BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Awinda, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 DESAIN DIDAKTIS KONSEP ASAS BLACK DAN PERPINDAHAN KALOR BERDASARKAN HAMBATAN BELAJAR SISWA PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS KELAS X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Desain Didaktis Luas Daerah Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika SMP

BAB III METODE PENELITIAN

2015 DESAIN DIDAKTIS PERSAMAAN KUADRAT UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2 Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Degeng (Uno, 2010: 3) Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dapat dipahami

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tri Aprianti Fauzia, 2015

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang berkaitan dengan aljabar banyak ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY

I. PENDAHULUAN. permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Khususnya di Indonesia matematika sudah diajarkan sejak dalam. pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Agnesa, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

2015 PENGARUH PENERAPAN STRATEGI COMPETING THEORIES TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA SMA PADA MATERI ELASTISITAS

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI... LEMBAR PENGESAHAN. PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR DIAGRAM. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Henti Sulistiowati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN... Error! Bookmark not defined.

BAB I (PENDAHULUAN) A. LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan walaupun dia telah

DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP

Desain Didaktis Pembelajaran Konsep Energi dan Energi Kinetik Berdasarkan Kesulitan Belajar Siswa pada Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan teoritis yang diperoleh melalui observasi, eksperimen,

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V 2015 DESAIN DIDAKTIS KONSEP ASAS BLACK DAN PERPINDAHAN KALOR BERDASARKAN HAMBATAN BELAJAR SISWA PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Dini Asri Kusnia Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2015 D ESAIN D IDAKTIS PAD A MATERI HID ROLISIS GARAM BERD ASARKAN KESULITAN BELAJAR SISWA SMA D AN REFLEKSI D IRI GURU MELALUI LESSON ANALYSIS

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: desain pembelajaran, konstruktivisme, learning obstacle, gaya magnet.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL HAMBATAN BELAJAR EPISTIMOLOGIS SISWA KELAS VIII SMP PADA MATERI TEKANAN ZAT CAIR MELALUI TES KEMAMPUAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari hasil penelitian ini diantaranya adalah : siswa dan terkait variasi informasi yang ada pada soal.

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI ELIPS KELAS XI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan dalam mengolah data mulai dari

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG

2016 DESAIN DIDAKTIS KONSEP PECAHAN UNTUK KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari seperti mengenal garis, bangun datar dan bangun ruang. Geometri

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH JAJARGENJANG PADA PEMBELARAN MATEMATIKA KELAS IV SEKOLAH DASAR Lukman Nurdin Hj. Epon Nur aeni L.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. tuntut agar selalu dapat aktif berpikir, kreatif dan kritis dalam menghadapi semua

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

\MODEL DESAIN DIDAKTIS PENGURANGAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Secara tidak langsung banyak hal dalam kehidupan manusia bersentuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di indonesia sudah semakin maju dan berkembang, hal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA MATA KULIAH KALKULUS VEKTOR

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS SMA

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilannya mengantarkan siswa mencapai prestasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

2015 DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE TOPIK PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengembangan Desain Didaktis Materi Pecahan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains terus berkembang dengan dinamis, setiap orang berusaha mengembangkan sains untuk menguasai informasi yang pada akhirnya ditujukan untuk menguasai dunia. Salah satu cabang sains adalah fisika, fisika terus berkembang sejalan dan mendukung perkembangan sains itu sendiri. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala alam semesta yang tak hidup. Setiap harinya ilmu mengenai alam semesta ini terus dikembangkan. Dalam mempelajari gejala alam Fisika sangat akrab dengan matematika, namun sering kali fisika hanya diidentikan sebagai rumus matematika belaka, konsep-konsep fisika seringkali dikesampingkan. Padahal menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tujuan dari pembelajaran fisika adalah mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Terlihat bahwa kemampuan berpikir yang hebat layaknya saintis merupakan aspek yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah belajar fisika. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran fisika, penelitian pada pembelajaran ini terus dikembangkan. Penelitian berkembang saat ini didominasi oleh pengembangan metode pembelajaran, sedangkan penelitian yang berfokus pada pengembangan materi ajar sangat jarang dilakukan. Penggunaan metode ajar yang baik tanpa memperhatikan kualitas materi ajar berpengaruh pada hasil pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu perlu ada rancangan khusus terkait materi ajar. Menurut Suryadi (2010) setidaknya terdapat dua permasalahan yang dialami guru saat merancang pembelajaran, pertama dalam merancang pembelajaran seringkali guru mengikuti model sajian pada buku acuan, padahal sajian pada buku acuan merupakan sintesis dari proses panjang yang dilakukan ilmuwan. Selanjutnya dalam merancang pembelajaran guru kurang memperhatikan keberagaman respon dan lintasan belajar siswa.

2 Berdasarkan permasalahan ini Suryadi mengembangkan tahapan berpikir reflektif yang disusun dalam rangkaian penelitian desain didaktis atau dikenal sebagai Didactical Design Research (DDR). DDR dikembangkan oleh Suryadi sejak 2007 pada mata pelajaran Matematika. Tahap berpikir reflektif menurut Suryadi (2013) terdiri dari tiga tahap berpikir yaitu tahap sebelum pembelajaran, saat pembelajaran dan setelah pembelajaran. Proses berpikir sebelum pembelajaran berkaitan dengan bagaimana materi itu diajarkan, kemungkinan sitiuasi belajar, kemungkinan hambatan, dan kemungkinan bantuan. Pentingnya menyiapkan bantuan atau antisipasi respon siswa didasari dengan keunikan dan keberagaman learning obstacle (hambatan belajar) yang dialami siswa, sehingga kita perlu melakukan tahapan berpikir ini. Tahapan berpikir saat dan setelah pembelajaran mempertimbangkan hambatan belajar saat desain didaktis diterapkan. Tahapan ini ditujukan untuk merevisi desain didaktis yang telah dibuat agar didapatkan desain didaktis empirik yang lebih update. DDR diadopsi oleh mata pelajaran fisika sejak tahun 2014. Tujuan pengembangan DDR tersebut diantaranya untuk mengidentifikasi karakteristik hambatan belajar fisika dan menghasilkan desain didaktis untuk setiap konsep fisika. Pada awal perkembangan DDR mata pelajaran fisika, desain didaktis dibuat pada materi usaha dan energi kelas XI. Dari ketiga jenis hambatan belajar yaitu hambatan epistimologis, hambatan didaktis dan hambatan ontogenik, Nusantara (2015) memilih menggunakan hambatan belajar epistimologis sebagai dasar pengembangan desain didaktis pada materi usaha dan energi tersebut. Dalam rangka pengembangan DDR pada mata pelajaran fisika, pada penelitian ini akan dikembangkan DDR pada materi mikroskop dan teleskop. Selain pengembangan pada materi baru, desain didaktis dikembangkan tidak hanya berdasarkan hambatan epistimologis melainkan hambatan didaktis. Dengan terus dilakukan pengembangan pada DDR mata pelajaran fisika, diharapkan tujuan dari pengembangan DDR tercapai. Sebagai langkah awal DDR pada materi mirkoskop dan teleskop peneliti melakukan studi pendahuluan berupa analisis terhadap jawaban ulangan siswa dan wawancara kepada guru. Dari studi pendahuluan diketahui bahwa siswa tidak mengalami hambatan dalam menentukan perbesaran bayangan pada alat optik

3 oleh mata normal namun mengalami hambatan dalam menentukan perbesaran bayangan pada alat optik oleh pengamat dengan cacat mata. Dari temuan tersebut diketahui bahwa hambatan belajar juga terjadi saat siswa menemui persoalan atau konteks berbeda dan baru. Selain hambatan belajar yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan Marwan (2004) juga menjabarkan beberapa hambatan belajar yang dialami siswa pada materi alat optik. Hambatan tersebut terdiri dari kemampuan matematika yang kurang memadai, sulit mengingat persamaan optik yang banyak, dan sulit memahami aturan tanda dalam persamaan. Berdasarkan uraian diatas maka dirasa perlu adanya penelitian yang berfokus pada pengembangkan rancangan pembelajaran materi mikroskop dan teleskop yang memperhatikan keberagaman potensi, respon, hambatan belajar dan lintasan belajar siswa. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul DESAIN DIDAKTIS MATERI MIKROSKOP DAN TELESKOP KELAS X SMA BERDASARKAN HAMBATAN BELAJAR SISWA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pada poin sebelumnya maka disusun rumusan masalah penelitian menjadi sebagai berikut : 1. Bagaimana hambatan belajar siswa pada materi mikroskop dan teleskop? 2. Bagaimana desain didaktis materi mikroskop dan teleskop berdasarkan analisis hambatan belajar siswa? C. Tujuan Penelitian Dari uraian permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini maka kegiatan penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi hambatan belajar siswa pada materi mikroskop dan teleskop 2. Mendeskripsikan desain didaktis materi mikroskop dan teleskop berdasarkan analisis hambatan belajar siswa

4 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan bisa bermanfaat. Manfaat tersebut terdiri dari: 1. Dari segi teori diharapkan hambatan belajar siswa pada materi mikroskop dan teleskop dapat teridentifikasi, sehingga hambatan belajar ini dapat ditangani melalui desain didaktis yang dikembangkan berdasarkan hambatan belajar itu sendiri. 2. Dari segi kebijakan diharapkan desain didaktis yang dihasilkan dapat dijadikan rekomendasi cara penyampaian materi mikroskop dan teleskop. 3. Dari segi isu sosial diharapkan penelitian dapat menjadi referensi pendukung bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan bahan ajar fisika berdasarkan hambatan belajar siswa. E. Struktur Organisasi Skripsi ini disusun sebagai laporan dari penelitian yang terdiri dari lima Bab, yaitu dari Bab I sampai Bab V. Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang peneliti mengadakan penelitian berupa fakta-fakta yang didapatkan dari penelitian sebelumnya, masalah yang diteliti serta tujuan dan manfaat yang diharapkan dari penelitian. Bab II Kajian Pustaka yang berisi pemaparan teori yang peneliti gunakan sebagai landasan penelitian. Dalam Kajian Pustaka peneliti memaparkan beberapa teori yang dikemukakan ahli diantaranya mengenai Hambatan Belajar, Penelitian Desain Didaktis, Teori Belajar dan Hasil Kajian Peneliti terhadap materi mikroskop dan teleskop. Bab III Metode Penelitian berisikan langkah prosedural yang peneliti lakukan dalam melakukan penelitian kualitatif. Dalam Bab ini peneliti menuliskan desain penelitian yang digunakan, alur penelitian, partisipan dan lokasi penelitian, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang dilakukan, hingga langkah-langkah analisis data yang dijalankan. Bab IV Temuan dan Pembahasan yang berisikan data-data yang penulis peroleh selama penelitian lengkap dengan analisis dan pembahasannya hingga didapatkan jawaban dari semua pertanyaan penelitian.

5 Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi yang berisikan pemaknaan peneliti terhadap analisis data yang diperoleh dan jawaban dari pertanyaan penelitian. Sedangkan Implikasi dan Rekomendasi menjelaskan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian oleh pembuatan kebijakan maupun penelitian selanjutnya.