal, akhirnya mereka mengisi sektor-sektor informal. Hal ini menyebabkan tingkat kemiskinan penduduk di Kota Surabaya termasuk tinggi. Untuk itu perlu adanya kebijakan dari pemerintah daerah kabupaten/kota untuk mendorong pembangunan perekonomian daerah masing-masing yang dapat menyerap tingkat tenaga kerja yang tinggi. Pembangunan sektor pertanian sebagai basis perekonomian sebagian besar daerah di Jawa Timur sejalan dengan pembangunan sektor-sektor lainnya, sehingga terjadi keterkaitan secara sektoral maupun spasial. Indentifikasi Kabupaten/Kota Lokasi Sektor Unggulan Provinsi Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, sektor unggulan di Jawa Timur adalah sektor kertas dan barang cetakan (22), tekstil, barang dari kulit dan alas kaki (20), kacang-kacang lainnya (9), retoran (33), dan bangunan dan konstruksi (30). Memusatnya sektor unggulan pada suatu kabupaten/kota yang ditandai dengan nilai LQ > 1 mengindikasikan bahwa sektor tersebut pada kabupaten/kota tertentu sudah bisa untuk memenuhi kebutuhannya sehingga bisa berorientasi ekspor. Nilai pergeseran diferensial (differential shift) menunjukkan tingkat kompetisi berbagai sektor perekonomian wilayah di Jawa Timur. Sektor-sektor yang memiliki nilai pergeseran diferensial negatif memiliki tingkat kompetisi yang rendah sedangkan sektor-sektor yang bernilai positif memiliki keunggulan kompetitif atau tingkat kompetisi yang tinggi. Sektor industri kertas dan barang cetakan sebagaimana terlihat pada Gambar 26 memusat serta mempunyai daya saing yang tinggi pada Kabupaten Kediri (6), Kab. Probolinggo (13), Kab. Sidoarjo (15), Kab. Mojokerto (16), serta Kab. Gresik (25). Apabila diamati, daerah-daerah di sekitar lokasi industri kertas dan barang cetakan merupakan daerah yang berbasis pada sektor industri pengolahan, sehingga industri kertas dan barang cetakan merupakan suatu produk yang sangat diperlukan sebagai bahan kemasan. Seperti kemasan semen dan pupuk di Kab. Gresik maupun kemasan rokok di Kota Kediri, Kota Malang, dan Kota Surabaya.

14 Scatterplot (Data SSA 41 82v*37c) DF Kertas dan Barang Cetakan LQ Kertas dan Barang Cetakan Keterangan : Nomor adalah kode kab/kota seperti pada Lampiran VI. Gambar 26 Hasil LQ dan differential shift sektor kertas dan barang cetakan. Keberadaan industri kertas dan barang cetakan selain ditunjang oleh faktor permintaan yang besar di Jawa Timur, dari segi penyediaan bahan baku juga sangat banyak. Bahan baku utama yang digunakan oleh industri kertas adalah jerami dan bagasse. Sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Timur adalah sektor pertanian sehingga kebutuhan terhadap jerami dapat terpenuhi. Demikian juga terhadap bahan input kimia untuk melakukan proses produksi, industri kimia di Jawa Timur sangat banyak dan besar yang sebagian besar berada di Kabupaten Mojokerto, Kabupatan Gresik, dan Kabupaten Pasuruan. Salah satu industri kimia terbesar di Jawa Timur adalah PT Tjiwi Kimia yang berada di Kota Mojokerto dan PT Petrokimia Gresik. Daerah-daerah di Jawa Timur yang dulu merupakan pemusatan sektor tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki daya saingnya melemah. Saat ini, dari hasil analisis menggunakan SSA tidak ada daerah di Jawa Timur yang mempunyai daya saing yang tinggi pada sektor tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki. Kabupaten Tulungagung (4), Kab. Pasuruan (14), Kab. Sidoarjo, dan Kota Mojokerto (76), seperti pada Gambar 27 berada pada kuadran III, yang menandakan daerah-daerah yang dulunya merupakan sentra industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki daya saingnya mulai melemah. Lemahnya daya saing produk tekstil di Jawa

15 110 Timur antara lain disebabkan oleh masuknya produk-produk baju impor dari Cina dengan harga-harga yang relatif lebih murah dengan kualitas yang lebih bagus. Demikian juga halnya dengan keberadaan industri alas kaki yang banyak di daerah Sidoarjo, dengan pusatnya di Desa Tanggulangin, dengan membanjiri produk dari Cina daya saingnya juga semakin melemah. 0.3 Scatterplot (Data SSA 41 82v *37c) DF Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki LQ Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Keterangan : Nomor adalah kode kab/kota seperti pada Lampiran VI. Gambar 27 Hasil LQ dan differential shift sektor tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki. Pembangunan infrastruktur di Jawa Timur memusat dan mempunyai daya saing yang tinggi pada Kabupaten Trenggalek (3), Kab. Blitar (5), Kota Malang (73), dan Kota Blitar (72). Pembangunan perumahan oleh para pengembang perumahan (developer) maupun pembangunan sarana infrastruktur oleh pemerintah sangat menunjang perkembangan sektor ini. Sebagian besar alokasi belanja pembangunan pada kabupaten/kota di Jawa Timur berhubungan dengan sektor bangunan dan konstruksi walaupun pada alokasi belanja pembangunan tidak secara jelas atau terang-terangan untuk keperluan bangunan dan konstruksi. Dalam struktur belanja pembangunan di dalam APBD, sektor bangunan dan konstruksi terkait dengan alokasi belanja pembangunan pada sektor transportasi dan aparatur pemerintah.

16 Scatterplot (Spreadsheet1 10v *37c) Bangunan dan Konstruksi Bangunan dan Konstruksi Keterangan : Nomor adalah kode kab/kota seperti pada Lampiran VI. Gambar 28 Hasil LQ dan differential shift sektor bangunan dan konstruksi Scatterplot (Data SSA 41 82v *37c) Sub Sekt or T ana m an Ba h an Ma k anan Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Keterangan : Nomor adalah kode kab./kota seperti pada Lampiran VI. Gambar 29 Hasil LQ dan differential shift sub sektor tanaman bahan makanan. Untuk sektor kacang-kacang lainnya (di dalam publikasi BPS mengenai PDRB menurut sembilan lapangan usaha termasuk dalam sub sektor tanaman bahan makanan) untuk menentukan lokasi pemusatan serta daya saing yang tinggi,

17 112 digunakan data PDRB menurut sembilan lapangan usaha dan dimasukkan dalam sub sektor tanaman bahan makanan. Sub sektor tanaman bahan makanan ini memusat pada semua kabupaten/kota yang berbasis sektor pertanian. Namun daya saing yang tinggi sektor ini berada pada Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Sumenep sebagaimana Gambar 29. Hal ini mengindikasikan bahwa sub sektor tanaman bahan makanan pada umumnya daya saingnya lemah apabila dibandingkan dengan sektor industri. Oleh sebab itu, perlu perhatian yang lebih serius dari pemerintah daerah untuk membangun sektor pertanian karena sebagian besar penduduk serta sebagian besar pemerintah daerah di Jawa Timur mengandalkan sektor pertanian tersebut dalam perekonomiannya Scatterplot (Data SSA 41 82v *37c) oran Rest Restoran Keterangan : Nomor adalah kode kab./kota seperti pada Lampiran VI. Gambar 30 Hasil LQ dan differential shift sektor restoran. Untuk sektor restoran, daya saing sektor ini pada semua daerah di Jawa Timur sangat bagus. Daerah-daerah dimana sektor ini memusat dan mempunyai daya saing yang kuat di Jawa Timur berada di Kota Surabaya (78), Kota Malang (77), dan Kota Madiun (73). Perkembangan sektor restoran pada daerah tersebut didukung oleh perkembangan sektor-sektor lainnya juga, terutama sektor perdagangan dan pariwisata. Sektor perdagangan di JawaTimur memusat dan berdaya saing kuat pada daerah-daerah tersebut di atas. Selain itu, daerah-daerah

18 113 tersebut juga dekat dengan objek-objek pariwisata yang ada di daerah sekitarnya. Oleh sebab itu, perkembangan sektor restoran sangat tergantung dari perkembangan sektor perdagangan dan pariwisata karena saling terkait. Secara ringkas, lokasi sektor-sektor unggulan di Jawa Timur memusat dan mempunyai daya saing yang tinggi seperti ditunjukkan pada Tabel 30. Tabel 30 Lokasi sektor unggulan di Jawa Timur No Sektor Daerah 1 Industri Kertas dan Barang Cetakan Kab. Kediri Kab. Mojokerto Kab. Probolinggo Kab. Gresik Kab. Sidoarjo 2 Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Kab. Tulungagung *) Kab. Sidoarjo *) Kab.Pasuruan *) Kota Mojokerto *) 3 Kacang-Kacang Lainnya (Tanaman Kab. Mojokerto Bahan Makanan) Kab. Sumenep 4 Bangunan dan Konstruksi Kab. Trenggalek Kota Blitar Kab. Blitar Kota Malang 5 Restoran Kota Surabaya Kota Madiun Kota Malang *) Daya Saing Lemah Arahan pengembangan sektor unggulan Porpoinsi Jawa Timur sebaiknya diarahkan pada kabupaten/kota dimana sektor unggulan tersebut memusat dan mempunyai daya saing yang kuat. Sedangkan daerah-daerah belakangnya (hinterland) merupakan daerah-daerah yang memasok kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksinya. Dalam logika analisis input output, sektor unggulan yang merupakan sektor dengan keterkaitan yang relatif besar dibandingkan dengan sektor lainnya, dalam melakukan proses produksi sangat tergantung dari pasokan bahan baku sektor lainnya. Hal ini mengindikasikan adanya aliran barang dari satu sektor ke sektor lainnya, dalam konsep wilayah aliran barang ini menunjukkan adanya perpindahan barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya atau terjadi keterkaitan spasial. Pengembangan sektor-sektor unggulan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur serta meningkatkan pembangunan ekonomi daerah-daerah di wilayah Provinsi Jawa Timur, karena faktor keterkaitan intersektoral dan interspasial yang besar. Sehingga disparitas atau kesenjangan wilayah yang terjadi selama ini dapat semakin dikurangi.

19 114 Dari hasil analisis SSA terhadap daya saing sektoral, terdapat kecenderungan mulai melemahnya daya saing sektor-sektor industri pada daerahdaerah yang tadinya merupakan kawasan industri ( LQ > 1 ). Dari Gambar 26 sampai dengan Gambar 30, ada beberapa hal yang bisa diketahui, antara lain : 1. Sektor unggulan yang memusat (LQ > 1) di beberapa daerah di Jawa Timur cenderung mempunyai daya saing yang bagus, disini terjadi proses aglomerasi sehingga banyak keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh seperti lokasi yang mengumpul dari beberapa sektor sehingga biaya lebih murah, tenaga kerja terampil dan murah, serta mendapatkan pelayanan atau fasilitas yang baik dari pememrintah seperti jalan, listrik, air, dan lain-lain. Hal ini terjadi di Kuadran II. 2. Namun, ada juga daerah-daerah yang tadinya dimana suatu sektor memusat namun daya saingnya melemah (Kuadran III). Lemahnya daya saing ini disebabkan antara lain harga-harga tanah yang mulai naik, kenaikan biayabiaya operasional sehingga sangat sulit bagi perusahaan atau swasta untuk beroperasi dalam wilayah tersebut karena cenderung tidak efisien, serta masuknya barang-barang impor dengan kualitas yang lebih bagus dan murah. Hal ini pada akhirnya menyebabkan deglomerasi karena para pengusaha akan mencari lokasi-lokasi yang lebih baik untuk pengembangan usahanya. 3. Dalam proses deglomerasi yang diakibatkan kesesakkan lokasi yang tadinya memusat pada suatu daerah tertentu akhirnya sekarang menyebar, para pengusaha akan mencari daerah-daerah lain yang biayanya lebih rendah. Akhirnya timbul daya saing yang tinggi pada beberapa wilayah di Jawa Timur yang berada di Kuadran I, dimana jumlahnya lebih banyak daripada di Kuadran II. Proses penurunan daya saing ini sudah terlihat seperti di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo yang dulu merupakan pusat industri namun sekarang daya saingnya mulai melemah. Kabupaten/kota di Jawa Timur dimana daya saing sektor unggulan sudah mengalami penurunan walaupun sektor tersebut masih memusat kegiatannya (LQ > 1) di kabupaten/kota tersebut menurut Daryanto (2005), wilayah tersebut sudah berada pada fase wealth driven, dimana keunggulan daya saing mulai menurun karena tingkat kemakmuran sudah

20 115 tercapai. Hal lain yang menyebabkan daya saing menurun adalah tidak adanya inovasi atau perubahan teknologi, harga jual yang tidak kompetitif, atau mutu produk yang kalah bersaing dengan produk yang sama dari luar daerah atau luar negeri. Gambar 31 Lokasi sektor unggulan di Jawa Timur. Gambar 32 Lokasi sub sektor tanaman bahan makanan.

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten,

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur Sebelum melakukan segmentasi, kita membutuhkan data-data tentang jawa timur sebagaiuntuk dijadikan acuan. Berikut data-data yang dapat dijadikan sebagai acuan. Segmentasi

Lebih terperinci

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO 2 Penjelasan Umum Sensus Ekonomi 2016 Sensus Ekonomi merupakan kegiatan pendataan lengkap atas seluruh unit usaha/perusahaan (kecuali

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga paradigma kebijakan pembangunan nasional sebaiknya diintegrasikan dengan strategi pembangunan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 42 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dari Sisi Penerimaan dan Sisi Pengeluaran Selama masa desentralisasi fiskal telah terjadi beberapa kali perubahan

Lebih terperinci

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL KORIDOR UTARA SELATAN PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2005 2009 Oleh: M. Sofyan Andiatma Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang ABSTRACT The research analyzes

Lebih terperinci

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan Masyarakat,

Lebih terperinci

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA UMUM 4.1.1 Keadaan Demografi Provinsi Jawa Timur (Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2015) Berdasarkan hasil estimasi penduduk, penduduk Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 41 2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.1.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dihitung menggunakan data PDRB Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Profil Provinsi Jawa Timur Jawa Timur sudah dikenal sebagai salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki posisi strategis, baik dari

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus konomi 2016 No. 35/05/35/Th. XV, 24 Mei 2017 BRTA RSM STATSTK BADAN PUSAT STATSTK PROVNS JAWA TMUR Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus

Lebih terperinci

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017 DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2017 DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2017 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017 DATA DINAMIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal.

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal. 149 DAFTAR PUSTAKA Amir, H. dan S. Nazara. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input Output. Jurnal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena kemiskinan telah berlangsung sejak lama, walaupun telah dilakukan berbagai upaya dalam menanggulanginya, namun sampai saat ini masih terdapat lebih dari 1,2

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR No. 16/02/35/Th. XIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Jawa Timur Hasil Pendataan Potensi Desa 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Disampaikan dalam Acara: World Café Method Pada Kajian Konversi Lahan Pertanian Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan Surabaya, 26 September 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Peneliti mengambil penelitian di Provinsi Jawa Timur yang terdiri atas 29 (dua puluh sembilan) kabupaten dan 9 (sembilan) kota yang telah dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia pasca terjadi krisis moneter sampai dengan tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini ditunjukkan oleh grafik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rasio Konsumsi Normatif Rasio konsumsi normatif adalah perbandingan antara total konsumsi dan produksi yang menunjukkan tingkat ketersediaan pangan di suatu wilayah. Rasio konsumsi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 I. VISI No 1. URAIAN VISI sebagai pusat industri dan perdagangan terkemuka, berdaya saing global dan berperan sebagai

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTARA WILAYAH UTARA DAN SELATAN PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTARA WILAYAH UTARA DAN SELATAN PROVINSI JAWA TIMUR ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTARA WILAYAH UTARA DAN SELATAN PROVINSI JAWA TIMUR Warda Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya This research aimed to know disparity of economic

Lebih terperinci

KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Ida Nuraini Universitas Muhammadiyah Malang nuirainiida@yahoo.com Abstract Pertumbuhan ekonomi telah lama dijadikan sebagai indikator keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah di provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kota dan kabupaten yaitu 29 kabupaten dan 9 kota dengan mengambil 25 (Dua

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang berlangsung di Indonesia berjalan terus menerus dan tiap daerah tersebut berusaha untuk memajukan daerahnya.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010 RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 200 KODE PERMEN 2 05 000 2 Kelautan dan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Dinas 2.400.000 Fasilitasi Program Anti Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR Oleh: Zainal Arifin Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang E-mail/No. Hp: azainala@yahoo.com/08155528001 Abstract

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR 4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR 4.1 Kondisi Kecukupan Kalori dan Protein Keseimbangan kontribusi diantara jenis pangan yang dikonsumsi masyarakat adalah salah satu

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR 1 PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR Oleh: Zainal Arifin Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang E-mail/No. Hp: azainala@yahoo.com/08155528001 Abstract

Lebih terperinci

TESIS ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR

TESIS ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Agribisnis oleh : BUDI SETYONO NIM. 201210390211011

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

Lebih terperinci

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun 1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10

Lebih terperinci