BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING. Self-directed learning: batasan. Self-directed learning (1)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. V.1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. perubahan paradigma dalam dunia pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dunia pendidikan, dan memicu dunia pendidikan untuk selalu berinovasi

VALIDASI MODEL KOMPETENSI DOSEN STUDENT CENTERED LEARNING. Wahyu Widhiarso. Disampaikan pada seminar hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem

I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. sebagai satu kesatuan pada jenjang pendidikan tinggi yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

21/04/2006 Draft MODUL TEACHING LEARNING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

HASIL PENELITIAN KELOMPOK TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

Tim Pengembang Kurikulum DIKTI

yahoo.com

BAB V PEMBAHASAN. jenis kelamin sama, yaitu jumlah responden mahasiswa perempuan lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. dipahami atau usaha-usaha lain seperti kuliah lapangan,penelitian,dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 1

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat serta persaingan global menuntut lulusan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. learning menjadi student centered learning, semakin menuntut kuatnya kemandirian

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan yang diinginkan (Slameto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

HUBUNGAN KUALITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING

BAGIAN SATU. Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang disahkan pada tanggal 8 Juli 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Belajar mandiri merupakan faktor penting dalam sistem pembelajaran

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF PADA MAHASISWA DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK SEMESTER V DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HAKIKAT METODE PEMBELAJARAN. Oleh : Herminarto Sofyan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BAGI BELAJAR ORANG DEWASA (PENDEKATAN ADRAGOGI)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan eksperimen semu (quasy-experiment) yang

STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

SCL. Dr. Darhim, M.Si.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

BAB I LATAR BELAKANG. masa dewasa, dan ini berarti merupakan masa menuju dunia pekerjaan atau karier

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik TEDC didirikan pada tahun 2002 berdasarkan ijin. penyelenggaraan dari DIKTI No. 73/D/O/2002. Politeknik TEDC merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

HAKIKAT METODE PEMBELAJARAN. Oleh : Herminarto Sofyan

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ataupun Madrasah Aliyah (MA) bertujuan untuk menyiapkan siswa untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam bab keempat, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA D-IV KEBIDANAN TENTANG PROFESI BIDAN PENDIDIK DENGAN PRESTASI BELAJAR DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diberikan beberapa kesimpulan, sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan. tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada peserta didik telah diterapkan pada perguruan tinggi di dunia termasuk di Indonesia. Berbagai model telah banyak ditemukan oleh para peneliti pendidikan dengan tujuan dan relevansi tertentu terhadap substansi pembelajaran, dengan maksud melatih berpikir analitis, kreatif, kritis dan manajemen waktu sesuai pada esensi tujuan pendidikan itu sendiri. Model pembelajaran yang berpusat pada pengajar sudah tidak memadai untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, sehingga peserta didik dapat mengakses informasi yang sulit dipenuhi oleh pengajar dan kebutuhan untuk mengakomodasi demokratisasi partisipasif dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Perubahan paradigma perguruan tinggi berkaitan dengan konsep pembelajaran berpusat pada peserta didik memberikan perspektif yang berbeda menyangkut peran yang harus diemban oleh dosen (pendidik) dan mahasiswa (peserta didik) sebagai elemen penting dalam pembelajaran itu sendiri. Peran tersebut: dosen sebagai delivery system dan sarana pendukung, sementara bagi mahasiswa berkaitan dengan pembentukan persepsi dan kebiasaan belajar. Pembelajaran berpusat pada peserta didik atau student centered learning (SCL) adalah konsep yang memandang pengetahuan sebagai hasil I

2 konstruksi (bentukan) atau hasil tranformasi seseorang dengan kegiatan belajar, belajar sebagai suatu kegiatan mencari dan mengkonstruksi pengetahuan secara aktif dengan cara tertentu, serta memandang pada konsep mengajar sebagai partisispasi peserta didik dalam membentuk pengetahuan. Pada konsep SCL tersebut dapat diidentifikasi adanya peran yang berbeda dengan pendekatan sebelumnya yakni teacher centered learning (TCL), yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada pendidik. Peran pendidik atau dosen bertransformasi menjadi pihak motivator dan fasilitator dalam memberikan dukungan pada proses belajar peserta didik yang dituntut untuk lebih aktif. Pembelajaran dengan SCL lebih berfokus pada kebutuhan, kemampuan, minat dan gaya pembelajaran peserta didik. Penerapan SCL menjadikan setiap peserta didik untuk lebih aktif dan mampu untuk bertanggung jawab terhadap proses pembelajarannya sendiri. SCL memberikan otonomi, pengelolaan pilihan materi yang lebih baik bagi peserta didik. Menurut Cannon, istilah student centered learning (SCL) adalah suatu paradigma atau pendekatan dalam dunia pembelajaran, yang di dalamnya peserta didik memiliki tanggung jawab atas beberapa aktivitas penting seperti perencanaan pembelajaran, interaksi antara guru dan sesama pelajar, penelitian, dan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dikerjakan (Ingleton, et al., 2005). Konteks peserta didik pada perguruan tinggi (mahasiswa) juga memiliki karakteristik yang berbeda dari status pelajar yang masih pada jenjang menengah, yakni memiliki idealisme yang tinggi dan kedewasaan.

3 Konteks ini juga memberikan dorongan kepada sistem pendidikan perguruan tinggi untuk mengakomodasi hal tersebut dengan konsep pembelajaran andragogi (adult learning). Purwanto (2000) menyatakan bahwa untuk mengarahkan mahasiswa sebagai kategori manusia dewasa dibutuhkan ilmu khusus atau konsep pendidikan bagi mereka, yaitu dengan andragogi. Beberapa asumsi tentang model andragogi yang dikemukakan oleh Harsono dan Dwiyanto (2005) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1. Asumsi model andragogi Asumsi Andragogi Konsep pembelajar Belajar secara madiri (aktif) Peran guru (pendidik) Pemandu dan sebagai fasilitator Peran pengetahuan sebelumnya (priorknowledge) Sebagai sumber yang kaya untuk belajar sendiri dan bagi temannya Kesiapan belajar Kesiapan belajar Orientasi pembelajaran Berpusat tugas atau masalah sesuai dengan kebutuhan nyata Motivasi Dorongan internal dan keingintahuan yang kuat Karakteristik pada Tabel 1.1 memberikan penjelasan yang menekankan kepada aspek kemandirian mahasiswa, dorongan motivasi internal yang lebih kuat, dan lebih realistik dalam pembelajaran sebagai pembentukan persepsi dan kebiasaan belajar. Pada perspektif ini mahasiswa dengan konsep andragogi berkaitan dengan SCL dituntut untuk dapat melakukan eksplorasi dan melakukan berbagai tindakan aktif serta mandiri dalam proses belajarnya, bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan dan juga sumber-sumber yang

4 ditemukannya. Dalam batas-batas tertentu, mahasiswa dapat memilih sendiri yang akan dipelajarinya. Mahasiswa dituntut untuk bisa mengontrol, membimbing pembelajarannya secara sendiri, otonom dan independen, serta mampu untuk belajar secara mandiri (Hardianto, 2007). Tuntutan tersebut sangat memprioritaskan suatu kontrol diri dalam belajar bukan hanya lingkup perkuliahan yang terimplementasi di dalam kelas, namun mengutamakan inisiatif melakukan tindakan yang mendukung kegiatan pembelajaran untuk pengembangan kognitif, afektif dan keterampilan. Substansi kemandirian dalam pembelajaran sebagai tuntutan terhadap mahasiswa pada pendekatan SCL dan karakteristik andragogi, mengarah kepada suatu konsep spesifik yang juga merupakan model dari pendekatan SCL, yaitu self-directed learning (SDL). Merriam & Caffarella (dalam Gibbons, 2002) menyatakan bahwa self-directed learning juga didefinisikan sebagai sebuah proses ketika orang-orang mengambil inisiatif utama untuk perencanaan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri. Harsono, et al. (2010) memberikan penjelasan tentang sifat SDL, yakni: Kemandirian (self-direction) merupakan konsep organisasi untuk pendidikan tinggi; dengan demikian kemandirian berkaitan erat dengan politik pendidikan. SDL memiliki komitmen demokratis terhadap perubahan posisi dan peran para peserta didik. Mereka memegang kontrol yang lebih besar terhadap dirinya sendiri dalam hal konseptualisasi, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar serta penetapan cara-cara pemanfaatan sumber belajar guna proses belajar lebih lanjut.

5 Self-directed learning (SDL) mendapat banyak perhatian dari berbagai perguruan tinggi dengan tujuan yang beresensikan konsep menjamin peran yang signifikan dari mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan seperti yang diuraikan pada tuntutan. Berkaitan dengan perguruan tinggi dan perhatian terhadap konsep SDL tersebut, pada studi pra penelitian ditemukan salah satu institusi yang mendukung konsep SDL pada mahasiswa, yaitu Politeknik Palu Sulawesi Tengah. Politeknik Palu adalah pendidikan tinggi vokasi yang baru berdiri sejak tahun 2009. Meskipun tergolong pada pendidikan tinggi yang belum mendapat pengkuan yang cukup signifikan menyangkut kinerja lulusan pada pandangan masyarakat dan masih berada pada tahap perkembangan dibandingkan dengan lembaga pendidikan tinggi yang lain, namun cukup antusias dalam pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pengembangan pendidikan oleh institusi ini menyangkut SDL, telah melakukan berbagai tindakan dukungan dalam bentuk pelaksanaan program. Dukungan tersebut adalah memberikan motivasi langsung kepada mahasiswa berupa bimbingan, serta penyediaan sumber belajar. Namun, dalam rangka kegiatan evaluasi dan refleksi dari tindakan yang telah diimplementasikan tersebut, belum memiliki data yang cukup untuk memberikan gambaran tentang sejauh mana langkah yang telah dilakukan dalam pencapaian tujuan, dan sejauh mana tujuan tersebut telah terpenuhi. Dengan kata lain, sejauh mana tingkat partisipasi dukungan yang dilakukan dan sejauh mana SDL yang dimiliki oleh mahasiswa. Perlunya

6 suatu informasi yang menggambarkan sejauh mana langkah yang telah diambil dan sejauh mana capaian tujuan yang diperoleh adalah suatu keharusan dalam menjaring berbagai pertimbangan pada refleksi dan evaluasi, demi penyusunan perencanaan dan strategi lanjut yang mengarah pada tindakan pengembangan institusi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan masalah penelitian: 1) Bagaimana tingkat self-directed learning (SDL) pada mahasiswa Politeknik Palu Sulawesi Tengah. 2) Bagaimana tingkat partisipasi dukungan eksternal institusi terhadap selfdirected learning (SDL) pada mahasiswa Politeknik Palu Sulawesi Tengah. 3) Bagaimana hubungan tingkat partisispasi dukungan eksternal institusi terhadap tingkat self-directed learning (SDL) mahasiswa. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengkaji sejauh mana tingkat self-directed learning (SDL) mahasiswa Politeknik, Palu Sulawesi Tengah. 2) Untuk mengkaji sejauh mana tingkat partisipasi dukungan institusi terhadap self-directed learning (SDL) pada mahasiswa Politeknik Palu Sulawesi Tengah.

7 3) Untuk menguji signifikansi hubungan tingkat partisispasi dukungan institusi terhadap tingkat self-directed learning (SDL) mahasiswa. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis berupa kontribusi, menambah khasanah dan dapat membantu mengembangkan konsep ilmu manajemen pendidikan tinggi bidang akademik, khususnya berkaitan dengan peserta didik (mahasiswa) dalam pencapaian kompetensinya, melalui informasi yang diperoleh dari kajian ilmiah. Secara spesifik, hasil dan proses penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1.4.1. Bagi institusi 1) Memberi informasi berupa data tentang tingkat kemandirian mahasiswa dalam pembelajaran yang diperlukan untuk penyusunan langkah dan strategi dalam pembinaan demi peningkatan kualitas lulusan. 2) Mengetahui sejauh mana fungsi dari peran dukungan terhadap mahasiswa dalam pembelajaran mandiri sebagai suatu refleksi institusi dengan kajian analisis terhadap kelebihan dan kekurangan langkah yang telah diambil, demi suatu tindak lanjut pengembangan. 3) Penyusunan langkah dan alternatif pemecahan masalah terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh mahasiswa dalam

8 pembelajaran mandiri dengan informasi berupa umpan balik terhadap dukungan pembelajaran mandiri mahasiswa. 1.4.2. Bagi mahasiswa sebagai responden penelitian 1) Memberikan masukan berupa informasi tentang kemandirian dalam pembelajaran, demi tindakan evaluasi oleh mahasiswa. 2) Memberikan kontribusi berupa bimbingan secara tidak langsung melalui proses interaksi dengan peneliti menyangkut pembelajaran mandiri. 1.4.3. Bagi Peneliti 1) Memberikan tambahan pemahaman konsep tentang pendidikan tinggi menyangkut persoalan peserta didik, penerapan pendekatan SCL dan kemandirian dalam pembelajaran. 2) Memberikan tambahan pemahaman tentang penelitian, khususnya riset dalam lingkup pendidikan tinggi. 3) Memberikan pelatihan berpikir logic, analitis dan ilmiah terhadap fenomena berkaitan dengan pendidikan tinggi, melalui riset yang dilaksanakan. 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian berkaitan dengan self-directed learning telah banyak dilaksanakan, namun penelitian dengan tema, variabel dan tempat penelitian yang sama terbukti belum pernah dilaksanakan. Berikut beberapa penelitian menyangkut self-directed learning:

9 1) Penelitian tahun 2008 oleh Zulharman, mengaji peran self-directed learning readiness pada prestasi belajar 92 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau pada tahun pertama. Penelitian menggunakan rancangan mixed method, yang mengkombinasikan dua pendekatan kualitatif sebagai fasilitator dan kuantitatif sebagai pendekatan utama, dengan teknik pengumpulan data kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menjelaskan adanya peran self-directed learning readiness pada prestasi belajar mahasiswa. 2) Penelitian tahun 2012 oleh Azizah, mengaji hubungan antara self efficacy dengan self-directed learning pada mahasiswa dengan jumlah 112 pada Program Studi Psikologi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Penelitian menggunakan rancangan kausal korelatif dengan pendekatan kuantitatif dan metode pengumpulan data kuesioner. Hasil analisis dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dari self efficacy dengan self directed learning. 3) Penelitian tahun 2013 oleh Zulfa, mengaji hubungan antara self-directed learning dengan student performance dalam tutorial pada 97 mahasiswa PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan teknik pengumpulan data kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada hubungan yang positif antara self-directed learning dengan student performance dalam tutorial pada mahasiswa.

10 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah diuraikan tersebut, selain mengaji fenomena SDL, penelitian ini memiliki variabel yang berkaitan dengan konteks dukungan institusi sebagai faktor eksternal terhadap SDL yang belum pernah dikaji sebelumnya.