BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

BAB II LANDASAN_TEORI. aktivitas pemrosesan informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan

III. METODE PENELITIAN

Written by Irwandi Wednesday, 24 February :56 - Last Updated Monday, 21 March :22

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

PENERAPAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPERBAIKI PENYUSUNAN RANGKING WILAYAH MISKIN

BAB 4 METODE PENELITIAN

Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS)

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGETAHUI FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMISKINAN (Studi Kasus di Kabupaten Banyuwangi)

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. 2.1 Bentuk-Bentuk Program Penanggulangan Kemiskinan Kemiskinan

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau

PENERAPAN METODE TOPSIS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KELUARGA MISKIN PADA DESA PANCA KARSA II

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 13 TAHUN 20II TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, inovasi dan kegiatan budaya dari masyarakat asli ( Indigenous

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN

Mengapa PKH Diperlukan? PKH dimaksudkan untuk merunkan jumlah masyarakat miskin melalui bantuan dana tunai bersyarat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pemerintah serta ditetapkan melalui undang-undang. Berdasarkan undang-undang

Pemodelan Kemiskinan di kabupaten Jombang dengan Pendekatan Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS)

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Penelitian

INOVASI/PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PADA ACARA RATEK TIM TEKNIS TKPK

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

Structural Equation Modelling untuk Mengetahui Keterkaitan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Jombang

ABSTRAK PERSEPSI MASYARAKAT PRASEJAHTERA TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DISTRIBUTIF MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

Second-Order Confirmatory Factor Analysis pada Kemiskinan di Kabupaten Jombang

RANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PENERIMA BANTUAN PROGRAM PEMERINTAH

ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANGSIDIMPUAN M. RIDHO ALFAZ HRP

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melayani kebutuhan orang lain.

EVALUASI PROSES BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KELURAHAN MALALAYANG SATU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

Universitas Indonesia

BAB VI IDENTIFIKASI TINGKAT KEMISKINAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT

PENENTUAN PRIORITAS RUMAH TANGGA MISKIN MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO

PENENTUAN TINGKAT KEMISKINAN DENGAN METODE FUZZY C- MEANS DI KABUPATEN BONE BOLANGO

FORMULIR SELEKSI CALON MAHASISWA

LEONARD DHARMAWAN A

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DESA BENDERANG

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU UNTUK MENGURANGI KEMISKINAN DI KABUPATEN DONGGALA

TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEBAGAI PENDULANG EMAS DI JORONG PAMATANG SARI BULAN KECAMATAN SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa komponen dalam komunikasi menurut Lasswellyang

JURNAL IPSIKOM VOL 3 NO. 1 JUNI 2015 ISSN :

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

RTPLP Desa Sindon KATA PENGANTAR

Penentuan Penerimaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Dengan Menggunakan Fuzzy Multiple Atribute Descission Making

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap tujuan penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuannya (Moh. Pabundu Tika, 2005: 12).

SENSUS PENDUDUK 1980

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

Transkripsi:

36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Evaluasi (penilaian) suatu program biasanya dilakukan pada suatu waktu tertentu atau pada suatu tahap tertentu (sebelum program, pada proses pelaksanaan atau setelah program dilaksanakan), dengan membandingkan keadaan yang nyata dengan keadaan yang diharapkan dalam tujuan program pembangunan tersebut. Maka dalam hal ini, bagian yang penting dalam suatu evaluasi adalah, adanya suatu tujuan atau keadaan yang diharapkan, dan kemudian tujuan tersebut dinilai dengan melakukan evaluasi. Penilaian dalam evaluasi ini tidak saja menyangkut perubahan yang direncanakan, akan tetapi juga perubahan-perubahan yang tidak direncanakan. Oleh karena itu evaluasi akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila dalam program pembangunan dicantumkan tujuan yang jelas, sehingga mampu mendefinisikan hasil yang diharapkan untuk dicapai melalui kerangka konseptual metodologi pada penelitian evaluasi. Nasikun (1987) mengatakan bahwa evaluasi dapat mendukung dalam proses pelaksanaan program pembangunan, melalui. Pertama, evaluasi memberikan kemungkinan kepada pengelola program-program pembangunan untuk menilai apakah perangkat-perangkat dan metode-metode yang diterapkan untuk mencapai tujuan-ujuan program telah dipilih dengan benar. Lebih dari itu evaluasi dapat membantu pengelola program untuk menentukan apakah tujuan program telah atau akan dapat dicapai dengan biaya semurah mungkin. Dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan atau kekeliruan-kekeliruan yang terjadi di dalam pelaksanaan program, menemukan masalah-masalah yang tidak pernah diantisipasi pada tahap perencanaan, serta menunjukkan cara-cara untuk memecahkan masalahmasalah tersebut, evaluasi dapat membantu pengelola program memilih di antara sarana-sarana yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan program. Kedua, evaluasi juga sangat diperlukan untuk menentukan kelayakan dari tujuantujuan program, baik pada tahap perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan. Pada tahap perencanaan, evaluasi atas situasi di mana tujuan-tujuan program yang ingin dicapai memungkinkan pengelola program menentukan sampai seberapa jauh tujuan- 36

37 tujuan tersebut cukup layak dan tidak akan menimbulkan kesulitan-kesulitan yang kelak di kemudian hari terbukti tidak dapat dipecahkan. Pada tahap pelaksanaan, evaluasi sangat diperlukan untuk menentukan penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman lapangan yang diperoleh sepanjang proses pelaksanaan program. Sumbangan ketiga yang dapat diberikan oleh evaluasi berkaitan sangat erat dengan pertanyaan sejauh mana the intended benefiaries benarbenar telah atau akan memperoleh keuntungan dari program. Keterangan-keterangan yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi dapat membantu pengelola program untuk mengambil langkah -langkah penyesuaian yang diperlukan sedemikian rupa sehingga keuntungan-keuntungan yang akan diterima oleh sasaran program menjadi sebesarbesarnya. Fungsi evaluasi yang ketiga ini menjadi sangat penting terutama bagi program-program pembangunan yang menempatkan aspek distributif tujuan program pada skala prioritas pertama. Berdasar kaitan dan pentahapan dalam program pembangunan, dapat berupa (Pramuka, 2000) : 1. Penelitian evaluasi yang fokus perhatiannya adalah menguji apakah tujuantujuan yang telah ditetapkan oleh administrasi dan birokrasi pembangunan sudah tepat sesuai dengan tujuan yang telah digariskan oleh lembaga atau keputusan legislatif yang mendasarinya. 2. Penelitian evaluasi yang fokus perhatiannya pada efisiensi dan efektivitas mobilisasi sumber daya yang dilakukan oleh pengelola program dalam upaya mencapai tujuan program tersebut. 3. Penelitian evaluasi yang fokus perhatiannya pada intervensi programatik yang dilakukan oleh penyelenggara program dengan menghubungkan dampak dari program. 4. Penelitian evaluasi yang fokus perhatiannya pada dampak dari sistem organisasi penyelenggara program di dalam konteks tujuan program secara umum. Adapun langkah-langkah yang diterapkan dalam evaluasi program, dapat digambarkan melalui diagram di bawah ini :

38 Program Keluarga Harapan Tujuan Program Pedoman Umum Pedoman Pelaksanaan Pelaksanaan Program Capaian Tujuan Program Gambar 3: Tahapan Evaluasi Dampak Terhadap Peserta Program 3.2. Hipotesis Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian evaluasi yang berfokus pada pelaksanaan dan dampak yang dirasakan oleh peserta program. Sejalan dengan hal tersebut, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Pemilihan dan Penetapan peserta PKH di Kecamatan Cilincing, telah tepat sasaran sesuai dengan Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaannya. 2. PKH berdampak pada peningkatan penggunaan fasilitas pendidikan dan kesehatan oleh peserta program. 3. Peserta PKH mempunyai persepsi yang baik terhadap pelaksanaan PKH. 3.3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cilincing Kotamadya Jakarta Utara. Daerah merupakan merupakan penerima tertinggi PKH dibandingkan lima kecamatan lainnya. Keluarga peserta PKH di Cilincing sebanyak 1.999 RTSM,

39 sedangkan daerah lainnya Tanjungpriok (1.800), Pademangan (709), Koja (682), Penjaringan (662), dan Kelapagading sebanyak 395 RTSM. 3.4. Variabel Penelitian Berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dari aspek waktu, finasial, luas wilayah, persebaran masyarakat, serta tujuan dari PKH, maka pemilihan variabel dalam penelitian terdiri dari : 1. Mekanisme dan proses pelaksanaan PKH. 2. Karakteristik peserta PKH. 3. Dampak PKH terhadap pesertanya. 4. Persepsi peserta PKH terhadap pelaksanaan program tersebut. 3.5. Metode Pengukuran Variabel Penelitian. A. Rumah tangga sasaran PKH. Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaannya, pemilihan peserta didasarkan pada karakteristik : rumah tangga miskin, ibu hamil, memiliki anak 0-6 tahun dan/atau anak 6-15 tahun yang belum selesai 9 tahun wajib belajar. Penentuan rumahtangga miskin akan didasarkan pada 14 kriteria yang digunakan BPS, yang terdiri dari : 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m 2 /orang, 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain, 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik, 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan, 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

40 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu, 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun, 10. Hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari, 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik 12. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 13. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 hektar, atau buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan. 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti sepeda motor baik kredit atau non kredit, emas, ternak, kapal motor dan barang modal lain. B. Dampak PKH terhadap peserta Untuk mengetahui dampak PKH terhadap pesertanya, akan digunakan dua komponen pokok dari program tersebut, yaitu komponen pendidikan dan komponen kesehatan. Analisis di bagian ini akan didasarkan pada hasil survey dasar (baseline) PKH 2007, serta survey lanjutan (follow-up) tahun 2010, yang dilakukan oleh Bank Dunia. 1. Komponen Pendidikan Indikator yang akan dianalisis terdiri dari jumlah murid yang terdaftar, jumlah siswa yang mengulang dan putus sekolah, serta rekapitulasi absensi siswa. Selain itu, juga akan dianalisis jumlah peserta dan kelulusan UAS/UN. 2. Komponen Kesehatan Indikator yang dianalisis menyangkut keaktifan serta keikutsertaan ibu dalam pemberian vaksinasi/imunisasi, penimbangan berat badan dan pemberian vitamin A pada bayi serta anak usia 1-6 tahun, serta pemeriksaan kehamilan dan pasca kelahiran (nifas) di Puskesmas.

41 C. Persepsi peserta terhadap PKH Untuk mendapatkan gambaran atas PKH dan pelaksanaannya, setiap responden diminta memberi nilai atas tujuh aspek PKH. Setiap aspek memiliki rentang nilai 0 100. Nilai 100 menunjukkan apresiasi yang sangat tinggi, sedangkan sebaliknya untuk nilai 0. Adapun aspek-aspek yang ditanyakan, yaitu : 1. Proses dan Pemilihan Peserta PKH 2. Sosialisasi Program 3. Jumlah Bantuan (Dana) 4. Manfaat Bantuan (Dana) 5. Proses Pencairan Dana 6. Mekanisme Pengaduan 7. Tindak Lanjut Pengaduan Langkah selanjutnya adalah membuat ranking dari masing-masing aspek berdasarkan nilai rata-ratanya. Nilai rata-rata dari maaing-masing aspek tersebut akan dibandingkan dengan nilai rata-rata keseluruhan aspek yang ditanyakan, untuk mendapatkan kategori masing-masing aspek. Jika nilai rata suatu aspek lebih tinggi dari nilai rata-rata keseluruhan, maka akan dinyatakan sebagai kategori Baik (B). Sedangkan jika sebaliknya akan dinyatakan sebagai kategori Kurang Baik (KB). Semakin besar selisih antara nilai rata-rata suatu aspek dibandingkan dengan nilai rata-rata keseluruhan, menunjukkan apresiasi yang semakin besar atas aspek tersebut (Arikunto, 2006). Dengan metode ini diharapkan akan diperoleh penilaian masyarakat atas PKH dan pelaksanaannya. 3.6. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam peneltian ini, terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan

42 responden, yang dalam hal ini merupakan peserta PKH serta pihak-pihak lain yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program tersebut. Sedangkan untuk data sekunder pengumpulannya dilakukan melalui sumbersumber resmi pemerintah, seperti Biro Pusat Statitik, Departemen Sosial, Bank Dunia dan lain-lain. Selain itu, data sekunder dapat juga dikumpulkan dari dokumen, makalah, artikel, buku dan hasil-hasil penelitian lain yang terkait dengan penelitian. 3.7. Populasi dan Sample Penelitian ini menggunakan peserta PKH yang berdomisili di Kecamatan Cilincing Kotamadya Jakarta Utara, sebagai populasi. Sedangkan sampel diambil secara acak (random) sebanyak 100 rumah tangga. 3.8. Metode Analisis Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian survai. Metode survai berupaya menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi dengan mengkaji sampel yang dipilih dari populasi untuk menemukan insidensi, distribusi, dan interelasi dari variabel yang diteliti. Metode survai adakalanya disebut survai deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat dengan tujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sebab-sebab serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Nazir, 1985). Disamping itu, untuk melengkapi hasil analisis kualitatif, penelitian ini juga akan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini digunakan untuk membuat perbandingan karakteristik responden, yaitu peserta PKH serta persepsi mereka atas aspek-aspek yang terkait dengan pelaksanaan PKH.