IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1 Permodelan Struktur Atas (3D)

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENULANGAN BAB V PENULANGAN. 5.1 Tulangan Pada Pelat. Desain penulangan pelat dihitung berdasarkan beban yang dipikul oleh

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

BAB III LANDASAN TEORI

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. :

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Struktur Bangunan Gedung. 2.2 Program Komputer Rekayasa. 2.3 Desain Penampang

Yogyakarta, Juni Penyusun

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

Struktur Balok-Rusuk (Joist) 9 BAB 3. ANALISIS DAN DESAIN Uraian Umum Tinjauan Terhadap Lentur 17

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

ANALISA STRUKTUR DAN KONTROL KEKUATAN BALOK DAN KOLOM PORTAL AS L1-L4 PADA GEDUNG S POLITEKNIK NEGERI MEDAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG. Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

Perhitungan Penulangan Kolom Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar :

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB IV ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR. 1 basement. Denah bangunan hotel seperti terlihat pada gambar 4.1 : Gambar 4.1.

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB I. penting. efek yang. tekan beton. lebih besar. Diilustrasikan I-1.

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR GEDUNG YAYASAN PRASETIYA MULYA DENGAN LANTAI BETON BERONGGA PRATEGANG PRACETAK

BAB IV ANALISA STRUKTUR

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Q p. r-i. tti 01" < < IX. 4 S --1 ,..J -13. r-i. r-i. r-i C<J. r-j

TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG DUAL SYSTEM 22 LANTAI DENGAN OPTIMASI KETINGGIAN SHEAR WALL

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

DAFfAR NOTASI. = Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi ( batang. = Luas dari tulangan geser dalam suatu jarak s. atau luas dari tulangan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO

Gambar 5.1 Struktur Portal Balok dan Kolom

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB IV ANALISIS STRUKTUR ATAS

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

PERANCANGAN HOTEL 7 LANTAI DAN 1 BASEMENT YOGYAKARTA (SNI 1726:2012 & SNI 2847:2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN. Adapun data-data yang didapat untuk melakukan perencanaan struktur. a. Gambar arsitektur (gambar potongan dan denah)

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN 11 ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI KOMPUTER DALAM KONSTRUKSI

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Struktur Akibat Gaya Gempa Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung tersebut atau bagian dari gedung tersebut yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat dari gempa tersebut. Beban gempa yang direncanakan berdasarkan kriteria bangunan dan jenis tanah dimana gedung tersebut di bangun. Desain beban gempa pada bangunan ini menggunakan analisa statik equivalen berdasarkan SNI 03-1726-2002. Hasil dari program ETABS v 9.0.7 untuk berat total bangunan Apartemen Grand Emerald sebesar 31020,3255 KN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4, dibawah ini. Tabel 4 Berat w i struktur lantai Apartemen Grand Emerald Group Berat (w) Group Berat (w) KN LANTAI 35 50,3514 LANTAI 15 850,6783 LANTAI 34 426,245 LANTAI 14 857,8129 LANTAI 33 426,778 LANTAI 13 860,2493 LANTAI 32 426,715 LANTAI 12 861,8676 LANTAI 31 440,3395 LANTAI 11 880,5257 LANTAI 30 784,7314 LANTAI 10 880,5257 LANTAI 29 788,7849 LANTAI 9 880,5257 LANTAI 28 789,7775 LANTAI 8 880,5257 LANTAI 27 789,7775 LANTAI 7 1413,9128 LANTAI 26 789,7775 LANTAI P6A 701,9157 LANTAI 25 789,7775 LANTAI P6 743,6628 LANTAI 24 789,7775 LANTAI P5A 701,7057 LANTAI 23 789,7775 LANTAI P5 743,6628 LANTAI 22 789,7775 LANTAI P4A 700,3071 LANTAI 21 789,7775 LANTAI P4 742,6445 LANTAI 20 789,7775 LANTAI P3A 701,3254 LANTAI 19 804,0605 LANTAI P3 733,0842 LANTAI 18 804,0605 LANTAI P2A 761,3508 LANTAI 17 804,0605 LANTAI P2 907,7196 LANTAI 16 803,4392 LANTAI DASAR 1539,1598 KN w t 31010,3255 Menurut Peraturan Gempa ( SNI 2002) waktu getar alami struktur dibatasi agar tidak terlalu fleksibel sehingga kenyamanan penghuni tidak terganggu khususnya untuk bangunan ini diharapkan bangunan cukup kaku. Pembatasan yang dilakukan berdasarkan persamaan 2. Tabel 5 Perbandingan periode pendekatan dan periode ETABS SNI 03-1726-2002 Periode Pendekatan Maksimum berdasatkan persamaan 2 (detik) Periode ETABS (detik) arah x (Tx) arah y (Ty) 6,12 3,1471 2,8773 18

Dari tabel 5 terlihat bahwa periode struktur yang didapat dari ETABS memenuhi pembatasan untuk waktu getar alami. Dengan nilai Tx dan Ty masing-masing sebesar 3,1471 detik dan 2,8773 detik, maka akan didapat nilai masing-masing C 1 berdasarkan Gambar 1 dengan memasukan ke dalam persamaan C untuk jenis tanah lunak, didapatkan nilai C 1 untuk masing-masing arah, yaitu C 1(arah x) sebesar 0,238 dan C 1(arah y) sebesar 0,261 setelah mendapatkan nilai C, baru dapat dilakukan perhitungan nilai gaya geser nominal statik equivalen (Vb). Jadi, didapatkan nilai gaya geser nominal statik equivalen berdasarkan persamaan 1, untuk masing-masing arah x (Vbx) dan arah y (Vby) adalah 1136,971 KN dan 1243,583 KN. Distribusi vertikal gaya gempa ditentukan berdasarkan persamaan 3 dan untuk memperjelas hasil perhitungan tersebut dapat di lihat pada Tabel 6, setelah mendapatkan nilai distribusi vertikal gaya gempa pada tinjauan arah x (Fx), dan arah y (Fy) pada setiap lantai, maka nilai Fx dan Fy di masukan pada program ETABS v 9.0.7 sebagai user load untuk pembebanan gempa menggunakan analisa statik equivalen. Dengan demikian, input beban baik tinjauan gravitasi dan tinjauan beban gempa telah dimasukan pada program ETABS v 9.0.7. langkah selanjutnya adalah melakukan run analysis untuk mengetahui gaya-gaya dalam dari masing-masing elemen struktur, baik pelat, balok dan kolom. Tabel 6 Perhitungan distribusi vertikal gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002 Group Mass (w) Tinggi (h) w.h Fx Fy KN M KN.m LANTAI 35 50,3514 112 5639,3568 4,196 4,590 LANTAI 34 426,245 109 46460,705 34,573 37,815 LANTAI 33 426,778 106 45238,468 33,664 36,820 LANTAI 32 426,715 103 43951,645 32,706 35,773 LANTAI 31 440,3395 100 44033,95 32,767 35,840 LANTAI 30 784,7314 97 76118,9458 56,643 61,954 LANTAI 29 788,7849 94 74145,7806 55,175 60,348 LANTAI 28 789,7775 91 71869,7525 53,481 58,496 LANTAI 27 789,7775 88 69500,42 51,718 56,567 LANTAI 26 789,7775 85 67131,0875 49,955 54,639 LANTAI 25 789,7775 82 64761,755 48,192 52,711 LANTAI 24 789,7775 79 62392,4225 46,429 50,782 LANTAI 23 789,7775 76 60023,09 44,665 48,854 LANTAI 22 789,7775 73 57653,7575 42,902 46,925 LANTAI 21 789,7775 70 55284,425 41,139 44,997 LANTAI 20 789,7775 67 52915,0925 39,376 43,068 LANTAI 19 804,0605 64 51459,872 38,293 41,884 LANTAI 18 804,0605 61 49047,6905 36,498 39,921 LANTAI 17 804,0605 58 46635,509 34,703 37,957 LANTAI 16 803,4392 55 44189,156 32,883 35,966 LANTAI 15 850,6783 52 44235,2716 32,917 36,004 LANTAI 14 857,8129 49 42032,8321 31,278 34,211 LANTAI 13 860,2493 46 39571,4678 29,447 32,208 LANTAI 12 861,8676 43 37060,3068 27,578 30,164 LANTAI 11 880,5257 40 35221,028 26,209 28,667 19

Group Mass (w) Tinggi (h) w.h Fx Fy LANTAI 10 880,5257 37 32579,4509 24,244 26,517 LANTAI 9 880,5257 34 29937,8738 22,278 24,367 LANTAI 8 880,5257 28 24654,7196 18,347 20,067 LANTAI 7 1413,9128 25 35347,82 26,304 28,770 LANTAI P6A 701,9157 22 15442,1454 11,491 12,569 LANTAI P6 743,6628 20,5 15245,0874 11,344 12,408 LANTAI P5A 701,7057 19 13332,4083 9,921 10,851 LANTAI P5 743,6628 17,5 13014,099 9,684 10,592 LANTAI P4A 700,3071 16 11204,9136 8,338 9,120 LANTAI P4 742,6445 14,5 10768,3453 8,013 8,765 LANTAI P3A 701,3254 13 9117,2302 6,784 7,421 LANTAI P3 733,0842 11,5 8430,4683 6,273 6,862 LANTAI P2A 761,3508 10 7613,508 5,665 6,197 LANTAI P2 907,7196 8,5 7715,6166 5,741 6,280 LANTAI DASAR 1539,1598 4,5 6926,2191 5,154 5,637 Wt 31010,7255 wi.hi 1527903,69 4.2 Analisis Struktur Pelat Pada bangunan Apartemen grand Emerald ini terdapat tiga jenis pelat yang digunakan, yaitu pelat hunian, pelat parkir, dan pelat water torn. Dari ketiga jenis tersebut terdapat perbedaan jenis beban yang bekerja pada masing-masing pelat, hal ini berdampak pada perbedaan ketebalan pelat (h) yang digunakan dan jenis tulangan serta jarak tulangan yang digunakan pada konstruksi elemen struktur pelat. Analisis gaya-gaya dalam pada elemen struktur pelat, dikhususkan pada peninjauan momen rencana dan dibandingkan dengan momen ultimit yang di hasilkan program ETABS v 9.0.7 akibat efek beban luar. Apabila momen rencana lebih besar dibandingkan momen ultimit, maka dimensi penampang pelat yang digunakan di masing-masing jenis pelat pada bangunan ini telah memenuhi syarat perencanaan. 4.2.1 Analisis Struktur Pelat Hunian Data teknis : Mutu beton (fc) : 29,05 Mpa Mutu baja (fy) : 400 Mpa Beban lantai (qll) : 2,5 KN/m 2 Selimut beton : 25 mm = 0,025 m Berat satuan spesi atau adukan : 0,21 KN/m 2 Berat keramik : 0,24 KN/m 2 Berat satuan beton bertulang : 24 KN/m 3 Dimensi panjang pada pelat hunian untuk arah x (Ly) dan arah y (Ly) masing-masing sebesar 5000 mm (5 m). Balok tipical yang digunakan untuk menahan beban pelat adalah 300 mm dan 500 mm (B30x50). Berdasarkan persamaan 4 dan persamaan 5 dihasilkan panjang pelat efektif arah y dan arah x masing-masing sebesar 4400 mm. Berdasarkan persamaan 9 dihasilkan nilai α 1 sebesar 0,315, karena dimensi ke-empat balok tipical, maka didapatkan nilai α m sebesar 0,315. Berdasarkan persamaan 6 dihasilkan nilai β sebesar 1,00. Berdasarkan persamaan 10 dihasilkan tebal pelat yang 20

dibutuhkan (h) adalah 127,97 mm. Berdasarkan persamaan 11 dan persamaan 12 dihasilkan tebal plat maksimum dan minimum masing-masing sebesar 129,026 mm dan 104,296 mm. Dari hasil perhitungan tebal pelat tersebut maka disimpulkan tebal pelat (h) yang digunakan sebesar 130 mm dan hal ini sesuai dengan tebal pelat yang terpasang pada bangunan Apartemen Grand Emerald. Analisa pembebanan berdasarkan PBI 1983, dari hasil analisa tersebut dihasilkan beban mati total (qdl) sebesar 4,72 KN/m 2 dan beban hidup (qll) untuk bangunan gedung sebesar 2,5 KN/m 2. Berdasarkan hasil perhitungan beban kombinasi antara beban mati total (qdl) dan beban hidup (qll) maka dihasilkan qu sebesar 9,664 KN/m 2. Dari hasil perhitungan analisa pembebanan, dilanjutkan dengan memperhitungkan momen rancangan (Mr). Perhitungan momen rancangan di awali dengan menentukan faktor pengali yang terdapat pada tabel PBI 1973, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10, dari tabel tersebut dihasilkan Cx +,Cy +,Cx -,Cy - masing-masing sebesar 21, 21, 52, 52. Hasil perhitungan untuk masing-masing momen lapangan arah x, momen lapangan arah y, momen tumpuan arah x dan momen tumpuan arah y sebesar 5,074 KNm; 5,074 KNm; -12,563 KNm; dan - 12,563 KNm. Diamater tulangan pelat yang terpasang pada pelat hunian bangunan ini adalah 10 mm dengan jarak antar tulangan (s) sebesar 125 mm sehingga dihasilkan luas nominal (As) diameter tersebut sebesar 78,54 mm 2. Dari tahapan proses perhitungan pelat diatas, maka dihasilkan momen rencana sebesar 17,945 KNm dengan faktor reduksi dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan sebesar 0,8. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dimensi pelat hunian tersebut mampu menahan momen ultimit sebesar 12,563 KNm. Hal ini menunjukan analisis struktur pelat hunian sesuai dengan syarat perencanaan dan memenuhi standar keamanan terhadap momen lentur. 4.2.2 Analisis Struktur Pelat Parkir Data teknis : Mutu beton (fc) : 29,05 Mpa Mutu baja (fy) : 400 Mpa Beban lantai (qll) : 4 KN/m 2 Selimut beton : 20 mm = 0,02 m Berat satuan spesi atau adukan : 22 KN/m 2 Berat keramik : 0,24 KN/m 2 Berat satuan beton bertulang : 24 KN/m 3 Dimensi panjang pada pelat hunian untuk arah x (Ly) dan arah y (Ly) masing-masing sebesar 5700 mm dan 5000 mm. Balok typical yang digunakan untuk menahan beban pelat adalah 300 mm dan 500 mm (B30x50). Berdasarkan persamaan 4 dan persamaan 5 dihasilkan panjang pelat efektif arah y dan arah x masing-masing sebesar 5100 mm dan 4400 mm. Berdasarkan persamaan 9 dihasilkan nilai α 1 sebesar 0,315, karena dimensi ke-empat balok typical, maka didapatkan nilai α m sebesar 0,315. Berdasarkan persamaan 6 dihasilkan nilai β sebesar 1,14. Berdasarkan persamaan 10 dihasilkan tebal pelat yang dibutuhkan (h) adalah 147,343 mm. Berdasarkan persamaan 11 dan persamaan 12, dihasilkan tebal plat maksimum dan minimum masing-masing sebesar 148,994 mm dan 117,596 mm. Dari hasil perhitungan tebal pelat tersebut maka disimpulkan tebal pelat (h) yang digunakan sebesar 150 mm dan hal ini sesuai dengan tebal pelat yang terpasang pada bangunan Apartemen Grand Emerald. Analisa pembebanan berdasarkan PBI 1983, dari hasil analisa tersebut dihasilkan beban mati total (qdl) sebesar 5,2 KN/m 2 dan beban hidup (qll) untuk bangunan gedung sebesar 4 KN/m 2. Berdasarkan hasil perhitungan, beban kombinasi (qu) antara beban mati total (qdl) dan beban hidup (qll) sebesar 9,664 KN/m 2. Dari hasil perhitungan analisa pembebanan maka dilanjutkan dengan 21

memperhitungkan momen rancangan (Mr). Perhitungan momen rancangan di awali dengan menentukan faktor pengali yang terdapat pada tabel PBI 1973, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10, dari tabel tersebut dihasilkan Cx +,Cy +,Cx -,Cy - masing-masing sebesar 21, 25, 54, 59. Hasil perhitungan untuk masing-masing momen lapangan arah x, momen lapangan arah y, momen tumpuan arah x dan momen tumpuan arah y sebesar 6,636 KNm; 7,9 KNm; -17,064 KNm; dan - 18,644 KNm. Diamater tulangan pelat yang terpasang pada pelat parkir bangunan ini adalah 10 mm dengan jarak antar tulangan (s) sebesar 125 mm sehingga dihasilkan luas nominal (As) diameter tersebut sebesar 78,54 mm 2. Dari tahapan proses perhitungan pelat diatas, maka dihasilkan momen rencana sebesar 21,36 KNm, dengan faktor reduksi dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan sebesar 0,8. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dimensi pelat parkir tersebut mampu menahan momen ultimit sebesar 18,644 KNm. Hal ini menunjukan analisis struktur pelat parkir sesuai dengan syarat perencanaan dan memenuhi standar keamanan terhadap momen lentur. 4.2.3 Analisis Struktur Pelat Water Torn Data teknis : Mutu beton (fc) : 29,05 Mpa Mutu baja (fy) : 400 Mpa Beban lantai (qll) : 4 KN/m 2 Selimut beton : 25 mm = 0,025 m Berat satuan spesi atau adukan : 22 KN/m 2 Berat keramik : 0,24 KN/m 2 Berat satuan beton bertulang : 24 KN/m 3 Dimensi panjang pada pelat water torn untuk arah x (Ly) dan arah y (Ly) masing-masing sebesar 5000 mm dan 3000 mm. Balok tipical yang digunakan untuk menahan beban pelat adalah 300 mm dan 500 mm (B30x50). Berdasarkan persamaan 4 dan persamaan 5 dihasilkan panjang pelat efektif arah y dan arah x masing-masing sebesar 4400 mm dan 2400 mm. Berdasarkan persamaan 9 dihasilkan nilai α 1 sebesar 0,578, karena dimensi ke-empat balok typical, maka didapatkan nilai α m sebesar 0,578. Berdasarkan persamaan 6 dihasilkan nilai β sebesar 1,67. Berdasarkan persamaan 10 dihasilkan tebal pelat yang dibutuhkan (h) adalah 112,27 mm. Berdasarkan persamaan 11 dan persamaan 12, dihasilkan tebal plat maksimum dan minimum masing-masing sebesar 119,65 mm dan 91,97 mm. Dari hasil perhitungan tebal pelat tersebut maka disimpulkan tebal pelat (h) yang digunakan sebesar 130 mm dan hal ini sesuai dengan tebal pelat yang terpasang pada bangunan Apartemen Grand Emerald. Analisa pembebanan berdasarkan PBI 1983, dari hasil analisa tersebut dihasilkan beban mati total (qdl) sebesar 23,12 KN/m 2 dan beban hidup (qll) untuk bangunan gedung sebesar 1,5 KN/m 2. Berdasarkan hasil perhitungan, beban kombinasi (qu) antara beban mati total (qdl) dan beban hidup (qll) sebesar 30,144 KN/m 2. Dari hasil perhitungan analisa pembebanan, dilanjutkan dengan memperhitungkan momen rancangan (Mr). Perhitungan momen rancangan di awali dengan menentukan faktor pengali yang terdapat pada tabel PBI 1973, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10, dari tabel tersebut dihasilkan Cx +,Cy +,Cx -,Cy - masing-masing sebesar 14, 38, 57, 81. Hasil perhitungan untuk masing-masing momen lapangan arah x, momen lapangan arah y, momen tumpuan arah x dan momen tumpuan arah y sebesar 3,798 KNm; 10,309 KNm; -15,448 KNm; dan - 21,953 KNm. Diamater tulangan pelat yang terpasang pada pelat water torn bangunan ini adalah 13 mm dengan jarak antar tulangan (s) sebesar 100 mm sehingga dihasilkan luas nominal (As) diameter tersebut sebesar 132,73 mm 2. Dari tahapan proses perhitungan pelat diatas, maka dihasilkan momen 22

rencana sebesar 37,91 KNm, dengan faktor reduksi dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan sebesar 0,8. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dimensi pelat water torn tersebut mampu menahan momen ultimit sebesar 21,963 KNm. Hal ini menunjukan analisis struktur pelat water torn sesuai dengan syarat perencanaan dan memenuhi standar keamanan terhadap momen lentur. 4.3 Analisis Struktur Balok Tabel 7 Gaya-gaya dalam maksimum yang dihasilkan dari program ETABS v 9.0.7 V u : gaya geser ultimit (KN) T u : momen torsi ultimit (KNm) : momen lentur ultimit (KNm) M u Jenis Balok Vu T Mu B30X40 68,75 19,433 63,176 B30X50 103,59 34,007 103,384 B30X60 45,95 25,51 92,694 B40X50 77,49 11,161 117,433 B40X60 189,68 56,694 160,768 Berdasarkan hasil analisis menggunakan program ETABS v 9.0.7 dihasilkan gaya-gaya dalam pada elemen struktur balok. Dari hasil tersebut dicari gaya-gaya dalam maksimum baik gaya geser, momen lentur, dan momen torsi atau puntir pada seluruh elemen struktur balok. Dari hasil pengolahan data menggunakan microsoft excel dihasilkan gaya-gaya dalam maksimum pada setiap jenis struktur balok. Untuk memperjelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 8 Proses perhitungan momen rencana (Mr) Jenis Balok b (mm) Mu tulangan terpasang Jenis tulangan As As. Fy 0,85*fc'*b a B30X40 300 63,176 3 D16 602,88 241152 9524,25 25,320 B30X50 300 103,384 4 D19 803,84 321536 9524,25 33,760 B30X60 300 92,694 3 D19 602,88 241152 9524,25 25,320 B40X50 400 117,433 4 D22 803,84 321536 12699 25,320 B40X60 400 160,768 5 D22 1004,8 401920 12699 31,650 b : lebar penampang balok (mm) M u : momen lentur ultimit (KNm) A s : luas tulangan nominal (mm 2 ) a : tinggi balok tegangan tekan beton persegi equivalen (mm) Tabel 8.a Proses perhitungan lanjutan momen rencana (Mr) h ds d d-a/2 Mn (Nmm) Mn (KNm) ФMn Ket. 400 30 370 357,340 86173281 86,173281 68,93862 Aman 500 50 450 433,120 1,39E+08 139,26372 111,411 Aman 600 50 550 537,340 1,3E+08 129,58064 103,6645 Aman 23

h ds d d-a/2 Mn (Nmm) Mn (KNm) ФMn Ket. 500 30 470 457,340 1,47E+08 147,05131 117,641 Aman 600 50 550 534,175 2,15E+08 214,69567 171,7565 Aman h : tinggi penampang balok (mm) d s : jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik (mm) d : jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan (mm) a : tinggi balok tegangan tekan beton persegi equivalen (mm) M n : momen lentur nominal (KNm) Ф : faktor reduksi geser = 0,75 Hasil gaya-gaya dalam maksimum ultimit dimana digambarkan pada Tabel 7, dari hasil program ETABS v 9.0.7. Hasil tersebut dibandingkan dengan perhitungan gaya-gaya dalam rencana secara manual berdasarkan panduan gambar kerja elemen struktur balok yang telah terpasang baik dimensi maupun jumlah tulangan dan jenis tulangan yang digunakan. Perhitungan secara manual elemen struktur balok baik momen lentur rencana, gaya geser rencana, hingga momen torsi rencana. Hasil perhitungan momen lentur rencana dapat dilihat pada Tabel 8 dan tabel 8a, dan berdasarkan hasil perhitungan tersebut, disimpulkan bahwa dimensi penampang yang terpasang di lapangan mampu menahan momen lentur ultimit (Mu) karena nilai momen rencana lebih besar dibandingkan dengan momen ultimit. Salah satu contoh hasil perhitungan untuk jenis balok B30x40 memiliki momen lentur ultimit sebesar 63,176 KNm sedangkan momen lentur rencana sebesar 68,938 KNm. Tabel 9 Perhitungan gaya geser rencana(vr) Jenis Balok b (mm) Vu Vc (KN) Av S S d Vs (N) Vs (KN) Vn ФVn Ket B30X40 300 68,75 113,058 250 150 174,5 349 200000 200 313,058 234,793 aman B30X50 300 103,59 137,453 250 150 213,75 427,5 200000 200 337,453 253,089 aman B30X60 300 45,95 167,998 250 100 263,75 527,5 200000 200 367,998 275,998 aman B40X50 400 77,49 191,416 333,33 150 213,75 427,5 266666,67 266,67 458,082 343,562 aman B40X60 400 189,68 223,997 333,33 100 263,75 527,5 266666,67 266,67 490,663 367,997 aman V u : gaya geser ultimit. KN V c : gaya geser yang ditahan oleh beton, KN A v : luas begel perlu minimal per meter panjang balok, mm s : spasi begel, mm S : panjang balok 1000 mm V s : gaya geser yang ditahan oleh begel, KN V n : gaya geser nominal, KN Ф : faktor reduksi geser = 0,75 Berdasarkan hasil perhitungan gaya geser rencana (Vr) secara manual, dihasilkan bahwa dimensi penampang balok dan luas tulangan balok yang terpasang di lapangan mampu untuk menahan gaya geser ultimit. Hal ini dikarenakan nilai gaya geser ultimit dari program ETABS v 9.0.7 lebih kecil dibandingkan dengan nilai gaya geser rencana pada setiap jenis penampang balok. Untuk memperjelas dalam membandingkan hal tersebut maka dapat dilihat pada Tabel 9, dan untuk memperjelas alur proses perhitungan gaya geser rencana pada elemen struktur balok dapat dilihat pada 24

lampiran 12. Salah satu contoh hasil perhitungan untuk jenis balok B30x40 memiliki gaya geser ultimit sebesar 68,75 KNm sedangkan gaya geser rencana sebesar 234,793KNm. Tabel 10 Hasil perhitungan dimensi elemen struktur balok Tu (KNm) (1) (Tu.10 6 ).(P h)/ (1,7.A oh 2 ) 2 (2) (Vu/b.d) 2 + (2) (3) (3) (4) Vc (5) 2. fc'/3 (6) Vc/b.d (7) 0,75((7) + (6)) (8) Keterangan (9) T u : momen torsi ultimit, KNm P h :keliling batas begel terluar, mm A oh : luas batas sengkang luar, mm 2 V u V c 19,433 3,966 4,397 2,097 113057,57 4,074 1,080 3,865 Aman 34,007 14,068 14,721 3,837 137452,95 4,074 1,072 3,859 Aman 25,51 4,413 4,498 2,121 167998,05 4,074 1,062 3,852 Aman 11,161 0,209 0,415 0,644 191415,96 4,074 1,119 3,895 Aman 56,694 5,624 6,432 2,536 223997,4 4,074 1,062 3,852 Aman : gaya geser ultimit, KN : gaya geser yang ditahan oleh beton, KN Berdasarkan hasil perhitungan, bahwa pada setiap elemen struktur balok membutuhkan tulangan torsi, dikarenakan pada hasil perhitungan secara manual tidak sesuai dengan persamaan 22. untuk memperjelas alur atau proses perhitungan momen torsi dapat dilihat pada Lampiran 12 (kontrol penulangan torsi ke-2). Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa dimensi balok memenuhi syarat perencanaan terhadap puntir, sehingga tidak diperlukan penambahan dimensi pada setiap penampang balok. Untuk memperjelas bahwa dimensi balok memenuhi syarat perencanaan dapat dilihat pada Tabel 10. Salah satu contoh untuk menggambarkan kondisi tersebut, dimana jenis balok B30x40 memiliki nilai pada kolom 4 sebesar 2,097 MPa lebih kecil dibandingkan dengan nilai pada kolom 8 sebesar 3,865 MPa. Indikator ini yang menyebabkan dimensi balok memenuhi syarat perencanaan. Tabel 11 Luas tulangan torsi minimal telah memenuhi persyaratan perencanaan A vt (1) Begel terpasang (2) As (3) Avs (4) Avt+Avs (5) 75. fc '. b. S/1200. fy (6) b.s/3.fy (7) Ket (8) Ph (mm) (9) s (mm) (10) Ph/8 (11) s dipilih (12) 412,023 D10-100 78,5 1570,00 1982,02 1751 250 aman 1160 79,21198 145 100 735,446 D10-150 78,5 1046,67 1782,11 1751 250 aman 1200 88,09771 150 150 441,349 D13-100 132,6 2653,3 3094,64 1751 250 aman 1400 85,7383 175 100 129,075 D13-100 132,6 2653,3 2782,37 2334 333,33 aman 1560 95,36096 195 100 653,910 D13-100 132,6 2653,3 3307,21 2334 333,33 aman 1600 80,22774 200 100 A vt : luas tulangan torsi sengkang per meter, mm 2 As : luas tulangan nominal sengkang terpasang, mm 2 A vs : luas begel geser per meter, mm 2 S : bentang balok yang terpasang sengkang torsi = 1000 mm P h : keliling daerah yang dibatasi oleh sengkang tertutup, mm 2 25

Berdasarkan hasil pada Tabel 11, menyatakan bahwa jarak begel atau sengkang telah memenuhi standar perencanaan, karena jarak begel yang terpasang di lapangan lebih kecil dibandingan persyaratan jarak maksimum sesuai hasil perhitungan. Salah satu contoh hasil perhitungan untuk jenis balok B30x40 memiliki jarak begel yang terpasang 100 mm sedangkan jarak begel maksimum berdasarkan hasil perhitungan 145 mm. Berdasarkan hasil pada Tabel 11, menggambarkan bahwa luas tulangan torsi total minimal telah memenuhi persyaratan pada persamaan 26 dan persamaan 27, berdasarkan pasal 13.6.5 SNI 03-2847-2002. Salah satu contoh untuk menggambarkan kondisi tersebut, dimana jenis balok B30x40 memiliki nilai pada kolom 6 dan kolom 7 masing-masing sebesar 1750 mm 2 dan 250 mm 2, lebih kecil dibandingkan dengan nilai pada kolom 5 sebesar 1982 mm 2. Indikator ini yang menyebabkan luas tulangan torsi total minimal telah memenuhi persyaratan perencanaan. 4.4 Analisis Struktur Kolom Tabel 12 Gaya-gaya dalam maksimum yang dihasilkan dari program ETABS v 9.0.7 Jenis Kolom Pu (KN) P u : gaya aksial ultimit, KN V u : gaya geser ultimit, KN T u : momen torsi ultimit, KNm : momen lentur ultimit, KNm M u Vu 2 (KN) Vu 3 (KN) T (KNm) Mu 2 (KNm) Mu 3 (KNm) K100X50 3141,59 61,9 104,7 3,915 171,921 75,677 K140X50 3765,33 32,68 84,48 3,675 132,987 54,063 K40X40 117,78 10,33 9,05 0,664 11,742 15,153 K45X60 983,18 47,05 41,87 1,691 62,306 60,269 K45X70 2238,18 41,37 43,33 2,195 64,557 59,364 K50X100 2931,22 30,33 30,16 3,915 39,315 49,047 K50X50 882,77 32,03 87,58 0,838 113,929 46,418 K50X80 1401,21 19,51 4,9 3,482 7,817 18,94 K60X45 1142,29 23,33 18,98 1,691 28,377 37,753 K70X45 1186,03 44,13 55,31 2,195 75,453 57,83 K80X50 1977,57 52,08 50,07 3,501 100,176 102,643 Hasil analisis dengan menggunakan program ETABS v 9.0.7 berupa gaya-gaya dalam baik gaya aksial ultimit, gaya geser ultimit, momen torsi ultimit, dan momen lentur ultimit. Dari hasil gayagaya dalam tersebut, dicari gaya-gaya dalam maksimum dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 12. Jenis Kolom Pu (KN) Tabel 13 Hasil analisis struktur kolom terhadap beban aksial (Pn) Ds As (mm 2 ) Cb ab Ccb =Pnb Prb(N) Prb(KN) Ket Εs K100X50 3141,59 934,5 27475 560,7 447,1583 7098078 4613751 4613,751 Aman 0,0391 K140X50 3765,33 1334,5 20606,25 800,7 638,5583 10136314 6588604 6588,604 Aman 0,0571 K40X40 117,78 339 1607,68 203,4 162,2115 2059924 1338950 1338,95 Aman 0,0123 K45X60 983,18 537,5 3967,39 322,5 257,1938 3674366 2388338 2388,338 Aman 0,0212 K45X70 2238,18 636 6838,92 381,6 304,326 4347715 2826015 2826,015 Aman 0,0256 K50X100 2931,22 934,5 27475 560,7 447,1583 7098078 4613751 4613,751 Aman 0,0391 K50X50 882,77 436 6079,04 261,6 208,626 3311677 2152590 2152,59 Aman 0,0166 26

Jenis Kolom Pu (KN) Ds As (mm 2 ) Cb ab Ccb =Pnb Prb(N) Prb(KN) Ket Εs K50X80 1401,21 734,5 19625 440,7 351,4583 5578960 3626324 3626,324 Aman 0,0301 K60X45 1142,29 537,5 3967,39 322,5 257,1938 3674366 2388338 2388,338 Aman 0,0212 K70X45 1186,03 636 6838,92 381,6 304,326 4347715 2826015 2826,015 Aman 0,0256 K80X50 1977,57 734,5 19625 440,7 351,4583 5578960 3626324 3626,324 Aman 0,0301 Pu : gaya aksial, KN ds : jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan, mm As : luas tulangan nominal, mm 2 Ccb : gaya tekan beton, KN c b : jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan pada kondisi regangan penampang seimbang (balance), mm Prb : gaya aksial rencana, KN a b : β. c b, nilai a untuk penampang struktur pada kondisi regangan seimbang (balance), mm. Tinjauan Beban Aksial pada penampang kolom, berdasarkan hasil perhitungan maka disimpulkan bahwa penampang kolom mampu menahan beban aksial. Hal ini tergambarkan pada seluruh jenis kolom memiliki nilai gaya aksial rencana (P rb ) lebih besar dibandingkan dengan nilai gaya aksial ultimit (P u ). Sebagai salah satu contoh hasil perhitungan, untuk jenis kolom K100x50 memiliki nilai gaya aksial rencana sebesar 4613,751 KN jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai gaya aksial ultimit (P u ) pada jenis kolom yang sama sebesar 3141,59 KN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 14 Hasil analisis struktur kolom terhadap momen torsi (Tr) Jenis Kolom Tu ds tulangan terpasang jenis tulangan (D) x²y Tr(Nmm) Tr(KNm) K100X50 3,915 934,5 56 25 1,62E+08 24795434 24,795 K140X50 3,675 1334,5 42 25 2,33E+08 35576058 35,576 K40X40 0,664 339 8 16 32768000 5006512 5,007 K45X60 1,691 537,5 14 19 71188000 10876574 10,877 K45X70 2,195 636 18 22 84878000 12968222 12,968 K50X100 3,915 934,5 56 25 1,62E+08 24795434 24,795 K50X50 0,838 436 16 22 74088000 11319655 11,320 K50X80 3,482 734,5 40 25 1,27E+08 19405123 19,405 K60X45 1,691 537,5 14 19 71188000 10876574 10,877 K70X45 2,195 636 18 22 84878000 12968222 12,968 K80X50 3,501 734,5 40 25 1,27E+08 19405123 19,405 Tu : momen torsi ultimit, KNm ds : jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik, mm Tr : momen torsi rencana, KNm Tinjauan momen torsi (T) pada penampang kolom, berdasarkan hasil perhitungan maka disimpulkan bahwa penampang kolom mampu menahan momen torsi. Hal ini tergambarkan pada seluruh jenis kolom memiliki nilai momen torsi rencana (Tr) lebih besar dibandingkan dengan nilai momen torsi ultimit (Tu). Sebagai salah satu contoh hasil perhitungan, untuk jenis kolom K100x50 memiliki nilai momen torsi rencana (Tr) sebesar 24,795 KNm jauh lebih besar dibandingkan dengan 27

nilai momen torsi ultimit (Tu) pada jenis kolom yang sama sebesar 3,915 KNm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 15 Hasil analisis struktur kolom terhadap gaya geser (Vr) Jenis Kolom Vu Vc Vc(KN) Vs (N) Vs(KN) Vsr Vsr(KN) K100X50 104,7 475930,3 475,93 792741,251 792,7413 1903721 1903,72 K140X50 84,48 679645,8 679,65 1132063,35 1132,063 2718583 2718,58 K40X40 9,05 138119,1 138,12 230060,382 230,0604 552476,4 552,48 K45X60 41,87 246368,4 246,37 410367,662 410,3677 985473,7 985,47 K45X70 43,33 291516,9 291,52 485569,922 485,5699 1166067 1166,07 K50X100 30,16 475930,3 475,93 792741,251 792,7413 1903721 1903,72 K50X50 87,58 222049,9 222,05 369861,086 369,8611 888199,5 888,20 K50X80 4,9 374072,6 374,07 623080,202 623,0802 1496290 1496,29 K60X45 18,98 246368,4 246,37 410367,662 410,3677 985473,7 985,47 K70X45 55,31 291516,9 291,52 485569,922 485,5699 1166067 1166,07 K80X50 50,07 374072,6 374,07 623080,202 623,0802 1496290 1496,29 Vu :gaya geser ultimit, KN Vc :gaya geser yang ditahan oleh beton, KN Vs : gaya geser yang ditahan oleh begel kolom, KN Vsr : gaya geser rencana, KN Tinjauan gaya geser (V) pada penampang kolom, berdasarkan hasil perhitungan maka disimpulkan bahwa penampang kolom mampu menahan gaya geser. Hal ini tergambarkan pada seluruh jenis kolom memiliki nilai gaya geser rencana (Vr) lebih besar dibandingkan dengan nilai gaya geser ultimit (Vu). Sebagai salah satu contoh hasil perhitungan, untuk jenis kolom K100x50 memiliki nilai gaya geser rencana (Vsr) sebesar 1903,72 KN jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai gaya aksial ultimit (Vu) pada jenis kolom yang sama sebesar 104,7 KN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan hasil perhitungan manual yang mengacu pada penampang dari berbagai jenis kolom. Maka dapat disimpulkan bahwa seluruh jenis penampang kolom yang terpasang di lapangan mampu menahan gaya-gaya dalam maksimum yang terjadi akibat efek pembebanan. 28