PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

LAMPIRAN 1. Peralatan dan Bahan Penelitian

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Journal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) Pembuatan Hybrid Magnet Berbasis NdFeB / BaFe 12 O 19 dan Karakterisasinya

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

DAFTAR PUSTAKA. Dermawan, Herwan. Uji Kompaksi ASTM D698 dan ASTM D1557. Universitas Pendidikan Indonesia : Laboratorium Mekanika Tanah, 2009.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

Karakterisasi Suseptibilitas Magnet Barium Ferit yang Disintesis dari Pasir Besi dan Barium Karbonat Menggunakan Metode Metalurgi Serbuk

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

Bab 4 Data dan Analisis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Oktober 2013.

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

3 Metodologi Penelitian

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

INOVASI TEKNOLOGI PEMBUATAN MAGNET PERMANEN UNTUK MEMBANGUN INDUSTRI MAGNET NASIONAL

PEMBUATAN MAGNET PERMANENT Ba-Hexa Ferrite (BaO.6Fe 2 O 3 ) DENGAN METODE KOOPRESIPITASI DAN KARAKTERISASINYA SKRIPSI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT FISIS, MAGNET DAN MIKROSTRUKTUR DARI BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF Al 2 O 3 SKRIPSI

BAB III METODELOGI PENELITIAN

(Maryati Doloksaribu)

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

BAB III METODE PENELITIAN

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET BONDED BaO.6 Fe 2 DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Sifat Fisika Bahan Baku Keramik: Penyusutan Total dan Pengisapan Air Pada Tanah Lempung (Clay)

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan di pabrik genteng beton Mulia di jalan Gatot Subroto, Medan, Sumatera

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah

Transkripsi:

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3 Sri Handani 1, Sisri Mairoza 1 dan Muljadi 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas 2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Email: shandani69@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan pembuatan keramik magnet Barium-Ferite (BaO.(6-x)Fe 2O 3) dari bahan baku BaCO 3 dan Fe 2O 3 dengan metode metalurgi serbuk. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel komposisi (BaO.6,5Fe 2O 3, BaO.6Fe 2O 3, dan BaO.5,5Fe 2O 3) dan suhu sinter (1000 C, 1050 C, 1100 C, 1150 C, 1200 C) terhadap densitas, porositas, kuat medan magnet dan titik kritis bahan magnet yang diperoleh. Nilai densitas tertinggi yang diperoleh adalah pada sampel BaO.6,5Fe 2O 3 yaitu 4,383 g/cm 3 pada suhu sinter 1200 C, dan densitas terendah pada sampel BaO.6,5Fe 2O 3 yaitu 3,444 g/cm3 pada suhu sinter 1000 C. Nilai porositas tertinggi diperoleh pada sampel BaO.6,5Fe2O3 yaitu 35,490% pada suhu sinter 1000 C dan porositas terendah pada sampel BaO.6Fe2O3 yaitu 12,720% pada suhu sinter 1200 C. Dari hasil pengukuran kekuatan magnet menunjukkan bahwa kuat medan magnet tertinggi pada sampel BaO.5,5Fe 2O 3 yaitu 420 Gauss pada suhu sinter 1100 C, sedangkan kuat medan magnet terendah diperoleh 120 Gauss pada bahan BaO.6,5Fe 2O 3 untuk suhu sinter 1200 C. Kuat magnet untuk sampel BaO.6Fe 2O 3 hilang pada suhu 500 C, sedangkan untuk bahan BaO.6,5Fe 2O 3 dan BaO.5,5Fe 2O 3 titik kritis terjadi pada suhu 550 C. Kata kunci: Keramik magnet, Barium-Ferite, metalurgi serbuk, magnetic stirrer, sinter, kalsinasi, densitas, porositas, magnetisasi, Gauss, titik kritis 1. PENDAHULUAN Pembuatan magnet permanen telah dilakukan dengan berbagai metode dan bahan yang berbeda, diantaranya teknologi powder metallurgy dan rapid solidification (Manaf, 1995). Pada penelitian ini akan dibuat magnet permanen ferit BaO.(6-x)Fe 2O 3 dari bahan Fe 2O 3 yang merupakan limbah pabrik PT. Krakatau Steel. Selanjutnya akan dilihat pengaruh variabel komposisi dan suhu sinter terhadap karakteristik magnet yang dibuat. Teknologi proses yang digunakan adalah metalurgi serbuk. Penelitian tentang pembuatan bahan magnet dengan menggunakan bahan limbah (Fe 2O 3) ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembuatan bahan magnet, sehingga dapat memperkecil biaya produksi agar dapat bersaing di dunia industri, dengan menghasilkan sifat magnet permanen optimum. 2. METODE PENELITIAN Bahan-bahan yang digunakan adalah BaCO 3 dan Fe 2O 3. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah neraca Sartorius untuk menimbang serbuk bahan, beaker glass untuk tempat sampel, ayakan 170 mesh untuk mengayak serbuk Fe 2O 3, oven pengering untuk mengeringkan sampel dan alat penelitian, magnetic stirrer Cimarec2 untuk mencampur bahan serbuk BaCO 3 dan Fe 2O 3, alat cetak sistem press kering untuk mencetak sampel, tungku pembakaran suhu tinggi untuk proses kalsinasi dan sintering serta Gaussmeter untuk mengukur kuat magnet sampel. Pembuatan Magnet Ba Ferit (BaO.6Fe2O3) Serbuk Fe 2O 3 dan BaCO 3 ditimbang sesuai dengan variasi berat, kemudian serbuk Fe 2O 3, BaCO 3 dan air diaduk hingga tercampur rata menggunakan magnetic stirrer. Campuran sampel dikeringkan dalam oven dengan suhu 100 C selama 1 hari untuk masing-masing variasi berat JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 3 NO 1, MARET 2011 1

Fe 2O 3 dan BaCO 3. Sampel kering dikalsinasi menggunakan furnace pada suhu 1100 C selama 1 jam. Setelah dikalsinasi, sampel yang berupa padatan didinginkan pada temperatur kamar. Sampel yang telah dingin kemudian digerus dengan mortar dan diayak hingga kehalusan 170 mesh. Sampel yang telah halus, dicetak berbentuk pelet dengan menggunakan alat cetak hydraulic power pump. Hasil cetakan disinter dengan variasi suhu 1000 C, 1050 C, 1100 C, 1150 C dan 1200 C dengan waktu penahanan masing-masing suhu selama 2 jam. Selanjutnya sampel didinginkan pada suhu kamar. Pengujian Densitas dan Porositas Sampel Sebelum dilakukan uji densitas dan porositas, sampel terlebih dahulu dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga terbenam secara keseluruhan, lalu direbus selama 2 jam. Gelas ukur diletakkan di atas pemanas untuk menjaga air tetap dalam suhu didihnya. Setelah 2 jam, sampel didinginkan pada suhu kamar dalam keadaan masih terendam air selama 12 jam. Sampel yang telah dingin kemudian ditimbang massa basahnya. Sebelum pengukuran dilakukan, permukaan sampel dibalut dengan kain halus untuk menghilangkan air yang melekat pada permukaan sampel. Sampel yang telah ditimbang massa basahnya diikatkan pada kawat tipis yang telah diketahui massanya. Gelas kimia diisi dengan aquades lalu dimasukkan ke dalam neraca timbang. Sampel yang telah diikat dengan kawat digantungkan pada pengait di dalam neraca dengan posisi sampel tergantung dan tercelup di dalam aquades. Hasilnya dicatat sebagai massa jenuh. Setelah pengukuran massa jenuh, sampel dikeringkan dalam oven bersuhu 100 C. Setelah kering, sampel didinginkan kembali dan diukur massa keringnya. Setelah penimbangan masing-masing variasi massa sampel, dilakukan penghitungan nilai densitas dan porositas menggunakan Persamaan (1) dan Persamaan (2). dengan D x air (1) W S 3 bulk density (g/cm ) D W S air massa kering sampel (g) massa basah sampel di udara massa sampel yang terbenam dan tergantung di udara densitas air (g/cm 3 ) (g) (g) W D P x100% (2) W S dengan P W D S porositassampel (%) massa basah sampel di udara massa kering sampel (g) (g) massa sampel yang terbenam dan tergantung di udara (g) 2 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 3 NO 1, MARET 2011

Pengujian Kekuatan Magnet Sampel Kekuatan magnet sampel diukur dengan Gaussmeter. Sebelum melakukan pengukuran, dilakukan preparasi alat untuk memastikan bahwa pengaturan alat telah sesuai dengan yang didinginkan, diantaranya pengaturan jarum telah tepat pada angka nol, berguna untuk ketepatan pembacaan nilai Gauss yang ditunjukkan alat, pengaturan mode selector ke Gauss untuk pengukuran kuat magnet atau mode selector polar untuk mengetahui kutub magnet yang diuji. Pengaturan jarak/range selector pada 1 kg. Untuk pengukuran densitas flux magnet dilakukan dengan meletakkan hall generator pada permukaan sampel dan jarum akan menunjukkan nilai kuat magnet sampel. Pengujian Titik Kritis Sampel (Suhu Curie) Sampel magnet dipanaskan pada suhu 150 C lalu didinginkan, setelah itu diukur kekuatan magnetnya dengan Gaussmeter. Jika kekuatan magnet masih ada, maka sampel kembali dipanaskan dengan suhu yang lebih tinggi. Sampel kembali didinginkan dan dilakukan pengukuran kuat magnet setelah sampel tersebut dingin. Prosedur terus berulang sampai kekuatan magnet menjadi tidak terbaca pada Gaussmeter (kekuatan magnet hilang). Untuk masing-masing pengulangan, suhu panas yang diberikan bertingkat sampai 550 C dengan beda suhu 50 C. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Densitas dan Porositas Bahan Dari Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3 terlihat bahwa densitas meningkat dengan adanya peningkatan suhu sintering. Nilai densitas untuk bahan BaO.6,5Fe 2O 3 pada suhu sintering 1000 C 1200 C mengalami kenaikan yaitu berkisar pada 3,44 g/cm 3 sampai dengan 4,38 g/cm 3. Untuk bahan BaO.6Fe 2O 3 didapatkan nilai densitas dari 3,60 g/cm 3 sampai 4,31 g/cm 3 dan untuk bahan BaO.5,5Fe 2O 3 diperoleh nilai densitas dari 3,52 g/cm 3 sampai 4,30 g/cm 3. Adanya peningkatan nilai densitas ini sesuai dengan tahapan proses sintering dimana saat proses sintering dilakukan maka terjadi pemadatan bahan yang menyebabkan kenaikan nilai densitas, dan nilai ini semakin meningkat dengan peningkatan suhu sinter. Gambar 1. Densitas untuk bahan BaO.6,5Fe 2O 3 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 3 NO 1, MARET 2011 3

Gambar 2. Densitas untuk bahan BaO.6Fe 2O 3 Gambar 3. Densitas untuk bahan BaO.5,5Fe 2O 3 Gambar 4. Porositas untuk bahan BaO.6,5Fe 2O 3 4 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 3 NO 1, MARET 2011

Gambar 5. Porositas untuk bahan BaO.6Fe 2O 3 Gambar 6. Porositas untuk bahan BaO.5,5Fe 2O 3 Untuk porositas, seperti dapat dilihat pada Gambar 4 sampai Gambar 6, peningkatan suhu sintering memberikan penurunan nilai porositas. Nilai porositas terkecil diperoleh pada suhu sinter 1200 C, yaitu masing-masing sebesar 12,87 % untuk sampel magnet BaO.6,5Fe 2O 3, 12,72 % untuk sampel magnet BaO.6Fe 2O 3, dan 14,34 % untuk sampel magnet BaO.5,5Fe 2O 3. Turunnya nilai porositas menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan suhu sinter, maka pori-pori sampel akan berkurang yang menunjukkan bahwa dalam proses sinter tersebut telah terjadi pemadatan sampel. Nilai densitas hasil pengukuran masih di bawah nilai densitas yang diperoleh oleh Muljadi dan Sudjono (1996) yaitu sebesar 5,28 g/cm 3. Hal ini dapat disebabkan karena pada sampel masih terdapat pori. Densitas yang lebih tinggi akan dapat dicapai jika dilakukan penambahan suhu sintering, namun jika dilakukan pemberian suhu sintering yang lebih tinggi akan berpengaruh pada kuat magnet bahan, yaitu kuat magnet menjadi lemah. Jalan lain untuk meningkatkan densitas sampel adalah dengan menggunakan ukuran butir sampel yang lebih halus dari ukuran butir yang digunakan pada penelitian ini. JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 3 NO 1, MARET 2011 5

Pengukuran Kuat Medan Magnet Sampel yang dibuat, dimagnetisasi dengan meletakkannya pada medan magnet luar yang kuat. Dari hubungan kuat medan magnet terhadap suhu sintering (Gambar 4) diperoleh kuat medan magnet sampel cenderung meningkat dengan adanya peningkatan suhu sinter. Kuat medan magnet tertinggi terdapat pada suhu sinter 1100 C pada bahan BaO.5,5Fe 2O 3 yaitu sebesar 420 Gauss. Pemberian suhu sinter yang lebih tinggi dari 1100 C memberikan penurunan kuat medan magnet pada sampel. Kuat medan magnet terkecil terjadi pada sampel BaO.6,5Fe 2O 3 pada suhu sinter 1200 C yaitu senilai 120 Gauss. Gambar 7. Kuat medan magnet terhadap suhu sintering Gambar 8. Titik kritis bahan untuk suhu sinter 1000 C 6 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 3 NO 1, MARET 2011

Uji Titik Kritis Bahan pada Variasi Suhu Sinter Pengujian titik kritis sampel dilakukan untuk mengetahui titik kritis magnet, yaitu suhu dimana kuat medan magnet sampel menjadi hilang. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan memberi pemanasan pada sampel, dimulai pada suhu 150 C sampai 550 C dengan beda suhu 50 C. Dengan adanya pemberian panas ini menyebabkan kuat medan magnet menurun, dimana penurunan kuat medan magnet sebanding dengan peningkatan suhu yang diberikan dan akhirnya hilang pada suhu kritis bahan. Gambar 9. Titik kritis bahan untuk suhu sinter 1050 C Gambar 10. Titik kritis bahan untuk suhu sinter 1100 C JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 3 NO 1, MARET 2011 7

Gambar 11. Titik kritis bahan untuk suhu sinter 1150 C Gambar 12. Titik kritis bahan untuk suhu sinter 1200 C Pada Gambar terlihat bahwa untuk sampel BaO.6Fe 2O 3 kuat medan magnet bahan baru hilang pada suhu 500 C, sedangkan untuk kedua bahan BaO.6,5Fe 2O 3 dan BaO.5,5Fe 2O 3 titik kritis terjadi pada suhu 550 C. Titik kritis ini lebih tinggi daripada yang diperoleh oleh Muljadi dan Sudjono (1996) yaitu pada temperatur 723 K atau 450 C. 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan magnet permanen BaO.(6-x)Fe 2O 3 yang telah dilakukan antara lain: 1. Secara garis besar magnet permanen BaO.(6-x)Fe 2O 3 dapat dibuat dengan menggunakan bahan limbah Fe 2O 3. 8 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 3 NO 1, MARET 2011

2. Peningkatan temperatur sinter menyebabkan peningkatan nilai densitas bahan dan sebaliknya menurunkan nilai porositas bahan. 3. Kuat medan magnet optimum diperoleh pada suhu sinter 1100 C. Pada suhu sinter di atas 1100 C kuat medan magnet bahan berkurang. 4. Titik kritis sampel (suhu dimana kuat medan magnet menjadi nol) diperoleh pada suhu 500 C untuk bahan BaO.6Fe 2O 3 dan 550 C untuk bahan BaO.6,5Fe 2O 3 dan BaO.5,5Fe 2O 3. DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. Manaf, A., 1996, Karakterisasi dan pembuatan Magnet Permanen Nd-Fe-B dengan Teknologi Powder Metallurgy dan Rapid Solidification, Hibah Bersaing Perguruan Tinggi IV, Universitas Indonesia, Jakarta. 2. Muljadi dan Sudjono H.K.S., 1996, Pembuatan dan Karakterisasi Keramik Magnet Permanen Ba-Hexaferrite dan Sr-Hexaferrite, Puslibang Fisika Terapan LIPI, Serpong. JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 3 NO 1, MARET 2011 9